I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TAHUN 2012

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Katalog BPS :

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. namun jika dilihat potensi ekonomi dan karakteristik yang ada pada tiap-tiap daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

1 ( atau

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

Transkripsi:

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 1.1 UMUM Wilayah Kabupaten Tegal mempunyai topografi yang lengkap dari pegunungan, dataran sampai daerah pantai dengan dukungan sumber daya alam yang beragam dan sumber daya manusia yang baik maka sangat memungkinkan dikembangkan sistem industri hulu dan indutri hilir. Dengan demikian akan ada sinergi pembangunan daerah di seluruh wilayah kecamatan se-kabupaten Tegal yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tegal. Produk yang dihasilkan dari wilayah kecamatan potensi pertanian akan lebih berkembang bila dapat diserap di sektor industri manufaktur yang ada, atau sebaliknya hasil produksi kecamatan potensi industri manufaktur mampu memenuhi kebutuhan akan sarana prasarana yang dibutuhkan wilayah kecamatan potensi pertanian. Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Tegal dalam menggariskan kebijakan pembangunan di wilayahnya. Dengan demikian akan tercipta suatu sinergi pembangunan yang baik untuk masing-masing wilayah INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 1

kecamatan, sehingga pembangunan yang dilakukan dapat terencana dengan baik, terarah dan merata serta tepat sasaran, dan pada akhirnya mewujudkan hasil yang optimal, efisien dan efektif. Keadaan sosial dan politik yang kondusif serta berbagai kebijakan pemerintah yang terarah juga akan sangat berpengaruh terhadap jalannya roda perekonomian baik secara regional maupun nasional. Dengan semangat otonomi daerah, pembangunan Kabupaten Tegal mengemban salah satu misi Memperkokoh ekonomi kerakyatan dengan prinsip kemitraan yang sinergis antara masyarakat swasta dan pemerintah yang didukung pengelolaan berkelanjutan seluruh sumberdaya alam. sehingga dapat mewujudkan visi : Terwujudnya Tegal Gotong Royong yang dilandasi ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mulai bangkitnya perekonomian di kabupaten Tegal yang ditengarai oleh pertumbuhan perekonomian yang positif, bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan ekonomi, akan tetapi juga harus dilihat sebaran pemerataan hasil dari pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Kabupaten Tegal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila tidak merata justru menimbulkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan masalah perekonomian ini harus mengarah pada upaya peningkatan INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 2

pertumbuhan ekonomi yang baik dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Pada tahun 2013 ini laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal lebih bergairah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,81 persen sedangkan tahun 2012 adalah mencapai 5,25 persen. Sebagai bagian integral dari sistem pembangunan nasional, maka kebijakan-kebijakan pemerintah pusat masih berkait erat terhadap sistem pembangunan Kabupaten Tegal. Keadaan ini membuat pelaksana pembangunan harus bekerja keras untuk dapat mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang stabil, tidak fluktuatif, dan sesuai dengan target yaitu 5,2 persen per tahun. Dalam era otonomi ini, Pemerintah Kabupaten Tegal diharapkan dapat mengakomodasi dan memacu seluruh kegiatan sektor ekonomi serta memanfaatkan segala sumber daya yang ada dengan menjaga kesinambungannya. Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Tegal dituntut semakin matang dan mandiri dalam menyusun perencanaan program pembangunan dengan melihat kemampuan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada serta dituntut semakin terarah dalam menggali dan mengembangkan potensi yang ada sehingga semakin berdayaguna, INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 3

kompetitif, dan tepat sasaran dalam pembangunan bidang ekonomi di daerah. Perencanaan pembangunan yang baik, tentunya harus didukung dengan data yang baik dan benar. Sebagaimana PDRB Kabupaten, dengan adanya data PDRB Kecamatan di samping dapat digunakan untuk perencanaan, juga dapat dipakai untuk menilai seberapa jauh tingkat kesejahteraan suatu daerah. Pendapatan regional adalah suatu penyajian berupa deretan angka yang sampai saat ini masih dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tujuan utama penyusunan INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013, adalah tersedianya data sebagai bahan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan di daerah secara lebih rinci sampai tingkat kecamatan. