PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BANGSA LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

CENDEKIA Edisi: Maret 2008 ISSN: HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

Keunggulan-keunggulan tersebut harus didorong dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi reproduksi Inseminasi Buatan (IB) untuk meningkatkan efisi

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis

EVALUASI KUALITAS SEMEN SAPI BRAHMAN DAN SAPI ONGOLE PADA PRODUKSI SEMEN BEKU DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB) LEMBANG BANDUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

THE QUALITY OF BOER GOAT FREEZING SPERMS USING MR. FROSTY EQUIPMENTS WITH DIFFERENT ANDROMED EQUILIBRATION

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

UJI KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER HASIL PEMBEKUAN MENGGUNAKAN MR. FROSTY PADA TINGKAT PENGENCERAN ANDROMED BERBEDA

Analisis Motilitas Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan dalam Berbagai Konsentrasi Andromed

MATERI DAN METODE. Materi

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Etawah dengan kambing lokal (Kacang). Kambing Etawah sendiri

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

Transkripsi:

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL Adhyatma, M., Nurul Isnaini dan Nuryadi Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot badan pejantan terhadap kualitas dan kuantitas semen segar Sapi Simmental. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar yang diperoleh dari 6 ekor pejantan Sapi Simmental. Metode yang digunakan adalah survei dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 25 ulangan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah warna, konsistensi, ph, motilitas massa, volume, motilitas individu, konsentrasi, jumlah spermatozoa dan jumlah spermatozoa motil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas semen segar pada ketiga kelompok bobot badan rendah, sedang dan tinggi secara berturut-turut adalah warna: putih susu 95%, 100%, 100%, konsistensi: encer, sedang, sedang, ph: 6.2-6,4, motilitas massa: 100%, 99%, 94% untuk (2+), volume: 7 ± 1,05; 8,5 ± 0,92 dan 8,1 ± 0,94 ml, motilitas individu: 59,4 ± 8,88; 60,6 ± 7,95 dan 56,3 ± 6,50 %, konsentrasi: 1.355,7 ± 153,60; 1.197,2 ± 158,88 dan 1.332,4 ± 146,51 juta/ml, jumlah spermatozoa: 9.299,1 ± 1.915,83; 10.181,9 ± 1.955,21 dan 10.826,9 ± 1.777,16 juta sel, jumlah spermatozoa motil: 5.481,3 ± 1.320,22; 6.082,6 ± 1.204,06 dan 5.886 ± 976,23 juta sel. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas dan kuantitas semen segar dari ketiga kelompok Sapi Simmental didapatkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada kelompok bobot badan sedang (840 dan 846 kg) berdasarkan warna, konsistensi, volume, motilitas individu dan jumlah spermatozoa motil. Kata kunci: sapi simmental, bobot badan, kualitas dan kuantitas semen THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY ABSTRACT This research was to compare semen quality and quantity of simmental cattle on the variation of weight. The research used six heads of cattle. The method of this research was survey method and analyze data using variety analyzing method, thus would be continued using duncan test if there are present significan differences. Simmental cattle at medium weight (840 and 846 kg) had more quality than other two groups of weight, which showed from highest scale of colour, and consistency. Simmental cattle at low weight (764 and 797 kg) showed a highest scale of ph and mass motility rather than other two groups of weight. The research of quantity of Simmental cattle at medium weight (840 and 846 kg) group showed highest scale of volume average at 8,5 ± 0,92 ml, individual motility average at 60,6 ± 7,95% and amount of motil spermatozoa average at 6.082,6 ± 1.204,06 (106) rather than other groups. Highest scale concentration had showed on low weight (746 and 797 kg) Simmental cattle group average at 1.355,7 ± 153,60 (106/ml). The high weight (942 and 952 kg) group of Simmental cattle showed highest amount of spermatozoa average at 10.826,9 ± 1.777,16 (106). Simmental cattle at medium weight (840-846 kg) had better semen quality and quantity than others. Keywords : Simmental cattle, cattle weight, quality and quantity of semen J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2:53-62, 2013 53

