BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

Instrumen EVALUASI PROGRAM Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd.

INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

Nama kelompok : Perbedaan secara umum Penelitian Eksperiman dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi bagi peserta didik. Tidak semua lulusan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG

Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

Jurnal Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB III STANDAR NASIONAL PENELITIAN. Bagian Kesatu. Ruang Lingkup Standar Nasional Penelitian. Pasal 42

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu pengumpulan dan penyajian datanya dituangkan dalam kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan

Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY

DAFTAR ISI. Halaman SAMPUL DALAM...i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iii. MOTTO...iv.

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan dan berkesinambungan. Suatu hasil akan dipengaruhi oleh perencanaan dan pelaksanaan program. Hasil akan terlihat manakala proses evaluasi berjalan dengan baik (P4TK, 2010). Begitu pentingnya peranan evaluasi pada program bimbingan dan konseling, maka evaluasi program hendaknya dijalankan dengan seksama. Evaluasi program merupakan salah satu fungsi manajemen penting dalam bimbingan dan konseling dan harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dijalankan. Dengan dilakukan evaluasi manajemen program secara jelas dan cermat maka dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik sebagai subyek layanan (P4TK, 2010). 1

Menurut Mashudi (2013) bahwa kedudukan evaluasi dalam manajemen ada empat fungsi manajemen yang berasal dari klarifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial yaitu: planning, organizing, leading, dan controlling. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program pendidikan, juga dituntut untuk menjalankan evaluasi terhadap berbagai layanan BK yang diselenggarakan. Tuntutan terhadap evaluasi ini terdapat dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Bab I pasal 1 ayat 4 mengenai tugas pokok guru BK. Tugas pokok guru BK ialah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, menganalisis hasil pelaksanaan program bimbingan dan menindak lanjuti program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas guru BK untuk melaksanakan evaluasi program, juga tertuang dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) di bagian kompetensi profesional, yang menyatakan bahwa guru BK mampu melaksanakan evaluasi pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan BK. Menurut Badrujaman (2011) kenyataan di lapangan, pelaksanaan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling di Indonesia masih terjadi 2

permasalahan sampai sekarang. Seringkali program BK yang diselenggarakan tidak dipedulikan siswa, bahkan tidak diminati siswa. Salah satu penyebab adalah ketiadaan evaluasi program yang dilakukan oleh guru BK. Ketiadaan evaluasi manajemen program mendorong terjadinya pengulangan berbagai program bimbingan dan konseling yang tidak menarik dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Penelitian Rachmalia (dalam Badrujaman 2011) mengenai pelaksanaan tugas pokok guru BK menunjukkan bahwa untuk aspek evaluasi program bimbingan dan konseling masih belum dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari guru BK melakukan evaluasi layanan untuk mengetahui seberapa sukses layanan yang telah diberikan. Responden menjawab selalu 18,75%; sering 25%; kadang-kadang 50%; pernah 6,25%; dan tidak pernah 0% (Rachmalia, 2006). Berdasarkan penelitian Rachmalia ditemukan bahwa masih ada guru BK ada yang tidak melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling yang diselenggarakannya. Penelitian yang dilakukan Astramovich (dalam Badrujaman 2011) yang dilakukan terhadap 241 konselor sekolah menengah atas, menengah pertama dan dasar di Amerika menunjukkan bahwa konselor yang tidak menggunakan data dari program yang mereka selenggarakan untuk modifikasi atau perbaikan program sebanyak 50,4%, dan hanya 5,2% setiap hari, 7,4% yang melakukannya, 8,3 % melakukannya 3

dua kali, dan 14,3% yang pernah melakukannya sekali. Hal menarik dari studi ini yaitu 90% dari seluruh konselor yang menjadi subjek penelitian di atas sadar bahwa melakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas program yang mereka selenggarakan menjadi sebuah kebutuhan pada era sekarang. Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prosentase guru BK dalam melakukan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling yang diselenggarakan masih rendah. Permasalahan yang timbul dengan tidak dilakukannya evaluasi manajemen program adalah tidak diperolehnya informasi tentang efektivitas program sebagai umpan balik yang seharusnya menjadi petunjuk berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan program yang diselenggarakan. Informasi derajat keberhasilan proses pelaksanaan maupun hasil pelaksanaan program tersebut, digunakan sebagai dasar dalam menetapkan langkah tindak lanjut untuk memperbaiki manajemen program menyebabkan guru BK melaksanakan program sebagai hal yang rutin, cenderung mengulang program yang sesungguhnya sudah tidak menjadi kebutuhan siswa, serta tidak bersentuhan dengan permasalahan siswa. Program BK yang diselenggarakan tanpa dasar hasil evaluasi program sebelumnya tidak akan mampu menjawab, mengurangi atau mengatasi masalah secara signifikan dan permasalahan yang dialami siswa tetap tinggi. 4

