PERBEDAAN KADAR LEUKOSIT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA FASE AWAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KADAR UREUM-KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FASE AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tuberkulosis yang menyerang organ diluar paru-paru disebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru)

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kuman mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dapat menginfeksi paruparu

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Insidensi TB di Asia Tenggara pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011


PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Gambaran enzim transaminase pada pasien tuberkulosis paru yang diterapi dengan obat-obat anti tuberkulosis di RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Microbacterium tuberculosis (WHO, 2012).Bakteri ini menyebar melalui droplet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

KADAR ASAM URAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DENGAN TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI PUSKESMAS CEMPAKA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

1 Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

OVERVIEW OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN THE LANGENSARI COMMUNITY HEALTH CENTER, BANJAR, 2013 PERIOD

Kata kunci : Tuberkulosis, Obat Anti Tuberkulosis, Efek Samping Obat

Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah As

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr.

Transkripsi:

PERBEDAAN KADAR LEUKOSIT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA FASE AWAL Gita Bestari 1, Adang 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract Background: Tuberculosis is a serious health problems that should be concerned. According to statistics of the World Health Organization (WHO) show there are 8,6 million cases of tuberculosis and 1,3 million deaths due to tuberculosis. Indonesia include one of 5 highest incidence of tuberculosis cases in the world. This study aimed to determine the serum levels of Leukosit and in patients with pulmonary tuberculosis before and after administration of the initial phase OAT. Research Design: This study used observational cohort study research design. Observations were carried out in patients with tuberculosis who received therapy for 2 months OAT against Leukosit before and after treatment. Subjects were new cases of pulmonary TB patients aged 16 years. Materials such examination median cubital vein blood samples to measure levels of Leukosit. Results: The research subjects are 19 people. Examination of Leukosit performed before and after administration of the initial phase OAT. The results of data analysis showed that changes in the levels of Leukosit significance value p = 0.000 (<0.05). This suggests that there are differences in the levels of Leukosit before and after administration of the initial phase OAT. Conclusion: This study showed that there are differences in the levels of Leukosit before and after administration of the initial phase of anti-tuberculosis drugs. Keywords: Tuberculosis, Leukosit, Antituberculous, Initial Phase. Intisari Latar Belakang : Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan serius yang memerlukan perhatian. Menurut data statistik World Health Organization (WHO) terdapat 8,6 juta kasus tuberculosis dan 1,3 juta kematian karena tuberkulosis. Indonesia masuk dalam 5 besar insidensi tertinggi kasus tuberculosis di dunia. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kadar leukosit pada pasien tuberculosis paru sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal. Desain penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian studi kohort. Pengamatan dilakukan pada penderita tuberkulosis yang mendapatkan terapi OAT selama 2 bulan terhadap jumlah leukosit sebelum dan sesudah pengobatan. Subyek penelitian adalah pasien TB paru kasus baru berusia 16 tahun. Bahan pemeriksaan berupa sampel darah vena mediana cubiti untuk mengukur jumlah leukosit. Hasil : Subyek penelitian berjumlah 19 orang. Pemeriksaan kadar Leukosit dilakukan sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal. Hasil analisis data perubahan kadar Leukosit menunjukkan bahwa nilai signifikansi p= 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal. Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberkulosis fase awal. Kata kunci: Tuberkulosis, Leukosit, OAT, Fase Awal

