ALGORITMA-ALGORITMA PARALLEL RANDOM ACCESS MACHINE (PRAM = pea ram) Ver

dokumen-dokumen yang mirip
Preorder Tree Traversal

ALGORITMA-ALGORITMA PARALLEL RANDOM ACCESS MACHINE (PRAM = pea ram)

ALGORITMA-ALGORITMA PARALLEL RANDOM ACCESS MACHINE (PRAM = pea ram)

ALGORITMA-ALGORITMA PARALLEL RANDOM ACCESS MACHINE (PRAM)

NOTASI UNTUK ALGORITMA PARALEL

NOTASI UNTUK ALGORITMA PARALEL

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016

JARINGAN UNTUK MERGING

Tree (Struktur Data) Nisa ul Hafidhoh, MT

ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN

Algoritma dan Struktur Data. Binary Tree & Binary Search Tree (BST)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

ANALISIS ALGORITMA BINARY SEARCH

Buku Ajar Struktur Data

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK KOMPUTER)

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER

OPERASI MATRIKS. a 11 a 12 a 13 a 14 A = a 21 a 22 a 23 a 24 a 31 a 32 a 33 a 34 a 41 a 42 a 43 a 44

Struktur Data & Algoritma

Pohon dan Pohon Biner

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ALGORITMA PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK INFORMATIKA)

DESAIN DAN ANALISIS STRUKTUR DATA NON LINIER ROOTED TREE DINAMIS (Kata kunci: Graf, Struktur data, tree, LCA, pemrograman dinamis)

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf

BAB VII ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T. Tinaliah, S.Kom POHON BINER

2. Mahasiswa dapat membuat dan menggunakan array dan linked list dalam suatu kasus.

PENDAHULUAN. -. Pengolahan data numerik dalam jumlah yang sangat besar. -. Kebutuhan akan ketersediaan data yang senantiasa up to date.

Pohon (Tree) Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2012/2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

PENDAHULUAN. Motivasi : -. Pengolahan data numerik dalam jumlah yang sangat besar. -. Kebutuhan akan ketersediaan data yang senantiasa up to date.

Analisis Algoritma: Anany Levitin, Introduction to Design and Analysis of Algorithm, 3 rd Edition, Pearson Education, Inc.

OPERASI LOGIKA PADA GENERAL TREE MENGGUNAKAN FUNGSI REKURSIF

Pengolahan Paralel PENGOLAHAN PARALEL. Ernastuti 1/58. Ernastuti

Struktur Data. PDE - Struktur Data 1

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB VII POHON BINAR POHON

BAB VII Tujuan 7.1 Deskripsi dari Binary Tree

Komponen Terhubung dan Jalur Terpendek Algoritma Graf Paralel

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Pertemuan 9 STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER

Pohon Biner Sebagai Struktur Data Heap dan Aplikasinya

POHON CARI BINER (Binary Search Tree)

PENGOLAHAN PARALEL. Ernastuti

Analisa dan Perancangan Algoritma. Ahmad Sabri, Dr Sesi 1: 9 Mei 2016

Algoritma dan Struktur Data. Pertemuan 7 Linked List

Pohon. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit. Program Studi Teknik Informatika ITB. Rinaldi M/IF2120 Matdis 1

Konsep Dasar Pemrograman

Optimalisasi Algoritma Pencarian Data Memanfaatkan Pohon Biner Terurut

FAKULTAS TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS NASIONAL

Pemanfaatan Directed Acyclic Graph untuk Merepresentasikan Hubungan Antar Data dalam Basis Data

Ringkasan mengenai Tree (Dari beberapa referensi lain) Nina Valentika

ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF

Desain dan Analisis Struktur Data Non Linier Rooted Tree Dinamis

Definisi. Pohon adalah graf tak-berarah, terhubung, dan tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon (ada sikuit) (tdk terhubung)

Penerapan Pohon Dalam Heap Sort

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penggunaan Algoritma Greedy dalam Membangun Pohon Merentang Minimum