Program education expo merupakan salah satu program tahunan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh SMA Karangturi sejak tahun 1997. Program Education Expo dilaksanakan karena kebanyakan siswa SMA sulit memilih Perguruan Tinggi yang tepat, apalagi menentukan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan serta masa depan yang menjanjikan untuk siswa. Semakin banyak jumlah lembaga pendidikan tinggi di Indonesia dan luar negeri, memiliki dampak bagi para lulusan SMA yaitu semakin terbuka pilihan bagi siswa ikut program education expo. Siswa dituntut jeli untuk menimbang dan memutuskan pilihan yang tepat diantara lembaga pendidikan tinggi yang ada. Keputusan yang tepat dapat siswa ambil jika siswa mendapatkan informasi yang tepat dan dari sumber informasi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu program education expo merupakan program yang sangat strategis dalam memberikan informasi, wawasan bagi siswa sekaligus langkah antisipatif agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam memperoleh informasi tentang studi lanjut. Program education expo direncanakan untuk memfasilitasi siswa memperoleh informasi dari beberapa lembaga pendidikan tinggi dalam negeri dan luar negeri. Tujuan education expo sesuai dokumen proposal kegiatan education expo tahun 2012, adalah agar siswa dapat memilih pendidikan tinggi yang diminati dengan alasan tepat sesuai dengan bakat dan minat- 5

nya (SMA Karangturi, 2012). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gębarowski (2012), education expo adalah salah satu instrumen yang memungkinkan untuk komunikasi yang efektif dengan para calon mahasiswa. Tujuan kegiatan education expo ini sejalan dengan pendapat Hurlock, 1997 bahwa usia siswa SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Beny (2012) menyatakan kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan lanjutan dan juga berkaitan dengan orientasi karier siswa merupakan penghambat siswa untuk mengambil keputusan kariernya secara cepat. Menurut Gani (2012), para siswa yang melanjutkan pendidikannya maupun yang langsung bekerja, tidak berlangsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan. Keputusan memilih perguruan tinggi dan pekerjaan yang dipilih sangatlah kompleks sehingga memerlukan informasi, pengetahuan dan pertimbangan. Permasalahan siswa di SMA Karangturi dari hasil wawancara awal penulis dengan guru BK adalah menentukan perguruan tinggi yang tepat sesuai minat dan bakat mereka. Faktor penyebabnya adalah: (1) belum memiliki pemahaman yang mantap tentang kelanjutan pendidikan setelah lulus, (2) program studi yang dimasuki bukan pilihan sendiri, (3) belum memahami jenis jurusan yang cocok sesuai kemampuan diri sendiri. Kesulitan muncul disebabkan siswa merencanakan jurusan perguruan 6

tinggi hanya berdasarkan keinginan mereka yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Menurut Mc Daniel et. al (dalam Munandir, 1996), bahwa dalam rangka evaluasi education expo, perlu diperoleh tanggapan-tanggapan balik dari siswa, guru, dan orang tua yang telah mengikuti kegiatan education expo. Prinsipnya mengenai bagaimana proses dan hasil serta manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan program education expo serta harapan mereka ke depan. Dua alasan yang dianggap sebagai alasan kuat mengapa guru bimbingan dan konseling jarang atau bahkan tidak melakukan evaluasi program BK adalah kurangnya pengetahuan konselor sekolah mengenai metode evaluasi program serta terbatasnya waktu dan biaya (Trevisan & Hubert, Brown & Trusty dalam Badrujaman 2011). Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Shertzer & Stone (1981) yang mengemukakan tujuh alasan yang menyebabkan guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap programnya. Pertama, guru BK tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan evaluasi. Kedua, guru BK tidak memiliki pengetahuan mengenai evaluasi program. Ketiga, perilaku manusia tidak mudah untuk diukur. Keempat, data sekolah yang tersedia cenderung tidak lengkap. Kelima, evaluasi membutuhkan anggaran tersendiri. Keenam, guru BK mengalami kesulitan dalam penggunaan kelompok kontrol. Ketujuh, guru BK kesulitan memformulasikan kriteria yang sesuai dan dapat diukur. Ketujuh hal tersebut disinyalir menjadi alasanalasan yang menyebabkan kegiatan evaluasi 7

program BK terkesampingkan bahkan tidak tersentuh. Evaluasi program BK sebagai proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan dan keberhasilan program BK yang dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Evaluasi manajemen program BK adalah evaluasi terhadap berbagai program BK yang ada di sekolah (Badrujaman, 2011). Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah program yang unik dan kompleks sedangkan waktu yang tersedia dari sekolah bagi guru BK terbatas. Hal ini menyebabkan program bimbingan dan konseling hanya terfokus pada pelaksanaannya, maka menjadi terlihat masuk akal jika kegiatan evaluasi yang membutuhkan waktu khusus untuk melakukan pengukuran dengan metode-metode tertentu menjadi terabaikan. Hasil wawancara awal dengan guru BK bahwa SMA Karangturi Semarang menyatakan telah melaksanakan evaluasi program education expo setiap tahunnya. Hal ini memberikan interpretasi bahwa evaluasi program education expo kemungkinan berubah tiap tahunnya karena siswanya juga berubah. Dari studi dokumentasi awal menunjukkan evaluasi program education expo di SMA Karangturi selama 3 tahun (2011-2013) kecenderungannya sama, pelaksanaan evaluasi program education expo sudah dilaksanakan, tetapi belum dilaksanakan secara menyeluruh atau 8

