BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko


BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. PELINDO I TERHADAP KAPAL YANG BERSANDAR (Studi PT. PELINDO I ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai eksistensi buruh Batak

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan ecara efektif, efisien, dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pada dasarnya pelayanan terhadap kapal dan pelayanan terhadap muatan (barang dan penumpangnya). (1) Secara teoritis, sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan di pindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta api).sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai slah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari system transportasi maupun logistic. (1)

Kegiatan Operasional pelabuhan salah satunya adalah kegiatan bongkar muat barang dalam kegiatan ini peran yang sangat penting dalam kegiatan ini adalah sumber daya manusianya salah satunya adalah Tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Kegiatan yang dilakukan oleh TKBM adalah pekerjaan angkat-angkut. Pekerjaan di bidang angkat angkut merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan atau terpajan penyakit akibat kerja.seperti kita ketahui bahwa jenis pekerjaan angkat dan angkut merupakan salah satu aktivitas fisik tertua dari kegiatan manusia sehari-hari. pekerjaan bongkar muat merupakan pekerjaan fisik yang berat, faktor-faktor lain seperti kondisi kerja dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis juga memberikan beban tambahan kepada para pekerja. Masalah-masalah tersebut di atas apabila tidak dikendalikan dengan baik, akan dapat memberikan stres kepada pekerja yang melampaui batas kemampuannya, pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan para pekerja. Pekerjaan angkat-angkut di pelabuhan merupakan pekerjaan manual handling dan lifting. Pengangkatan benda secara manual atau dalam ilmu ergonomi dikenal sebagai Manual Material Handling(MMH) adalah gerakan pemindahan benda oleh manusia yang menggunakan tenaga manusia sendiri (penanganan manual). Ciri-ciri dari material yang dipindahkan adalah memiliki berat kurang dari 40 kg, material dapat dijangkau oleh tangan serta mudah digenggam oleh tangan. Kegiatan manual material handling yang sering dilakukan antara lain adalah kegiatan pengangkatan benda (lifting task), kegiatan pengantaran benda (carriying task), Kegiatan mendorong benda (pushing task), Kegiatan menarik benda (pulling task). (2) Pekerjaan manual handling seperti angkat angkut ini sangatlah mengandalkan manusia tenaga utama (3).

Beban kerja dari setiap pekerja berbeda-beda, sesuai dengan jenis pekerjaannya. Beban kerja dapat berupa beban mental, fisik dan sosial. Beban fisik ditemukan pada saat melakukan pekerjaan yang menggunakan fisik sebagai alat utama seperti pekerjaan memindahkan beban. Berat beban yang diangkat serta frekuensi mengangkat yang sering dapat mempengaruhi kesehatan kerja berupa kecelakaan kerja atau timbulnya penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja (PAK) merupakan penyakit yang timbul karena hubungan pekerjaan mengangkat, menurunkan, dan membawa barang yang dilakukan secara langsung tanpa bantuan alat apapun dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada pekerja (4) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. (5) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dalam hubungan kerja yang sebagai kejadian yang tidak terdugadan tidak diharapkan yang merupakan akibat langsung pekerjaan atau lingkungan kerja atau kecelakaan yang terjadi pada waktu pekerjaan sedang dilakukan atau terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. (6) Menurut ILO, setiap tahun diseluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja dan 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1,25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto. (7)

Menurut Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang saat ini telah berubah menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Soisal (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat sepanjang tahun 2013 jumlah peserta yang mengalami kecelakaan kerjasebanyak 129.911 orang. Dari jumlah tersebut 146.219 (75,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 46.692 berjenis kelamin perempuan. Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59% terjadi dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang diluar perusahaan sebanyak 10,26% dan sisanya atau sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sementara akibat kecelakaan tersebut, jumlah peserta BPJS yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, yang mengalami sakit 15.106 orang, luka-luka 174.266 orang dan meninggal mendadak sebanyak 446 orang. Berdasarkan data Jamsostek kasus kecelakaan tahun 2014 sebanyak 105.383 kasus, adapun hingga Maret 2015, BPJS ketenagakerjaan mencatat ada 38 kasus JKK- RTW 9.Dari data ILO Jumlah kasus kecelakaan kerja di indonesia tahun 2014 terjadi sebanyak 24.910/Tahun dan jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2014 sebanyak (8, 9) 40.696/Tahun. Kecelakaan kerja yang melibatkan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 berjumlah 1.238 terdiri dari: Meninggal sebanyak 20 orang, cacat sebagian sebanyak 15 orang, cacat fungsi sebanyak 22 orang, tanpa cacat/sembuh sebanyak 679 orang, sementara tidak mampu bekerja sebanyak 502 orang. (10) Menurut Suma mur penyebab kecelakaan kerja secara umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman dari pekerja. Khusus mengenai unsafe action ( tindakan tidak aman) ini sangat erat kaitannya dengan factor manusia atau terjadi karena kesalahan manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patrick sherry, 80-90% penyebab kecelakaan kerja berkaitan dengan human error atau