PENDAHULUAN Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produkproduk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa konsumsi produk peternakan masyarakat Indonesia relatif rendah. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan konsumsi produk peternakan khususnya daging adalah program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (Anonymous, 2010). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai Swasembada daging sapi 2014 yaitu dengan meningkatkan jumlah populasi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging di dalam negeri dengan cara penyediaan bibit ternak dan pengembangan mutu bibit ternak melalui teknologi inseminasi buatan. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) dapat memperbaiki mutu genetik bibit ternak dengan mengoptimalkan semen beku yang dihasilkan dari pejantan unggul. Melalui kegiatan IB penyebaran pejantan unggul dapat dilakukan ke daerah yang tidak memungkinkan untuk kawin alam serta dapat meningkatkan populasi ternak. Sumber daya manusia yang terlibat dalam penanganan semen di laboratorium sangat penting untuk perkembangan teknologi IB karena kualitas dan kuantitas semen dipengaruhi oleh teknik penampungan semen dan penyiapan laboratorium yang memadai (Luthan, 2010). Perlakuan penampungan semen yang baik dilakukan dengan peningkatan tingkah laku seksual sebelum kopulasi yang dipengaruhi oleh hormon testosteron, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah umur, lingkungan (suhu, penyinaran), nutrisi, frekuensi kawin serta bobot badan (Tomaszewska, Sutama, Putu, dan Chaniago, 1991). Testis yang berukuran besar diharapkan menghasilkan lebih banyak hormon testosteron. Berat dan ukuran testis ternak dipengaruhi oleh umur, bobot badan serta bangsa ternaknya (Toelihere, 1993). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen adalah bobot badan. Menurut Susilawati, Suyadi, Nuryadi, Isnaini dan Wahyuningsih (1993) semen yang berkualitas dari seekor penjantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: berat badan, umur pejantan, sifat genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan makanan. Sapi Simmental memiliki keunggulan pertumbuhan yang cepat dan harga jualnya yang tinggi. Kualitas semen yang dihasilkan oleh pejantan unggul mempunyai peranan penting dalam IB, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan hati-hati. Kriteria pejantan unggul yang baik adalah mempunyai kualitas semen yang bagus dan bobot badan yang tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh bobot badan terhadap kualitas semennya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang pada tanggal 1 Desember 2012 sampai dengan 1 Januari 2013. Data kualitatif yang diperoleh selama penelitian 54 Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan........ Adyatma, M., Dkk.

dianalisis menggunakan analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam. Materi Materi penelitian yang digunakan adalah semen segar yang ditampung dari 6 ekor pejantan Sapi Simmental berat badan (764 dan 797 kg), berat badan (840 dan 846 kg) dan berat badan (942 dan 952 kg). Metode Data yang digunakan di dalam penelitian ini bersifat sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan pemeriksaan pada semen Sapi Simmental yang ditampung dengan menggunakan vagina buatan. Variabel yang diamati adalah volume, warna, konsistensi, motilitas, ph, jumlah spermatozoa, jumlah spermatozoa motil dan konsentrasi semen segar. Semen Sapi Simmental diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan bobot badan : a. Sapi Simmental bobot badan rendah (764 dan 797 kg). b. Sapi Simmental bobot badan sedang (840 dan 846 kg) 1) Sapi Simmental bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) Pembagian kelompok bobot badan berdasarkan keterwakilan dari keseluruhan bobot badan Sapi Simmental yang ada. Penggunaan pejantan dari ketiga kelompok bobot badan tidak didasarkan pada umur yang sama, hal ini dikarenakan sangat sulit untuk memperoleh pejantan pada umur yang sama dengan rentang bobot badan yang berbeda signifikan. Penampungan semen Sapi Simmental di BBIB Singosari dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan 2 kali ejakulasi pada setiap penampungan. Jumlah ulangan selama penelitian ini sebanyak 25 kali penampungan. Data kualitatif yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam. Variabel Pengamatan Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah warna semen segar, konsistensi semen segar, derajat keasaman (ph), volume, konsentrasi, jumlah spermatozoa, jumlah spermatozoa motil dan motilitas semen segar. Analisa Data Data kualitatif yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tiga kelompok bobot badan yaitu rendah, sedang dan tinggi yang diulang sebanyak 25 kali. Apabila dari hasil analisis ragam terdapat perbedaan nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kualitas Semen Warna Semen Segar Hasil dari pemeriksaan warna semen segar menunjukkan bahwa persentase warna semen yang tertinggi dari masing-masing kelompok sapi terdapat pada warna putih susu, hasil ini menandakan bahwa warna semen dari ketiga kelompok sapi diatas masih dikatakan normal, keadaan seperti ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa warna semen sapi normal adalah putih susu dan 10% saja yang berwarna krem. Nursyam (2007) dan Feradis (2010) menambahkan bahwa semen sapi J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2:53-62, 2013 55

normal berwarna putih susu atau krem keputihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Hasil analisis deskriptif menunjukkan kurang dari 10% Sapi Simmental menghasilkan semen yang berwarna putih kekuningan. Warna ini diduga disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gen autosomonal resesif dan tidak mempengaruhi terhadap fertilitas (Toelihere, 1981). Arifiantini, Yusuf dan Graha (2005) menambahkan bahwa warna semen normal adalah kuning krem (yellowiss cream). Souhoka (2009) menyatakan bahwa semen segar yang memiliki jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warna lebih pekat. Hasil penelitian menunjukkan persentase warna semen segar yaitu putih susu pada sapi dengan kelompok bobot badan rendah merupakan paling rendah diantara kelompok bobot badan lainnya karena memiliki konsentrasi paling rendah. Konsistensi Semen Segar Pemeriksaan konsistensi semen dilakukan tidak dengan menggoyanng tabung yang berisi semen, tetapi dengan melihat angka konsentrasi semen yang sebelumnya telah dihitung dengan menggunakan spectrophotometer, dengan standar perhitungan sebagai berikut : < 1000 : encer, 1000-1500 : sedang, > 1500 : pekat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tingkat persentase konsistensi encer yang tertinggi pada kelompok sapi dengan bobot badan rendah (764 dan 797 kg) yaitu sebesar 95%, sedangkan pada kelompok sapi dengan bobot badan sedang (840 dan 846 kg) dan tinggi (942 dan 952 kg) persentase yang tertinggi terdapat pada konsistensi sedang yaitu sebesar 96% dan 92%. Butar (2009) menyebutkan bahwa konsistensi semen sapi adalah kental, sedang dan encer. Semakin tinggi konsentrasi maka konsistensi semen akan semakin pekat. Kekentalan atau konsistensi atau viskositas merupakan salah satu sifat semen yang memiliki kaitan dengan kepadatan atau konsentrasi spermatozoa didalamnya. Semakin kental semen dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi spermatozoanya (Feradis, 2010). Dari hasil pemeriksaan konsistensi semen Sapi Simmental pada 3 kelompok bobot badan, dua diantaranya yakni kelompok bobot badan sedang (840 dan 846 kg) dan tinggi 942 dan 952 kg) memiliki konsistensi semen sedang sehingga memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2001) yang menyatakan bahwa semakin kental semen menunjukkan semakin tinggi konsentrasi spermatozoa yang terkandung dalam semen tersebut. Motilitas Massa Semen Segar Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tingkat persentase motilitas massa pada ketiga kelompok Sapi Simmental relatif sama, yaitu motilitas massa kualitas bagus (++). Hal ini menunjukkan bahwa semen Sapi Simmental yang ditampung termasuk baik dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen beku. Spermatozoa umumnya mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama ke satu arah, sehingga membentuk suatu gelombang-gelombang yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat (Ihsan, 1992). Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase motilitas massa semen Sapi Simmental pada ketiga kelompok bobot badan yaitu rendah, sedang dan tinggi tergolong kualitas bagus (++) yaitu sebesar 100%, 99%, dan 94%. Pada kelompok bobot badan tinggi (942 dan 56 Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan........ Adyatma, M., Dkk.

952 kg) terdapat 6% yang memiliki motilitas massa yang kurang baik (encer), ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi sapi yang kurang optimal serta rendahnya daya adaptasi sapi tersebut terhadap iklim dan cuaca di Indonesia. Ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sarastina (2006) yang menyatakan bahwa sapi lokal akan memiliki daya adaptasi lebih baik dibandingkan dengan bangsa sapi impor Pemeriksaan Kuantitas Semen Volume Semen Segar Hasil pemeriksaan volume semen segar pada ketiga kelompok bobot badan Sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Pemeriksaan volume merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk mengetahui kuantitas semen segar setelah penampungan. Tabel 1. Volume Semen Segar pada 3 kelompok bobot badan Sapi Simmental. Bobot Badan (kg) Rendah (764 dan 797) Sedang (840 dan 846) Tinggi (942 dan 952) Volume rata-rata ± SD (ml) 7 ± 1.05 a 8.5 ± 0.92 b 8.1 ± 0.94 b Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Rata-rata volume semen segar Sapi Simmental pada bobot badan rendah (764 dan 797 kg) sebesar 7 ± 1,05 ml dengan kisaran 3,2 9,6 ml, bobot badan sedang (840 dan 846 kg) sebesar 8,5 ± 0,92 ml dengan kisaran 5,6 13,4 ml dan bobot badan tinggi (942 dan 952kg) sebesar 8,1 ± 0,94 ml dengan kisaran 5,2 12 ml. Sapi Simmental pada kelompok bobot badan sedang (840 dan846 kg) memiliki volume lebih banyak dibandingkan kedua kelompok lainnya dengan rata-rata 8,5 ± 0,92 ml. Perbedaan volume tersebut diduga karena ukuran testis yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi volume semen segar pada masing-masing kelompok bobot badan Sapi Simmental. Menurut Kartasudjana (2001), volume semen tergantung pada spesies ternak, sapi dan domba umumnya mempunyai volume ejakulat rendah, sedangkan semen babi dan kuda mempunyai volume ejakulat yang tinggi. Dari jenis ternak tersebut, volume semen juga dipengaruhi oleh bangsa, bobot badan, umur, pakan dan frekuensi penampungan. Pertambahan bobot badan sapi pejantan berhubungan erat dengan besarnya testis, ukuran testis yang besar mempunyai tubuli seminiferi yang lebih banyak sehingga akan meningkatkan jumlah spermatozoa yang didukung seminal plasma yang juga lebih banyak. Ukuran testis tersebut berkorelasi positif dengan pertambahan bobot badan (Mathevon, et al., 1998). Volume semen segar Sapi Simmental yang diperoleh selama penelitian termasuk normal sesuai dengan pendapat Luthan (2010) yang menyatakan bahwa hasil yang layak pada semen sapi adalah berwarna putih susu sampai krem sedangkan untuk volumenya berkisar 5 1 ml dan konsistensi sedang sampai kental dengan ph 6,8 7,2. Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar Hasil pemeriksaan motilitas individu semen segar pada ketiga kelompok bobot badan Sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot badan pejantan tidak mempengaruhi motilitas individu sperma- J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2:53-62, 2013 57

tozoa pada semen segar (P>0,05). Tabel 2. Motilitas Individu Semen Segar pada 3 kelompok bobotbadan Sapi Simmental Bobot Badan (kg) Rendah (764 dan 797) Sedang (840 dan 846) Tinggi (942 dan 952) Volume rata-rata ± SD (10 6 /ml) 1.355,7 ± 153,60 a 1.197,2 ± 158,88 b 1.332,4 ± 146,51 b Rata-rata motilitas individu tersebut menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Arifiantini, Yusuf dan Graha (2005) yang menyatakan bahwa persentase motilitas individu semen sapi Simmental yaitu 71,36 ± 16,446 %, sedangkan menurut Toelihere (1993) besaran persentase motilitas individu diatas masih dalam kisaran normal karena menurut pendapatnya sapi yang normal (fertile) mempunyai motilitas individu 40-75% spermatozoa yang aktif progresif. Motilitas spermatozoa dibawah 40% menunjukkan nilai semen yang kurang baik dan berhubungan dengan infertilitas. Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase motilitas individu pada kelompok sapi dengan bobot badan sedang (840 dan 846 kg) mempunyai nilai motilitas yang tertinggi daripada kelompok sapi lainya yaitu sebesar 60,6 ± 7,95 % dengan kisaran 25 70%. Motilitas individu sangat terkait dengan keberadaan seminal plasma yang berfungsi sebagai sumber energi. Energi yang digunakan untuk motilitas spermatozoa berasal dari perombakan ATP di dalam selubung mitochondria melalui reaksi-reaksi penguraiannya menjadi ADP dan AMP. Energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan sebagai pergerakan (energi mekanik) atau sebagai biosintesis (energi kimiawi). Dalam semen terdapat empat bahan organik yang dapat dipakai secaralangsung maupun tidak langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energy untuk kelangsungan hidup dan motilitas spermatozoa, bahan-bahan tersebut berupa fruktosa, sorbitol, GPC dan plasmalogen (Toelihere, 1993). Konsentrasi Semen Segar Hasil pemeriksaan konsentrasi spermatozoa semen segar pada ketiga kelompok bobot badan Sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi Semen Segar pada 3 kelompok bobot badan Sapi Simmental Bobot Badan (kg) Motilitas Individu rata-rata ± SD (%) Rendah (764 dan 797) 56.3 ± 6.50 Sedang (840 dan 846) 59.4 ± 8.88 Tinggi (942 dan 952) 60.6 ± 7.95 Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Pemeriksaan konsentrasi merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk mengetahui kuantitas semen segar setelah penampungan Rata-rata konsentrasi semen segar SapiSimmental pada kelompok bobot badan rendah (764 dan 797kg) sebesar 1.355,7 ± 153,60 (106/ml) dengan kisaran 45 2.021 (106/ml), bobot badan sedang (840 dan 846 kg) sebesar 1.197,2± 158,88 (106/ml) dengan kisaran 666 1.672 (106/ml), dan bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) sebesar 1.332,4 ± 146,51 (106/ml) dengan kisaran 751 1.661 (106/ml). Sapi 58 Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan........ Adyatma, M., Dkk.