evaluasi program education expo sudah dilaksanakan tetapi hanya sepintas. Proses evaluasi lebih pada evaluasi penyelenggaraan, belum mengevaluasi pencapaian tujuan program education expo secara menyeluruh. Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa dalam evaluasi program bimbingan dan konseling secara menyeluruh ada tiga hal yaitu evaluasi perencanaan, evaluasi pelaksanaan, serta evaluasi hasil. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evaluasi program) sejauh mana dapat dilaksanakan (evaluasi pelaksanaan) dan bermanfaat untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil), sehingga jika terdapat kelemahan program dapat segera diperbaiki dan dikembangkan. Dalam melaksanakan program education expo perlu adanya evaluasi program dan evaluasi manajemen program, sebab dengan adanya evaluasi program education expo akan diperoleh hasil sesuai tujuan program, sehingga tidak ada pengulangan yang berakibat tidak menarik bahkan tidak diminati peserta didik atau terkesan sekedar kegiatan rutin tahunan saja. Sehingga efektivitas dan capaian program belum dapat diukur. Sesuai pendapat Badrujaman (2011) bahwa tidak adanya perbaikan dalam program menyebabkan kegiatan program BK akan berulang setiap tahunnya menjadi tidak menarik bahkan tidak diminati peserta didik atau terkesan sekedar kegiatan rutin tahunan 9

saja, sehingga efektivitas dan tujuan program belum dapat diukur. Evaluasi program education expo menjadi penting karena evaluasi program ini dapat mengukur efektifitas dan capaian tujuan program yang telah ditetapkan. Jika program tidak dievaluasi secara menyeluruh maka yang terjadi adalah guru BK tidak dapat mendeteksi apa yang sebenarnya perlu diperbaiki dalam programnya. Guru BK tidak melakukan evaluasi program secara menyeluruh karena guru BK merasa nyaman dengan apa yang ada. Mereka menganggap kegiatan education expo adalah kegiatan rutin tahunan, sehingga tanpa adanya evaluasi program secara menyeluruh pun, program sudah berjalan. Padahal, sebuah program dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan (Badrujaman, 2011). Untuk itu penting melaksanakan evaluasi program secara menyeluruh. Menurut Stufflebeam (1985) dalam Badrujaman (2011) menyatakan bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai fenomena. Evaluasi seharusnya dapat memberikan gambaran menyeluruh terhadap program. Lebih daripada itu, menurutnya, penelaahan menyeluruh terhadap program harus dilakukan melalui sebuah cara yang sistematis. Stufflebeam melihat evaluasi 10

sebagai sebuah tahapan yang sistematis dan menyeluruh. Dengan melaksanakan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling secara menyeluruh maka dapat membuat perbaikan dan pengembangan program. Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program Education Expo SMA Karangturi Semarang Tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana evaluasi program education expo SMA Karangturi Semarang Tahun 2014 melalui jenis evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product )? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengevaluasi program education expo SMA Karangturi Semarang Tahun 2014 melalui jenis evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product ). 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritik maupun praktik. 1. Manfaat Teoritik Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa dalam evaluasi program BK secara menyeluruh 11

ada tiga hal yaitu evaluasi perencanaan, evaluasi pelaksanaan, serta evaluasi hasil. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evaluasi program) sejauh mana dapat dilaksanakan (evaluasi pelaksanaan) dan bermanfaat untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil), sehingga jika terdapat kelemahan program dapat segera diperbaiki dan dikembangkan. Apabila penelitian evaluasi program educatioan expo sesuai teori Gysbers dan Handerson serta dapat mengevaluasi secara menyeluruh program education expo di SMA Karangturi, maka penelitian ini sejalan dan mendukung teori tersebut tetapi apabila dalam penelitian tidak sesuai dengan teori Gysbers dan Henderson (2006), maka dapat memberikan sumbangan untuk pelaksanaan evaluasi program education expo di tahun-tahun yang akan datang. 2. Manfaat Praktik Memberi masukan sekolah dan yayasan untuk membuat keputusan/kebijakan bagi penyelenggaraan program education expo di tahun yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan; 12

Bab II : Kajian Teori. Pada bab ini memuat teori-teori evaluasi program BK, konsep model evaluasi program CIPP (Context, Input, Process, Product), education expo, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir; Bab III : Metode Penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi sub pokok bahasan: Jenis dan tempat penelitian, Subyek penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data; Bab IV : Hasil dan Pembahasan. Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi hasil diskripsi responden penelitian, analisis dan interpretasi data, serta pembahasan hasil penelitian; Bab V : Penutup. Pada bab ini memuat kesimpulan dari penelitian dan saran-saran demi perbaikan dan pengembangan program BK khususnya education expo. 13