IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PREDIKSI LA NINA OLEH 3 INSTITUSI INTERNASIONAL DAN BMKG (UPDATE 03 JANUARI 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SENSITIVITAS CURAH HUJAN DI JAWA BARAT TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI SEKITARNYA MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL REMO YANUAR MURIANTO

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

Hasil dan Pembahasan

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Musim Hujan. Musim Kemarau

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Gambar 1. Diagram TS

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

Analisis. Analisis Lanjutan. menampilkan hasil dalam gambar grafik atau gambar cross section aplikasi program RAOB.

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

UPDATE DASARIAN III MARET 2018

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

5/27/2013 AWAN. Pengertian :

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

BAB II LANDASAN TEORITIS

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

persamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0.

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I FEBRUARI 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT; ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN DASARIAN I FEBRUARI 2018

I. INFORMASI METEOROLOGI

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan kode C43. Hujan Stratiform adalah hujan kontinu yang dihasilkan awan stratiform akibat kenaikan udara skala luas akibat adanya front, kenaikan topografi atau konvergensi horizontal skala luas. Hujan Konvektif adalah hujan deras yang dihasilkan akibat naiknya udara hangat dan lembab dengan proses penurunan suhu secara adaiabatik. 4.2. Hujan Stratiform Hujan stratiform pada data output model pada masing-masing skenario ditunjukan dalam grafik dibawah ini: 6 5 Mar 6 Apr 9 4 32 Mei 5 4 Jun 3 3 7 Jul 9 5 5 Agus 5 Sep 5 6 5 Okt 9 5 32 Nov Des 4 35 57 Total 9 6 7 Dan secara musiman, pada skenario 2 terlihat bahwa DJF dan JJA mengalami kenaikan sedangkan MAM dan SON mengalami penurunan curah hujan. Sedangkan untuk skenario 3 atau penambahan terjadi kenaikan pada setiap musimnya. Dengan kenaikan tertinggi terjadi pada musim MAM sebesar 35 mm. 4 2 CH 4 3 2 6 4 2 DJF MAM JJA SON Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Gambar 9. Grafik curah hujan Stratiform. Pada skenario 2 atau pertukaran penambahan curah hujan terjadi pada 5 buah bulan dan penurunan terjadi pada 6 buah bulan. Dan jumlah total curah hujan dalam setahun mengalami penurunan sebesar 4 mm. Dari grafik terlihat bahwa penurunan curah hujan terjadi pada bulan-bulan dimusim peralihan, sedangkan pertambahan curah hujan terjadi pada bulan-bulan dimusim hujan dan kemarau. Dalam grafik terlihat pada skenario 3 atau penambahan terjadi kenaikan jumlah curah hujan kecuali pada bulan November. Kenaikan curah hujan tertinggi pada bulan April sebesar 23 mm. Dan bulan September merupakan bulan yang paling sedikit mengalami perubahan. Total curah hujan dalam setahun mengalami kenaikan sebesar 46%. Tabel 2. Curah hujan Stratiform Jan 2 23 23 Feb 34 42 43 Gambar. Grafik curah hujan Stratiform permusim. Tabel 3. Curah hujan Stratiform musiman Kontro l DJF 94 23 MAM 24 4 5 JJA 2 33 32 SON 5 39 64 TOTAL 9 6 7 Pada skenario 2, kenaikan curah hujan statiform terjadi saat musim hujan dan kemarau. Sedangkan pada musim peralihan terjadi penurunan jumlah curah hujan statiform. Pada skenario 3 kenaikan meningkatkan curah hujan statiform setiap musimnya. 4.3. Hujan Konvektif Hujan konvektif merupakan hujan yang dominan diwilayah Jawa. Curah hujan daerah Jawa mempunyai satu puncak pada bulan November-Maret (NDJFM) dan satu palung pada bulan Mei-September (MJJAS) dan dipengaruhi kuat oleh angin monsun. Puncak musim hujan kontrol terjadi pada bulan Febuari dengan curah hujan sebesar 56 mm.

CH 7 6 5 4 3 2 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec _SST _SST Gambar. Grafik curah hujan Konvektif. Dari grafik diatas pada skenario 2 atau pertukaran terjadi penurunan curah hujan sebanyak 7 buah bulan dan kenaikan pada 5 buah bulan yang lain. Penurunan terbesar terjadi pada bulan April sebesar 2 mm. Total curah hujan yang berkurang sebesar 36 mm. Pada skenario 3 umumnya terjadi kenaikan curah hujan kecuali pada bulan Desember. Kenaikan curah hujan sebesar 576 mm atau % dari total curah hujan kontrol. Kenaikan terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 36 mm. Tabel 4. Curah hujan Konvektif Jan 444 539 5 Feb 56 57 65 Mar 396 35 524 Apr 2 72 39 Mei 62 Jun 42 2 45 Jul 7 32 3 Agus 5 7 Sep 7 34 3 Okt 2 35 392 Nov 472 332 496 Des 559 465 493 Total 9 3 3766 Dan secara musiman, pada skenario 2 musim DJF, MAM, dan SON mengalami penurunan curah hujan. Penurunan yang paling besar terjadi pada musim MAM sebesar 3 mm. Sedangkan pada musim JJA mengalami kenaikan sebesar 7 mm. Pada skenario 3 semua musim mengalami kenaikan curah hujan. Musim MAM mengalami kenaikan yang paling besar yaitu 5 mm dan yang paling kecil pada JJA yaitu sebesar 52 mm. Kenaikan 52 mm pada JJA yang merupakan puncak musim kemarau merupakan kenaikan terbesar secara persentase yaitu sebesar 4%, sedangkan musim DJF merupakan musim yang terkecil secara persentase yaitu sebesar 6%. 6 4 2 6 4 2 DJF MAM JJA SON Gambar 2. Grafik curah hujan Konvektif. permusim Tabel 5. Curah hujan Konvektif musiman Kontro l DJF 59 575 6 MAM 73 43 5 JJA 62 SON 76 67 9 Total 9 3 3766 Pada skenario 2 DJF merupakan musim yang paling stabil. Musim JJA dan MAM merupakan musim yang paling besar perubahan curah hujannya. Total penurunan curah hujan sebesar 36 mm atau sebesar %. Sedangkan pada skenario 3 peningkatan meningkatkan jumlah curah hujan pada setiap musim. Terutama pada puncak musim kemarau (JJA) dan MAM. 4.4. Suhu Permukaan Laut Suhu permukaan laut merupakan unsur penting dalam pembentukan awan hujan. Laut merupakan sumber utama penguapan uap air. Uap air ini dibawa oleh oleh angin keatas daratan dan naik, sehingga mengalami pendinginan dan mengkondensasi menjadi tetes-tetes awan yang kemudian jatuh sebagai persipitasi. Besar kecilnya penguapan ini ditentukan seberapa besar energi yang diterima permukaan laut, atau berbanding lurus dengan suhunya. Hasil output data kontrol REMO menunjukan disekitar perairan pulau Jawa memiliki satu puncak pada bulan Maret dan palung pada bulan September. Dengan kisaran suhu 9,5 K sampai 33 K atau sekitar,5-3 C. ini mengikuti pergerakan semu matahari terhadap bumi.

Suhu(C) 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Gambar 3. Grafik Suhu Permukaan Laut Tabel 6. rataan 3 skenario REMO Bulan Spl Jan.7..7 Feb..6. Mar.3.5 3.3 Apr.3.7 3.3 Mei.5..5 Jun..3. Jul.2.2.2 Agus.9.5.9 Sep... Okt.7.2.7 Nov.6.9.6 Des.5..5 wilayah penelitian berada di bumi belahan selatan. Oleh karena itu pada grafik terlihat meningkat ketika pergerakan semu matahari menuju selatan dan menurun ketika matahari bergerak semu ke bumi belahan utara. Dan secara musiman grafik dapat dilihat dibawah ini : Suhu (C) 3 Suhu (C) Suhu (C) Suhu (C) 3 3 3 5 5 2 9 3 7 24 (b) MAM 5 6 3 2 3 7 24 (c) JJA 7 4 2 5 2 9 5 5 6 3 2 3 7 24 (a) DJF (d) SON Gambar 4. Grafik Suhu Permukaan Laut permusim

