PERILAKU MENGHISAP DARAH AN. BARBIROSTRIS DI LOKASI TAMBAK IKAN BANDENG DAN KAMPUNG SALUPU DESA TUADALE KABUPATEN KUPANG TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun Hanani M.

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

REKONFIRMASI TERSANGKA VEKTOR DALAM PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DESA KEBUTUH DUWUR KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

PENGKAJIAN BIONOMIK NYAMUKANOPHELES SEBAGAI PENDEKATAN UNTUK MENGENDALIKAN POPULASINYA DALAM UPAYA MENANGGULANGI MALARIA

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

LAPORAN AKHIR PENELITIAN. Hanani M. Laumalay,S.KM. Muhamad Kazwaini,SKM, M.Kes. Ni Wayan Dewy Adnyana,S.Si. Jeriyanto Lebadara

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

Species diversity and biting activity of malaria vectors (Anopheles spp.) in Lifuleo Village, West Kupang District, East Nusa Tenggara

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011

GAMBARAN POPULASI DAN BIONOMI Anopheles spp DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

JENIS DAN STATUS ANOPHELES SPP. SEBAGAI VEKTOR POTENSIAL MALARIA DI PULAU SUMBA PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DUSUN BENDAWULUH, DESA BEJI, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M.

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Identifikasi Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria dari Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

ANALISIS KEPADATAN VEKTOR MALARIA PADA LINGKUNGAN PENDERITA DI PUSKESMAS BAMBU KAB. MAMUJU 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

EFEKTIFITAS VECTRON 20 WP TERHADAP NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DI DESA PENAGA, KECAMATAN TANJUNG UBAN KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

EKOLOGI Anopheles spp. DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Ecology of Anopheles spp. in Central Lombok Regency. Majematang Mading 1*, Muhammad Kazwaini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BEBERAPA ASPEK PERILAKU AN. MACULATUS THEOBALD DI PITURUH KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

Unnes Journal of Public Health

Potensi Penularan Malaria di Desa Sigeblog, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

DESKRIPSI BIONOMIK NYAMUK Anopheles Sp DI WILAYAH KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

Epidemiology of malaria in inlad area of Nunukan. Epidemiologi malaria di daerah pedalaman Nunukan. Penelitian. Vol. 4, No.

Muhammad Kazwaini*; Ruben Wadu Willa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

ASSESMENT PENYAKIT TULAR VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN BANYUMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

DAFTAR PUSTAKA. Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Kupang Data Klimatologi. Kupang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Beberapa aspek bioekologi Anopheles spp. di Desa Karuni Kecamatan Laura Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BIONOMIK VEKTOR MALARIA NYAMUK Anopheles sundaicus dan Anopheles letifer DI KECAMATAN BELAKANG PADANG, BATAM, KEPULAUAN RIAU 1

3 METODOLOGI. untuk menentukan lokasi tempat perindukan larva nyamuk Anopheles. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

ARTIKEL HUBUNGAN KEBERADAAN TERNAK DAN LOKASI PEMELIHARAAN TERNAK TERHADAP KASUS MALARIA DI PROVINSI NTT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

KERAGAMAN Anopheles spp PADA EKOSISTEM PEDALAMAN DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

BIONOMIK NYAMUK MANSONIA DAN ANOPHELES DI DESA KARYA MAKMUR, KABUPATEN OKU TIMUR

HUBUNGAN KONDISI KANDANG TERNAK DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA MASYARAKAT DI DESA LAURI KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Muhammad Kazwaini, Fridolina Mau. Loka Litbang P2B2 Waikabubak Indonesia

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERILAKU MENGHISAP DARAH AN. BARBIROSTRIS DI LOKASI TAMBAK IKAN BANDENG DAN KAMPUNG SALUPU DESA TUADALE KABUPATEN KUPANG TAHUN 2010 ANOPHELES BARBIROSTRIS BITING HABIT LOCATION ON MILKFISH FISHING POND SALUPU TUADALE VILLAGE, KUPANG 2010 Hanani M. Laumalay SKM Loka Litbang P2B2 Waikabubak Email: hanani_1277@yahoo.com Diterima: 25 Januari 2012; Disetujui: 28 Febuari 2013 ABSTRACT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah endemis tinggi malaria. Penularan penyakit malaria dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu host, agent dan lingkungan. Perilaku nyamuk An. barbirostris mencari mangsa dan pola menghisap darah sangat mempengaruhi proses penularan malaria. Nyamuk Anopheles barbirostris telah dinyatakan sebagai vektor malaria di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku menghisap darah Anopheles barbirostris. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang di tempat tambak ikan bandeng. Penangkapan nyamuk dilakukan pada siang hari dan malam dengan menggunakan umpan orang. Jenis penelitian adalah eksplorasi dengan pendekatan observasional dan rancang bangun survei terhadap nyamuk dewasa dan habitat perkembangbiakannya. Anopheles sp. yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah An. barbirostris dan An. subpictus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian Dusun Lifuleo, didapati bahwa nyamuk An. barbirostris ditemukan menghisap darah manusia pada siang hari. Keunikan perilaku menghisap darah pada An. barbirostris yaitu menghisap darah manusia setiap jam sepanjang hari (malam dan siang) dengan kepadatan yang berbeda-beda setiap jamnya. Kadar garam habitat diantara 4,2-5 permil sebagai habitat perkembangbiakan Anopheles barbirostris dan An.subpictus. Keywords: An. barbirostris, menghisap darah siang dan malam, malaria, vektor ABSTRAK East Nusa Tenggara (NTT) is one of high malaria endemic areas. Transmission of malaria is influenced by three important factors, namely the host, agent and environment. An. barbirostris mosquito behavior find prey and bite patterns will greatly affect the transmission of malaria. Anopheles barbirostris mosquitoes as vectors of malaria has been declared in the province of East Nusa Tenggara. This study aims to look at the behavior of biting Anopheles barbirostris.the study was conducted in 2010 in the District of West Kupang, Kupang regency milkfish in captivity. Catching mosquitoes do during the day and night using the bait. This type of research is exploratory and observational approach to design a survey of adult mosquitoes and breeding habitat. Anopheles sp. were found at the study site was An. barbirostris and An. subpictus. Based on the observations made in the study site Lifuleo Hamlet, it was found that the mosquito An. barbirostris discovered human bite during the day. The uniqueness of the biting behavior of An. barbirostris that bite people every hour of the day (night and day) with different densities per hour. Anopheles barbirostris and An.subpictus breeding habitat salinity 4.2 to 5 per mil. Kata kunci: An. barbirostris, habit bite day and night, malaria, vector PENDAHULUAN Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah endemis tinggi malaria dengan Annual Malaria Incidence (AMI) selama tiga tahun terakhir (2006 2008) berturut-turut sebesar 333.29, 166.33, dan 103.13 (Dinkes NTT,2008). Penularan penyakit malaria dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu host, agent dan lingkungan. Nyamuk Anopheles barbirostris sebagai host definitif

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 72 78 mempunyai perilaku yang berbeda antara satu tempat dan tempat lainnya. Perilaku nyamuk An. barbirostris mencari mangsa dan pola menghisap darah akan sangat mempengaruhi proses penularan malaria (Depkes RI,2008). Jenis nyamuk ini biasanya mencari pakan darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00-05.00 dengan frekuensi mencari pakan darah tiap tiga hari sekali (Depkes RI,1995). Lien dkk menyatakan bahwa ditemukan sprosoit dan oocyst pada nyamuk An. barbirostris di Kabupaten Belu (Sahat et al,1996). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Harijani AM dkk yang dilakukan di Kabupaten Sikka, dimana ditemukan hasil pemeriksaan secara ELISA An. barbirostris positif sebagai vektor malaria (Marwoto,Atmosoedjono & S.Dewi, 1992). Dengan demikian maka, Anopheles barbirostris merupakan vektor malaria di Provinsi NTT. Sebagai vektor malaria, Anopheles barbirostris mempunyai kebiasaan mencari darah pada malam hari dengan puncak menghisap darah pada pukul 23.00-05.00. Berkaitan dengan perilaku mencari darah, penulis menemukan hal yang tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tempat tambak ikan bandeng, didapati bahwa nyamuk An. barbirostris ditemukan menghisap darah manusia pada siang hari. Perilaku yang berbeda ini ditemukan tanpa sengaja di Desa lifuleo, dimana Anopheles barbirostris menghisap darah pada pukul 11.00 siang di Kampung Salapu dan tempat tambak ikan bandeng. Desa Lifuleo termasuk wilayah kerja Puskesmas Batakte yang mepunyai jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 14288 jiwa, di Dusun Tuadale terdapat tempat pemeliharaan ikan bandeng yang ramai dikunjungi masyarakat dari luar kota antara lain dari Kota Kupang (Wisata Bahari,2008). BAHAN DAN CARA Penelitian ini dilaksanakan di sekitar danau Tuadale. Sebagian kecil dari danau Tuadale dimanfaatkan sebagai tempat pemeliharaan ikan bandeng. Pada tempat pemeliharaan ikan bandeng tersebut terdapat bangunan baik untuk tempat wisata dan juga rumah bagi orang yang mengawasi tempat tersebut. Luas danau Tuadale kira-kira 10 hektar yang diapit oleh tiga kampung (pemukiman), salah satu kampung yang terdekat dengan danau Tuadale adalah kampung Salapu dengan jarak kira-kira 10 (sepuluh) meter dari jarak rumah terluar. Danau Tuadale berada di Dusun Tuadale, Desa Lifuleo merupakan daerah pesisir pantai dengan dominasi tumbuhan adalah pohon bakau, air tersedia sepanjang tahun. Penelitian dilakukan di tempat tambak ikan bandeng dan Kampung Salapu di Dusun Tuadale, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Penangkapan nyamuk dilakukan pada siang hari dan malam dengan menggunakan umpan orang sebanyak 6 (enam) orang. Penangkapan nyamuk malam dilakukan mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi. Penangkapan nyamuk dilakukan pada lokasi studi selama dua hari dan satu malam dengan pertimbangan dana dan waktu. Metode penangkapan dibatasi pada umpan orang dalam dan luar rumah masingmasing 3 orang dan umpan orang luar (3 orang). Penangkapan nyamuk yang hinggap (human landing collection) di dalam dan luar rumah dilakukan selama 40 menit setiap jam. Penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah dilakukan pada dinding serta objek lainnya (gorden, kursi dan lemari) (Depkes, 1999). Perhitungan kepadatan nyamuk dihitung dengan rumus dibawah ini: MHD = jumlah nyamuk yang tertangkap x Jam penangkapan Jumlah penangkap nyamuk Sedangkan survei larva dan pupa nyamuk dilaakukan pada habitat perkembangbiakan dengan cara pencidukan jentik, observasi dan pengukuran. Larva yang didapatkan dilapangan dalam keadaan hidup dibawa ke laboratorium entomologi Loka Litbang P2B2 Waikabubak untuk

diidentifikasi. Nyamuk diidentifikasi menggunakan buku kunci identifikasi. HASIL Lokasi penelitian di tempat pemeliharaan ikan bandeng dan Kampung Salupu terletak di desa Lifuleo, kecamatan Kupang Barat kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak pada koordinat 123 30 lintang Utara dan 10 o 20 lintang Selatan. Kedua lokasi ini berada di sekitar Danau Tuadale. Jarak antara danau Tuadale dengan kota Kupang sekitar 29 km, dapat di tempuh dalam waktu setengah jam perjalanan. Species Anopheles yang tertangkap dengan umpan badan adalah An. barbirostris dan An. subpictus. Nyamuk Anopheles barbirostris tertangkap pada malam hari dan siang hari, sedangkan nyamuk An. subpictus hanya 2 (dua) ekor yang tertangkap pada siang hari seperti terlihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Anopheles sp yang Ada Di Tempat Pemeliharaan Ikan Bandeng dan Kampung Salupu, Dusun Tuadale Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Provinsi NTT Tahun 2010 Species Anopheles yang tertangkap Waktu Penangkapan Anopheles barbirostris Anopheles subpictus Kepadatan Jumlah Kepadatan(MHD) Jumlah (MHD) Siang hari (06.00-18.00) 136 0.047 2 0.001 Malam hari (18.00-06.00) 194 0.067 49 0.017 Total 330 0.057 51 0.009 Dari jumlah yang tertangkap selama sehari (siang dan malam) pada tabel diatas, dapat diuraikan berdasarkan jumlah nyamuk yang tertangkap setiap jamnya. Anopheles barbirostris menghisap darah sepanjang hari, dan setiap jam. Sedangkan An. subpictus menghisap darah pada malam hari, tetapi pada waktu tertentu tidak ditemukan. Walaupun ada 2 ekor yang menghisap darah siang hari. Jumlah nyamuk yang tertangkap setiap jam disajikan pada grafik 1. Grafik 1. Nyamuk Anopheles yang tertangkap sepanjang hari (siang dan malam) di tempat pemeliharaan ikan bandeng dan Kampung Salupu Dusun Tuadale Tahun 2010 Apabila dilihat dari metode umpan orang dalam dan luar rumah maka An. barbirostris cenderung menghisap darah di luar pada siang hari dan sebaliknya pada malam hari lebih cenderung menghisap darah di dalam rumah. Visualisasinya pada grafik 2.