factor perilaku pekerja.menuruthasil Riset NCS(National Safety Council) US menyebutkan Penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. (11) Penelitian yang dilakukan oleh ayu Diah Pratiwi (2012) tentang Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi tindakan tidak aman pada pekerja di PT. X Tahun 2011, tindakan tidak aman yang paling sering dilakukan adalah tidak menggunakan alat pelindung diri (25,53%), mengangkat beban dengan posisi janggal (12,77%), dan bersenda gurau berlebihan saat bekerja (12,77%) (12). Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Nengcy tentang Hubungan Unsafe Action dan Unsafe Condition dengan kecelakaan kerja di koperasi Bongkar Muat di Teluk Bayur Padang tahun 2014, hasilnya di ketahui bahwa tenaga kerja bongkar muat yang mengalami kecelakaan kerja 41,1%, melakukan unsafe action 70%, Unsafe condition 55,6%. (13) Salah satu unsur penting dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah factor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja. perilaku yang dimaksud adalah perilaku TKBM ketika berada di areal pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat dan lingkungan kerja di fokuskan pada desain alur kerja kegiatan bongkar muat dan rambu-rambu peringatan bahaya kecelakaan kerja. Pekerjaan angkat dan angkut merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kondisi kerja yang masih perlu mendapat perhatian, khususnya di pelabuhan Teluk bayur padang. Kegiatan Bongkar muat di pelabuhan teluk bayur dibagi dalam tiga bagian menurut Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Republik Indonesia nomor 60 tahun 2014 terdiri dari stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya), corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke

gudang dan sebaliknya), receiveing/delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. (14) Peneliti akan meneliti kegiatan bongkar muat pada bagian stevedoring yaitu pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya. Di bagian stevedoring kegiatan anggota dan pekerjaan bongkar muat barang banyak dilakukan. Kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi dibagian stevedoring, setelah dilakukan wawancara dari ketua bagian operasional dan data yang didapatkan. Barang yang di bongkar muat seperti semen,beras, garam, rempah-rempah, gypsum dan lain-lain dalam jumlah tonase yang besar. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam. Pekerja TKBM melakukan kegiatan lebih banyak pada shift pagi karena, pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan system borongan, bekerja sesuai kesepakatan demgam pihak pengguna jasa. Dalam satu regu borongan terdapat 1 Ketua Regu Kerja (KRK) dengan kurang lebih 11 anggota. Sehingga memungkinkan waktu kerja melebihi 8 jam per hari. Berdasarkan data kecelakaan kerja pada pekerja Koperasi Tenaga Kerja Bongkar muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang dalam kurun 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 terjadi 11 kecelakaan kerja dan pada tahun 2015 terjadi kenaikan kecelakaan kerja menjadi 21 kecelakaan kerja. Lalu di tahun 2016 terdapat 7 kecelakaan kerja, lalu hingga awal maret 2017 sudah terjadi 4 kecelakaan kerja. melalui wawancara dengan ketua bagian operasional koperasi tenaga kerja bongkar muat dan bagian asuransi yang menangani setiap kejadian kecelakaan kerja, bahwa kecelakaan terjadi akibat terpeleset dari tangga dan jatuh ke lantai kapal, terjepit container, jatuh dari truk ke dermaga, dan terkena gancu sewaktu bekerja, yang mengakibatkan cacat sementara seprti luka memar pada jari tangan dan kaki, luka jahit, dan patah tulang.

Hasil dari survey awal yang dilakukan dengan 10 pekerja TKBM mendapatkan hasil bahwa 5 dari pekerja pernah mengalami kecelakaan, 60 % TKBM kurang memiliki Pengetahuan yang baik mengenai Kecelakaan Kerja, 70% TKBM memiliki sikap tidak terlalu mementingkan cara kerja dengan benar, mereka lebih mementingkan Pekerjaan cepat selesai. Pekerjaan angkat-angkut di pelabuhan teluk bayur padang dilakukan secara manual handling dan mekanik. Kecelakaan kerja di koperasi bongkar muat disebabkan oleh ketidak hati-hatian pekerjan, beban kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas pekerja serta perilaku yang tidak aman yang dilakukan oleh pekerja seperti, tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, tidak berkonsentrasi pada pekerjaan, bersenda gurau dengan sesama pekerja yang akhirnya menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh silvia nengcy (2014), peneliti menyarankan untuk peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut hubungan beban kerja dengan kecelakaan kerja pada pekerja bongkar muat. Untuk itu Peneliti tertarik meneliti Hubungan perilaku pekerja dan beban kerja dengan kecelakaan kerja tenaga kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Bayur Padang Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapathubungan antara Perilaku Pekerja dan beban kerjadengan kecelakaankerja di koperasi bongkar muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara perilaku pekerja dan beban kerjadengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang tahun 2017 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada responden yang bekerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuanpada responden yang bekerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017 3. Diketahuinya distribusi frekuensi sikappada responden yang bekerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 4. Diketahui distribusi frekuensi tindakan pada responden yang bekerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 5. Diketahuinya distribusi frekuensi beban kerjaresponden yang bekerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 6. Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan kecelakaan kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 7. Diketahuinya hubungan sikap kerja responden dengan kecelakaan kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 8. Diketahuinya hubungan tindakan kerja responden dengan kecelakaan Kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017. 9. Diketahuinya hubungan beban kerja kerja responden dengan kecelakaan Kerja di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Teluk Bayur Padang tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam pembuatan karya tulis ilmiah dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan. 2. Bagi institusi pendidikan khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat, diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kerja dan beban kerja dengan kecelakaan kerja di pekerja angkat angkut pelabuhan. 3. Bagi perusahaan tempat penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengelola lingkungan kerja yang lebih sehat dan nyaman agar terhindar dari kecelakaan kerja 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian stevedoringkoperasi Tenaga kerja bongkar muat (KOPERBAM) Pelabuhan Teluk Bayur Padang untuk melihat faktor-faktor perilaku pekerja yaitu pengetahuan, sikap, tindakan serta beban kerja yang dapatmenyebabkan kecelakaan kerja. Desain yang digunakan adalah Cross Sectional Study.Data primer dikumpulkan melalui kuisioner melalui wawancara secara langsung kepada responden.dan pengukuran denyut nadi responden untuk mengetahui tingkatan beban kerja responden.