BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, tepatnya pada tahun pelajaran 2012/2013. waktu 2 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. dengan Classsroom Action Research, yang disingkat CAR yang berarti

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan Classroom Action

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada tahun ajaran Sekolah ini beralamatkan di Kecamatan Tapa. Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Arikunto (2010:135) mengemukakkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas. peningkatan proses dan praksis mengajar.

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan berdasar

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bekerjasama dengan guru Kewirausahaan di SMK Negeri 1 Metro.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). PTK merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Hasil penelitian yang untuk mendapatkan gambaran secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Classroom Action Research (CAR). Pendekatan PTK dipilih karena

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Tabongo Timur Kecamatan Tabongo

BAB III METODELOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif

Tabel 3.1. Juli Agustus September Studi lapangan x 2 Penyusunan Proposal x

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Berdasarkan rancangan yang telah dibuat maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam kelas dan memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas, dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran untuk peningkatan mutu dan hasil belajar (Dasna 008 hal.). Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru sebagai kolaborator besama dengan peneliti merancang, melakukan tindakan sekaligus melakukan refleksi bersama di setiap akhir kegiatan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam siklus, masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan utama kegiatan yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (Akbar Sa dun, 006 hlm. 8) dengan alur atau langkah berikut ini. Mochammad Ali Rajai, 0 Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

9 Gambar.. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Akbar Sa dun, 00 hlm. 8) B. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Rancabolang beralamat di Jl. Rancabolang Indah No., Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Subjek atau partisipan dari penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Rancabolang Tahun Pelajaran 0/0 yang berjumlah 0 orang dengan rincian peserta didik laki-laki berjumlah 6 peserta didik perempuan berjumlah. Alasan dipilihnya lokasi dan subjek penelitian tersebut adalah karena SD Negeri Rancabolang merupakan salah satu sekolah dasar di kota Bandung yang memiliki permasalahan dalam kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Sebagaimana kendala yang telah diutarakan di Bab sekolah ini juga dihuni oleh peserta didik yang sebagian besar orang tuanya memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah sehingga berpengaruh dalam hal percaya diri.

0 C. Variabel Yang Diteliti Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis model nondirective. Variabel terikat dalam peneitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. D. Rencana Tindakan Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan dalam siklus kegiatan yaitu siklus dan siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap kegiatan yaitu : () penyusunan rencana tindakan. () pelaksanaan tindakan () melakukan pengamatan dan () melakukan analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I perlu dilakukan tahap pra tindakan penelitian yaitu : ) meminta ijin kepala sekolah ) melakukan observasi ) merencanakan tindakan ) melakukan tindakan ) merefleksi tindakan 6) melakukan perencanaan perbaikan tindakan. Siklus a. Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini dilakukan berdasarkan temuan permasalahan dari hasil observasi yang telah ditemukan saat pra tindakan penelitian. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan: ) merumuskan rancangan tindakan penelitian. ) menyiapkan rancangan pembelajaran. ) mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan mitra penelitian ) menyiapkan media pembelajaran. ) menyusun soal-soal tes, lembar pengamatan, dan catatan lapangan.

6) menyusun rancangan pengolahan data baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan yang dimaksud di sini adalah melaksanakan pembelajaran yang telah dirancang dan disepakati dengan mitra penelitian untuk melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan membaca intensif dalam mnentukan pokok pikiran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan tindakan penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus tindakan yang tiap siklusnya dilakukan refleksi guna menentukan tindakan. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus I. Secara umum Skenario pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut. ) Pembukaan kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan presensi. ) Guru mengelola kelas dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, satu guru mengajar dan satu guru sebagai pengamat sekaligus membantu peserta didik dalam belajar ) Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan yang disukai oleh peserta didik. ) Guru mengamati peserta didik secara individu maupun kelompok ) Guru memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau kelompok yang kurang antusias terhadap pembelajaran 6) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan kegiatan yang telah dilakukan 7) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menyimpulkan kegiatan yang telah diakukan dan menyampaikan pendapatnya secara lisan 8) Guru bersama peserta didik mengaitkan dan membandingkan dengan fakta lain/ menghubungkannya dengan materi pelajaran yang relevan kegiatan yang sudah dilakukan dengan materi pelajaran 9) Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk mengisi dan mendiskusikan lembar

0) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas ) Setiap kelompok yang mau menyelesaikan tugasnya diberi pujian. c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti.. Data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus pengamatan adalah pada kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik melalui pembelajaran berbasis model nondirective. Pada peningkatan kemampuan berbicara kemampuan yang diamati meliputi ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Sedangkan untuk kemampuan percaya diri dilihat dari kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas. d. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan analisa data, memahami, menjelaskan serta menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh merupakan informasi yang mendetil dan akurat tentang segala sesuatu yang telah terjadi setelah dilakukan tindakan penelitian dan kemudian merumuskan tindakan apa yang akan diambil selanjutnya untuk tindakan pada siklus berikutnya.. Siklus II Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan sebagaimana pelaksanaan tindakan pada siklus I yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan dilanjutkan dengan refleksi. a. Perencanaan Secara keseluruhan kegiatan tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus II didasarkan pada permasalahan yang ditemukan pada tahap

perencanaan siklus I. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari hasil refleksi kegiatan tindakan pada siklus I, peneliti dan guru mitra menyusun perencanaan tindakan yang lebih efektif. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada tahap ini masih sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun ada perbaikan-perbaikan sesuai dengan temuan kelemahan-kelemahan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih efektif lagi. c. Observasi Observasi yang dilaksanakan pada siklus II ini masih sama dengan observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Namun ada beberapa hal yang ditambahkan dalam pengamatan antara lain melihat proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik apakah sudah sesuai dengan RPP serta hasil belajar peserta didik apakah sudah meningkat dari siklus I atau tidak. d. Refleksi Hasil observasi pada siklus II dikaji dan dibahas oleh peneliti dan guru mitra sebagai pelaksana tindakan. Pada siklus II diperoleh gambaran dampak penggunaan metode membaca intensif dalam pembelajaran menemukan pokok pikiran suatu bacaan. Hasil dari siklus II merupakan refleksi akhir dari penelitian ini. E. Data dan Cara Pengumpulannya Data adalah segala fakta dan angka yang ada dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun suatu informasi guna mendapatkan jawaban dari proses penelitian yang telah direncanakan dan ditetapkan tujuan penelitian sebelumnya. Data yang baik diperoleh selama penelitian berlangsung (Arikunto, 00 hlm. 6). Data yang akan diambil dalam penelitian adalah data untuk menunjang implementasi pembelajaran dan sikap peserta didik selama proses pembelajaran dengan penggunaan metode membaca intensif suatu teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun data yang akan dihimpun pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel..

Tabel.. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian No Metode Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Tes Unjuk / Lisan dan tulis Observasi Lembar pengamatan observasi Wawancara Lembar wawancara Dokumentasi Foto Rekaman video Rubrik penilaian hasil tes Data yang diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian diolah untuk memperoleh hasil yang diharapakan selama penelitian ini berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik dan guru.. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:. Tes Dalam penelitian ini yang dinilai adalah skor dari hasil tes atau performance. Tes performance atau menjadi instrumen tes dalam penelitan ini unutk melihat perkembangan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Menurut Arikunto (00 hlm. 0) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah tes (performance assesment) penilaian dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa. Penilaian dilakukan terhadap, perilaku atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis, karena lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Puskur, 00). Penilaian bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya. Pengamatan perlu dilakukan dengan berbagai konteks. Aspek kemampuan berbicara yang digunakan adalah ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Aspek kepercayaan diri yang dinilai adalah tidak bergantung ada orang lain, tidak mudah menyerah, berani menampaikan gagasan, mudah berkomunikasi dan berani tampil

di depan kelas. Skor yang diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus di bawah ini. Skor yang dihitung dengan rumus: Keterangan : NA Skor Perolehan Skor Maksimal = Nilai yang diperoleh peserta didik = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi. = Jumlah skor keseluruhan. Observasi Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 00 hlm 6). Menurut Kartini Kartono (990 hlm 7) Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti, data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan (ceklis). Observasi ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan Rancasari Kota Bandung terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Peneliti menggunakan lembar pengamatan aktifitas peserta didik yang digunakan pada saat mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I dan siklus II. Observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Kemudian mencatat hasil dari pengamatan tersebut secara sistematis sesuai dengan keperluan penelitian, seperti dikatakan oleh). Sumber data yang diperoleh berasala dari )skor tes dari pokok bahasan

6 sebelum dilakukan tindakan ptk, )hasil observasi. )hasil wawancara dengan guru mitra dan peserta didik, )skor tes dari pokok bahasan setelah dilakukan tindakan ptk, )hasil tes / performance setiap siklus. Wawancara Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interever) (Arikunto 00 hlm. ). Sesuai dengan pengertian di atas, maka dalam interview ini peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan guru mitra penelitian berupa wawancara tidak terstruktur yaitu memanfaatkan pedoman yang hanya memuat garis besar hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.wawancara dilaksanakan oleh peneliti baik kepada peserta didik dan guru. Wawancara yang dilakukan bersama guru bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku peserta didik selama ini dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia serta untuk mendapatkan saran oleh peneliti baik berupa kendala, keberhasilan maupun perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Wawancara dititikberatkan pada tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya akan dianalisis oleh peneliti guna merumuskan tindakan pada siklus berikutnya.. Dokumentasi Dokumentasi merupakan barang bukti yang berbentuk tulisan maupun cetakan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diselidiki oleh peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan proses pembelajaran. Dokumentasi ini bentuknya berupa foto, video dan dokumen yang menggambarkan kemampuan dasar yang telah dicapai oleh peserta didik.. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar peannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto 00, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

7 tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ) Lembar tes performance atau dibuat sebagai bagian dari tes lisan, sedangkan tes tertulis yang digunakan sebagai alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengukur pemahaman materi peserta didik setlah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meingkatkan kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Berikut adalah kisi-kisi soal untuk tes tertulis. Tabel.. Kisi-kisi soal No Siklus ke- (materi) Skor Nomor soal Siklus awal (Prasiklus) Materi tentang kegiatan yang 0 disukai oleh peserta didik. Menceritakan kegiatan yang 0 dan disukai menjadi sebuah karangan yang padu 0 dan Siklus I Materi tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah Mendeskripsikan kegiatan tersebut ke dalam sebuah karangan deskripstif Siklus II Membuat kerangka karangan tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah Membuat karangan yang padu dari kerangka yang telah dibuat 0 0 dan 0 70 (diadaptasi dari Arifin, Z. 009 hlm. 6) 6. Analisis Data Agar data-data yang terkumpul mempunyai makna, maka data-data tersebut perlu dianalisa dengan cara tertentu dan untuk itu kita tidak terlepas dari penggunaan statistik. Seperti dikemukakan oleh Sudijono (99 hlm. ). bahwa : Statistik adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan

8 peristiwa atau gejala-gejala tertentu. Adapun untuk keperluan analisa data digunakan tehnik analisis yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang ada serta tujuan dalam pembahasan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan reflektif thinking untuk data yang sifatnya kualitatif. Sedang untuk data yang bersifat kuantitatif penulis gunakan analisis statistik guna memperoleh kualitas data. Analisis data yang dilakukan setiap tindakan pembelajaran berakhir. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif Arikunto, (006, hal 9). Dalam penelitian deskriptif kualitatif, analisis data ditkan berupa uraian paparan data berupa kalimat-kalimat atau kata-kata. Kemudian data atau informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Analisis data pada hasil belajar diperoleh melalui pengukuran hasil test. Pada siklus I & II diadakan hanya satu kali test, skor maksimal yang diperoleh peserta didik setiap mengikuti test adalah 00. Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik sederhana. Keterangan : NA = Nilai yang diperoleh peserta didik Skor Perolehan = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi. Skor Maksimal = Jumlah skor keseluruhan Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut : Dimana : P = Angka Persentase F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase N = Jumlah responden

9 Data yang diperoleh dari skor test peserta didik, kemudian ditetapkan kriterianya. Dalam hal ini kriteria kategori skor peserta didik bisa dilihat pada tabel.. Interval skor Konversi Nilai Tabel.. Kriteria Nilai Peserta didik Taraf keberhasilan hasil observasi proses belajar peserta didik Nilai dengan huruf - 90-98 Amat baik/ Baik sekali A 6-0 80-88 Baik B - 70-78 Cukup baik C 6-0 60-68 Kurang D 0-0-8 Sangat kurang E Sumber : Arikunto (00 hlm. ) Peningkatan hasil belajar peserta didik di tentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya serap peserta didik mencapai 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai daya serap minimal 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar peserta didik kurang dari 80% maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil. 7. Indikator Kinerja Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki acuan keberhasilan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Kriteria tersebut tersusun melalui

0 kisi-kisi instrumen kedua variabel terikat, yaitu kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Penilaian dilakukan sesuai dengan aspek yang telah disiapkan untuk mengukur perkembang peserta didik terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayaan diri. Adapun kisi-kisi instrumen dan indikator yang hendak dicapai dibuat dalam tabel.. Tabe.. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbicara Variabel Aspek Indikator Responden Teknik Ekspresi Mengungkapkan perasaannya dengan bebas Menyampaikan gagasan/ ide Kelancaran Tidak buru-buru dalam pengucapan Lancar dan relevan dalam berbicara Kemampuan Berbicara Kosa kata Memperhatikan tanda baca Pemilihan kata bervariasi Intonasi Suara jelas dan nyaring Bahasa mudah dipahami Ketepatan isi dengan topik Pembicaraan sesuai dengan keadaan/ tema kegiatan Tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata Dalam kemampuan berbicara ini ada lima aspek yang dinilai untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kelima aspek itu adalah ekspresi, kelancaran intonasi, kosakata dan ketepatan isi dengan topik bahasan. Kisi-kisi di atas

kemudian dikembangkan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara yang dapat dilihat parameternya pada tabel.. sebagai berikut Aspek yang dinilai Ekspresi Kelancaran Kosakata Intonasi Tabe.. Rubrik penilaian kemampuan berbicara Kriteria penyekoran Keterangan menyampaikan gagasan dan mengungkapkan perasaannya dengan bebas menyampaikan gagasan namun kurang bisa mengungkapkan perasaan menyampaikan gagasan namun belum bisa mengungkapkan perasaan menyampaikan gagasan tersendat-sendat dan belum bisa mengungkapkan perasaan belum bisa menyampaikan gagasan dan belum bisa mengungkapkan perasaan lancar, relevan, dan tidak buru-buru kurang lancar, relevan dan tidak buru-buru kurang lancar, relevan dan buru-buru kurang lancar, kurang relevan dan buru-buru kurang lancar, tidak relevan dan buru-buru pemilihan kata bervariasi dan memperhatikan tanda baca pemilihan kata kurang bervariasi namun memperhatikan tanda baca pemilihan kata kurang bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca pemilihan kata tidak bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca pemilihan kata tidak bervariasi, tidak memperhatikan tanda baca suara jelas dan bahasa mudah dipahami suara kurang jelas namun bahasa masih bisa dipahami suara kurang jelas dan bahasa kurang bisa dipahami suara tidak jelas dan bahasa kurang bisa dipahami suara tidak jelas, bahasa sulit dipahami

Ketepatan isi dengan topik pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tepat pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan kurang sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tidak tepat Diadaptasi dari Nurgiyantoro (00 hlm. 9) Keterangan : Kategori: Skor: Nilai: = Baik Sekali A = - 90-98 = Baik B = 6-0 80-88 = Cukup C = - 70-78 = Kurang D = 6-0 60-68 = Kurang Sekali E = - 0-8 Berikutnya rubrik penilaian kemampuan berbicara dikompensasikan ke dalam penyekoran kemampuan berbicara dengan menggunakan skala Lickert seperti pada tabel.6. berikut. Tabel.6. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara No Nama Peserta didik X X X dst Jumlah Presentase (%) Aspek yang dinilai Ketepatan isi Ekspresi Kelancaran Kosakata Intonasi dengan topik Jum Variabel berikutnya yaitu kepercayaan diri, yang terdiri dari lima aspek penilaian. Dari aspek penilaian tersebut kemudian dibuat indikator kemampuan peserta didik yang dilihat dari tes. Tes yang dilakukan untuk melihat

perkembangan percaya diri peserta didik menggunakan teknik performa atau guna melihat kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik setiap siklusnya. Kisi-kisi instrumen penilaian kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel.7. sebagai berikut. Tabel.7. Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Variabel Aspek Indikator responden Teknik Tidak bergantung kepada orang lain. Tidak mudah putus asa Mampu menyelesaikan masalah sendiri Tidak terlalu banyak bertanya kepada teman dan guru Memiliki semangat yang tinggi Pantang menyerah Percaya Diri Berani menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat kepada orang lain Menyampaikan ide/ gagasan Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain Be sama dalam kelompok dengan aktif Mau membantu orang lain Berani presentasi di depan kelas Diadaptasi dari Saifulloh (00) Berani tampil di depan kelas Menyampaikan hasil diskusi kelompoknya Kisi-kisi di atas disusun nuntuk menilai peserta didik dengan aspek yang dinilai yaitu kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas. Kisi-kisi tersebut kemudian diinterpretasikan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara untuk mengukur perkembangan kemampuan berbicara peserta didik sebagaimana tertuang pada tabel.8. berikut ini.

Tabe.8. Rubrik penilaian kepercayaan diri Aspek yang dinilai Tidak bergantung kepada orang lain Tidak mudah putus asa Berani menyampaikan pendapat Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain Kriteria penyekoran Keterangan mampu menyelesaikan masalah sendiri, tidak banyak bertanya kepada teman/ guru mampu menyelesaikan masalah, banyak bertanya kepada teman/ guru kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri meskipun tidak banyak bertanya kepada teman/ guru kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah kurang bersemangat namun pantang menyerah dan tidak mudah putus asa memiliki semangat namun mudah menyerah kurang bersemangat dan mudah menyerah tidak memiliki semangat dan mudah menyerah berani menyampaikan gagasan dan pendapat berani menyampaikan gagasan dan pendapat namun masih ragu-ragu berani menyampaikan gagasan dan pendapat dengan bantuan teman kurang berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman tidak berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman mau besama dan membantu orang lain mau besama dan membantu orang lain walaupun masih ragu-ragu mau besama dan membantu orang lain meskipun harus dengan instruksi guru

Berani presentasi di depan kelas kurang bisa besama dan kurang mau membantu orang lain tidak bisa besama dan tidak mau membantu orang lain berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi meskipun masih tersendat-sendat berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi meskipun harus dibimbing oleh guru kurang berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi tidak berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi Keterangan : Kategori: Skor: Nilai: = Baik Sekali A = - 90-98 = Baik B = 6-0 80-88 = Cukup C = - 70-78 = Kurang D = 6-0 60-68 = Kurang Sekali E = - 0-8 Selanjutnya rubrik penilaian percaya diri di atas dikompensasikan ke dalam penyekoran sikap percaya diri seperti pada tabel.9. berikut. Tabel.9. Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri No Nama Peserta didik Jumlah Presentase (%) Percaya dengan kemampuan diri sendiri Tidak mudah putus asa Aspek Yang Diamati Berani menyampaikan pendapat Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain Berani presentasi di depan kelas Jum

6 8. Hasil observasi Hasil observasi guru dan peserta didik menkan adanya peningkatan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik dengan prosentase masingmasing mencapai 7%. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penskoran kemampuan berbicara peserta didik adalah sebagai berikut : 9. Ketuntasan Peserta didik dikatakan tuntas dalam belajar apabila memiliki tingkat daya serap lebih dari 7% sedangkan ketuntasan belajar klasikal bila peserta didik di dalam kelas mencapai daya serap lebih dari 7% (Depdiknas hlm. 8). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman keberhasilan belajar peserta didik sesuai dengan standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70 dengan ketuntasan belajarmencapai lebih dari 7%. Jika dalam penelitian ini lebih dari 7% peserta didik mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan maka penelitian ini dikatakan berhasil. F. Tim Peneliti dan Tugasnya Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan observer. Sebagai pengamat, peneliti mengamati aktifitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru kelas IV yang telah mendapatkan pemahaman terkait pembelajaran berbasis model nondirective yang juga seorang pengajar di SDN Rancabolang Kota Bandung. Peneliti bertindak membuat rancangan pembelajaran dan rencana perbaikan pembelajaran, di samping itu peneliti juga mengumpulkan data dan menganalisis data serta sebagai pelapor hasil penelitian.