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 72 78 Grafik 2. Aktifitas menghisap darah dari An. barbirostris (MHD) yang tertangkap berdasarkan umpan orang di tambak ikan bandeng dan Kampung Salupu Dusun Taudale Tahun 2010 Jentik yang ditemukan pada kedua lokasi penelitian adalah An. barbirostris dan An. subpictus. Keduanya ditemukan pada satu habitat perkembangbiakan dengan kadar garam berkisar antara 4,2-5 0 / 00, ph 8-9, dengan kedalaman air antara 28-50 cm. Selengkapnya disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Lingkungan Tempat Perindukkan An. barbirostris di Daerah Lokasi Penelitian Dusun Tuadale Desa Lifuleo kecamatan Kupang Barat Tahun 2010 Lingkungan Titik Pencidukan Kadar ph Garam( 0 Kedalaman Air Predator / 00) I 9 5 40 cm Ikan kepala timah II 8 4.5 50 cm Berudu, III 9 5 35 cm Ikan Mujair, IV 9 5 30 cm Ikan Gabus V 9 5 29 cm VI 8 5 42 cm VII 9 5 43 cm VIII 9 5 28 cm IX 9 5 30 cm X 8 4.8 41 cm XI 9 5 48 cm XII 9 5 33 cm XIII 9 4.2 37 cm XIV 9 5 41 cm Jentik ditemukan pada semua titik pengamatan dengan kepadatan jentik bervariasi pada masing-masing titik pengambilan jentik. Jumlah jentik yang paling banyak ditemukan adalah jentik nyamuk An. barbirostris.kepadatan dari kedua species berdasarkan titik pengambilan disajikan pada tabel 3.

Tabel.3. Kepadatan Jentik Anopheles di Tempat Pemeliharaan Ikan Bandeng dan Kampung Salupu Dusun Tuadale Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat Tahun 2010 Titik JUMLAH JENTIK KEPADATAN JENTIK Pencidukan An. barbirostris An. subpictus An. barbirostris An. subpictus I 37 15 3.7 1.5 II 40 10 4 1 III 25 3 2.5 0.3 IV 46 19 4.6 1.9 V 30 11 3 1.1 VI 12 3 1.2 0.3 VII 49 15 4.9 1.5 VIII 24 18 2.4 1.8 IX 17 1 1.7 0.1 X 28 11 2.8 1.1 XI 6 1 0.6 0.1 XII 18 5 1.8 0.5 XIII 22 16 2.2 1.6 XIV 8 5 0.8 0.5 PEMBAHASAN Nyamuk Anopheles yang tertangkap pada saat penelitian pada kedua lokasi tersebut adalah An. barbirostris dan An. subpictus (tabel 1). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ompusunggu (1996) di Kabupaten Sikka provinsi Nusa Tenggara Timur, bahwa Anopheles yang ditemukan ada 6 (enam) Species diantaranya An. barbirostris dan An. subpictus. Kemungkinan untuk menemukan Species Anopheles lain di sekitar danau akan bertambah apabila lokasi duperluas dan frekuensi penangkapan ditambah. Kedua species ini telah dikonfirmasi sebagai vektor utama penularan penyakit malaria di provinsi Nusa Tenggara Timur, selain An. sundaicus (Depkes.RI, 2008). Jumlah species Anopheles yang telah dilaporkan di Indonesia sebanyak 80, dan 22 diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (Sukowati S. 2005). Setiap daerah atau satuan geografi memiliki species, daerah penyebaran, dan vektor yang bersifat spesifik lokal. Species nyamuk Anopheles dikatakan sebagai vektor malaria apabila di dalam kelenjar ludahnya terbukti ditemukan sprorozoit Plasmodium spp. Dengan demikian, ketersediaan data species nyamuk Anopheles mencakup perilaku, sebaran, sebarannya sangat menunjang upaya pengendalian malaria. Perilaku menghisap darah pada siang hari merupakan suatu keunikan, dimana setiap jam pada siang hari selalu ada nyamuk tertangkap (selain malam hari). Empat ekor adalah jumlah terendah yang tertangkap yaitu pada pukul 06.00-07.00 dan 12.00-13.00. Sedangkan jumlah tertinggi pada pukul 15.00-16.00 dengan jumlah 19 ekor (grafik 1.). Dengan demikian maka perilaku menghisap darah Anopheles barbirostris di tempat pemeliharaan ikan bandeng dan kampung Salupu (sekitar Danau Tuadale) menghisap darah manusia baik malam maupun siang hari, dan menghisap darah orang di dalam rumah dan di luar (grafik 2.). Perilaku menghisap darah pada siang hari merupakan suatu fenomena yang perlu dikaji lebih jauh. Kajian tentang perilaku ini sangat penting untuk melihat peranan dari An. barbirostris dalam penularan malaria di daerah tersebut. Penelitian ini bersifat eksplorasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami problematika alam, bersifat deskriptif dimana hanya menjelaskan sifat atau unsur-unsur yang meliputi siapa, di mana, waktu, musim, jumlah dan lain-lain, tetapi tidak menjelaskan adanya hubungan