TREE ALGORITMA & STRUKTUR DATA. Materi ASD Fakultas Teknik Elektro & Komputer UKSW ( Download Dari :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pergerakan Telepon Seluler Sebagai Sumber Data

DEFINISI. Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pohon (TREE) Matematika Deskrit. Hasanuddin Sirait, MT 1

Studi Digital Tree dan Aplikasinya pada Kamus

Searching [pencarian] Algoritma Pemrograman

Matematika Diskret (Pohon) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

BAB IV POHON. Diktat Algoritma dan Struktur Data 2

STRUKTUR DATA. By : Sri Rezeki Candra Nursari 2 SKS

Algoritma Divide and Conquer

Pohon Biner (Bagian 1)

Tenia Wahyuningrum, S.Kom. MT Sisilia Thya Safitri, S.T.,M.T.

Algoritma Prim dengan Algoritma Greedy dalam Pohon Merentang Minimum

Yaitu proses pengaturan sekumpulan objek menurut urutan atau susunan tertentu Acuan pengurutan dibedakan menjadi :

Heap Tree dan Kegunaannya dalam Heap Sort

Algoritma Pemrograman & Struktur Data

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2005/2006 ALGORITMA & STRUKTUR DATA / CS2014

PERTEMUAN 2 ALGORITMA & PEMROGRAMAN

Studi Mengenai Perbandingan Sorting Algorithmics Dalam Pemrograman dan Kompleksitasnya

Implementasi Skema Pohon Biner yang Persistent dalam Pemrograman Fungsional

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

Tree. Perhatikan pula contoh tree di bawah ini : Level. Level 2. Level 3. Level 4. Level 5

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaplikasian Algoritma Dijkstra Dalam Pembuatan Agenda Penerbangan

Penerapan Teknik Binary Search Tree Sebagai Alternatif Penyimpanan Data

Algoritma dan Struktur Data

Algoritma dan Pemrograman Searching/Pencarian

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 4 ELEMEN-ELEMEN BAHASA PEMROGRAMAN

13/12/2013. Binary Tree. Contoh Tree

Kuliah Online : TEKKOM [2013/VI]

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

ALGORITMA ROUTING DI LINGKUNGAN JARINGAN GRID MENGGUNAKAN TEORI GRAF

6. TREE / BINARY TREE

White Box Testing Merupakan metode perancangan test case yang menggunakan struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk mendapatkan test case.

Gambar (a) PDL for test design

Pengenalan Trie dan Aplikasinya

8/29/2014. Kode MK/ Nama MK. Matematika Diskrit 2 8/29/2014

Aplikasi Graf Breadth-First Search Pada Solver Rubik s Cube

ANALISIS ALGORITMA PEMBANGUN POHON EKSPRESI DARI NOTASI PREFIKS DAN POSTFIKS

= himpunan tidak-kosong dan berhingga dari simpul-simpul (vertices) = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul

Transkripsi:

ALGORITMA-ALGORITMA PARALLEL RANDOM ACCESS MACHINE (PRAM = pea ram) Ver. 3.1-2016 http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 1 P: 1

Apa dan mengapa PRAM? PRAM adalah salah satu model komputasi paralel Pada model ini diasumsikan bahwa kita bisa menggunakan sumber daya (prosesor dan memory) secara tidak terbatas Model ini sangat sederhana dan mengabaikan kerumitan komunikasi antar prosesor Asumsi di atas menjadikan para perancang algoritma PRAM dapat fokus pada inherent parallelism untuk masalah komputasi tertentu http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 2 P: 2

PRAM Model http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 3 P: 3

Read & Write Conflict Model PRAM dibedakan dari bagaimana mereka dapat menangani konflik read dan write (Li and Yesha 1989): 1. EREW(Exclusive Read Exclusive Write) Konflik pada saat penulisan dan pembacaan tidak dibenarkan 2. CREW(Concurrent Read Exclusive Write) Banyak prosesor dapat membaca data dari tempat dan waktu yang sama pada memori global, sementara untuk menulis tidak diizinkan http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 4 P: 4

Read & Write Conflict (2) 3. CRCW(Concurrent Read Concurrent Write) Membaca dan menulis secara bersamaan/concurent diizinkan, terdapat tiga model: COMMON Semua prosesor yang menulis pada alamat yang sama pada memori global harus menulis data yang sama ARBITRARY Ketika beberapa prosesor hendak menulis kealamat memori global yang sama pada waktu bersamaan maka prosesor yang terpilih sebagai winner yang dapat menuliskan data pada register PRIORITY Ketika beberapa prosesor hendak menulis kealamat memori global yang sama pada waktu bersamaan maka prosesor dengan indeks terkecil yang dapat menuliskan data pada lokasi memori http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 5 P: 5

Algoritma PRAM Algoritma yang dibahas : 1) Parallel reduction 2) Prefix sums 3) List ranking 4) Pre-order tree traversal 5) Merging two sorted lists 6) Graph coloring http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 6 P: 6

Fase Algoritma PRAM Algoritma-algoritma PRAM memiliki 2 (dua) fase : mengaktifkan sejumlah prosesor (spawn) prosesor yang sudah diaktifkan (pada fase 1), melaksanakan komputasi secara paralel http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 7 P: 7

Fase Algoritma PRAM (2) Untuk mengubah 1 prosesor yang aktif ke p prosesor dibutuhkan log p langkah Jumlah prosesor yang aktif merupakan lipat-2 (2 n ) dari prosesor tunggal atau logaritma dari basis 2. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 8 P: 8

Meta Command Instruksi meta untuk mengaktifkan prosesor yang digunakan (dalam fase 1) : spawn (<nama prosesor>) Instruksi meta untuk melakukan komputasi secara paralel (dalam fase 2) : for all <processor list> do <statement list> endfor http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 9 P: 9

Algoritma PRAM Pohon biner menjadi paradigma yang penting dalam komputasi paralel. Pada beberapa algoritma ada yang menggunakan aliran data top-down (akar daun). Contoh : Broadcast akar mengalirkan (mengirimkan) data yang sama ke setiap daunnya Divide-and-conquer pohon menggambarkan adanya perulangan sub divisi suatu masalah ke sub masalah yang lebih kecil. Algoritma lain yang mengalirkan data secara bottom-up (daun -akar) adalah operasi reduksi atau fan-in. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 10 P: 10

DEFINISI Paralel Reduction Diberikan sekumpulan n nilai a 1, a 2,,a n dan operator biner asosiatif, karenanya reduksi adalah proses menghitung dari : a 1 a 2 a n Salah satu contoh dari operasi reduksi adalah penjumlahan paralel (parallel summation). http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 11 P: 11

Parallel reduction Parallel Reduction (Reduksi paralel) Prosesor PRAM memanipulasi data yang disimpan dalam register global. CONTOH Penjumlahan secara paralel merupakan salah satu contoh dari operasi reduksi. Reduksi secara paralel dapat digambarkan dengan pohon biner. Sekelompok n nilai ditambahkan dalam log p langkah penambahan paralel. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 12 P: 12

Parallel Reduction Implementasi algoritma penjumlahan, setiap node dari pohon merupakan elemen dalam array http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 13 P: 13

Parallel Reduction PSEUDOCODE SUM(EREW PRAM) Initial condition : List of n 1 elements stored in A[0 (n - 1)] Final condition : Sum of elements stored in A[0] Global variables : n, A[0 (n -1)], j Begin Spawn(P 0, P 1, P 2, P n/2 1 ) for all P i where 0 i n/ 2 1 do for j 0 to log(n) 1 do if i modulo 2 j =0 and 2i+2 j <n then A[2i] A[2i]+ A[2i+2 j ] endif endfor endfor end http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 14 P: 14

Gambaran Pseudocode Menjumlahkan 10 nilai http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 15 P: 15