Simmental pada kelompok bobot badan rendah menunjukkan konsentrasi semen yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bobot badan yang lain dengan rata-rata 1.355,7 ± 153,60 (106/ml). Hasil analisis ragam ini sesuai dengan pendapat Komar, Lestari dan Prasakti (2012) bahwa hubungan antara bobot badan dengan motilitas dan konsentrasi semen mempunyai hubungan negative sehingga semakin tinggi bobot badan, maka semakin rendah motilitas dan konsentrasi semennya. Perbedaan konsentrasi semen segar tersebut dapat dilihat dari kenaikan bobot badan yang tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah konsentrasi spermatozoa sedangkan menurut Toelihere (1981) menyatakan sapi cenderung mempunyai volume yang rendah dengan konsentrasi yang tinggi. Perbedaan konsentrasi dimungkinkan oleh gangguan kesehatan alat reproduksi yang mengakibatkan kurang berperannya FSH ( Folicle Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk menstimulir pertumbuhan sel-sel graminatif dari tubuli seminiferi dan mendorong proses spermatogenesis secara sempurna (Salisbury dan Vandemark, 1985). Ditambahkan oleh Braunstein (1997) bahwa jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat dan menurunkan kualitas spermatozoa yang dihasilkan. Konsentrasi semen segar Sapi Simmental yang diperoleh selama penelitian termasuk normal sesuai dengan pendapat Soedjana (2007) yang menyatakan bahwa pemeriksaan dan penghitungan menggunakan spectrophotometer, konsentrasi dengan konsentrasi minimal semen sapi Simmental adalah 1.000x106 spermatozoa per ml Jumlah Spermatozoa Semen Segar Hasil pemeriksaan jumlah spermatozoa semen segar pada ketiga kelompok bobot badan Sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Spermatozoa Semen Segar pada 3 kelompok bobot badan Sapi Simmental Bobot Badan (kg) Rendah (764 dan 797) Sedang (840 dan 846) Tinggi (942 dan 952) Jumlah Spermatozoa 6 rata-rata ± SD (10) 6 9.299,1 ± 1.915,83 a 10.181,9 ± 1.955,21 a 10.826,9 ± 1.777,16 b Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05). Jumlah spermatozoa semen segar Sapi Simmental pada kelompok bobot badan rendah (764 dan 797 kg) memiliki rata-rata sebesar 9.299,1 ± 1.915,83 (106) dengan kisaran 153 17.312 (106), bobot badan sedang (840 dan 846 kg) sebesar 10.181,8 ± 1.955,21 (106) dengan kisaran 5.839,2 19.045 (106) dan bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) sebesar 10.826,9 ± 1.777,16 (106) dengan kisaran 6.126,4 19.596 (106). Sapi Simmental pada kelompok bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) menunjukkan jumlah spermatozoa yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bobot badan yang lain dengan rata-rata 10.826,9 ± 1.777,16 (106). Hasil jumlah spermatozoa diperoleh dengan cara mengalikan volume semen dengan konsentrasi semen. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa semakin bertambah bobot badan Sapi Simmental maka jumlah spermatozoa semen segar akan semakin meningkat. Jumlah J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2:53-62, 2013 59

spermatozoa semen segar Sapi Simmental pada semua kelompok bobot badan menunjukkan berbedaan nyata karena peningkatan volume semen segar yang dihasilkan tidak diikuti dengan peningkatan konsentrasi semen segarnya, sehingga hasil perhitungan jumlah spermatozoa mengalami perbedaan yang signifikan. Pertambahan bobot badan sangat mempengaruhi besarnya testis dan cairan seminal plasma sehingga volume semen semakin bertambah. Ini diperkuat oleh Wijono (1999) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan ukuran testis sedangkan ukuran testis sangat mempengaruhi kualitas semen. Konsentrasi semen mengalami penurunan karena terganggunya proses spermatogenesis akibat dari semakin tingginya bobot badan. Pada ternak yang terlalu tinggi bobot badannya (mencapai 1000 kg) tidak baik digunakan sebagai pejantan dengan tujuan penghasil sperma karena ternak yang terlalu gemuk banyak penimbunan lemak pada skrotum, sehingga mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga menurunkan produksi spermatozoa (Toelihere, 1993). Jumlah Spermatozoa Motil SemenSegar Hasil pemeriksaan jumlahspermatozoa motil semen segar pada ketiga kelompok bobot badan Sapi Simmental dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot badan yang berbeda tidak menghasilkan spermatozoa motil semen segar yang berbeda (P>0,05). Jumlah spermatozoa motil semen segar Sapi Simmental pada kelompok bobot badan rendah (764 dan 797 kg) memiliki rata- rata sebesar 5.481,3 ± 1.320,22 (106) dengan kisaran 61,2 9.740,9 (106), bobot badan sedang (840 dan 846 kg) sebesar 6.082,6 ± 1.204,06 (106) dengan kisaran 2.797,2 13.331,5 (106) dan bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) sebesar 5.886 ± 976,23 (106) dengan kisaran 1.976,9 9.538,7 (106). Sapi Simmental pada kelompok bobot badan sedang (840 dan 846 kg) menunjukkan jumlah spermatozoa motil yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bobot badan yang lain dengan rata-rata 6.082,6 ± 1.204,06 (106). Tabel 5. Jumlah Spermatozoa Motil Semen Segar pada 3 kelompok bobot badan Sapi Simmental. Bobot Badan (kg) Jumlah Spermatozoa Motil rata-rata ± SD (10) 6 Rendah (764 dan 797) 5.481,3 ± 1.320,22 Sedang (840 dan 846) 6.082,6 ± 1.204,06 Tinggi (942 dan 952) 5.886 ± 976,23 Hasil jumlah spermatozoa motil diperoleh dengan cara mengalikan jumlah spermatozoa dengan motilitas individu spermatozoa, pada kelompok bobot badan rendah (764 dan 797 kg) rata-rata jumlah spermatozoa semen segar : 9.299,1 juta sel, bobot badan sedang (840 dan 846 kg) 10.181,9 juta sel dan bobot badan tinggi (942 dan 952 kg) : 10.826,9 juta sel, sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin bertambah bobot badan Sapi Simmental maka jumlah spermatozoa semakin bertambah. Motilitas individu spermatozoa semen segar pada kelompok bobot badan rendah (764 dan 797 kg) memiliki rata-rata 59,4 %, bobot badan sedang (840dan 846 kg) 60,6 % dan bobot badan tinggi (942 dan 952kg) 56,3 %, sehingga dapat dinyatakan bahwa bobot badan yang terlalu berlebihan dapat menurunkan motilitas individu spermatozoa. 60 Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan........ Adyatma, M., Dkk.

