BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

PENUTURAN STRUKTUR DIALEKTIK PADA FILM DOKUMENTER KONTRADIKSI SEBAGAI KRITIK SOSIAL UNTUK KAWASAN SEBERANG ULU PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian skripsi ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Structure (Sequence & Scene. Modul ke: 04FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi

Produksi Iklan Audio _ Visual

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III TAHAPAN PRA PRODUKSI

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Memahami Film bahwa, masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakses 28/9/ :38 AM 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. yang terjadi antara suatu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang


Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Lokasi Produksi FTV Benjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sumber : Gambar 1.2 Pantai Pangandaran

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses

Produksi AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III TEKNIK PRODUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3. Metode Penelitian. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap

KONTRAK PERKULIAHAN. Kode MK/SKS. : Sunarno, S.Kar., M.Sn. Nur Rokhim, M.Sn.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. kesejahteraan lansia yang dilakukan oleh gerakan Aisyiah di Perumnas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Palembang merupakan kota metropolitan berskala international. Kota yang berusia 13 Abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Salah satu peninggalan sejarah yang saat ini masih terawat dengan baik adalah jembatan Ampera, jembatan inilah yang menjadi ikon Kota Palembang, jembatan ini dibangun pada bulan april tahun 1962 pada masa pemerintahan presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Jembatan Ampera menghubungkan 2 wilayah yaitu bagian ulu (Kawasan Seberang Ulu) dan bagian Ilir (Kawasan Seberang Ilir), pada masa kesultanan Palembang Darussalam, penduduk pendatang kota Palembang lebih banyak tinggal di bagian Ulu (Kawasan Seberang Ulu) karena kawasan Seberang Ilir merupakan kawasan pusat pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam. Jauh sebelum Republik Indonesia berdiri, masyarakat sudah menetap di tepian sungai Musi yang mengalir di Kota Palembang. Puluhan kampung terbentuk bersama tradisi dan budaya nya. Salah satu dari kampung tersebut adalah Kampung Seberang Ulu. Dulu, kampung ini merupakan perkampungan yang nyaman dengan masyarakat yang makmur. Kondisi yang nyaman dan makmur yang mereka rasakan dahulu, kini hanya menjadi sebuah kenangan masa lalu. Sulit mengakses air bersih, sanitasi yang buruk, menjadi sebuah gambaran kondisi masyarakat Seberang Ulu sekarang, meski mereka bersentuhan langsung dengan Sungai Musi. Indikasinya, Menurut Hermawan (Tokoh Masyarakat Seberang Ulu), sanitasi yang ada di kampungnya sangat buruk. Tidak ada parit, tidak ada bak sampah, sehingga limbah sampah dan cairan membaur di sekitar pemukiman. 1

Pemerintah Palembang pernah menyediakan bak sampah di jalan raya depan pemukiman warga dan masyarakat mulai memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Sayangnya, hal ini tak berkelanjutan karena pihak petugas lebih memprioritaskan pengelolaan sampah di wilayah perumahan masyarakat menengah ke atas. Hal ini membuat kondisi masyarakat semakin buruk, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan mencintai lingkungan kini mulai luntur. Serta membuat masyarakat Kawasan Seberang Ulu merasa terpinggirkan meskipun keberadaan kawasan mereka berada tidak jauh dari objek wisata Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan plasanya, serta Kampung Kapitan, Menurut Hermawan (Tokoh Masyarakat Seberang Ulu), kondisi yang di alami masyarakat Seberang Ulu menjadi sebuah pemandangan yang kontras mengingat letak kampung mereka yang berada di dekat beberapa objek wisata yang ada dikota palembang. Kondisi di atas jika dibiarkan begitu saja, maka akan membuat kondisi masyarakat Seberang Ulu semakin buruk dan tertinggal. Untuk menghindari hal tersebut yang harus dilakukan adalah meningkat kan kembali kesadaran masyarakat Seberang Ulu untuk merawat dan mencintai lingkungannya mulai dari hal yang kecil dan diri sendiri. Agar mempermudah proses tersebut dibutuhkan sebuah media perancangan yang mampu menggugah kesadaran dan menghadirkan pengaruh emosional yang kuat kepada masyarakat kawasan Seberang Ulu untuk kembali mencintai dan merawat lingkungan tempat tinggalnya. Film merupakan media perancangan yang memiliki unsur pembentuk yaitu naratif dan sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Menurut buku yang berjudul 5 Hari Mahir Membuat Film dijelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut Movie atau Video (Javandalasta, 2011:1). Ada banyak sekali keistimewaan media film, beberapa diantaranya adalah dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung, film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batasan jangkauan, dan film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan. 2

Film sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, Film Fiksi, Film Eksperimental dan Film Dokumenter (Pratista, 2008:4). Film dokumenter adalah film yang mengambil kenyataaan yang objektif sebagai bahan dasar utamanya, namun kenyataan itu tadi ditampilkan melalui interprestasi pembuatnya, karena itu seringkali kenyataan yang tadinya biasa bisa saja menjadi baru bagi penonton, bahkan dapat membuka perspektif baru dan sekaligus memaparkaan kenyataan itu untuk dipelajaari dan ditelaah. Dari sini dapat kita simpulkan, film dokumenter ada dan diakui keberadaannya, karena film ini mempunyai tujuan dalam setiap kemunculannya. Tujuan-tujuan tersebut adalah penyebaran informasi, pendidikan dan tidak menutup kemungkinan untuk propaganda bagi orang atau kelompok tertentu (Heru Effendy, 2002 :12). Dalam film dokumenter sutradara adalah sosok yang sangat penting, Seorang sutradara berusaha menerjemahkan bahasa tulisan pada skenario menjadi bahasa visual video. Sutradara dokumenter ketika mengawali kerjanya itu sudah harus memiliki ide dan konsep jelas, mengenai apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikannya secara logis dan mampu memberi emosi dramatik. Fakta apa yang harus diketahui penonton untuk mengikuti dan memahami film. Hal tersebut menjadi sebuah pijakan sutradara untuk menentukan dan merancang konsep penuturan pada filmnya. samping itu sutradara harus memiliki sudut pandang dan pengamatan kuat terhadap objek dan subjeknya, sehingga penafsiran atau interpretasinya tidak merubah konstruksi fakta yang ada. Interpretasi sutradara dapat memenggal-menggal kenyataan yang ada, maka menggunakan tehnik direct sound dapat menjaga dan memagari kesinambungan kenyataan tersebut. Interpretasi terhadap sebuah adegan peristiwa realita tidak sebebas seperti pada adegan cerita fiksi. Untuk memberikan sentuhan estetika pada filmnya, ada empat topik utama yang menjadi konsentrasi sutradara, yaitu mengenai pendekatan, gaya, bentuk dan struktur. Penggayaan merupakan hal yang paling menonjol dalam sebuah film dokumenter, diantara penggayaan yang ada, Dokumenter Observasi atau Observational Documentary adalah tipe documenter yang memiliki ciri khas 3

dengan tidak menggunakan narasi didalamnya, sehingga alur cerita mengalir berdasarkan dialog antar subjek. Berdasarkan fenomena tentang permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah film dokumenter gaya Observational dengan tema Kawasan Seberang Ulu di Palembang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Palembang merupakan kota tua yang banyak meninggalkan jejak sejarah dan menjadi kota metropolitan berskala Internasional yang banyak potensi asset wisata budaya. 2. Dahulu kampung Seberang Ulu merupakan perkampungan yang nyaman. kini begitu kontradiksi dengan masa lalu. 3. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan mencintai lingkungan kini mulai luntur karenakan penanganan sampah yang tak berkelanjutan. 4. Masyarakat Seberang Ulu merasa terpinggirkan meskipun kawasan mereka terletak diantara objek wisata Benteng Kuto Besak dan hal ini menjadikan pemandangan yang kontras. 5. Film dokumenter adalah film yang menyajikan fakta melalui inteprestasi pembuatnya. 6. Penyutradaraan Observational akan menghasilkan film yang efektif dan mampu memotivasi penonton untuk membuat perubahan. 4

1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana menyampaikan kritik sosial melalui film dokumenter kontradiksi dengan gaya Observational? 2. Bagaimana penyutradaraaan film dokumenter sebagai kritik sosial untuk Kawasan Seberang Ulu, Palembang? 1.4 Ruang Lingkup Dari latar belakang, identifikasi masalah, serta rumusan masalah yang telah ada, agar pembahasan menjadi lebih terarah, maka penulis memberikan ruang lingkup masalah pada perancangan ini. Adapun ruang lingkup masalah tersebut adalah penulis akan memfokuskan permasalahan kondisi masyarakat Seberang Ulu. 1.4.1 Apa Media film yang dirancang meliputi media utama berupa film dokumenter Observational 1.4.2 Siapa Target audience dari perancangan ini ialah masyarakat Seberang Ulu dengan rentang usia orang tua 18-40 tahun. 1.4.3 Bagian Mana Dalam perancangan media film ini penulis akan berperan dan berbicara sebagai pihak yang mengkritisi permasalahan. 1.4.4 Tempat Tempat untuk pembuatan film ini adalah di wilayah Palembang, Sumatera Selatan. 1.4.5 Waktu Waktu dari penayangan film dokumenter ini direncanakan pada tahun 2016. 5

