PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB III METODE PENELITIAN

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

kimia TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

Jason Mandela's Lab Report

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PEMBUATAN PRODUK (PRD)

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

BAB IV METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

TITRASI POTENSIOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

pengenceran larutan PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

Sistem tiga komponen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Transkripsi:

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2016

PERCOBAAN I KURVA BAKU REFRAKTOMETER 1. Pengantar Index bias atau refractive index menurut optika geometri adalah perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias saat suatu sinar melewati bidang batas dua jenis zat. Optika fisis menunjukkan bahwa nilai index bias tersebut menunjukkan perbandingan kecepatan cahaya dalam medium asal sinar dengan kecepatan cahaya dalam medium tujuan sinar. Jadi lengkapnya index bias harus diberi keterangan zat apa terhadap zat apa. Menurut pengertian umum, jika hanya disebut index bias suatu zat saja, itu berarti perbandingan sudut datang dan sudut pantul sinar yang berpindah dari udara ke zat itu, atau perbandingan kecepatan cahaya di udara dan kecepatan cahaya di zat tersebut. Alat untuk mengukur index bias suatu zat disebut refraktometer. Index bias zat berbeda-beda. Index bias larutan umumnya dipengaruhi juga oleh kadar zat terlarutnya. Sifat ini dapat dipergunakan untuk analisis kadar larutan, dengan pengukuran index biasnya, tentunya dengan bantuan kurva baku hubungan index bias dan kadar larutan. Kurv baku ini berlaku spesifik untuk suatu jenis larutan. 2. Tujuan Percobaan Membuat kurva baku hubungan index bias dan kadar suatu larutan berdasarkan data percobaan. 3. Percobaan A. Bahan Bahan yang dipakai adalah sukrosa dan air suling. Bisa juga sukrosa diganti zat lain. B. Alat Alat yang perlu digunakan adalah refraktometer standar. 2

C. Prosedur Percobaan Dibuat 8 larutan sukrosa dalam air dengan kadar sukrosa yang berbedabeda, dengan cara melarutkan gula dalam air suling dengan perbandingan tertentu. Kadar sukrosa masing-masing larutan dihitung, dinyatakan dalam %massa. Index bias masing-masing larutan diukur dengan refraktometer. Selanjutnya dibuat grafik hubungan index bias larutan dengan kadar sukrosa. Data/grafik tersebut dibandingkan dengan yang tersedia di pustaka, lalu dibahas dan disimpulkan. 4. Pustaka Honig, Cane Sugar Handbook 3

TABEL ASISTENSI NAMA : STAMBUK : KELOMPOK : KELAS : ASISTEN : JUDUL PENETAPAN : NO HARI /TGL URAIAN PARAF KET Makassar, 20 ( ) ASISTEN 4

PERCOBAAN II PENETAPAN NILAI TRAYEK ph DENGAN CARA TITRASI 1. Pengantar Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu : Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri. Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan ph, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat Gambar 1. 5

2. Tujuan Percobaan Untuk menentukan titik akhir dan trayek ph dari titrasi asam dan basa dengan metode perhitungan dan praktek 3. Percobaan A. Bahan Bahan yang digunakan adalah larutan asam dan larutan basa, dan air suling. B. Alat Alat yang digunakan adalah ph meter dan buret. C. Prosedur Kerja Membuat larutan asam dan larutan basa dengan konsentrasi tertentu dalam labu ukur 100 ml. Mengukur ph larutan basa dengan menggunakan ph meter sesuai dengan penambahan larutan asam (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50 ml). Kemudian dihitung ph larutan sesuai dengan masing-masing penambahan larutan asam. Selanjutnya dibuatkan grafik hubungan antara volume penambahan larutan asam terhadap ph larutan. Kemudian tentukan trayek ph berdasarkan grafik yang diperoleh. 6

TABEL ASISTENSI NAMA : STAMBUK : KELOMPOK : KELAS : ASISTEN : JUDUL PENETAPAN : NO HARI /TGL URAIAN PARAF KET Makassar, 20 ( ) ASISTEN 7