Parallel reduction KOMPLEKSITAS Rutin spawn : n/2 doubling steps Perulangan for yang sekuensial : log n kali Waktu kompleksitas algoritma : (log n), dengan n/2 prosesor http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 16 P: 16

Prefix sums DEFINISI Diberikan sekumpulan n nilai a 1, a 2,, a n dan operasi asosiatif, prefix sum adalah menghitung: a 1 a 1 a 2 a 1 a 2 a 3 a 1 a 2 a 3 a n Misal : diberikan operasi + dan array integer {3, 1, 0, 4, 2}, hasil prefix sum adalah array dari {3, 4, 4, 8, 10}. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 17 P: 17

Prefix sums CONTOH Diberikan array A dari n huruf. Huruf-huruf besarnya akan diurut. (lihat gambar) Array A berisi huruf besar maupun huruf kecil dan ada array tambahan T berukuran n. Huruf-huruf besar akan diletakkan di awal dari A secara terurut. Array T berisi 1 untuk merepresentasikan huruf besar dan 0 untuk merepresentasikan huruf kecil Array T dikomputasi dengan prefix sum, menggunakan operasi tambah. Setiap huruf besar L diletakkan di A[i], nilai dari T[i] adalah indeks dari L. Array A setelah packing. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 18 P: 18

Prefix sums Packing elemen dengan aplikasi prefix sum http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 19 P: 19

PREFIX.SUMS (CREW PRAM): Initial condition : List of n 1 elements stored in A[0 (n -1)] Final condition : Each element a[i] contains A[0] A[i] Global variables : n, A[0 (n-1)], j begin spawn (P 1, P 2,, P n - 1 ) Prefix sums for all P i where 1 i n 1 do for j 0 to log n 1 do if i 2 j 0 then A[i] A[i] + A[i 2 j ] endif endfor endfor end Algoritma PRAM untuk menemukan prefix sum dari n elemen dengan n-1 prosesor http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 20 P: 20

Prefix Sums Algoritma Prefix sum dari 10 nilai http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 21 P: 21

Kompleksitas Prefix Sums KOMPLEKSITAS Rutin spawn : log n - 1 instruksi Perulangan for yang sekuensial : log n kali Waktu kompleksitas algoritma : (log n), dengan n - 1 prosesor http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 22 P: 22

List Rangking List Ranking Suffix sum adalah variant dari prefix sum, dimana elemen array digantikan dengan linked list, dan penjumlahan dihitung dari belakang (Karp & Ramachandran 1990). DEFINISI Jika elemen-elemen dari list berisi 0 atau 1 dan operasi asosiatif merupakan penambahan, maka masalah ini biasa disebut list ranking. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 23 P: 23

List Ranking Posisi setiap item pada sebuah n-element linked list dapat dicapai dalam log n pointer jumping steps http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 24 P: 24

List Ranking LIST.RANKING (CREW PRAM): Initial condition : Values in array next represent a linked list Final condition : Values in array position contain original distance of each element from end of list Global variables : n, position[0 (n - 1)], next[0 (n - 1)], j begin spawn (P 0, P 1, P 2,, P n-1 ) for all P i where 0 i n 1 do if next[i] = i then position[i] 0 else position[i] 1 endif for j 1 to log n do position[i] position[i] + position[next[i]] next[i] next[next[i]] endfor endfor end http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 25 P: 25

List Ranking GAMBARAN PSEUDOCODE Untuk menunjukkan posisi list adalah dengan menghitung jumlah penelusuran antara elemen list dan akhir list. Hanya ada (n-1) pointer antara elemen list awal dan akhir list. Jika satu prosesor diasosiasikan dengan setiap elemen list dan pointer lompatan secara paralel, jarak dari akhir list hanya ½ bagian melalui instruksi next[i] next[next[i]]. Jika sebuah prosesor menambah hitungan ke link-traversalnya sendiri, position[i], hitungan link-traversal sekarang dari successornya dapat dicapai. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 26 P: 26

List Ranking KOMPLEKSITAS Rutin spawn : (log n), Perulangan for : maksimal log n kali Waktu kompleksitas algoritma : (log n), dengan n prosesor http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 27 P: 27