1.5 Tujuan Perancangan Setelah meninjau dari keseluruhan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dari perancangan ini, sebagai berikut : 1. Untuk menyampaikan kritik sosial melalui film dokumenter kontradiksi observational. 2. Untuk memahami penyutradaraaan film dokumenter yang tepat untuk kawasan Seberang Ulu, Palembang. 1.6 Manfaat Perancangan 1.6.1 Bagi Daerah 1. Sebagai sarana untuk menyampaikan gambaran kondisi masyarakat Seberang Ulu, Palembang. 2. Membuat masyarakat menjadi terdorong untuk bergerak mencintai lingkungannya. 3. Dapat menghasilkan sebuah kritik-kritik baru yang akan membuat masyarakat terdorong dengan sendirinya untuk lebih mencintai lingkungan. 1.6.2 Bagi Penulis 1. Dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam hal produksi sebuah film. 2. Meningkatkan kepekaan penulis terhadap nilai sosial dan budaya yang ada di masyarakat sehingga penulis terdorong untuk membuat konten serupa dengan objek yang berbeda dikemudian hari. 1.7 Metode Perancangan Agar dapat membuat sebuah perancangan dan penyutradaraan yang tepat maka dibutuhkan metode pengumpulan data dan analisis yang tepat juga. Maka dari itu metode dalam penyusunan konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan ialah metode kualitatif dan model analisis etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut. 6

1.7.1 Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir,1988: 111). Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis : a. Mempelajari data-data yang dikumpulkan berdasarkan buku-buku mengenai film dokumenter, penyutradaraan dan metodologi. b. Mempelajari film-film dokumenter sejenis atau yang mempunyai tema dan tujuan yang sama seperti The Slum, Varanasi dan The Bizzarre Filipino Community That Lives In A Graveyard 2. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik yang paling banyak dilakukan dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, baik sosial maupun humaniora. Menurut Adler dan Adler (2009: 523) semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observator (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi yaitu informan. berdasarkan fenomena tentang Kawasan Seberang Ulu, observasi dilakukan dengan meninjau Kawasan Seberang Ulu untuk melihat situasi sebenarnya dan juga dapat digunakan sebagai pendekatan terhadap masyarakat. 3. Wawancara Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis membutuhkan sebuah data percakapan 7

dengan tujuan membahas fenomena Kawasan Seberang Ulu. Maka wawancara tersebut dilakukan kepada : Tokoh masyarakat kawasan Seberang Ulu dan masyarakat didaerah tersebut. Masyarakat Seberang Ulu Pemerintah Kawasan Seberang Seberang Ulu, 1.7.2 Analisis Data 1. Analisis Data Kualitatif dengan Pendekatan Etnografi Dalam perancangan ini juga perancang menggunakan pendekatan etnografi, dimana pendekatan tersebut mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan tujuan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli (Spradley, 1997 :12). Dalam pendekatan etnografi ini penulis menggunakan alur penelitian maju bertahap yang mana menunjuk suatu aktifitas menetapkan informan, mewawancarai imforman, membuat catatan etnografis dan seterusnya. Tahapan ini dapat menghasilkan suatu deskripsi etnografi. 2. Teknik Analisis Etnografi (Spradley) a. Analisis Domain Domain merupakan unit analisis pertama dan terpenting dalam penelitian etnografis. Analisis domain adalah prosedur yang mengarahkan pada penemuan jenis-jenis domain lain. b. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis). Analisis Taksonomi adalah analisis yang tidak hanya penjelajahan secara umum, melainkan analisis yang memusatkan perhatian pada domain tertentu yang sangat berguna untuk menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi. Analisis taksonomi ini dilakukan setelah hasil analisis domain ditemukan, hasil hasil inilah yang akan menjadi dasar analisis taksonomi dengan memilih domain yang paling kuat untuk dijadikan domain utama. 8