PERCOBAAN III PENGUKURAN DISTRIBUSI UKURAN SERBUK DENGAN ANALISA AYAK 1. Pengantar Ayakan adalah pemisahan butir-butir berdasarkan beda ukuran dengan suatu kasa (screen) yang meloloskan butir-butir yang berukuran kecil, namun menahan butir-butir berukuran besar. Butr-butir yang lolos disebut undersize sedang butir-butir tertahan disebut oversize. Pengayakan diupayakan cukup lama sehingga semua butir kecil banyak yang lolos. Produk industri kimia yang berupa serbuk biasanya mempunyai spesifikasi ukuran tertentu, misal lolos ayakan 48 mesh, atau tertahan diayakan 65 mesh, atau lolos ayakan 48 mesh dan tertahan di ayakan 65 mesh. Mesh menunjukkan ukuran lubang ayakan. Ayakan 48 mesh artinya mempunyai 48 lubang tiap 1 in panjang. Tebal berikut menunjukkan standard ayakan menurut Tyler. Aperture adalah ukuran lubang ayakan. Misal butir yang lolos ayakan 48 mesh berarti ukurannya kurang dari 0,295 mm, sedang butir yang tertahan ayakan 48 mesh berukuran lebih dari 0,295 mm. Ini tentunya jika pengayakan sempurna. Butir-butir yang lolos ayakan 48 mesh namun tertahan ayakan 65 mesh berukuran antara 0,208 mm dan 0,295 mm. Diameter rerata butir-butir ini kira-kira adalah : D avg = mm = 0,252 mm Selain untuk pemisahan butir berdasarkan ukuran, ayakan bisa pula digunakan untuk menggambarkan distribusi ukuran butir suatu serbuk (analisa ayak). 8

Mesh Aperture, mm 4 4,699 6 3,327 8 2,362 10 1,651 14 1,168 20 0,833 28 0,589 35 0,417 48 0,295 65 0,208 100 0,147 150 0,104 200 0,074 270 0,053 400 0,038 2. Landasan Teori Cara analisis ayak menggunakan tumpukan ayakan seperti tergambar : 9

Ayakan-ayakan ukuran standar ditumpuk, makin keatas makin besar diameter lubangnya. Serbuk dimasukkan pada ayakan teratas. Setelah itu tumpukan ayakan digoyang cukup lama sehingga pengayakan diharapkan sempurna. Butir-butir akan terdistribusi sesuai ukurannya, makin kecil makin kebawah. Butir yang tertampung pada ayakan 65 mesh berarti lolos 48 mesh namun tertahan di 65 mesh. Dan mempunyai ukuran rerata D avg = 0,252 mm. Dengan penimbangan serbuk yang tertahan pada masing-masing ayakan, dapat dibuat grafik fraksi massa versus D avg. Bila ayakan yang terkecil yang tersedia misal 200 mesh maka butir-butir yang lolos ayakan tersebut dan tertampung didasar adalah butir yang lolos 200 mesh. Distirbusi ukurannya perlu diperkirankan dengan ekstrapolasi. 3. Tujuan Percobaan 1. Mencari distribusi ukuran butir berdasarkan data analisa ayak. 2. Ekstrapolasi distribusi ukuran butir untuk butir-butir yang lolos ayakan terkecil. 4. Percobaan A. Bahan Bahan yang dipakai adalah sembarang serbuk hasil penggilingan/penggilasan/penumbukan, misal CaCO 3. B. Alat Satu set ayakan standar Tyler dan penggoyang. C. Jalannya Percobaan Serbuk dimasukkan pada ayakan teratas lalu digoyang cukup lama, sampai pengayakan diperkirakan sempurna. D. Analitis Massa serbuk yang tertampung ditiap ayakan ditimbang, termasuk serbuk yang lolos ayakan terkecil. Ukuran rerata tiap fraksi dihitung dengan rerata aperture. 10

5. Hasil dan Pembahasan Dari data percobaan dihitung fraksi massa tiap bagian serbuk. Selanjutnya dibuat grafik fraksi massa versus log(d avg ). Setelah itu dilakukan ekstrapolasi untuk mencari distribusi ukuran butirbutir yang lolos ayakan ukuran terkecil. Ekstrapolasi dihentikan setelah jumlah fraksi massa total mencapai satu. Selanjutnya dibuat tabel distribusi ukuran butir gabungan dari data percobaan dan ekstrapolasi, serta dilakukan pembahasan dan penyimpulan. 6. Pustaka Brown, G.G., 1950, Unit Operations, Modern Asia Edition, John Wiley and Sons Inc., New York. Foust, A. S., 1980, Principles of Unit Operations, 2 ed., John Wiley and Sons Inc., New York. 11

TABEL ASISTENSI NAMA : STAMBUK : KELOMPOK : KELAS : ASISTEN : JUDUL PENETAPAN : NO HARI /TGL URAIAN PARAF KET Makassar, 20 ( ) ASISTEN 12

