STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT GADIH BASANAI PADA MASYARAKAT SURANTIH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DI SMPN 19 PADANG

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

KONTRIBUSI KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG TERHADAP KETERAMPILAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG MENULIS KEMBALI DONGENG YANG DIPERDENGARKAN E- JURNAL ILMIAH NUZUL FITRIA NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

Transkripsi:

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT GADIH BASANAI PADA MASYARAKAT SURANTIH Oleh: Desri Mayeni 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: lymaniezz @yahoo.co.id ABSTRACT The purpose of this research is to describe the structure and function of folklore Gadih Basanai in the Surantih society. Furthermore, the problem in this research is focusing to the structure and function of folklore Gadih Basanai in the Surantih society. This research is kind of qualitatife by using descriptive method. Then, the objects of folklore Gadih Basanai in the Surantih society. The data of the research is collected by using interview technique and observator. Base on the discover the results are: first, characterized, incident, channel, beckgraund, the point of view, thema, and moral value. Second, if found that the function of the story as a tool to educate children, it can be an entertainment or a tool to force obey public rule. Third, in the folklore Gadih Basanai there can be found many fuction of the story that many educate children, keep the promise, obey their parents. Kata kunci: struktur, fungsi, cerita rakyat A. Pendahuluan Salah satu bentuk hasil budaya daerah adalah sastra lisan. Sastra lisan adalah sastra yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun secara lisan, yaitupenyebarannya tidak tertulis yang disampaikan dari mulut ke telinga. Sastra lisan merupakan khazanah budaya masa lampau yang masih diperoleh oleh masyarakat penciptanya meskipun dengan tingkat kepedulian yang sudah jauh menurun. Sastra lisan secara umum mencakup: (a) bahasa rakyat seperti logat, peribahasa, pepatah dan pemeo, (b) ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah dan pameo, (c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki, (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) nyanyian rakyat, dan (f) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng (Danandjaya, 1991: 22). Sastra lisan Minangkabau merupakan salah satu warisan budaya nasional yang memiliki nilai-nilai berharga yang masih berperan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Namun, gejala menurunnya peranan itu dalam kehidupan masyarakat Minangkabau dewasa ini makin tampak, terutama pada generasi muda. Jumlah penutur dan peminat sastra Minangkabau makin lama makin berkurang. Apabila gejala ini dibiarkan terus berlangsungtidak mustahil berkurang, pada suatu saat sastra lisan itu bisa lenyap. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai berharga yang terdapat dalam sastra lisan itupun ikut lenyap dan tidak dapat dikembangkan serta dimanfaatkan bagi kehidupan mendatang. 1 Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode Maret 2013 2 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 411

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri F 399-476 Salah satu sastra lisan Minangkabau adalah cerita rakyat, ceritagadih Basanai. Ada dua tokoh yang menjadi peran utama dalam cerita tersebut, yaitu Aliamat dan Gadih Basanai yang membuktikan kesucian cinta mereka dengan pengorbanan yang dilakukan Sutan Aliamat. Sutan Aliamat rela mendaki Gunung Ledeng untuk mendapatkan air hubungannyawa demi kesembuhan Gadih Basanai. Cerita rakyat Gadih Basanai hampir tidak dikenal lagi oleh generasi muda Minangkabau, khususnya masyarakat surantih. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian cerita rakyatgadih Basanaidi Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan perlu dilakukan, mengingat tiga hal yaitu,: (1) Cerita Rakyat Gadih Basanaisudah ada dalam bentuk lisan (kaba), (2)Jumlah penutur cerita rakyat semakin berkurang, (3)Penelitian tentang cerita rakyat tersebut, didaerah surantih belum pernah dilakukan. Penelitian ini, difokuskan pada struktur,danfungsi cerita rakyat Gadih Basanai pada masyarakat Surantih dan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Melalui penggunaan metode deskritif dapat dilihat tujuan penelitian ini, yaitumendriskripsikan struktur dan fungsi cerita rakyat Gadih Basanai pada masyarakat Surantih. Pengkajian karya sastra dari segi struktur dan fungsi ceritamerupakan hal yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pada dunia pendididkan, khususnya masyarakat mingakabau.menurut Abrams (dalam Atmazaki, 2005:87) pengkajian terhadap karya sastra semata-mata sebagai suatu struktur yang otonom, yang lebih kurang terlepas dari hal-hal yang berada di luar karya sastra disebut dengan pendekatan objektif. Pendekatan ini mengesampingkan pengarang dan pembaca serta melepaskan karya sastra dari konteks sosial budayanya. Struktur yang terkandung dalam cerita rakyat sama dengan struktur yang ada pada prosa modern seperti cerpen dan novel. Struktur tersebut terdiri atas beberapa unsur yang saling terkait. Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:26-36) menjelaskan enam unsur-unsur terpenting yang terdapat dalam karya sastra,yaitu, (1) penokohan, (2)peristiwa dan alur, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) gaya bahasa, dan (6) tema dan amanat. Selanjutnya,salah satu fungsikarya sastra adalah membudayakan manusia, tetapi tidak setiap karya sastra memiliki fungsi yangsama. Bertolak dari bentuk-bentuk karya seni yang ada, karya sastralah yang banyak memiliki nilai fungsi cerita karena dengan menggunakan bahasa sastra dapat lebih banyak dan lebih leluasa mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu bentu karya sastra adalah legenda. Legenda memiliki fungsi sebagai berikut (untuk memperkaya khazanah budaya yang berbentuk sastra karena kebudayaan nasional diisi oleh aneka ragam hasil kesusastraan daerah, (2) sebagai sumber ilham penciptaan karya sastra modern yang memperlihatkan keragaman persoalan hidup dan budaya hidup, (3) sebagai media pendidikan dan hiburan, (4) sebagai alat sosialisasi dan sarana dakwah. Fungsi sastra lisan dapat diartikan sebagai kegunaan sastra bagi pemakainya. Sastra lisan dijadikan sebagai pengekspresian gejolak jiwa dan renungan tentang kehidupan oleh masyarakat purba atau nenek moyang umat manusia. Sastra lisan juga berfungsi untuk mengukuhkan solidaritas dan menyegarkan pikiran dan perasan, seperti anak-anak yang dininabobokan sebelum tidur, dan pengembangan ajaran agama dan politik dimasukan dalam cerita rakyat. Prinsip-prinsip agama dan politik dimasukan dalam cerita sehingga masyarakat menerima kebenaran itu (Atmazaki,2005:139). Selanjutnya, Bascom (dalam Sudikin, 1993:109) menyatakan empat fungsi sastra lisan sebagai berikut: (a) sebagai sebuah hiburan, (b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga, (c) sebagai alat pendidikan anak-anak, dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi anggota kolektifnya. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskpritif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami masalah yang dialami oleh subjek 412

Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Gadih Basanai pada Masyarakat Surantih Desri Mayeni, Novia Juita, dan Hamidin penelitian dengan cara mendeskripsian dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2005:6). Penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak menggunakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan kepada interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993:23). Berdasarkan dua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata dan bahasa dengan menggunakan berbagai metode ilmiah. Data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Gadih Basanai ditinjau dari segi struktur, fungsi cerita rakyat Gadih Basanai yang terdapat dalam cerita tersebut. Di dalam penelitian ini penulis terlibat langsung ke lapangan, penulis sendiri adalah penduduk asli Surantih. Hal ini memudahkan penulis untuk melakukan wawancara kepada informan penelitian ini dilakukan di rumah informan. Peneliti langsung mendatangi rumah-rumah informan dan melakukan wawancara dengan informan. Peneliti melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah disediakan, peneliti merekam dan mencatat informasi yang disampaikan informan. C. Pembahasan Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur dan fungsi cerita rakyat Gadih Basanai di kenagarian Surantih.Analisisstruktur ceritarmencakup aspek (1) penokohan, (2)peristiwa dan alur, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) gaya bahasa, dan (6) tema dan amanat. Sebaliknya, analisis fungsi cerita mencakup fungsi cerita sebagai sebuah hiburan, sebagai alat pendidikan anak-anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi anggota kolektifnya. Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting. Perwatakan dan penokohandan sangat menentukan sebuah karya fiksi, karena tidak akan mungkin suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita. Cerita rakyat Gadih Basanai merupakan cerita rakyat yang ada di daerah Surantih Pesisir Selatan. Tokoh yang terdapat dalam kisah Gadih Basanai yaitu Sutan Aliamat dan Gadih Basanai sebagai pemeran utama. Selanjutnya, terdapat lima orang tokoh pembantu atau bawahan yaitu, Sutan Sabirullah, Puti Ambun Suri, Etek, Puti Tarui Mato, dan dua saudagar. Karakter tokoh Sutan Aliamat dalam cerita rakyat Gadih Basanai adalah seorang pemuda yang bertanggung jawab dan baik hati. Karakter tokoh dalam sebuah cerita akan mencerminkan kepribadian seorang tokoh. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Semi (1988: 39-40) menjelaskan bahwa ada dua cara dalam menggambarkan watak tokoh yaitu, (1) secara analitik, pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh, apakah tokoh tersebut penyayang, keras kepala, dan sebagainya; (2) secara dramatis, gambaran perwatakan tidak diceritakan secara langsung tetapi melalui pilihan nama tokoh, penggambaran fisik, cara berpakaian, serta melalui dialog. Jadi, tidak akan ada suatu karya sastra tanpa adanya tokoh dan perwatakan tokoh yang diceritakan. Tingkah laku dan karakter tokoh dalam berbagai peran tersebut akan menggambarkan perwatakan tokoh secara keseluruhan.hal tersebut, dapat dilihat dari karakter tokoh Gadih Basanai yang menggambarkan wanita Minang Kabau yang memiliki hati yang lembut, dan suka menolong. Kelembutan tokoh Gadih Basanai dapat di lihat dari kegiatan sehari-harinya yang selalu memperhatikan keadaan di lingkungannya. Kemudian, selain Sutan Aliamat dan Gadih Basanai juga terdapat lima tokoh bawahan, seperti Sutan Sabirullah, Puti Ambun Suri, Etek, Puti Tarui Mato, dan dua saudagar. Kelima tokoh tersebut memiliki karakter yang suka menolong dan baik hati. Kebaikan kelima tokoh tersebut tergambar dari dialog dan percakapannya sehari-hari. Jadi, disimpulkan bahwa karakter tokoh 413