Penurunan motilitas spermatozoa semen segar pada masing-masing kelompok diduga terjadi karena pertambahan bobot badan yang berlebihan menyebabkan sumber energi spermatozoa menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati, dkk (1993) bahwa ketersediaan sumber energi berupa fruktosa, GPC dan sorbitol dapat menyebabkan meningkatnya motilitas spermatozoa. Penurunan jumlah spermatozoa motil pada semua kelompok bobot badan cenderung dipengaruhi oleh rendahnya motilitas individu yang tidak berkorelasi positif dengan jumlah spermatozoa semen segar. Semakin tinggi jumlah spermatozoa motil sangat mempengaruhi tingginya angka kebuntungan (fertilitas), hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2004) yang menyatakan bahwa pada proses fertilisasi dibutuhkan spermatozoa yang motil dalam jumlah sekitar 10.000.000 spermatozoa. Ditambahkan oleh Lindemann (2011) bahwa rata-rata jumlah spermatozoa sapi sekali ejakulasi adalah 3.000 juta KESIMPULAN Hasil yang diperoleh menunjukkan bobot badan hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah spermatozoa semen segar dengan taraf kesalahan 5%, sedangkan bobot badan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap volume dan konsentrasi semen segar dengan taraf kesalahan 1%. Hasil dari pemeriksaan kualitas dan kuantitas semen segar dari ketiga kelompok Sapi Simmental didapatkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada kelompok bobot badan sedang (840 dan 846 kg) berdasarkan warna, konsistensi, volume, motilitas individu dan jumlah spermatozoa motil. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2010. Petunjuk Teknis Prosessing Semen Beku. http://www.ditjennak.go.id/regulasi%5cp erdirjen 73_2007.pdf. Diakses pada tanggal 12 Juli 2012 Arifiantini, I. R., Yusuf T.L., dan Yanti D. 2005. Kaji Banding Kualitas Semen Beku Sapi Friesian Holstein Menggunakan Pengencer DariBerbagai Balai InseminasiBuatan Di Indonesia. http://fkh.ipb.ac.id.diaksespada tanggal 19 Agustus 2012 Bearden, H. J. and Fuquay J. W. 1984.Applied Animal Reproduction.2nd edition. Reston Publishing Company, Inc, Virginia. Butar, E. 2009 Efektifitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental. http://repository.usu. ac.id/bitstream/1/09e00898.pdfdiakses pada tanggal 18 Agustus 2012. Feradis. 2010. BiotekonologiReproduksi Pada Ternak.Alfabeta. Bandung. Ihsan, M. N. 1992. Diklat Inseminasi Buatan. Universitas Brawijaya. Malang. Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. http://mirror.com/ ternak./tehnik inseminasi pada ternak.pdf. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2012. Komar, B. S., Lestari, D. T. DanPrasakti, R. 2012. Hubungan Antara Bobot Badan Dengan Performan Reproduksi Kambing Kosta. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Lindemann, C. 2011. Mechanism Of Motil Sperm. http//www.oaklanduniversity.com. Diakses pada tanggal 22November 2012. Luthan, F. 2010. Pedoman Teknis AlatMesin Dan Ulib Budidaya Ternak Ruminansia. http://www.ditjennak.go.id/ regulasipednis Alsin Ulib.pdf. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2012. Mathevon, M., Buhr, M., and Dekkers, J.C.M. 1998. Environmental, Management and Genetic Factors Affecting Semen Production in Holstein. J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2:53-62, 2013 61

Nursyam. 2007. Perkembangan Iptek Bidang Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. ttp//:www.unlam.ac.id./journal/pdf_file.di akses pada tanggal 22 November 2012. Salisbury, G. W. and Vandemark, N. L. 1985.Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.(Diterjemahkan oleh R. Djanuar). Sarastina, T. Susilawati, G. Ciptadi. 2006. Analisa Beberapa Parameter Motilitas Spermatozoa Pada Berbagai Bangsa Sapi Menggunakan Computer assisted Semen Analysis (casa). J. Ternak Tropika Vol. 6. No.2: 1-12. Soedjana, T. 2007. Petunjuk Teknis Produksi Dan Distribusi Semen Beku http://www.ditjennak.go.id/regulasi%5cp erditjen122072007.pdf.diakses pada tanggal 13Agustus 2012. Souhoka, D. 2009. Laktosa Mempertahankan Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah Yang Dipreservasi dengan Plasma Semen Domba Priangan.http://ejournal.unud.ac.id/abstr ak/4/ souhoka.pdf.diaksespada tanggal 16 Agustus 2012. Susilawati, T. 2004. Keberhasilan IB Menggunakan Semen Sexing Setelah. Dibekukan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, Isnaini, N., dan Wahyuningsih, S. 1993.Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali Pada Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Toelihere, R.M. 1981.Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.Penerbit Angkasa. Bandung.. 1993.Inseminasi BuatanPada Ternak.Penerbit Angkasa. Bandung. Tomaszewska M, W, Sutama, I.K., Gede Putu, I., dan Chaniago, T. D. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wijono, D. 1999. Evaluasi Kemampuan Ejakulasi Dan Kualitas Semen Sapi Potong Muda Dan Dewasa. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/se mnas/pro99-16.pdf. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2012. 62 Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan........ Adyatma, M., Dkk.