EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian"

Transkripsi

1 EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 BAB SATU PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) selalu berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Salah satu faktor yang sangat penting untuk mendukung peningkatan kinerja adalah ketersediaan pegawai pendukung baik dalam kuantitas, kualitas maupun jenisnya yang memadai. Penyediaan pegawai tersebut menjadi penting karena posisi pegawai suporting system DPR RI sangat timpang dibandingkan dengan sumber daya di Pemerintah. Proporsional dalam ketersediaan pegawai antara DPR RI dengan pemerintah merupakan salah satu elemen struktural terpenting dalam menciptakan prinsif check and balances. Namun saat ini, pemenuhan kebutuhan pegawai untuk mendukung kinerja DPR RI tersebut sulit dilakukan jika hanya mengandalkan pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini muncul karena adanya kebijakan zero growth yang harus dilaksanakan oleh semua kementerian/lembaga. Untuk itu pengadaan Pegawai Non PNS menjadi pilihan dan prioritas penting. Pengadaan Pegawai Non PNS sendiri sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu terutama dengan kehadiran pegawai honorer atau pegwai tidak tetap (PTT). Pegawai honorer tersebut selanjutnya dapat setelah memenuhi berbagai persyaratan dapat diangkat menjadi PNS. Namun dengan keluarnya kebijakan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) maka kebijakan tersebut ditiadakan. Bentuk lain dari pengadaan Pegawai Non PNS yang sudah dimulai sejak tahun 2005 yaitu dengan pengadaan Asisten Anggota DPR, dan kemudian disusul pada tahun 2007 dengan pengadaan Tenaga Ahli pada Alat Kelengkapan DPR RI dan Fraksi. Terakhir dengan pengadaan Tenaga Ahli bagi Anggota DPR RI di tahun Pegawai model ini merupakan model pegawai yang didasarkan pada kontrak kerja. 2

3 Kebutuhan pegawai untuk mendukung tugas dan fungsi DPR RI ternyata masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan. Untuk itu Setjen DPR RI juga mencari model lain yaitu dengan pengadan pegawai melalui alih daya (outsourcing) terutama untuk memenuhi kebutuhan pegawai pengaman dalam, tenaga cleaning service, dan office boy/girl. Pegawai model ini merupakan model pegawai yang pengadaannya dilakukan melalui mekanisme pengadaan barang dan jasa. Meskipun pengadaan Pegawai Non PNS seperti tenaga perbantuan, Asisten Pribadi, Tenaga Ahli, dan pegawai alih daya sudah dilakukan, tetapi tuntutan kinerja yang lebih baik terhadap DPR tidak menutup kemungkinan jumlahnya untuk terus ditambah. Tak kalah penting adalah adanya tuntutan kebutuhan Pegawai Non PNS yang memiliki keahlian khusus seperti Perancang Undang-Undang, Penganalis Anggaran dan profesional lainnya. Dalam prakteknya, keberadaan Pegawai Non PNS tersebut belum terformulasikan dalam suatu sistem pengelolaan. Selama ini pengelolaannya hanya sebatas administrasi yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI. Dengan latarbelakang di atas maka perlu dilakukan evaluasi terhadap Pengelolaan Pegawai Non PNS Setjen DPR RI. Namun demikian dalam evaluasi ini dibatasi pada PTT dan pegawai alih daya. B. Tujuan Secara umum tujuan evaluasi terhadap Pengelolaan Pegawai Non PNS Setjen DPR RI adalah menilai secara menyeluruh terhadap semua proses Pengelolaan Pegawai Non PNS dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaannya. Sedangkan secara khusus adalah sebagai kegiatan untuk: 1. Mengidentifikasi permasalahan Pengelolaan Pegawai Non PNS; dan, 2. Memberikan masukan untuk pengembangan Model Pengelolaan Pegawai Non PNS ke depan. C. Manfaat Evaluasi diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan efektivitas Pengelolaan Pegawai Non PNS dan sebagai masukan dalam menyusun Pedoman Pengelolaan Pegawai Non PNS di Setjen DPR-RI. 3

4 D. Metodologi Evaluasi terhadap Pengelolaan Pegawai Non PNS dilakukan melalui penilaian terhadap Pengelola dan Pegawai Non PNS. Model yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi adalah model Context, Input, Process, Product (CIPP) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini dilakukan dalam rangka menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Komponen dalam model evaluasi ini adalah konteks, input, proses, dan produk. Data yang digunakan dalam evaluasi Pengelolaan Pegawai Non PNS adalah data sekunder dan primer. Data sekunder berasal dari dokumentasi pengelolaan Pengelolaan Pegawai Non PNS. Sedangkan data primer adalah data yang berasal dari hasil survei dengan kuisioner dan wawancara secara mendalam (in depth interiew) dengan beberapa pihak yang mengetahui informasi tentang pengelolaan diklat. Survei dilakukan terhadap pengelola dan pegawai tidak tetap. Pengelola yang diwawancarai adalah Kepala Biro dan Kepala Bagian yang membawahi Pegawai Non PNS. Sedangkan Pegawai Non PNS yang diwawancarai adalah pegawai tidak tetap, alih daya, pegawai pihak ketiga, dan honor bagian. 4

5 BAB DUA PENGELOLAAN PEGAWAI TIDAK TETAP DI BIRO PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN INSTALASI A. Gambaran Umum Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi (Harbangin) merupakan salah satu Biro yang ada di Setjen DPR RI yang memiliki tugas menyelenggarakan pemeliharaan gedung, perumahan, wisma dan instalasi. Guna menjalankan tugas tersebut, Biro Harbangin terdiri atas 3 bagian, yaitu Bagian Gedung dan Pertamanan; Bagian Perumahan dan Wisma DPR RI; dan Bagian Instalasi. Guna menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawab Biro Harbangin, PNS yang ada mendapatkan bantuan dari pegawai Non-PNS. Hal tersebut dilakukan karena besarnya beban pekerjaan yang ada di Biro Harbangin sementara jumlah PNS yang tidak dapat memenuhi beban pekerjaan tersebut. Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan oleh PNS, dan jumlah pegawai tidak sesuai dengan jumlah kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawab di Biro Harbangin banyak yang merupakan pekerjaan yang teknis sehingga dibutuhkan keahlian tertentu yang tidak banyak dimiliki oleh PNS yang tersedia di Setjen DPR RI. Tabel.2.1 Pegawai Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi NON PNS No. Bagian PNS Honorbagian Jumlah PTT Pihak ke-3 Kontrak 1. Gedung dan pertamanan 2. Perumahan dan Wisma DPR RI 3. Instalasi Total

6 Mekanisme perekrutan pegawai Non-PNS yang ada di Biro Harbangin terdiri atas beberapa macam cara, yaitu pertama, dengan perekrutan melalui honorer; kedua, perekrutan melalui pihak ketiga; serta pegawai yang dikontrak oleh pihak ketiga dalam kegiatan pemeliharaan. Namun sejak kebijakan honorer dihapuskan pada tahun 2005 maka pegawai yang diangkat melalui mekanisme honorer diubah menjadi PTT. Selain mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat mekanisme lain dalam perekrutan pegawai di Biro Harbangin yaitu perekrutan pegawai yang honorariumnya dibiayai menggunakan dana bagian/biro. Hal tersebut guna mencukupi kebutuhan pegawai yang tidak bisa dipenuhi melalui mekanisme lainnya. Sementara itu jika dilihat dari total pegawai yang ada di Biro Harbangin adalah 584 orang, terdiri dari PNS sebanyak 196 orang dan sisanya Non- PNS. Hal yang menjadikan jumlah pegwai sangat besar dikarenakan adanya pegawai dari pihak ketiga sebanyak 343. Kebutuhan pegawai ini muncul dikarenakan adanya pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ketiga. B. Bagian Gedung dan Pertamanan Bagian Gedung dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan gedung dan taman. Pada bagian Gedung dan Pertamanan terdapat 117 pegawai. Dari jumlah tersebut terdapat 72 PNS dan 6 Orang PTT yang sebelumnya direkrut melalui mekanisme honorer. Selain itu terdapat 39 pegawai yang direkrut melalui pihak ketiga dengan status sebagai cleaning service. Jumlah PNS yang ada di Bagian Gedung dan Pertamanan pada dasarnya cukup banyak namun secara kompetensi pegawai yang ada tidak mencukupi kebutuhan yang ada. Hal tersebut karena banyak dari pegawai yang ada berlatar pendidikan SMA dan bagian gedung dan pertamanan membutuhkan tenaga keahlian yang spesifik. PTT yang ada di Bagian Gedung dan Pertamanan, merupakan pegawai-pgawai yang cukup bepengalaman. Keberadaan pegawai tersebut cukup membantu karena pengalaman yang dimiliki. Bagian Gedung dan Pertamanan juga mengalami kekurangan pegawai karena adanya mutasi. Hal tersebut cukup disayangkan karena pegawai yang dimutasi tersebut memiliki keahlian teknis yang cukup baik yang tidak dimiliki oleh pegawai lainnya. 6

7 C. Bagian Perumahan dan Wisma Bagian Perumahan dan Wisma mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan rumah jabatan dan wisma DPR RI. Pada bagian Bagian Perumahan dan Wisma terdapat 117 pegawai. Dari jumlah tersebut terdapat 54 PNS dan 32 orang PTT yang sebelumnya direkrut melalui mekanisme honorer. Di smaping itu, terdapat 15 pegawai yang direkrut melalui pihak ketiga dengan status sebagai cleaning service di Wisma Kopo. Selain hal di atas, terdapat pegawai yang dikontrak oleh pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan. Terkait dengan pegawai jenis terakhir tidak dapat seluruhnya dikategorikan sebagai pegawai yang direkrut melalui pihak ketiga karena jenis pekerjaan yang dikerjakan tidak termasuk dalam pengemudi, cleaning service, dan satpam. Selain itu pegawai tersebut merupakan pegawai dengan keahlian tertentu dengan besaran honor yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Jumlah PNS yang ada di bagian Perumahan dan Wisma tidak memadai untuk menyelesaikan beban kerja yang ada di bagian Perumahan dan Wisma, mengingat luasnya wilayah yang ada dibawah tanggung jawab Perumahan dan Wisma antara lain: Rumah Jabatan Anggota (RJA) Kalibata, RJA Ulu Jami, dan Wisma Kopo. Untuk menyelesaikan tugas tersebut bagian Perumahan dan Wisma yang berada di Setjen DPR RI khususnya sangat terbantu oleh keberadaan PTT yang dipekerjakan di bagian Perumahan dan Wisma. Sebab ada juga PNS yang ada di bagian Perumahan dan Wisma tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh bagian Perumahan dan Wisma. Sebaiknya para PTT yang sudah cukup lama bekerja di bagian Perumahan dan Wisma DPR RI dan tidak terbentur syarat usia untuk diangkat menajdi PNS segera diangkat menjadi PNS. Agar Setjen DPR RI tidak kehilangan para pegawai yang memadai secara kompetensi tersebut. D. Bagian Instalasi Bagian Instalasi memiliki tugas untuk melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan instalasi. Untuk menjalankan tugasnya maka bagian 7

8 instalasi memiliki fungsi melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan mekanik dan kelistrikan. Pada Bagian Instalasi terdapat 78 pegawai. Dari jumlah tersebut terdapat 70 PNS dan 6 Orang PTT yang sebelumnya direkrut melalui mekanisme honorer, dan terdapat 2 orang pegawai yang perekrutannya menggunakan anggaran yang tersedia di Bagian Instalasi. Enam orang PTT seccara administrasi merupakan PTT pada Bagian Perumahan dan Wisma. Dua orang pegawai tersebut merupakan pensiunan yang memahami masalah instalasi di Komplek Setjen DPR RI. E. Permasalahan di Lapangan Terkait dengan Pengelolaan Pegawai Non-PNS di lingkungan Biro Harbangin terdapat berberapa permasalahan, yaitu: 1. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai Non-PNS di Biro Harbangin merupakan pekerjaan yang bersifat rutin. Oleh sebab itu harus ada pegawai yang melakukannya sebab apabila tidak ada pegawai yang melakukannya maka pekerjaan tersebut akan terbengkalai. Sebagai contoh pekerjaan membersihkan taman, perbaikan listrik, dan lain-lain. 2. Perlu dilakukan kajian agar mengangkat para pegawai Non-PNS untuk menjadi PNS karena pekerjaan yang dilakukan bersifat rutin dan status sebagai Non-PNS cukup rawan mengingat banyak pekerjaan yang dilakukan juga berkaitan dengan dokumen dan arsip Setjen DPR RI. 3. Mengingat sifat pekerjaan yang ada di Biro Harbangin banyak yang bersifat teknis, maka sangat diperlukan pegawai dengan keahlian tertentu sesuai dengan pekerjaan yang ada, namun saat ini banyak pegawai yang mengusai teknis telah pensiun dan belum ada penggantinya. Hal tersebut menjadi penghambat bagi Biro Harbangin dalam menjalankan tugasnya. 4. Terdapat beberapa PNS yang ditugaskan di Biro Harbangin tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan yang ada di Biro Harbangin sehingga diperlukan diklat pengembangan SDM bagi para pegawai tersebut. Hal tersebut guna memenuhi kebutuhan kompetensi dalam organisasi Biro Harbangin. 8

