BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan dan dapat menyerang semua golongan umur, yang lebih menakutkan adalah adanya ko-eksistensi Tb-HIV yang di kenal dengan istilah Double Trouble. Menurut WHO ( The World Health Organization ), negara Indonesia merupakan kontributor penderita Tb Paru terbesar ketiga setelah India dan Cina. Prevalensi tuberkulosis yang menular di Indonesia adalah kasus pertahun. ( John Croffon. Dkk.2002 ) Infeksi mikobakteria adalah termasuk di antara infeksi yang paling sulit di sembuhkan dari semua jenis infeksi bakteri. Sel-sel mikobakteri dapat menjadi dormant ( tidak aktif ), karena itu menjadi sangat resisten terhadap berbagai jenis obat, atau dapat di bunuh dengan sangat lambat oleh beberapa jenis obat yang aktif. Dinding sel mikobakteri yang kaya akan lipid tidak dapat di tembus oleh banyak agen. Organisme-organisme mikobakteri terletak di intrasel, dalam makrofag yang tidak dapat di tembus oleh obat-obat yang mempunyai daya penetrasi lemah. Akhirnya, mikobakteria terkenal dengan kemampuannya menimbulkan resistensi terhadap setiap obat tunggal, atas 1

2 2 dasar ini pengobatan tuberkulosis selalu mencakup dua obat atau lebih untuk mencegah dan memperlambat resistensi. ( Henry F chambers ). Obat-obatan yang di gunakan dalam pengobatan tuberkulosis terdiri dari beberapa kombinasi diantaranya yaitu streptomisin, rimfapisin, isoniazid, etambutol dan pirazinamid. Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kekambuhan. Idealnya pengobatan untuk menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji hapusan dahak maupun biakan kuman, dan hasil ini tetap negatif untuk selama-lamanya. Ada kesepakatan umum bahwa apa yang di sebut sebagai paduan pengobatan yang efektif ialah paduan pengobatan yang gagal kambuhnya kurang dari 5 %. ( DEPKES RI 2002 ) Walaupun obat anti tuberkulosis tersebut dapat di terima dalam terapi, tetapi semuannya mempunyai efeksamping yang potensial diantaranya yaitu penurunan trombosit ( trombositopenia ) yang terjadi pada minggu kedua dan kedelapan setelah pengobatan di mulai.( Departemen Farmakologi dan terapeutik. FK UI ). Trombosit merupakan sel kecil yang beredar dalam darah, yang mempunyai peranan penting untuk menghentikan perdarahan dan memulai perbaikan pembuluh darah yang cedera. ( willebrand.php ) Penurunan trombosit ( trombositopenia ) terjadi karena trombosit mengalami lisis langsung dalam sirkulasi dimana pada sebagian besar trombositopenia yang tergantung obat, antibodi di arahkan melawan antigen

3 3 protein obat-plasma, kemudian antigen protein obat-plasma tersebut di serap ke trombosit, selanjutnya trombosit di bungkus oleh imunoglobulin atau komplemen. Jika rangkaian komplemen di aktifkan, trombosit mengalami lisis langsung dalam sirkulasi sehingga jumlah trombosit sering kurang dari jumlah semestinya yaitu 10 x 10 9 /L. Kejadian adanya Drug Induced trombositopenia ( DIT ) berdasarkan laporan survey nasional yang di kutif George dkk, Inside Tahunan DIT berkisar antara 0,6-1,8 per populasi. Meskipun insiden DIT relatif rendah, namun pada bulan agustus 2004, terdapat 964 artikel ( berbahasa Inggris ) berisi laporan kasus DIT yang melibatkan 1316 pasien dan 281 jenis obat. ( Rahajuningsih, 2007 ). Hal ini merupakan gambaran dimana banyak obat yang dapat mengakibatkan trombositopenia dan di perlukan penelitian dan pengkajian lebih lengkap atau lebih lanjut mengenai masalah ini. B. Rumusan masalah Penurunan trombosit ( trombositopenia ) adalah merupakan salah satu efek samping dari terapi obat-obat antibiotika diantaranya yaitu obat anti tuberkulosis ( OAT ). Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbulah permasalahan yaitu bagaimana gambaran jumlah trombosit pada pasien pemakai obat anti tuberkulosis (OAT) itu.