Preorder Tree Traversal DEFINISI Secara sekuensial PREORDER.TRAVERSAL(nodeptr): begin if nodeptr.label = null then nodecount = codecount + 1 nodeptr.label = nodecount PREORDER.TRAVERSAL(nodeptr.left) PREORDER.TRAVERSAL(nodeptr.right) endif end http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 28 P: 28

Preorder Tree Traversal Dimana paralelnya? Operasi dasarnya adalah pelabelan pada node. Label pada verteks sub pohon kanan tidak dapat diberikan sampai diketahui berapa banyak verteks yang ada di sub pohon kirinya, begitu sebaliknya. Pelaksanaan penelusuran dari depan (preorder traversal), dikerjakan secara sistematis melalui semua edge pohon. Setiap edge selalu 2 (dua) kali melewati verteks, yang turun dari parent ke child dan kebalikkannya. Penelusuran pohon berorientasi edge ini merupakan algoritma paralel yang cepat. (Tarjan & Vishkin, 1984). http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 29 P: 29

Preorder Tree Traversal CONTOH: Algoritma ini mempunyai 4 (empat) fase : Algoritma membentuk singly-linked list. Setiap verteksnya mempunyai penelusuran edge turun maupun naik dari pohon Memberikan bobot ke verteks-verteksnya, penelusuran naik (upward) : 0 penelusuran turun (downward) : 1 Setiap elemen singly-linked list menghitung ranknya dari list secara paralel Prosesor yang diasosiasikan dengan edge yang turun menggunakan rank yang sudah dihitung sebagai nomor dari penelusuran preorder. http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 30 P: 30

Preorder Tree Traversal http://openstat.sekolahku.org http://kelas.sekolahku.org Introduction Simulasi : to Pendahuluan Parallel Algorithm p : 31 P: 31

Preorder Tree Traversal Implementasi dari algoritma paralel preorder traversal menggunakan struktur data yang tidak biasa untuk merepresentasikan pohon. 32

Preorder Tree Traversal PSEUDOCODE PREORDER.TREE.TRAVERSAL (CREW PRAM): Global n {Number of vertices in tree} parent[1 n] {Vertex number of parent node} child[1 n] {Vertex number of firts child} sibling[1 n] {Vertex number of edge} succ[1 (n -1)] {Index of successor edge} position[1 (n -1)] {Edge rank} preorder[1 n] {Preorder traversal number} begin spawn (set of all P(i,j) where (i,j) is an edge) for all P(i,j) where (i,j) is an edge do {Put the edges into a linked list} if parent[i] = j then if sibling[i] null then succ[(i,j)] (j, sibling[i]) else if parent[j] null then succ[(i,j)] (j, parent[j]) else succ[(i,j)] (i,j) preorder[j] 1 {j is root of tree} endif else if child[j] null then succ[(i,j)] (j, child[j]) else succ[(i,j)] (j,i) endif endif 33

Preorder Tree Traversal {Number of edges of the successor list} if parent[i] = j then position[(i,j)] 0 else position[(i,j)] 1 endif {Perform suffix sum on successor list} for k 1 to log(2(n 1)) do position[(i,j)] position[(i,j)] + position[succ(i,j)] succ[(i,j)] succ[succ[(i,j)]] endfor {Assign preorder values} if i = parent[j] then preorder[j] n + 1 - position[(i,j)] endif endfor end 34

Preorder Tree Traversal GAMBARAN PSEUDOCODE Sebuah pohon dengan n buah node memiliki n-1 buah edge. Karena setiap edge dibagi ke dalam edge yang naik dan turun, algoritma membutuhkan 2(n-1) prosesor untuk memanipulasi 2(n-1) elemen dari singly-linked list ke penelusuran edge-nya. Pada saat prosesor diaktifkan, linked list dibentuk yang berisi elemen-elemen edge dari preorder traversal. Dengan edge (i, j), setiap prosesor harus menghitung successor (pengikut) dari edge dalam traversal. 35

