I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Manajemen Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rekam medis dan penunjang medis serta dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

I. PENDAHULUAN. Banyaknya minat untuk menjadi seorang dokter berpengaruh di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

PENCEGAHAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA Oleh : Dewi S. Soemarko Program Studi Kedokteran Kerja FKUI Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

DERAJAT SEHAT= SEHAT SEMPURNA-TINGKAT/DERAJAT SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004). Tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja serta kecelakaan akibat kerja. Faktor penyebab penyakit akibat kerja digolongkan menjadi lima faktor yaitu faktor fisik seperti suara, radiasi, penerangan, getaran, suhu, dan tekanan yang tinggi. Faktor kimia seperti debu, uap, gas, larutan, awan dan kabut. Faktor biologis

2 seperti Tuberkulosis, Hepatitis A/B. Faktor fisiologis seperti sikap badan kurang baik, kesalahan konstruksi mesin, salah cara melakukan pekerjaan. Faktor mental psikologis seperti hubungan kerja yang kurang baik (Suma mur 2009). Sedangkan faktor faktor bahaya potensial yang ada di rumah sakit yaitu kecelakaan contohnya peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan lain-lain. Bahan kimia berbahaya seperti disinfektan, cytotoxics, ethylene oxide, formaldehyde, gas-gas anastesi. Bahaya biologik seperti Rubella, Cytomegalovirus, Tubercullosis, Hepatitis B. Bahaya fisik seperti bising, getaran, debu, panas, radiasi dan bahaya ergonomik seperti pekerjaan yang dilakukan secara manual, postur tubuh yang salah dalam melakukan pekerjaan, pekerjaan yang berulang, dan bahaya psikososial seperti sering kontak dengan pasien, kerja berlebihan dan ancaman secara fisik (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2007). Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 165 "Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan

3 Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010). Salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi adalah dermatitis kontak, ini merupakan istilah umum pada reaksi inflamasi akut atau kronis dari suatu zat yang bersentuhan dengan kulit. Dermatitis kontak dibagi menjadi dua golongan. Jenis yang pertama adalah dermatitis kontak iritan (DKI) yang disebabkan oleh iritasi kimia dan kedua dermatitis kontak alergi (DKA) yang disebabkan oleh antigen (alergen) yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-mediated atau tipe lambat) (Wolff K, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen meliputi tipe dan karakteristik agen, karakteristik paparan, faktor lingkungan. Faktor endogen yaitu faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit, riwayat atopi (Taylor, 2008). Penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak pada pekerja, beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2007) tentang faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada karyawan Inti Pantja Press Industri didapatkan hasil bahwa riwayat atopik, kebersihan diri tidak memiliki nilai yang bermakna, sedangkan didapatkan hubungan antara lama bekerja dengan kejadian dermatitis kontak dengan waktu lebih besar dari dua tahun. Hal ini

4 juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mausuli (2010) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada pekerja pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) cipayung Kota Depok tahun 2010, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak dan tidak ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak tetapi pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara durasi pajanan dengan kejadian dermatitis. Sedangkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyawati (2010) tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan Rembang didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat atopik dan personal hygiene dengan dermatitis kontak akibat kerja. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Riwayat Atopik, Personal Hygiene dan Lama Bekerja Pada Cleaning Service Dengan Dermatitis Kontak Akibat Kerja Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dibuat suatu rumusan masalah yaitu apakah terdapat hubungan antara riwayat atopik, personal hyigene dan lama pajanan pada cleaning service dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

5 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara riwayat atopik, lama pajanan dan personal hygiene pada cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada cleaning service RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. b. Mengetahui hubungan riwayat atopik dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada cleaning service RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. c. Mengetahui hubungan lama pajanan dengan kejadian dermatitis kontak pada cleaning service RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. d. Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak pada cleaning service RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

6 D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Dapat menjadi bahan referensi dan acuan dalam penerapan ilmu yang sudah didapat dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. 2. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sebagai bahan acuan mengupayakan tindakan preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan para pekerjanya. 3. Bagi pekerja cleaning service Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada cleaning service dan perusahaan khususnya tentang faktor - faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada cleaning service.

7 E. Kerangka Teori Faktor-faktor tidak langsung terhadap kejadian dermatitis kontak adalah suhu, masa kerja, kelembaban, personal hygiene,usia, jenis kelamin, riwayat atopik, penggunaan alat pelindung diri (APD) sedangkan faktor langsung terhadap kejadian dermatitis kontak adalah bahan kimia dan lama kontak yang terjadi (Djuanda, 2007). Jenis Pekerjaan Faktor langsung Bahan kimia Lama kontak Faktor tidak langsung Suhu Masa kerja Kelembaban Personal hygiene Dermatitis kontak akibat kerja Usia Jenis kelamin Riwayat Atopik Penggunaan alat pelindung (Djuanda,2007;fredberg, 2003) Gambar 1. Kerangka teori

8 F. Kerangka konsep Berdasarkan kerangka teori di atas menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat atopik, personal hygiene dan lama kontak terhadap kejadian dermatitis kontak. Adapun kerangka konsep dapat dilihat sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Riwayat atopik Personal hygiene Lama paparan Dermatitis Kontak Akibat Kerja Variabel Perancu - Aktifitas rumah tangga - Penggunaan obat topikal - Pekerjaan lain Gambar 2. Kerangka konsep G. Hipotesis Ada hubungan antara riwayat atopik, personal hygiene dan lama pajanan dengan dermatitis kontak akibat kerja pada cleaning service di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.