9 BAB TIGA PENGELOLAAN PEGAWAI TIDAK TETAP DI BIRO UMUM A. Gambaran Umum Biro Umum merupakan salah satu Biro yang ada di Setjen DPR RI yang memiliki tugas menyelenggarakan perlengkapan, tata persuratan, kendaraan, serta keamanan dan ketertiban. Guna menjalankan tugas tersebut biro Umum terdiri atas 4 bagian, yaitu: Bagian Perlengkapan; Bagian Tata Persuratan; Bagian Kendaraan; dan Bagian Pengamanan Dalam. Guna menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawab di Biro Umum, PNS yang ada mendapatkan bantuan dari pegawai Non-PNS. Mekanisme perekrutan Pegawai Non-PNS yang ada di biro umum terdiri atas beberapa macam cara yaitu dengan perekrutan melalui honorer, swakelola, perekrutan melalui pihak ketiga. Sejak kebijakan pengadaan pegawai honorer dihapuskan pada tahun 2005 maka pegawai yang diangkat melalui mekanisme honorer diubah menjadi PTT. Tabel.3.1 Pegawai Biro Umum Non PNS No. Bagian PNS Alih Honorbagian Jumlah PTT Kontrak Daya 1. Kendaraan Tata Persuratan Perlengkapan Pengamanan dalam Total Selain mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat mekanisme lain dalam perekrutan pegawai di Biro Umum yaitu perekrutan pegawai yang honorariumnya dibiayai menggunakan dana bagian/biro. Hal tersebut guna mencukupi kebutuhan pegawai yang tidak bisa dipenuhi melalui mekanisme lainnya. 9

10 B. Bagian Kendaraan Biro Umum merupakan salah satu biro yang memiliki jumlah pegawai non-pns cukup besar, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah Pegawai Non-PNS yang ada. Di Bagian Kendaraan memiliki tugas untuk melaksanakan pelayanan angkutan dan pemeliharaan kendaraan dinas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di Bagian Kendaraan terdapat 58 pegawai. dari jumlah tersebut terdapat 38 PNS dan 20 Orang PTT yang direkrut melalui mekanisme swakelaola untuk menjadi pengemudi. Hal tersebut karena terjadi pengurangan pegawai yang disebabkan oleh pensiun sebanyak 10 Orang dan 4 orang telah berubah status dari pengemudi menjadi pegawai administrasi baik di bagian kendaraan sendiri maupun di bagian yang lain. Perekrutan PTT yang ada di Bagian Kendaraan dilakukan melalui mekanisme swakelola karena sampai saat ini Bagian kendaraan tidak menemukan pihak ketiga yang bersedia menyediakan jasanya untuk pengemudi. Oleh karena kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan maka pengadaan PTT di Bagian Kendaraan menggunakan mekanisme swakelola. C. Bagian Tata Persuratan Bagian Tata Persuratan merupakan salah satu bagian yang ada di bawah Biro Umum yang memiliki tugas untuk melakukan kegiatan persuratan, penggandaan dan ekspedisi surat yang ada di Setjen DPR RI. Agar terlaksananya tugas tersebut bagian tata persuratan melakukan fungsi melakukan pencatatan surat masuk, surat keluar dan ekspedisi serta melakukan penggandaan surat. Dalam melakukan tugas ekspedisi PNS yang bertanggung jawab berposisi sebagai motoris. Luas wilayah yang menjadi cakupan tenaga motoris adalah sebesar 5 wilayah kota di Jakarta. Dengan besarnya wilayah cakupan tugas dan jumlah tenaga motoris yang hanya 9 Orang maka beban pekerjaan ekspedisi surat akan menjadi berat karena luasnya wilayah cakupan tidak berbanding lurus dengan tersedianya jumlah motoris. Bagian Tata Persuratan memiliki total 33 Pegawai, yang terdiri atas 32 PNS dan hanya memiliki 1 orang pegawai yang perekrutannya menggunakan dana yang tersedia di Bagian Tata Persuratan. Pengambilan kebijakan tersebut karena Bagian Tata Persuratan mengalami kekurangan pegawai 10

11 guna mendistribusikan surat/undangan/dokumen di lingkungan Setjen DPR RI. Satu orang pegawai yang direkrut tersebut dilakukan karena seringkali pekerjaan ekspedisi surat yang ada di dalam lingkungan komplek DPR RI menjadi terhambat. Oleh karena itu bagian tata persuratan merekrut pegawai yang honorariumnya dibayar menggunakan uang bagian. Pegawai tersebut bertugas sebagai pendistribusi surat yang ada di dalam kompleks DPR RI dan melakukan pengecapan stempel surat. Pegawai tersebut sudah lama menjadi pegawai di Bagian Tata Persuratan, kurang lebih 20 tahun. Awalnya bekerja sebagai honor Setjen DPR RI namun tidak dapat diangkat menajdi PNS karena terkendala usia yang telah melampaui batas maksimal. Pegawai tersebut dibayar sebesar Rp setiap bulannya yang berasal dari uang kas Bagian Tata Persuratan. Adanya pegawai yang honorariumnya dibayar menggunakan uang bagian, juga belum menyelesaikan masalah besarnya beban kerja ekspedisi surat yang ada dibagian tata persuratan. Oleh karena itu Bagian Tata Persuratan membutuhkan tambahan pegawai sebanyak orang untuk menyelesaikan beban pekerjaan yang ada. Tambahan pegawai tersebut dapat berasal dari PNS ataupun bisa juga diusahakan dari perekrutan PTT. Sampai saat ini Bagian Tata Persuratan masih membutuhkan tambahan pegawai karena terjadi pengurangan pegawai sebab beberapa PNS yang ada di Bagian Tata Persuratan telah pensiun. Bahkan ditahun 2014 akan ada pengurangan jumlah pegawai di bagian tata persuratan yang disebabkan oleh pensiun sebanyak 7 orang. Oleh karena itu perlu diberi tambahan jumlah pegawai. Ketika hal tersebut tidak bisa di penuhi melalui rekrutmen PNS maka Bagian Tata Persuratan mengajukan permohonan tambahan pegawai sebanyak 10 orang Non-PNS melalui mekanisme PTT. D. Bagian Perlengkapan Bagian Perlengkapan merupakan bagian yang memiliki tugas penyimpanan dan pengadaan barang serta pendistribusian perlengkapan, peralatan dan inventaris kantor. Selain itu bagian perlengkapan juga bertugas untuk melakukan pemeliharaan atas invetaris kantor tersebut. Di Bagian 11