Preorder Tree Traversal GAMBARAN PSEUDOCODE Jika parent[i] = j maka edge bergerak naik pada pohon, dari node child ke node parent. Edge-edge yang naik mempunyai 3 jenis successor: jika child memiliki sibling, maka egde successor berasal dari node parent ke node sibling, jika child memiliki grandparent, maka edge successor berasal dari node parent ke grandparent-nya, jika kedua kondisi di atas tidak ada, maka edge merupakan akhir dari preorder traversal. 36

Preorder Tree Traversal GAMBARAN PSEUDOCODE Akar pohon diidentitaskan dan nomor preordernya adalah 1. Jika parent[i] j, yaitu jika edge bergerak turun dari node parent ke salah satu child-nya, maka ada 2 macam edge successornya : jika node child memiliki node keturunan, edge successor berasal dari node child ke node grandchild jika node child merupakan daun, edge successor berasal dari node child itu sendiri ke parent-nya. 37

Preorder Tree Traversal GAMBARAN PSEUDOCODE Nilai posisi akhir menunjukkan nomor node preorder traversal antara elemen list dan akhir list. Untuk menghitung setiap label dari node, setiap prosesor yang diasosiasikan dengan edge turun dikurangkan nilai position dari n+1. Penambahan 1 menyebabkan penomoran preorder traversal dimulai dari 1. 38

Merging Two Sorted Lists DEFINISI Algoritma yang optimal adalah penggabungan daftar (list) untuk satu elemen setiap waktu. Untuk menggabungkan dua list secara terurut membutuhkan paling banyak n-1 perbandingan dari n/2 elemen. Waktu kompleksitasnya (n). (Secara sekuensial) Dengan menggunakan algoritma PRAM, proses penggabungan dapat dicapai dalam waktu (n log n) yaitu setiap elemen list dialokasikan ke prosesornya sendiri. Setiap prosesor menemukan posisi elemen-elemen pada list yang lain dengan pencarian biner (binary search). 39

Merging Two Sorted Lists Dengan menggunakan algoritma PRAM, proses penggabungan dapat dicapai dalam waktu (n log n) yaitu setiap elemen list dialokasikan ke prosesornya sendiri. Setiap prosesor menemukan posisi elemen-elemen pada list yang lain dengan pencarian biner (binary search). Karena setiap indeks elemen pada list diketahui, tempat pada gabungan list dapat dihitung saat indeks pada list lainnya diketahui dan du indeks ditambahkan. Semua n elemen dapat dimasukkan ke gabungan list dengan prosesornya sendirisendiri dalam waktu konstan. 40

Merging Two Sorted Lists 41

Merging Two Sorted Lists PSEUDOCODE MERGE.LISTS (CREW PRAM): Given : Two sorted lists of n/2 elements each stored in A[1] A[n/2] and A[(n/2)+1] A[n] The two lists and their unions have disjoint values Final condition : Merged list in locations A[1] A[n] Global A[1 n] Local x, low, high, index begin spawn(p 1, P 2,, P n ) for all P i where 1 i n do {Each processor sets bounds for binary search} if i n/2 then low (n/2) + 1 high n else low 1 high n/2 endif {Each processor performs binary search} x A[i] repeat index (low + high)/2 if x < A[index] then high index 1 else low index + 1 endif until low > high {Put value in correct position on merged list} A[high + i n/2] x endfor end 42

Merging Two Sorted Lists GAMBARAN PSEUDOCODE Prosesor yang dibutuhkan ada n buah, satu untuk setiap elemen dari dua list yang digabungkan. Secara paralel, prosesor ini menentukan indeks yang akan dicari. Prosesor yang diasosiasikan dengan elemen dari ½ array bagian bawah akan melakukan pencarian biner pada elemen dari ½ array bagian atas, begitupula sebaliknya. Prosesor P i diasosiasikan dengan array A[i] bagian bawah dari list. Nilai akhir prosesor high harus berada antara n/2 dan n. Elemen A[i] > i-1 elemen pada bagian bawah list. Juga A[i] > high (n/2) untuk elemen bagian atas list. Sehingga A[i] diletakkan pada gabungan list setelah i + high n/2 1 elemen lainnya, pada indeks i + high n/2. Begitu pula dengan array bagian atas list. Prosesor P i diasosiasikan dengan array A[i] bagian atas dari list. Nilai akhir prosesor high harus berada antara 0 dan n/2. Elemen A[i] > i (n/2 +1) elemen lainnya pada bagian atas list. Juga A[i] > elemen high untuk bagian bawah list. Sehingga A[i] diletakkan pada gabungan list setelah i + high n/2 1 elemen lainnya, pada indeks i + high n/2. Karena semua prosesor menggunakan ekspresi yang sama untuk menempatkan elemen-elemennya, setiap prosesor merelokasi elemenelemennya menggunakan instruksi yang sama di akhir algoritma. 43

Merging Two Sorted Lists KOMPLEKSITAS Secara sekuensial : (n) Secara paralel : (n log n) Untuk membangun algoritma pada komputer paralel sebenarnya, cost algoritma paralel harus diperhitungkan. 44

Graph Coloring DEFINISI Pewarnaan graf merupakan graf dimana verteks-verteks dapat diwarnai dengan c warna sehingga tidak ada dua verteks yang berdekatan (bertetangga/ ajasensi) memiliki warna yang sama. CONTOH Diasumsikan graf dengan n buah verteks. Diberikan matriks ajasensi (bertetangga) mxn dan konstanta positif c, sebuah prosesor dibuat untuk setiap pewarnaan graf yang mungkin. Prosesor P(i 0, i 1, i 2,, i n-1 ) mengilustrasikan pewarnaan verteks 0 dengan warna i 0, verteks 1 dengan warna i 1 hingga verteks n-1 dengan warna i n-1. 45

Graph Coloring 46

Graph Coloring PSEUDOCODE GRAPH.COLORING (CREW PRAM): Global n {Number of vertices} c {Number of colors} A[1 n][1 n] {Adjacency matrix} candidate[1 c][1 c] [1 c] {n-dimensional boolean matrix} valid {Number of valid colorings} j, k 47

Graph Coloring begin end spawn(p(i 0, i 1, i 2,, i n-1 )) where 0 i v < c for 0 v < n for all P(i 0, i 1, i 2,, i n-1 ) where 0 i v < c for 0 v < n do candidate[i 0, i 1, i 2,, i n-1 ] 1 for j 0 to n-1 do for k 0 to n-1 do if a[j][k]=1 and i j = i k then candidate[i 0, i 1, i 2,, i n ] 0 endif endfor endfor valid candidate {Sum of all elements of candidate} endfor if valid > 0 then print Valid coloring exists else print Valid coloring does not exist endif 48

Graph Coloring GAMBARAN PSEUDOCODE Setiap prosesor memulai nilainya pada array candidate berdimensi-n dengan 1. Waktu yang dipakai (n 2 ) untuk mewarnai verteks yang diwakili 2 verteks yang berajasensi diberikan warna yang sama. Jika A[j,k] = 1 dan i j = i k maka pewarnaan salah karena A[j,k] = 1 berarti verteks j dan k bertetangga (ajasensi) dan i j = i k berarti verteks j dan k berwarna sama. Jika hal ini terjadi, array candidate di-set 0. Setelah n 2 perbandingan, jika elemen lainnya pada array candidate masih 1, pewarnaan benar. Dengan menjumlah semua elemen c n pada array candidate, dapat digambarkan bahwa pewarnaan benar (valid). 49

KOMPLEKSITAS Rutin spawn : (log c n ), Graph Coloring Perulangan loop for ganda : (n 2 ), Menjumlah semua elemen c n : (log c n ) Waktu kompleksitas keseluruhan : (log c n + n 2 ) = (n 2 + n log c) Karena c < n, kompleksitas berkurang menjadi (n 2 ). 50