BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang

DAFTAR LAMPIRAN...xi

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari research and development (penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D).

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

I. PENDAHULUAN. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lukman Hadi, 2014 Pengembangan Software Multimedia Representasi Kimia Pada Materi Laju Reaksi

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Johnstone (1982) dan Talanquer (2011) membedakan representasi kimia ke dalam

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan pengetahuan sesuai bidang studi yang dipelajari. Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Skripsi ini merupakan bagian dari payung penelitian Research and

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk representasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia, memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

I. PENDAHULUAN. Kimia didefinisikan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. molukul, ion, dan struktur merupakan fenomena yang tidak dapat dilihat secara. mewakili agar dapat memahami fenomena ini.

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

2014 PENGEMBANGAN TES PIKTORIAL UNTUK MENGUKUR DIMENSI PENGETAHUAN SISWA SMA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

BAB I PENDAHULUAN. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MIA SMA Negeri 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut

BAB I PENDAHULUAN. IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang penting dapat dipergunakan untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Kimia mengandung hal yang abstrak dan dianggap sulit oleh siswa. Observasi menunjukkan bahwa terkadang siswa berhenti untuk melanjutkan belajar kimia karena kesulitan tersebut (Sirhan, 2007: 2). Menurut Nicol (Sirhan, 2007: 2) konsep yang bersifat abstrak yang dianggap sulit tersebut sangat penting untuk dipahami siswa untuk memahami konsep-konsep kimia selanjutnya. Konsep kimia yang bersifat abstrak tersebut menurut Johnstone (Chittleborough et al., 2002: 1) bisa dipelajari melalui representasi kimia. Representasi kimia merupakan pusat untuk mempelajari kimia yang digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah dalam kimia untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Terdapat tiga level representasi dalam kimia, yaitu level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik. Ketiga level representasi kimia tersebut mengandung informasi konsep-konsep yang saling berhubungan. Meski saling berhubungan seringkali siswa memiliki keterbatasan dalam memahami ketiga level representasi tersebut. Siswa SMA umumnya memiliki keterbatasan dalam memahami berbagai tingkat representasi dalam kimia (makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik). Literatur menunjukkan bahwa ada dua aspek representasi kimia yang menyebabkan kesulitan bagi siswa. Dua aspek representasi tersebut adalah representasi molekuler (sub-mikroskopik) dan simbolik. Studi empiris yang dilakukan Ben-Zvi dan Silberstein (Wu, 2001: 821) menunjukkan bahwa belajar representasi sub-mikroskopik dan simbolik sangat sulit bagi siswa karena representasi tersebut tidak terlihat dan abstrak, sementara pemahaman siswa pada kimia bergantung pada informasi sensorik. Banyak siswa mengalami kesulitan memvisualisasikan representasi tersebut disebabkan pemahaman sebagian siswa dibatasi oleh pengalaman sehari-hari siswa. Siswa cenderung hanya memahami