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri F 399-476 yang terdapat dalam kisah Gadih Basanai pada umumnya memiliki sifat yang baik hati dan suka menolong. Selanjutnya, alur cerita cerita Gadih Basanai tergolong kepada alur konvensional. Cerita tersebut tersusun secara terpadu dan kronologis. Peristiwa satu ke peristiwa berikutnya dikisahkan berdasarkan rentetan peristiwa yang dimulai dari awal cerita sampai berakhirnya cerita. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Luxemburg, Bal, dan Weststeijn dalam Atmazaki (2007: 101) menyatakan bahwa alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan. Kemudian, latar merupakan penanda identitas permasalahan fiksi. Selain itu, latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat peristiwa terjadi. Dalam pengertian lebih luas, latar mencakup tempat dalam waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan itu. Latar dibedakan yaitu: latar sosial dan latar fisik (latar material). Latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, suasana lingkungan terjadinya peristiwa, bahasa dan lain- lain. Latar dalam kisah Gadih Basanai terdapat tiga bagian, yaitu latar tempat, waktu dan Suasana. Ketiga latar tersebut tidak hanya berfungsi sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran tempat, waktu dan situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup logis dan menciptakan suasana tertentu yang dapat menggerakan perasaan, emosi pembaca serta menciptakan mood atau suasana batin pembaca. Selain itu pemilihan latar juga akan mempengaruhi tindakan dan aktivitas tokoh yang akan disajikan oleh pengarah. Penggunaan tokoh, alur, dan atar dalam sebuah cerita sangat memudahkan penulis untuk menentukan sudut pandang yang dipakai penulis dalam sebuah cerita.sudut pandang adalah cara pengarang memandang siapa yang bercerita di dalam cerita itu atau sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang ini berfungsi melebur atau mengembangkan tema dengan fakta. Sudut pandang dalam cerita Gadih Basanai adalah pengarang berperan sebagai orang ketiga. Teknik ini juga disebut dengan teknik dia-an. Dalam cerita Gadih Basanai pengarang menceritakan tokoh-tokoh dalam cerita tanpa ikut terlibat dalam cerita. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya dialog yang menceritakan seolah-olah pengarang ada dalam cerita tersebut. Diakhir dialog, pengarang selalu menyebutkan nama tokoh yang melakukan tindakan yang dapat dipakai sebagai bukti bahwa kisah Gadih Basanai menggunakan teknik dia-an. Menganalisis struktur karya sastra tidak dapat dipisahkan dari penggunaan gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita Gadih Basanai adalah menggunakan gaya bahasa penegasan dan pertentangan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat(muhardi dan Hasanuddin WS 2006:44-45) yang menyatakan bahwa gaya bahasa dalam sastra cenderung dikelompokan menjadi empat jenis, yakni: penegasan, pertentangan, perbandingan, dan sindiran. Masingmasing jenis ini dapat pula diperinci lebih lanjut, misalnya metafora, pesonifikasi, asosiasi, pararel, dll, untuk jenis gaya bahasa perbandingan, ironisme, sarkasme, dan sinisme untuk jenis gaya bahasa sendirian; pleonalisme, repetisi, klimaks, antiklimaks, retoris dan sebagainya untuk jenis gaya bahasa penegasan; dan paradoks, antitesis dan lain-lain untuk jenis gaya bahasa pertentangan. Jenis gaya bahasa ini sebagai sarana pengarang untuk menjelaskan karakter tokoh. Kemudian, tema dalam kisah Gadih Basanai adalah pengorbanan seorang pemuda kepada seorang gadis yang memiliki hati yang lemah lembut. Secara umum pesan yang terdapat dalam kisah Gadih Basanai adalah setiap orang harus memiliki sifat yang jujur dan menepati janji yang telah disepakati. Selain itu, sebagai manusia cipataan tuhan kita harus berkepribadian yang sabar dan iklas terhadap apapun masalah yang sedang dihadapi. Fungsi cerita yang terdapat dalam cerita Gadih Basanai adalah sebagai berikut. Pertama, sebagai sarana pendidikan anak-anak. Kedua, sebagai sarana hiburan. Ketiga, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi oleh anggota kolektifnya. Penerapan fungsi cerita yang terdapat dalam cerita rakyat Gadih Basanai dapat dilihat dari 414

Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Gadih Basanai pada Masyarakat Surantih Desri Mayeni, Novia Juita, dan Hamidin pesan-pesan tersirat dan tersurat yang disampaikan. Pesan-pesan tersebut bertujuan untuk melatih setiap manusia harus bersikap jujur dan ikhlas. Berikutnya, fungsi cerita rakyat Gadih Basanai adalah sebagai media pendidikan anak-anak dapat dilihat dalam proses pembelajaran sastra terutama dalam aspek bercerita. Melalui cerita rakyat Gadih Basanai peserta didik diharapkan mampu menarik beberapa kesimpulan penting untuk mengetahu tata cara dalam menjalani kehidupan bermasyrakat yang di atur oleh normanorma. Penemuan mengenai norma-norma yang terdapat dalam cerita rakyat gadih Basanai diperoleh melalui penyajian langsung dalam proses pembelajaran. Menurut (Osman,1991:150), nilai nilai pendidikan tersebut diresapkan dalam cerita terutama melalui waktu dan plot cerita. Fungsi cerita rakyat Gadih Basanai selain sebagai alat pendidikan anak-anak juga berfungsi sebagai media hiburan. Unsur hiburan cerita rakyat dapat pula terlihat pada saat apa cerita rakyat itu dituturkan. Pada umumnya, dalam bentuk apapun cerita rakyatnya sudah tentu berfungsi sebagai media hiburan apalagi cerita rakyat Gadih Basani merupakan cerita rakyatyang sangat fenomenal di daerah Pesisir Selatan khususnya Kenagarin Surantiah yang sering dibawakan melalui rabab. Berikutnya, fungsi cerita rakyat Gadih Basanai adalah sebagai sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi oleh anggota kolektifnya. Dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat MinangKabau diikat oleh adat yang sangat kuat. Adat tersebut memiliki aspek-aspek norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Cerita rakyat Gadih Basanai merupakan aset masyarakat MinangKabau. Jadi, melalui cerita rakyat Gadih Basanai diharapkan masyarakat MinangKabau mampu menemukan dan meningkatkan penataan terhadap norma yang sudah ada agar tidak terjadi kesenjangan sosial. D. Simpulan, Implikasi, dan Saran Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap cerita rakyat Gadih Basanai Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, dalam cerita rakyat Gadih Basanai ditemukan lima struktur cerita, yaitu penokohan, peristiwa dan alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Tokohtokoh dalam cerita rakyat Gadih Basanai memiliki karakter yang baik. Selanjutnya, alur yang digunakan dalam cerita rakyat gadih Basanai adalah alur Konvensional. Sebaliknya, dalam cerita rakyat Gadih Basanai menggunakan tiga buah latar, yaitu latar tempat, suasana dan waktu. Sudut pandang yang dipakai dalam cerita rakyat Gadih Basanai adalah sudut pandang orang ketiga yang disebut sebagai tekni dia-an. Selanjutnya, dalam cerita rakyat Gadih Basanai terdapat dua jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa penegasan dan pertentangan. Tema dalam cerita rakyat Gadih Basanai adalah pengorbanan dan kesetian, sedangkan amanatnya adalah ketepatan dalam membuat janji, kita tidak boleh ingkar janji kalau sudah buat janji sama orang lain. Kedua,ditemukan fungsi cerita sebagai alat pendidikan anak-anak,sebagai hiburan, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi anggota kolektifnya. Sedikitnya fungsi yang ditemukan disebabkan karena kemajuan teknologi dan kebutuhan yang telah tergantikan oleh kemajuan zaman. Ketiga,didalam cerita rakyat Gadih Basanai banyak ditemukan fungsi cerita yang dapat mendidik anak-anak patuh akan janji terhadap apa yang telah diucapkan, patuh terhadap kedua orang tuanya. Jadi intinya kalau struktur cerita dan fungsi cerita rakyat saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Menurut Osman (1991: 6),cerita rakyat adalah pernyataan suatu budaya kelompok manusia yang mengisahkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan kelompok tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai fungsi tertentu dalam suatu budaya. Kemudian Semi (1984: 64), menyatakan bahwa ceritaadalah: Suatu yang pada dasarnya disampaikan secara lisan,tokoh cerita atau peristiwa yang diungkapkan pernah terjadi pada masa lalu atau merupakan suatu kreasi penyampaian pesan atau amanat tertentu, merupakan 415

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri F 399-476 suatu upaya anggota masyarakat untuk memberi atau mendapatkan hiburan atau sebagai pelipur lara. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, cerita rakyatmerupakan tuturan yang membentangkan bagaimana bagaimana terjadinya suatu hal atau peristiwa dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang di wariskan secara lisan dan peristiwa atau kejadian tersebut perna terjadi. Dalam cerita rakyat, banyak pesan-pesan moral dan nasehat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Dalam cerita juga banyak terdapat pelajaranpelajaran berharga yang bisa diambil hikmanya oleh pembaca. Pelajaran mengenai cerita rakyat merupakan salah satu materi yang tercantum dalam kurikulum muatan lokal. Pembelajaran budaya alam Minangkabau merupakan mata pelajaran yang diajarkan di tingkat SMP kelas IX semester II. Oleh karena itu, cerita rakyat sebagai salah satu karya sastra Minangkabau harus diajarkan dalam pembelajaran di kelas. Dengan mempelajari cerita rakyat, lebih dioperasionalkan tidak hanya untuk mata pelajaran BAM, tetapi bisa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, banyak pesan-pesan moral dan nasehat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Dalam cerita rakyat juga banyak terdapat pelajaran-pelajaran berharga yang bisa diambil hikmanya oleh pembaca. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang penulis kemukakan yaitu:pertamasebagai masyarakat pemilik kebudayaan, khususnya masyarakat masyarakat, agar dapat menjaga dan mempertahankan kebudayaan sastra lisan cerita rakyat Gadih Basanai agar tidak punah dan hilang. Kedua,diharapkan bagi mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia peneliti ini hendaknya dapat dijadikan acuan dan pedoaman untuk penelitian yang akan dilakukan. Ketiga, para guru diharapkan agar menjadikan cerita rakyat Gadih Basanai sebagai sumber pembelajaran. Keempat, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam bidang pendidikan dan budaya. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dr. Novia Juita, M.Hum. dan pembimbing II Drs. Hamidin Dt.R.E., M.A. Daftar Rujukan Abdulsyani. 1984. Sosiologi:Sistematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Atmazaki. 2005. IlmuSastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya. Danandjaya, James.1991. Foklor Indonesia.Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti. Moleong, Lexy J.2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya. Muhardi dan Hasanudin WS.1992.Prosedur Analisis Fiksi. Padang:IKIP Padang Press. Osman, Mohd.Taib.1991.Pengkajian Sastra Rakyat Bercorak Cerita.Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Semi, Atar.1984.Anatomi Sastra. Padang:FPBS IKIP Padang. Semi, Atar. 1993.Metode Penelitian Sastra.Bandung:Angkasa. 416