Pendahuluan Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang sering menyerang paru-paru (TB pulmoner) namun dapat menyerang bagian lain (TB ekstrapulmoner). Tuberkulosis paru merupakan tuberkulosis yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis paru adalah bentuk TB paling mudah menular.tuberkulosis ekstrapulmoner adalah bentuk penyakit TB yang dapat menyerang organ tubuh selain paru-paru diantaranya seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit TBC ini merupakan kuman yang dapat menyerang semua organorgan dari tubuh. (Hiswani,2010) Prevalensi tuberkulosis yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka yang tinggi yakni menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah Negara Cina dan India. Angka kejadian TB pada tahun 1998 di Cina, India, dan Indonesia berturutturut diperkirakan mencapai 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus 1. Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin merupakan terapi yang digunakan untuk penderita tuberkulosis. Obat ini sering disebut Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang mana obat tersebut diberikan kepada pasien dalam bentuk kombinasi 2. Pengobatan yang diberikan kepada pasien tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap. Tahap pertama disebut tahan awal atau yang sering disebut dengan tahap intensif sedangkan tahap kedua disebut tahap lanjutan. Untuk pemberian terapi tahap awal pasien mendapatkan obat anti tuberkulosis setiap hari dan diperlukan pengawasan langsung untuk menghindari terjadinya resistensi obat anti tuberkulosis. Apabila pengobatan pada tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis dengan Batang Tahan Asam (BTA) positif akan menjadi BTA negatif dalam kurun waktu 2 bulan. Sedangkan pada fase lanjutan pasien mendapatkan obat dengan jenis yang lebih sedikit, tetapi dalam waktu yang lebih lama. Fase lanjutan penting untuk mematikan kuman yang menetap (persister) sehingga bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan 3. Pengobatan tuberkulosis tak lepas dari adanya efek samping yang ditimbulkan. Isoniazid memiliki efek samping hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas. Rifampisin menimbulkan berbagai efek samping antara lain gastrointestinal, reaksi kulit,hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan. Pirazinamid memiliki efek samping antara lain toksisitas hati, artralgia, gastrointestinal. Etambutol memiliki efek samping neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, penyempitan lapang pandang, hipersensitivitas, gastrointestinal. Sedangkan obat streptomisin memiliki efek ototoksik, nefrotoksik 3. Nefrotoksik tidak hanya dijumpai pada Sreptomisin 3. Ethambutol juga memliki efek nefrotoksik 4.

Pengobatan tuberculosis dengan obat anti-tuberkulosis dapat menurunkan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit,yang sebelumnya meningkat jumlahnya karena terjadi infeksi. Sehingga setelah beberapa bulan pengobatan didapatkan hasil hitung jenis leukosit dan hitung jumlah leukosit dalam jumlah yang normal kembali. Tujuan penelitian ini yaitu Mendeskripsikan karakteristik pasien tuberkulosis TB berdasarkan jenis kelamin dan Usia, Mendeskripsikan kadar Leukosit sebelum pengobatan OAT fase awal, Mendeskripsikan perbedaan kadar Leukosit setelah pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) fase awal, Mendeskripsikan kadar Leukosit sebelum dan setelah pengobatan OAT fase awal. Bahan dan Metode Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik, dengan pendekatan kohort prospektif yaitu dengan mengambil darah pasien tuberkulosis yang telah memenuhi kriteria sampel yang sudah ditentukan. Dalam hal ini penelitian akan dilakukan 2 kali yaitu pada saat pasien terdiagnosis tuberkulosis (belum diberi OAT) dan 2 bulan setelah menjalani terapi OAT (fase awal). Sampel diambil dari bulan Sempember hingga Desember 2014 dengan sampel berjumlah 19 orang dengan fungsi ginjal yang masih baik. Responden memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberikan informed consent. Sampel sebanyak 19 pasien dilakukan pemeriksaan kadar Leukosit yang dikalibrasi pada alat spektrofotometer oleh petugas laboran. Data yang diperoleh diolah dengan program computer SPSS 17.0 for Windows. Data yang diperoleh dari pengukuran kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberkulosis akan diuji menggunakan uji distribusi normalitas data yaitu menggunakan uji Saphiro-Wilk test. Apabila data terdistribusi normal maka perbedaan kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberculosis akan diuji dengan Paired T-test pada tingkat kemaknaan p<0,05. Apabila data terdistribusi tidak normal akan dilakukan uji statistic non parametric Wilcoxon test pada tingkat kemaknaan p>0,05. Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan [n=10, 53%]. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Salah Adalo dan kawan-kawan (2010) tentang Evaluation of The Effect of Anti Tuberculous Drug on The Liver and Renal Functions Tests in a Sudanese Cohort menunjukkan subyek penelitian laki-laki lebih dominan [n=84, 84%]. Pada penelitian ini Sebagian besar responden berusia 16-25 tahun (37%). Penelitian Menaldi Rasmin, dkk tentang Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS Persahabatan Januari Juli 2005 menunjukkan bahwa kelompok usia