12 Perlengkapan terdapat 32 pegawai yang terdiri atas 28 Orang PNS dan 4 orang pegawai yang pembayaran honorarium menggunakan uang bagian. Bagian Perlengkapan dalam menjalankan tugasnya terkadang menemui kondisi kekurangan pegawai. Karena pekerjaan yang ada merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh PNS Golongan I yaitu mengangkat kursi untuk sebuah acara dan tugas sejenisnya. Namun karena tidak ada lagi PNS dengan kualifikasi tersebut maka pekerjaan ini terkadang dilakukan dengan bantuan dari bagian lain. E. Bagian Pengamanan Dalam Bagian Pengamanan Dalam memiliki tugas untuk melakukan penyelenggaaraan keamanan dan ketertiban di lingkungan/kawasan kerjanya khususnya pengamanan secara fisik. Lingkungan/kawasan kerja yang dimaksud tentu saja meliputi komplek perkantoran DPR/MPR/DPR RI seerta fasilitas pendukung lain yang tersedia termasuk RJA dan Wisma Kopo DPR RI. Saat ini Bagian Pengamanan dalam memiliki 487 orang pegawai yang mekanisme perekrutannya berbeda-beda. Berdasarkan klasifikasi status pegawai terdapat 128 Orang PNS, 53 tenaga honorer, 6 orang pegawai yang pembayaran honorarium menggunakan uang bagian, dan sebanyak 300 orang tenaga yang dipekerjakan melalui pihak ketiga. Dalam menjalankan tugas penyelanggaraan keamanan, Bagian Pengamanan Dalam terdiri atas struktur organisasi yang mana dipegang oleh PNS, selaku pimpinan dari pasukan pengamanan yang ada. Struktur organisasi tersebut dari pangkat terendah sampai dengan pangkat tertinggi dipengang oleh PNS. Sedangkan untuk pegawai yang dipekerjakan melalui pihak ketiga, di fungsikan sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan keamanan di lapangan. Terdapat beberapa kendala yang sering ditemui oleh Bagian Pengamanan Dalam ketika menjalankan tugasnya. Kendala tersebut antara lain luasnya cakupan kerja yang dimiliki Bagian Pengamanan Dalam karena MPR dan DPD RI yang juga berada dalam komplek yang sama dengan DPR RI. Jumlah pegawai yang sangat besar juga terkadang menjadi kendala dalam praktek di lapangan yang ditemui oleh Bagian Pengamanan Dalam. 12

13 Pimpinan Biro Umum menyarankan agar pengamanan dalam menjadi UPT tersendiri. Hal ini penting karena dengan demikian Bagian Pengamanan dalam dapat lebih mudah mengatur dinamika yang terjadi di dalam upaya penyelenggaran keamanan antara lain: pengaturan pemberhentian pegawai Non-PNS, evaluasi kinerja pegawai baik pegawai PNS maupun pegawai nonpns, serta bagaimana menekan angka resiko yang ada dalam upaya penyelenggaraan keamanan bagi kegiatan dewan. F. Permasalahan di Lapangan Permasalahan yang muncul di lingkungan Biro Umum yang terkait dengan keberadaan Pegawai Non-PNS adalah: 1. Di Bagian Tata Persuratan khususnya Sub-Bagian Penggandaan memiliki beberapa alat yang harus dioperasikan oleh orang yang memiliki keahlian tertentu, namun orang dengan keahlian tersebut belum tersedia karena pegawai yang sebelumnya memiliki keahlian tersebut telah pensiun. Oleh sebab itu, perlu dalam penambahan pegawai yang dibutuhkan oleh bagian tata persuratan perlu dilakukan perekrutan pegawai dengan kualifikasi tertentu yaitu mahir dalam mengoperasikan alat penggandan sesuai dengan yang tersedia di Bagian Tata Persuratan. 2. Selain itu adanya 3 jenis status pegawai yang ada di Bagian Pengamanan Dalam juga terkadang menimbulkan kendala dalam upaya penyelenggaran pengamanan. Hal tersebut karena terkadang timbul kecemburuan sosial antara pegawai dengan status yang berbeda-beda. Sedangkan upaya pengajuan pegawai honorer untuk menjadi pegawai negeri nyatanya sulit sekali dilaksanakan karena terganjal dengan ketentuan yang ada. Pimpinan Biro Umum menyarankan agar sebaiknya tenaga honorer yang ada segera diangkat menjadi PNS sehingga status pegawai yang ada di Bagian Pengamanan Dalam hanya terdiri atas 2 jenis yaitu PNS dan Non-PNS, baik Non-PNS yang diangkat melalui mekanisme PTT maupun melalui perjanjian dengan pihak ketiga. 3. Masih terdapat pegawai yang dibayar oleh Bagian (honor bagian). Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan dari mana sumber uang untuk membayar honor tersebut. 13