tingkat sensorik dan tidak mampu memvisualisasikan pergerakan partikel dan representasi simbolik. Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terhadap representasi kimia, maka diperlukan strategi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar siswa agar mampu menghubungkan ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas. Strategi pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut dinamakan strategi pembelajaran intertekstual. Pada Strategi pembelajaran intertekstual, konsep kimia dikaji dengan tiga level representasi. Ketiga level representasi tersebut saling dipertautkan satu sama lain, serta dipertautkan pula dengan pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas. Dengan demikian, intertekstual dapat menjadi strategi pembelajaran bagi siswa untuk membangun makna dari berbagai representasi (Wu, 2003: 871). Salah satu konsep kimia kelas X yang terdapat dalam Standar Isi materi kimia SMA adalah larutan elektrolit dan nonelektrolit. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, pembelajaran ini seringkali hanya mengutamakan level makroskopik dan simbolik saja, sedangkan level sub-mikroskopiknya kurang tersentuh. Sabaniati (2009) telah melakukan analisis terhadap pemahaman siswa terhadap level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Sabaniati (2009) menyatakan pemahaman siswa terhadap ketiga level representasi tersebut masih sangat kurang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh gambaran bahwa hampir seluruh siswa SMA yang diteliti (89%) memiliki pengetahuan level makroskopik, tetapi tidak ada satupun siswa yang memiliki pemahaman level sub-mikroskopik dan level simbolik. Selain itu pemahaman siswa SMA pada ketiga level representasi tersebut tidak terintegrasi secara utuh, sehingga tidak ada satupun siswa SMA yang memiliki pemahaman yang padu antara ketiga level tersebut. Di sisi lain, materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan materi dasar dan menjadi fondasi untuk mempelajari materi larutan untuk tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, konsep-konsep pada materi ini mutlak harus dipahami siswa secara menyeluruh karena akan terus diimplementasikan pada konsep-konsep kimia berikutnya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit telah dikembangkan oleh Rustini (2009). Strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Rustini baru sebatas perencanaan dan belum pernah diujicobakan. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual yang telah dikembangkan tersebut, perlu dilakukan ujicoba melalui implementasi dalam proses pembelajaran. Dari hasil implementasi strategi pembelajaran intertekstual akan diketahui bagaimana proses pelaksanaan dari strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hasil implementasi tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan pembelajaran intertekstual pada pembelajaran kimia selanjunya, khususnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?. Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X? 2. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X? 3. Bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual selanjutnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi banyak kalangan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam memahami materi kimia khususnya materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang didasari dengan tiga level representasi sehingga dapat memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit secara lebih baik. 3. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi pembelajaran untuk menyampaikan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, memberikan acuan untuk penggunaan strategi pembelajaran intertektual pada materi kimia yang lain. 4. Bagi peneliti lain, hasil peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam merevisi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan strategi pembelajaran intertektual pada materi kimia yang lain.

E. Penjelasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendeskripsikan istilah-istilah yang penting sebagai berikut: 1. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI, 2008). 2. Menurut David, J. R (Sanjaya, 2009: 124) strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Berdasarkan pernyataan David tersebut strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. 3. Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi pembelajaran kimia yang memberikan pengalaman belajar siswa agar mampu mempertautkan antara representasi kimia (makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik), pengalaman hidup sehari-hari dan kejadian di dalam kelas (Wu, 2003: 871). 4. Representasi kimia adalah macam-macam rumus, struktur, dan simbolik dalam ilmu kimia yang diciptakan dan terus diperbaharui untuk merefleksikan suatu rekonstruksi teori dan eksperimen kimia (Wu et al., 2001: 823). Representasi kimia terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, level submikroskopik, dan level simbolik (Chittleborough et al., 2002: 2). 5. Level makroskopik adalah fenomena yang berhubungan dengan kimia yang benar-benar dapat diamati, seperti fenomana kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium (Chittleborough et al., 2002: 2). 6. Level submikroskopik adalah level yang menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler, seperti elektron, molekul dan atom (Chittleborough et al., 2002: 2). 7. Level simbolik adalah suatu representasi dari fenomena yang berhubungan dengan kimia menggunakan media yang bervariasi termasuk di dalamnya simbol dari atom, molekul, dan senyawa dalam bentuk gambar-gambar, aljabar maupun bentuk komputasi (Chittleborough et al., 2002: 2).

F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I berisi pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian latar belakang menjelaskan alasan masalah tersebut diteliti, pentingnya masalah tersebut diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis. Bagian rumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalah. Bagian tujuan penelitian berisi hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Bagian manfaat penelitian disajikan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bagi peneliti khususnya, dan bagi pihak-pihak lain, seperti guru, siswa, dan peneliti lain. Bagian penjelasan istilah, disajikan definisi dari berbagai istilah yang digunakan pada penelitian. Bagian struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Bab II menunjukkan kedudukan dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada kajian pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. Materi yang dikaji dalam kajian pustaka ini meliputi strategi pembelajaran intertekstual, representasi kimia, hasil belajar ranah kognitif, dan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Bab III berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen antara lain lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan intrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yaitu analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan berdasarkan prosedur

penelitian sesuai dengan desain penelitian. Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan temuan dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam bab kajian pustaka. Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Kesimpulan berisi jawaban dari pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.