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jumlah trombosit pada pasien pemakai obat anti tuberkulosis ( OAT ) Paket di wilayah Puskesmas Kecamatan Bumiayu-Brebes Jawa Tengah, yang sedang dalam masa pengobatan. 2. Tujuan Khusus : Menghitung jumlah trombosit pasien pemakai OAT berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan dan lama pemakaian OAT. a. Umur Lokasi dimana proses pembentukan sel darah ( trombosit ) pada manusia, akan mengalami suatu perubahan sejalan dengan tingkat perkembangan dan sejalan dengan bertambahnya umur orang tersebut. Sumsum tulang adalah tempat yang paling penting sejak usia 6-7 bulan kehidupan janin dan menjadi satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak dan dewasa yang normal ( Hoffbrand dkk, 2005; Kawthalkar, 2006; Bakta, 2007 ), Berdasarkan hal tersebut maka umur sangat berpengaruh atas perkembangan/ perubahan trombosit b. Jenis kelamin Jenis kelamin manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, pada umumnya laki-laki lebih banyak dalam melakukan aktifitas keseharian yang menggunakan tenaga atau mengurah tenaga, dimana pada penderita Tuberkulosis Paru kelemahan fisik tersebut sering terjadi,

5 5 hal tersebut memicu terjadinya infeksi yang semakin berat, dimana pada penyakit yang berat trombosit akan gunakan secara besar-besaran untuk menutupi luka infeksi yang terjadi, produksi trombosit akan dipacu secara berlebihan, maka akan banyak di dapatkan trombosit yang kurang cukup umur yang menyebabkan trombosit yang kurang cukup umur tersebut mudah sekali pecah sehingga berpengaruh pada jumlah trombosit. c. Berat Badan Bilamana seseorang menderita suatu penyakit maka hal tersebut seringkali akan terjadi perubahan pada berat badan orang tersebut, hal tersebut di karenakan sebagian besar penderita mengalami kurangnya asupan makanan karena terjadinya penurunan/kurangnya nafsu makan, dengan kurangnya asupan makanan menyebabkan perbaikan sel-sel tubuh dalam mengganti sel-sel yang rusak kurang optimal. Begitu pula halnya dengan trombosit, produksi trombosit akan terpengaruh oleh hal tersebut. d. Lama Pemakaian OAT Obat anti tuberkulosis merupakan salah satu obat yang menyebabkan terjadinya penurunan trombosit, hal tersebut terjadi ketika seseorang mengkonsumsi OAT maka antibodi orang tersebut akan bereaksi untuk melawan antigen OAT tersebut yang kemudian membawanya ke trombosit. Ketika komplemen yang merupakan bagian dari antibodi orang tersebut di aktifkan maka antigen OAT

6 6 bersama trombosit yang di lekatnya mengalami lisis/pecah secara langsung yang menyebabkan normalitas jumlah trombosit berkurang, hal tersebut kemungkinan kerusakannya akan meningkat bilamana OAT di konsumsi dalam jangka waktu lama. D. Manfaat Penelitian a. Penulis Menambah wawasan Penulis tentang jumlah trombosit pada pasien pemakai obat anti tuberkulosis (OAT) Paket di wilayah Puskesmas Kecamatan Bumiayu-Brebes. b. Dokter / pasien pemakai OAT. 1. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang menangani pasien pemakai OAT tentang jumlah trombosit pasiennya ketika mengkonsumsi OAT. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk pasien pemakai OAT agar rutin mengontrol jumlah trombositnya, dan membandingkannya tiap-tiap bulan, antara bulan ke 1 sampai ke 6 pemakaian OAT supaya perubahan yang terjadi pada jumlah trombositnya di ketahui dengan cepat.