c. Analisis Komponensial Dalam analisis taksonomi, yang di urai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui taksonomi, setiap domain di cari elemen yang serupa atau serumpun. Ini diperoleh melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi terfokus. d. Analisis Tema Kultural Analisis tema kultural sesungguhnya merupakan upaya mencari benang merah mengintegrasikan lintas domain yang ada. Analisis Tema Kultural biasa juga disebut dengan analisis kesimpulan, karena analisis ini adalah menyimpulkan hasil dari tahapan analisis sebelumnya. 1.7.3 Perancangan Setelah mendapatkan hasil analisis yang akan dijadikan sebagai ide besar film, maka akan dilakukan pengembangan konsep film dengan metode kreatif. Metode ini meliputi beragam cara yaitu: inventarisasi, asosiatif, provokatif, konfrontasi, intuitif dan analisis-sistematis (Annemiek Van Boejien Dkk, 2014).Setelah konsep film ditentukan maka akan dilakukan tahapan selanjutnya yaitu mulai melakukan proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Pada tahapan-tahapan tersebut sutradara mempunyai peranannya sendiri, adapun tugas atau peranan sutradara pada tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi yaitu: 1. Pra produksi : a. Riset dan survey mengenai visual yang akan disajikan. b. Membedah Skenario kedalam sebuah Directors Treatment. c. Membagi setiap Scene kedalam Shotlist dan diterjemahkan kedalam Storyboard. 9

2. Produksi a. Berkomunikasi secara intensif dengan desainer produksi, Director of photography, penata artistik, penata suara, dan editor tentang segala sesuatu yang harus mereka lakukan dalam proses produksi. Mulai dari sudut pengambilan gambar, artistik, dan lain sebagainya. b. Mampu mengambil keputusan pada saat terjadi problem ketika syuting sedang berlangsung. 3. Pasca Produksi a. Bila ada catatan khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing. b. Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut. c. Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi. d. Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi. e. Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata Fotografi. 10

1.8 Kerangka Latar Belakang Masalah kawasan Seberang Ulu mengalami kondisi kontradiktif yang mana dulunya kawasan yang nyaman dan makmur menjadi kawasan yang memprihatinkan. Permasalahan Kurangnya Kesadaran Banyaknya masyarakat yang membuang sampah kesembarang tempat, membuat kondisi lingkungan menjadi rusak dan tidak sehat Kontradiksi Kehidupan Masyarakat Masyarakat Seberang Ulu dulu merupakan masyarakat dengan kondisi lingkungan yang bersih karena merupakan kawasan elit Ruang Lingkup Film dokumenter ini ditujukan untuk masyarakat Kawasan Seberang Ulu, Palembang Kawasan Seberang Ulu Film dokumenter Metodologi Perancangan Pengumpulan Data Studi Literatur, Observasi, Wawancara Konsep perancangan film dokumenter Analisis Data Metode kualitatif dengan pendekatan etnografi Konsep dan ide awal Pra Produksi Riset dan survey cerita, membenah scene menjadi director treatment Produksi Mengkoordinator kru dan berkoordinasi dengan DOP Pasca Produksi Melakukan Evaluasi hasil syuting Hasil Akhir Sebuah perancangan film dokumenter kontradiksi Observational sebagai kritik sosial untuk Kawasan Seberang Ulu 11

1.9 Pembabakan Pembabakan berikut ini berisi gambaran singkat mengenai pembahasan di setiap bab penulisan laporan : BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan gambaran secara umum mengenai latar belakang permasalah dalam fenomena yang dikaji oleh penulis, serta mengidentifikasi masalah yang terjadi dan merumuskan masalah tersebut, selain itu juga disesuaikan dengan Metodologi perancangan. Beberapa poin rumusan yang dibatasi melalui ruang lingkup masalah. Serta menentukan tujuan perancangan yang dilakukan melalui metode metode pengumpulan data dan kerangka perancangan. BAB II DASAR PEMIKIRAN Menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori film, Nasionalisme dan naratif visual. untuk digunakan sebagai pijakan untuk proses perancangan. BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Menjelaskan berbagai hasil data yang telah didapatkan dan menjelaskan analisis masalah untuk menentukan proses perancangan. BAB IV KONSEP & HASIL PERANCANGAN Menjelaskan konsep desain dan hasil perancangan yang dibuat bedasarkan data yang telah didapatkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran dari penulis. 12