14 BAB EMPAT EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PNS A. Sumber Daya Manusia 1. Secara konteks, dengan fokus pada pengembangan sistem pengelolaan Pegawai Non PNS maka belum adanya konsep pengelolaan yang jelas. Karena itu ke depan perlu adanya sistem pembinaan Pegawai Non-PNS. 2. Secara input, dalam pembinaan SDM Non PNS belum ada pedoman atau panduan dalam perekrutan (termasuk dalam pengembangan, evaluasi, dan pengukuran kinerja Pegawai Non-PNS), terutama basis kompetensi yang dibutuhkan. 3. Secara proses, data base tentang Pegawai Non PNS masih terbatas dan belum terintegrasi dengan data pegawai PNS dikarenakan belum memiliki sistem informasi (data base) yang baik. Dalam date base Pegawai Non PNS harus juga memuat kompetensi pegawai. 4. Secara produk dengan fokus untuk mengukur kebutuhan Pegawai Non PNS belum ada standarnya sehingga kebutuhan Pegawai Non PNS tidak belum dapat diketahui dengan pasti. B. Metode Pengelolaan 1. Secara konteks, sistem yang dikembangkan dalam pengelolaan Pegawai Non PNS adalah pengelolaan melalui sistem honorer (PTT), pihak ketiga, dan bagian. 2. Secara input, pengelolaan belum dituangkan dalam Rencana Kerja Unit Organisasi secara tahunan (kecuali melalui pihak ketiga dikarenakan terkait dengan pengadaan barang dan jasa). 3. Secara proses sistem pengelolaan belum diatur dalam pengaturan secara internal, baik dalam Peraturan Sekjen DPR RI, Pedoman Pengelolaan, maupun SOP. 4. Secara produk dengan fokus pada pengukuran pencapaian tujuan pada akhir program/kegiatan/sub kegiatan belum ada pengukuran kinerja 14

15 sehingga ke depannya dalam evaluasi pengelolaan Pegawai Non PNS harus memasukan sistem pengelolaan. C. Sarana dan Prasarana 1. Secara konteks, belum ada sistem pengelolaan Pegawai Non PNS yang baku yang menjadi standar dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam bekerjanya. 2. Secara input, kebutuhan sarana dan prasarana bagi pegawai Non PNS belum dituangkan dalam Rencana Kerja Biro tahunan. 3. Secara proses dengan fokus pada penyediaan informasi mengenai Pegawai Non PNS perlu dibuat suatu database Pengelolaan Pegawai Non PNS. 4. Secara produk dengan fokus untuk mengukur kebutuhan sarana dan prasarana Pegawai Non PNS belum ada standarnya sehingga evaluasi belum bisa dilaksanakan. D. Penganggaran 1. Secara konteks, pada sistem penganggaran untuk Pegawai Non PNS memiliki standar baku karena mengacu kepada peraturan perundangundangan. 2. Secara input, dengan fokus pencapaian tujuan pengunaan Pegawai Non PNS maka perlu disusun Rencana Kebutuhan Pegawai Non-PNS yang memiliki sasaran jangka pendek dan panjang. 3. Secara proses dengan fokus pada penyediaan informasi untuk membuat keputusan dalam melaksanakan program, maka dalam date base Pegawai Non PNS harus juga memuat standarisasi kompensasi (pegwai yang berbasis keahlian/profesional). 4. Secara produk dengan fokus pada mengukur pencapaian tujuan maka harus dibarengi dengan akuntabilitas dalam pengelolaan Pegawai Non- PNS. Selama ini pengukuran masih pada administrasi pertanggungjawaban keuangannya (kecuali honor bagian). 15