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 72 78 antar unsur-unsur yang diselidiki (Supriyanto S. 2003). Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama adalah membuktikan fenomena perilaku menghisap darah An. barbirostris khususnya menghisap darah di siang hari yang telah diamati selama empat kali oleh penulis. Berdasarkan hasil pencidukan dari dua lokasi tersebut ternyata didapati bahwa jentik An. barbirostris dan An. subpictus hidup pada habitat perkembangbiakan yang sama, dengan kepadatan An. barbirostris 0,8-4,6 sedangkan An. subpictus 0,1-1,9 (tabel 3.). Karekteristik dari habitat perkembangbiakan adalah ph berkisar antar 8-9, kadar garam 4,5-5 0 / 00, dengan kedalaman antara 28-50 cm, dan permukaan air tertutup oleh lumut. Predator yang teramati adalah ikan kepala timah, berudu, ikan mujair, dan ikan gabus(tabel 2. ). Penelitian sejalan dengan Ompusunggu (1996), dimana jentik An. barbirostris ditemukan pada habitat perkembangbiakan dengan kadar garam sampai mencapai 22 0 / 00 di Kabupaten Sikka, Flores. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ditemukan dua Species Anopheles pada lokasi pemeliharaan ikan bandeng dan Kampung Salapu yaitu An. barbirostris dan An. subpictus. Nyamuk Anopheles barbirostris menghisap darah sepanjang hari (siang dan malam) di dalam rumah dan di luar rumah. Habitat perkembangbiakan An. barbirostris dan An. subpictus pada tempat yang sama. Saran Pengendalian malaria khusus di lokasi tambak bandeng dan Kampung Salapu tidak hanya dengan metode pengendalian malam hari (kelambu) dan penyemprotan rumah. Perlu penelitian lanjutan yang lebih komprehensif baik dari sisi vektor maupun manusia untuk mengetahui besarnya masalah di daerah tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Kupang, Kepala Desa Tuadale dan juga teman-teman yang telah membantu penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Achmadi Umar Fahmi. 2003. Malaria dan Kemiskinan di Indonesia, Tinjauan Situasi Tahun 1997 2001. Jurnal Data dan Informasi Kesehatan: Nomor 3: Halaman 1-26. C.T. O Connor dan Tine Sopa. 1981.A Checklist of the Mosquitoes of Indonesia. A Special Publication of the US Naval Medical unit. 2 Jakarta, Indonesia. C.T. O Connor dan Arwati Soepanto.1999. Kunci Bergambar Jentik Anopheles di Indonesia. Jakarta C.T. O Connor dan Arwati Soepanto. 1999. Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles Betina di Indonesia.. Jakarta Departemen Kesehatan RI.1995. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta Departemen Kesehatan RI.1999. Modul Entomologi Malaria, Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta: Depkes RI. http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_ s2_i192_b.pdf. [26 September 2008] Dinas Kesehatan Provinsi NTT. (2008). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2007. Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Kupang Tahun 2009. Kupang: Dinkes Kabupaten Kupang Hadi Suwasono, Widiarti, Nalim Sutriayu, et al. 1997. Fluktuasi Padat Populasi An. Balabacensis dan An. Maculatus di Daerah Endemis Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Cermin Dunia Kedokteran: Nomor 118, 0125 913X: Halaman 5 8. Harijanto P. N. 2000. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kusriastuti.R, Indonesia Masih Beresiko Terkena Malaria, P2B2 Depkes R.I, Jakarta. Kominfo newsroom. Marwoto HA, Atmosoedjono S, Dewi RM.1992. Penentuan vektor malaria di Flores. Bull Penelit Kes 1992; 20(3): 43-9. Modul Entomologi Malaria. 2003 Jakarta: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. Modul Entomologi Dasar. 2007. Salatiga: Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan

Reservoir Penyakit - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Ompusunggu Sahat, et al. 1996. Bionomik Anopheles setelah gempa bumi. Cermin Kedokteran Nomor : 0125-913X : Halaman 10-14. Sukowati, S. 2005. Manajemen Vektor Terpadu Dan Penelitian Vektor di Indonesia Makalah utama Workshop sehari Pengendalian Vektor. 2005; Jakarta. Supriyanto, S. 2003. Metode Riset. Surabaya.