4.5. Curah hujan umum CH (mm 7 6 5 4 3 2 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Gambar 5. Grafik curah hujan Jawa bagian barat Tabel 7. Curah hujan Jawa bagian barat pada 3 skenario Terhadap mm % Jan 463 562 62 99 39 2 3 Feb 62 63 65-7 37-6 Mar 45 542-94 37-23 34 Apr 2 75 4-4 -73 5 Mei 67 3 9-37 4-55 62 Jun 45 24 5-2 6-47 4 Jul 47 46 2 2 75 Agus 59 43 97 4 3 42 64 Sep 2 4 9 7 233 59 Okt 32 424 9 23 6 4 Nov 499 35 5-4 23-3 5 Des 6 52 55-9 -49-6 - Total 33 443-362 663-2 Curah hujan hasil keluaran model, memperlihatkan begitu kuatnya pengaruh monsun terhadap pola curah hujan di wilayah Jawa. Dimana curah hujan mencapai puncak pada bulan Febuari dan menurun dibulan Maret sampai bulan Juli, dan meningkat kembali pada bulan Oktober. Bulan terkering pada skenario satu atau kontrol terjadi di bulan September yang merupakan awal musim peralihan bukan pada puncak musim kemarau. Data curah hujan harian keluaran model REMO terlampir. Curah hujan pada skenario 2 atau ganti mengalami penurunan sebesar % atau 362 mm terhadap curah hujan kontrol. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Febuari sebesar 63 mm dan terendah pada bulan Juni yaitu sebesar 24 mm. Pertambahan curah hujan terjadi pada 5 bulan dengan pertambahan terbesar pada bulan September sebesar 233 %. Sedangkan 7 bulan lainnya mengalami penurunan dengan penurunan terbesar terjadi pada bulan April sebesar 73 %. Penurunan curah hujan dari Febuari sampai bulan Juni sebesar 365 mm, sebagian besar diakibatkan berkurangnya curah hujan pada bulan April. Berkurangnya curah hujan bulan April disebabkan berkurangnya intensitas dan hari hujan. Dari bulan Juli sampai bulan Oktober menambahkan curah hujan sebesar 52 mm, dengan pertambahan terbesar pada bulan Agustus sebesar 4 mm. Pada data kontrol bulan April merupakan bulan basah dimana curah hujannya sebesar 2 mm, sedangkan pada data keluaran skenario 2 turun menjadi 75 mm. Penurunan curah hujan ini kemungkinan mengakibatkan

musim hujan lebih sedikit waktunya karena jumlah bulan basah (curah hujan >mm) pada musim hujan berkurang. Dari pertambahan dan penurunan curah hujan pada skenario 2 terhadap curah hujan kontrol, mempunyai korelasi yang positif dengan selisih pada skenario 2 dengan kontrol. Ketika selisih positif, maka curah hujan pada skenario 2 mengalami pertambahan dengan time leg kurang lebih bulan. Pada bulan Juli dimana selisih sebesar 2 C merupakan yang terbesar, mempengaruhi peningkatan jumlah curah hujan terbesar pada bulan Agustus. Dari hasil ini, respon perubahan akan mempengaruhi curah hujan sebulan kemudian. Hal ini dikarenakan perubahan di laut lebih lambat dibandingkan perubahan di atmosfer. Sedangkan pada skenario 3 atau penambahan, curah hujan mengalami peningkatan sebesar 2% atau 663 mm terhadap curah hujan kontrol. Dari Januari sampai November terjadi peningkatan curah hujan, dengan peningkatan terbesar pada bulan Juli sebesar 75%. Bulan Desember merupakan satu-satunya bulan yang mengalami penurunan curah hujan, sebesar % atau 49 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Febuari sebesar 65 mm dan terendah terjadi pada bulan September sebesar 9 mm. 4.6. Sensitivitas curah hujan terhadap Sensitivitas atau kestabilan curah hujan terhadap dikaji untuk memahami pengaruh terhadap variabilitas curah hujan. Besar variabilitas curah hujan di Indonesia selain dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain; sirkulasi angin monsun, kejadian El-Nino-La-Nina, ITCZ (Intertropical Convergence Zone) dan topografi daratan. Pada skenario 2 atau ganti, curah hujan memberikan respon yang beragam terhadap pergantian. Dari tabel4.7 curah hujan mengalami penurunan pada 7 buah bulan dan peningkatan pada 5 bulan lainnya. Tabel. Curah hujan Skenario 2 kontrol mm mm mm % Jan 463 562 99 2 Feb 62 63-7 - Mar 45-94 -23 Apr 2 75 - -73 Mei 67 3-37 -55 Jun 45 24-2 -47 Jul 47 2 Agus 59 43 4 42 Sep 2 4 233 Okt 32 9 6 Nov 499 35-4 -3 Des 6 52-9 -6 Besar kecilnya respon curah hujan terhadap perubahan menentukan tingkat sensitivitas curah hujan bulanan maupun musiman. Pada tabel diatas bulan Febuari merupakan bulan yang paling kecil responnya terhadap. Dengan penurunan curah hujan sebesar 7 mm atau % dari curah hujan kontrol. Dan bulan yang memberikan respon paling tinggi terhadap pergantian ialah bulan September dengan kenaikan curah hujan sebesar mm atau 233 % dari curah hujan kontrol. Sensitivitas atau kestabilan curah hujan musiman terhadap, ditentukan oleh seberapa besar perubahan curah hujan yang terjadi setelah data dipertukarkan dibandingkan dengan curah hujan musiman normal. Umumnya dari 4 musim (DJF, MAM, JJA, dan SON) terjadi penurunan jumlah curah hujan, kecuali pada musim JJA yang mengalami kenaikan curah hujan. 6 4 2 6 4 2 DJF MAM JJA SON _ Gambar 6. Grafik curah hujan musiman Tabel 9. Tabel curah hujan musiman pergantian Terhadap mm mm mm % DJF 64 67-6 MAM 754 47-337 -45 JJA 3 24 3 64 SON 7 - -2 Total 33-362 - Pada tabel terlihat bahwa DJF merupakan musim paling stabil atau memberikan respon paling rendah terhadap perubahan dengan penurunan curah hujan sebesar 6 mm. Dan

musim yang memberikan respon paling besar adalah musim JJA dan MAM. Musim JJA mengalami kenaikan curah hujan sebesar 3 mm atau 64 % dari curah hujan kontrol. Musim MAM mengalami penurunan curah hujan sebesar 337 mm atau 45 % curah hujan kontrol. Musim DJF merupakan puncak musim hujan pada wilayah kajian. Curah hujan musim ini setelah data nya dipertukarkan tidak mengalami perubahan yang berarti, yaitu hanya penerunan sebesar 6 mm. Curah hujan normal sebesar 64 mm, setelah dipertukarkan data nya menjadi 67 mm. Dari hasil ini, musim DJF merupakan musim yang paling stabil terhadap perubahan. Musim MAM merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Curah hujan pada musim ini jauh berkurang dibandingkan dengan musim sebelumnya. Curah hujan data kontrol sebesar 754 mm, setelah dipertukarkan data mengalami penurunan yang sangat besar menjadi 47 mm. Penurunan CH sebesar 337 mm ini merupakan yang terbesar dibandingakan dengan perubahan pada musim yang lain. Penurunan CH ini dapat disimpulkan bahwa musim MAM sensitif terhadap perubahan. Musim JJA yang merupakan puncak Angin monsun Australia Asia Tenggara (puncak musim kemarau), satu-satunya musim yang mengalami kenaikan curah hujan. Kenaikan sebesar 3 mm adalah perubahan tertinggi dibandingkan dengan musim yang lain, yaitu sebesar 64 % terhadap CH kontrol. Musim JJA berkorelasi positif dengan perubahan. Musim SON merupakan musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Curah hujan pada musim ini meningkat dibandingkan dengan musim sebelumnya (JJA). Curah hujan data kontrol sebesar mm, setelah dipertukarkan data mengalami penurunan sebesar 2 % atau mm menjadi 7 mm. Sensitivitas atau kestabilan curah hujan terhadap untuk tiap musim berbeda. Musim DJF merupakan musim paling stabil atau tidak bereaksi terhadap perubahan. JJA dan MAM merupakan musim paling sensitif terhadap perubahan. 4.7. Suhu kritis Suhu kritis merupakan suhu dari yang paling mempengaruhi peningkatan curah hujan. data normal (kontrol) yang telah ditambahkan nilainya sebesar C dijadikan dasar untuk menentukan suhu kritis. Penambahan dilakukan pada setiap data REMO (per 6jam) di setiap gridnya pada daerah yang telah ditentukan. Penambahan nilai, sebagian besar memberikan peningkatan curah hujan dan pada beberapa data memberikan penurunan curah hujan. Pada bulan Januari sampai bulan November terjadi peningkatan curah hujan. Sedangkan pada bulan Desember terjadi penurunan curah hujan. Tabel. Curah hujan bulanan skenario tiga Terhadap mm % Jan 463 62 39 3 Feb 62 65 37 6 Mar 45 542 37 34 Apr 2 4 4 5 Mei 67 9 4 62 Jun 45 5 6 4 Jul 46 2 75 Agus 59 97 3 64 Sep 2 9 7 59 Okt 424 23 4 Nov 499 5 23 5 Des 6 55-49 - Total 33 443 663 2 Total peningkatan curah hujan mencapai 663 mm atau mencapai 2% dari curah hujan normal. Dari data bulanan pada tabel terlihat keragaman respon curah hujan terhadap penambahan. Pada bulan bulan kering (CH<mm) penambahan meningkatkan curah hujan lebih dari 5%, kecuali pada bulan Juni. Untuk bulan bulan basah terjadi variasi mulai dari berkurang % sampai bertambah 5%. Untuk menentukan suhu kritis data curah hujan keluaran model (per-6 jam) dirubah menjadi data curah hujan rataan wilayah harian. Dari hasil analisis keluaran model REMO, pada maksimum peningkatan sebesar C masih menyebabkan peningkatan curah hujan. Pada suhu diatas,5 C seluruh curah hujan harian mengalami kenaikan, sebagian besar bertambah lebih dari 5 %. Pada suhu dibawah,5 C dan diatas, C terdapat beberapa data curah hujan yang mengalami penurunan, dan sebagian besar data mengalami kenaikan curah hujan sebesar 5 %. Untuk data pertambahan dibawah 9, C terjadi fluktuasi perubahan curah hujan yang tidak berpola.

CH (% 6 4 2,,7,9,4,6,,,2,4,6 (C) Kenaikan Penurunan Gambar 7. Grafik hubungan dengan perubahan CH Dari hasil diatas bila minimal ratarata laut sekitar pulau Jawa mencapai,5 C, maka curah hujan wilayah Jawa Barat akan selalu mengalami peningkatan.,5 C merupakan suhu yang memberikan pengaruh paling besar dalam peningkatan curah hujan. Data terendah hasil keluaran REMO untuk laut sekitar Jawa ialah,6 C, bila terjadi peningkatan (pemanasan) sebesar 2,9 C maka curah hujan akan selalu meningkat. Dan bila terjadi peningkatan (pemanasan) sebesar 2,5 C atau menjadi, C maka curah hujan cenderung meningkat. Besarnya pertambahan curah hujan pada bulan Maret dan April yang merupakan bulan dengan tertinggi, dengan pertambahan masing-masing lebih dari 35 mm curah hujan bulanan memberikan gambaran lebih jelas tentang hubungan peningkatan dengan peningkatan curah hujan. Tabel. Curah hujan musiman mm mm mm % DJF 64 MAM 754 73 9 42 JJA 3 94 64 49 SON 965 54 9 Total 33 443 663 2 Dari tabel diatas, musim JJA dan MAM merupakan musim yang memberikan respon paling tinggi terhadap pertambahan. Hampir 5 % pertambahan curah hujan tahunan diberikan oleh musim MAM. Sedangkan DJF merupakan musim yang memberikan respon terendah terhadap penambahan dengan pertambahan curah hujan sebesar % dari curah hujan kontrol. Hasil ini memperkuat kesimpulan analisis sensitivitas curah hujan musiman sebelumnya.