16 BAB LIMA PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik beberapa informasi penting sebagai berikut: 1. Berdasarkan studi kasus di tiga biro menunjukkan bahwa keberadaan Pegawai Non PNS tidak bisa dihindari dikarenakan untuk memenuhi beban kerja yang ada pada biro yang bersangkutan tetapi tidak dapat dilakukan oleh Pegawai PNS semata. 2. Untuk kasus tertentu keberadaan Pegawai Non PNS di suatu bagian justeru memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh bagian tersebut dibandingkan kompetensi yang dimiliki PNS-nya. 3. Selama ini kebutuhan Pegawai Non PNS tidak dapat diketahui kebutuhannya secara tepat karena tidak ada pengukuran analisa beban kerja untuk Pegawai Non PNS maupun analisa beban kerja untuk Bagian/Biro secara totalitas (baik PNS dan Non PNS). 4. Namun demikian kebutuhan Pegawai Non PNS (terutama honorer) terus meningkat pada setiap biro tetapi kebijakan honorer sudah dihapuskan sehingga kebutuhannya dilakukan melalui alih daya dan pihak ketiga (melekat pada kebutuhan pengadaan barang dan jasa). 5. Keberadaan pegawai PTT yang dahulu direkrut sebagai pegawai honor telah menjadi persoalan pelik, yaitu tuntutan untuk menjadi PNS padahal kebijakan pengangkatan pegawai honor (PTT) untuk menjadi PNS sudah tidak dapat dilakukan. B. Rekomendasi Berdasarkan pembahasan sebelumnya terdapat beberapa permasalahan yang muncul terkait pengelolaan Pegawai Non PNS, sehingga dibutuhkan beberapa rekomendasi untuk perbaikan ke depan, yaitu: 1. Perlu adanya pengklasifikasian yang jelas tentang Pegawai Non PNS yang mengacu kepada: 16

17 1) Pegawai Tugas Perbantuan untuk memenuhi kebutuhan teknis, administrasi dan keahlian. Pegawai jenis ini dilakukan untuk mengganti pegawai honorer; 2) Pegawai kontrak untuk keahlian seperti Tenaga Ahli dan administrasi khusus seperti Asisten Anggota; dan, 3) Pegawai alih daya di mana pengadaan dan pengelolaannya terkait dengan pengadaan barang dan jasa. 2. Untuk mengukur kebutuhan Pegawai Non-PNS secara tepat maka perlu adanya pengukuran beban kerja (analisa beban kerja) yang melibatkan PNS dan Non PNS untuk semua unit organisasi yang ada di Setjen DPR RI. 3. Dari sisi SDM maka perlu adanya: 1) Penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya; dan, 2) Peningkatan kompetensi terutama untuk PNS yang selama ini tugas dan fungsinya dikerjakan oleh Pegawai Non PNS dikarenakan ketidakkompetensian. 4. Dari sisi metode maka perlu adanya perbaikan dalam mekanisme kerja, yaitu perlunya mengembangkan manajemen pengetahuan (knowledge management). Dengan konsep ini maka pengetahuan tentang organisasi tidak dikuasai oleh pegawai tetapi milik organisasi. 5. Untuk memudahkan pengelolaan Pegawai Non-PNS, maka perlu adanya database Pegawai Non-PNS. 6. Perlu segera disusun Pedoman Pengelolaan Pegawai Non-PNS. 17

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kepegawaian. Jabatan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kepegawaian. Jabatan. Pencabutan. No.2028, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kepegawaian. Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MOR 39 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2012 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Juli 2011

RENCANA KINERJA TAHUN 2012 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Juli 2011 RENCANA TAHUN 2012 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Juli 2011 Unit : BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN Tahun : 2012 RENCANA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MADIUN No. 1. Kepala Dinas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan manajemen Aparatur Sipil Negara dan non Aparatur Sipil Negara di lingkungan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2011 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Mei 2010

RENCANA KINERJA TAHUN 2011 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Mei 2010 RENCANA TAHUN 2011 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, Mei 2010 RENCANA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Unit : BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NAMA JABATAN

JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NAMA JABATAN 5 2013, No.447 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL Contoh Informasi Faktor Jabatan Struktural INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL Nama Jabatan : Asisten Deputi Kesejahteraan Sumber Daya Manusia Aparatur, Kedeputian Sumber Daya Manusia Aparatur, Kementerian

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATIJ'R NEGARA NOMOR PER/ 01 /M.PAN/ 01 /2009 TENTANG ORGANTSASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5328 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Sistem. Manajemen. SDM. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Achmad Djuned, SH, MH

Achmad Djuned, SH, MH Achmad Djuned, SH, MH PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi oleh Sistem Pendukung, pada dasarnya terangkum dalam empat permasalahan besar, yang dapat dilihat dengan pendekatan elemen organisasi (4M),