TB terbanyak berusia 26-36 tahun (42,0%). Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita TB adalah dewasa muda yang merupakan usia yang masih produktif. Leukosit sebelum pengobatan didapatkan nilai rata-rata (mean ± SD) yaitu 10.7479 mg/dl. kadar Leukosit setelah pengobatan dengan OAT pada pasien TB didapatkan nilai rata-rata 6.6579 (mean ± SD) yaitu mg/dl. Hasil dari wilcoxon test didapatkan signifikansi sebesar p=0,000 (<0,05). Hal ini berarti pada pemberian OAT dapat menurunkan jumlah leukosit yang signifikan. Hasil penurunan kadar Leukosit yang signifikan tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eti Khotimah(2010) menunjukkan kadar leukosit meningkat, sedangkan setelah pemberian OAT leukosit mengalami penurunan. Pada penelitian tersebut menunjukkan pemberian OAT dapat meningkatkan konsentrasi leukosit secara signifikan. Pada penelitian ini didapatkan kadar Leukosit sebelum diberikan OAT rata-rata (mean±sd) 10.7479 mg/dl, sedangkan setelah diberikan OAT responden mempunyai rata-rata (mean±sd) 6.6579 mg/dl. Hasil dari wilcoxon test didapatkan signifikansi sebesar p= 0,000 (<0,05). Hal ini berarti pada pemberian OAT dapat menurunkan kadar leukosit secara signifikan. Meskipun dari data stastistik menunjukkan terdapat penurunkan jumlah leukosit yang signifikan, penurunan jumlah leukosit serum tersebut secara klinis masih dalam batas normal. Jumlah leukosit masih dalam batas normal yaitu pada 4,3-10,0mg/dl. (Lab BP4, 2014). Hasil penurunan jumlah leukosit yang signifikan tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eti Khotimah(2010) menunjukkan kadar leukosit sebelum pemberian OAT meningkat, sedangkan setelah pemberian OAT mempunyai nilai leukosit yang menurun.pada penelitian tersebut menunjukkan pemberian OAT dapat meningkatkan konsentrasi Leukosit secara signifikan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia didapatkan bahwa sebagian besar pasien tuberkulosis berjenis kelamin laki laki dan usia terbanyak yaitu antara 16-25 tahun. 2. Dari hasil uji analisis Jumlah Leukosit sebelum pengobatan didapatkan nilai rata-rata yaitu 10.7479 mg/dl. 3. Dari hasil uji analisis kadar Leukosit setelah pengobatan didapatkan nilai rata-rata yaitu 6.6579 mg/dl. 4. Hasil uji analisis menggunakan wilcoxon-test Jumlah Leukosit sebelum dan sesudah pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p=0,000

Saran (<0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan Jumlah Leukosit yang signifikan sebelum dan sesudah pengobatan dengan OAT. Meskipun perbedaan Leukosit sebelum dan sesudah pengobatan dengan OAT terdapat perbedaan namun menurut klinis masih dalam batas normal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Leukosit dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem kekebalan tubuh pada pasien Tuberkulosis yang menjalani pengobatan tuberkulosis. 2. Perlunya penambahan sampel yang lebih besar pada penelitian Perbedaan Leukosit Sebelum dan sesudah Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Fase Awal. 3. Perlunya mengendalikan variabel pengganggu yang dapat menaikan kadar Leukosit pada saat penelitian berlangsung. Tuberkulosis Dalam Proses Pengobatan Di BPKM.Semarang. 4.Gunawan, G.S., Setiabudi, R., Nafrialdi., Elysabeth.(2012).Farmakologi dan Terapi.Jakarta:Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FK.UI. 5.Kiswari, R. (2014).Hematologi & Transfusi.Jakarta:Erlangga. 6.Kusnadi S. Hidayat.(2010).Hubungan Jenis Leukosit Dengan Kejadian Tuberculosis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat.Makassar. 7.Profil Kesehatan Prov. D.I. Yogyakarta.(2011).Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 8.Sudoyo, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., et al. (2009).Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna Publishin. 9.WHO.(2012).Global Tuberculosis Report 2012. http://who.int/tb/publications/global_rep ort/gtbr12_main.pd Daftar Pustaka 1.Baratawidjaja, G.K & Rengganis, I. (2010).Imunologi Dasar..ED.9.Jakarta:FK UI,2010 2.C.T.Tiemessen, S. Shalekoff,S. Meddows-Taylor,. D. J. Martin. Anti tuberculosis treatment Increasing Evidence for Drugs Effect on Innate Cellular Immunity. University Johannesburg.South Africa 3.Eti Khotimah.(2012).Gambaran Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Dan Jumlah Leukosit Pada Penderita