PERCOBAAN IV PEMUNGUTAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH 1. Pengantar Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak daun cengkeh terbesar di dunia. Pada tahun 2000, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 172.000 kg minyak daun cengkeh dengan nilai total US $837,795. Namun mutu minyak daun cengkeh hasil produksi petani rakyat masih sangat rendah sehingga nilai jualnya jauh lebih rendah dibandingkan harga produk eugenol yang sesuai standar farmasi. Minyak daun cengkeh mengandung eugenol, eugenol asetat, kariofilen, dan komponen-komponen lainnya. Peningkatan kandungan eugenol dapat dilakukan dengan ekstraksi minyak daun cengkeh dengan menggunakan proses pengasaman dengan larutan HCl. 2. Landasan Teori Pada proses ekstraksi minyak daun cengkeh dengan larutan NaOH, eugenol akan menjadi natrium-eugenolat (EuONa) yang larut dalam air. Meskipun demikian konsentrasi EuONa dalam air akan dibatasi oleh kesetimbangan. Untuk meningkatkan persen yield eugenol perlu dilakukan usaha untuk menggeser kesetimbangan ke arah natrium eugenolat. Berdasarkan hasil studi terdahulu, diketahui bahwa recovery eugenol mendekati 90% dapat dicapai dengan perbandingan solven (larutan NaOH 1,1 N) dan minyak menjadi lebih dari satu. Pada tahap selanjutnya, EuONa dipecah menjadi eugenol dan NaCl dengan menambahkan larutan HCl sehingga eugenol akan terpisah dari fasa air. Konsentrasi eugenol dalam fasa organik juga akan di kontrol oleh kesetimbangan. Kehilangan eugenol masih dimungkinkan lagi pada proses pengasaman karena adanya kesetimbangan antara fasa organik dan fasa air. Untuk meningkatkan recovery eugenol, harus dilakukan usaha-usaha untuk menggeser kecenderungan larut eugenol ke fasa ekstrak. Dengan penambahan 13

solven organik diharapkan akan lebih banyak lagi eugenol yang akan tertarik ke fasa organik Berdasarkan hasil studi terdahulu (Fitriany dkk, 2003), telah diperoleh bahwa hasil optimum akan diperoleh pada perbandingan mol NaOH : eugenol sebesar 1,25 untuk tahap ekstraksi dengan larutan NaOH dan perbandingan mol n-heksana : minyak cengkeh sebesar 3 untuk tahap pemungutan eugenol dengan HCl dan pelarut organik. 3. Tujuan Percobaan distilasi. Mengukur jumlah eugenol terpungut dengan metode ekstraksi dan 4. Percobaan A. Bahan - Minyak daun cengkeh - Larutan NaOH 1 N - Larutan HCl 4 N - N-heksana B. Alat Rangkaian alat percobaan : Gambar 1. Rangkaian alat distilasi 14

Gambar 2. Rangkaian alat corong pemisah C. Prosedur Percobaan Sejumlah tertentu minyak daun cengkeh direaksikan dengan larutan NaOH 1 N dengan perbandingan ekivalen NaOH/eugenol sekitar 1,25. Setelah selang waktu tertentu (diperkirakan kesetimbangan telah tercapai), pengadukan dihentikan dan isi gelas beker dipindahkan kedalam corong pisah. Campuran dibiarkan dalam corong pisah selama kurang 30 menit sampai pemisahan sempurna membentuk dua fasa cairan. Fasa (lapisan bawah pada corong pisah) dipisahkan. Fasa ini mengandung EuONa yang akan dipungut eugenolnya. Fasa air tersebut direaksikan dengan larutan HCl 4 N untuk memisahkan natrium eugenol dalam EuONa sebagai NaCl. Setelah reaksi diperkirakan berjalan sempurna, ditambahkan n- heksana kedalam campuran reaksi untuk menyempurnakan pemisahan eugenol. Pengadukan dilanjutkan selama kurang lebih 30 menit. 15

Campuran dimasukkan ke dalam corong pisah. Lapisan bawah yang berupa fasa air dibuang, sementara lapisan atas yang berupa fasa organik (eugenol + n-heksana) dimasukkan kembali ke dalam labu distilasi. N-heksana dipisahkan dari eugenol dengan cara distilasi. Residu dalam labu distilasi adalah eugenol. Massa residu dicatat sebagai yield. D. Analisis Yield dihitung sebagai berikut : Yield = x 100 5. Pengolahan Hasil dan Pembahasan A. Data Percobaan Hasil eksperimen dilaporkan sebagai yield pada persamaan diatas. B. Pembahasan Berdasarkan pengamatan selama percobaan, dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pemungutan eugenol dari minyak cengkeh dengan cara yang diuraikan diatas. 6. Pustaka Fitriany, R., Fahrurrozi, M., Sediawan, W.B., 2003, Peningkatan Recovery Isolasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh dengan Penggunaan NaOH Berlebih dan Solven Organik n-heksana, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2003, Badan Kerjasama Lembaga Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta. 16

TABEL ASISTENSI NAMA : STAMBUK : KELOMPOK : KELAS : ASISTEN : JUDUL PENETAPAN : NO HARI /TGL URAIAN PARAF KET Makassar, 20 ( ) ASISTEN 17