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19 TAHUN 2OL4 TANGGAL : 17 JVLI 2OL4 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK)

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) No Informasi Yang 1. Staf Ahli Baleg Rekrutmen pertama staf

Lebih terperinci

RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Permentan No.30 Tahun 2011) A. BAGIAN ORGANISASI 1. Subbagian Evaluasi Organisasi Subbagian Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI II.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Biro Organisasi Tugas dan Fungsi pada Biro Organisasi berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA NO FOKUS PEMBARUAN PENGADAAN PEGAWAI A 1 Perencanaan Kebutuhan Pegawai PERMASALAHAN SARAN TINDAK INDIKATOR KEBERHASILAN Data formasi pegawai yang telah diusulkan kepada

Lebih terperinci

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 4 PENGUATAN KELEMBAGAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA A. ROAD MAP 2015 2019 Rencana Aksi Area Perubahan

Lebih terperinci

12. Pencetakan dokumen SOP dan pendistribusian. Setelah SOP mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang, dilengkapi dokumen pendukung lainnya, dilakukan pencetakan selanjutnya dokumen SOP didistribusikan

Lebih terperinci

- 4 - BAB III SEKRETARIAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

- 4 - BAB III SEKRETARIAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi - 4 - BAB III SEKRETARIAT JENDERAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 5 (1) Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL

SEKRETARIAT JENDERAL KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT JENDERAL Keberadaan Sekretariat Jenderal selanjutnya disebut Setjen adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri. Setjen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk dan Bidang Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa dunia kerja sebenarnya yang sesuai dengan pendidikan yang dapat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk

Lebih terperinci

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) LANDASAN HUKUM DUKUNGAN KEAHLIAN DPR RI Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.574, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. ORTA. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR PERATURAN MENTERI KOORDINATOR NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Tahun 2010

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN WAY KANAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Biro Perlengkapan, dan Aset mempunyai rincian tugas sebagai berikut: a. merum

(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Biro Perlengkapan, dan Aset mempunyai rincian tugas sebagai berikut: a. merum Bagian Ketiga Kepala Biro Perlengkapan dan Aset Pasal 106 (1) Kepala Biro Perlengkapan dan Aset mempunyai tugas pokok membantu Asisten Daerah Administrasi Umum melaksanakan pembinaan, koordinasi, evaluasi,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 41 TAHUN TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 41 TAHUN TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 41 TAHUN 2010 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008 Lampiran 1 DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008 Satuan Organisasi/Unit Kerja A. Rumah Tangga Kepresidenan 1. Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sekretaris mempunyai fungsi : a. penyusunan program kerja di bidang kesekretariatan Dinas; b. penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan perumusan kebijakan teknis di bidang Perhubungan, Komunikasi dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-XIII.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-XIII.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-X.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tata Ruang, Permukiman dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM Sejalan dengan perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

Bunga Rampai Administrasi Publik. Agustinus Sulistyo Tri P., SE., M.Si 2 Benedicta Retna Cahyarini, S. Sos 3

Bunga Rampai Administrasi Publik. Agustinus Sulistyo Tri P., SE., M.Si 2 Benedicta Retna Cahyarini, S. Sos 3 POKOK-POKOK PENATAAN SISTEM KEPEGAWAIAN NEGARA DALAM KERANGKA PENEGAKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (Perkembangan Konsep-Konsep dalam RUU ASN) 1 Agustinus Sulistyo Tri P., SE., M.Si 2 Benedicta

Lebih terperinci

Untuk mengetahui jumlah pegawai yang tepat sesuai kebutuhan organisasi, perlu dilakukan penghitungan kebutuhan pegawai.

Untuk mengetahui jumlah pegawai yang tepat sesuai kebutuhan organisasi, perlu dilakukan penghitungan kebutuhan pegawai. 2013, No.255 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

enyusunann Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2016

enyusunann Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2016 Kata Pengantar enyusunann Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 206 ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat Tahun 2015 di susun dalam bentuk rencana kegiatan Biro Umum dan Hubungan Masyarakat, yang berisi tentang kegiatan dan target

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN Dalam rangka menunjang terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan yang lebih berdaya dan berhasil guna serta bertanggungjawab, maka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Bina Margadan Pengairan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwal Nomor 88 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Satuan Kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 08 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENDIDIKAN DAN LATIHAN AHLI MULTI MEDIA DI YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1365, 2015 KEMEN-ESDM. Tunjangan Kinerja. PNS. Pemberian. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA I. UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.653, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Kelas Jabatan. Struktural. Fungsional. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi

Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi A. Tim Evaluasi T im Evaluasi ditetapkan dengan Keputusan Deputi Menteri Sekretaris Negara Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci