BAB I PENDAHULUAN. 1. Pengoganisasian Materi Pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua. kelas,motivasi belajar siswa masih sangat rendah dan guru cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dengan diadakannya sertifikasi dan diklat-diklat, dimana diharapkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA. Carib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran agar lebih tertanam pada siswa. Faktor-faktor itu antara lain guru, siswa, media pembelajaran, proses

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 40 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2013 Pendidik dan Kependidikan berkewajiban :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas yang sangat komplek dan berat, karena sebagian besar guru,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Februari 2011 sampai

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Mata Pelajaran IPA dengan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri di Kelas IV Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DISERTAI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI TERMOKIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan alam maupun lingkungan sosial di masyarakat. berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan serta metode apa pun harus benar-benar efektif. Proses. pembelajaran dalam suasana proses belajar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

maupun minat. Selain bahan dan kegiatan-kegiatan belajar kita perlu atau keberanian. Pada tingkat Pendidikan Dasar, keterampilan maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN SDN SUKARESMI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep IPA yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengkaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak dalam pendididkan dasar. Guru SD adalah orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat komplek bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana S-1. Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar, mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di Era Globalisasi sekarang ini. Guru Sekolah Dasar dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua. Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Setiap hari Guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya.masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu : 1. Pengoganisasian Materi Pembelajaran Bahwa pembahasan suatu topik pembelajaran IPA misalnya dilakukan secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri

2. Penyampaian Materi Pelajaran Jika Guru berhadapan dengan metode apa yang digunakan dan media pembelajaran apa yang sesuai dengan materi yang disampaikan. 3. Pengelolaan Jika Guru menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif. Berdasarkan pernyataan diatas, kurikulum berbasis KTSP Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA. Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu : 1. Belajar untuk mengetahui (learning to know), 2. Belajar dengan melakukan (learning to do), 3. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan 4. Belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Berdasarkan Kurikulum berbasis kompetensi menurut pengamatan penulis dalam meningkatkan motivasi belajar siswa masih sangat

membutuhkan pengertian dari guru terutama dalam memberikan materi pelajaran IPA sesuai dengan kenyataan alam yang ada disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung yang dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 1.1 Nilai Rapor untuk Mata Pelajaran IPA V Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai dengan 2012/2013 SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Tahun Ajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata 2010/2011 6,34 3,78 5,06 2011/2012 7,26 4,26 5,76 2012/2013 6,82 3,96 5,39 Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa motivasi belajar siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera. Untuk itu guru perlu meningkatkan proses pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan

cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru sebelum proses belajar dan mengajar berlangsung, bisa pula dilakukan saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama bila kondisi bealajar sudah menurun. Beberapa prinsip mengajar yang penting ialah motivasi anak dalam menerima pembelajaran dari guru sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Motivasi hendaknya tidak dianggap persyaratan mutlak kegiatan belajar, lebih baik motivasi dianggap sebagai kemauan biasa untuk memasuki situasi belajar. Kegiatan tidak perlu ditunda sampai ada motivasi yang tepat untuk belajar, strategi mengajar yang paling baik barangkali sudah menghiraukan ada atau tidaknya motivasi, tetapi memusatkan perhatian pada penyampaian bahan pelajaran dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi siswa dapat dikembangkan dan diperkuat dengan selama proses belajar. Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari sepenuhnya masalahmasalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran, serimgkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas, aktif, kreaif dan mempunyai minat yang besar dalam mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa kurang aktif dalam setiap kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi pembelajaran IPA serta hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan Model Pembelajaran Interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 dalam mata pelajaran IPA. Perlu diterapkannya Metode Pembelajaran Interaktif dilatar belakangi salah satu kebaikan, yaitu murid belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba

menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan Observasi (Penyelidikan). peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif, serta peningkatan efektifitas pembelajaran IPA yakni waktu-belajar efektif, keterampilan proses, dan hasil belajar penguasaan konsep siswa. Dengan demikian, diharapkan Motivasi Belajar siswa meningkat, kritis dan aktif serta meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa di kelas 5. B. Rumusan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses aktivitas belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA? 2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA? 3. Bagaimana hasil belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan proses aktifitas belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA 3. Meningkatkan Hasil belajar siswa V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Dengan Metode Pembelajaran Interaktif memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran. 2. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dengan Metode Pembelajaran Interaktif menjadi alternative pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang Metode Pembelajaran Interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran IPA. Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu penelitian ini

dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK. 3. Bagi Kepala Sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah. 4. Bagi Peneliti Penelitan ini Merupakan sebagai gambaran dan acuan untuk memotivasi Siswa dalam belajar, memperkaya model pembalajaran yang bervariatif Dan melalui Metode pembelajaran Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, dalam hal ini dijelaskan secara operasional beberapa masalah teknis yang dipandang perlu yaitu : 1. Pembelajaran IPA Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk. IPA merupakan cabang

pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. 2. Motivasi belajar Penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah proses internal yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik (Djamarah S.B, 1997:223). 3. Model Pembelajaran Interaktif Model ini sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model pembelajaran ini dirancang agar siswa bertanya dan kemudian menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri. 4. Pembelajaran IPA SD * Merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswa melalui penerapan berbagai model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan karakteristik siswa SD * Merupakan belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing) Daur belajar siswa SD harus mendorong berpikir ilmiah pada diri anak : (1) Eksplorasi, merupakan pengembangan kemampuan observasi ilmiah melalui penginderaan secara langsung; (2) Generalisasi, penarikan kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman belajar) hasil observasi ilmiah; (3) Deduksi, merupakan aplikasi konsep dari hasil generalisasi pada situasi yang baru. ( Sumber Djumhana : 2011 - Perkuliahan )

Tujuan mata pelajaran IPA yang tercantum dalam KTSP 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan, memperoleh keyakinan atas kebesaran Tuhan, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA, mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara lingkungan alam, meningkatkan kesadaran menghargai alam. 6. Metode Penelitian PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku pendidikan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. PTK harus dilaksanakan oleh guru untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan.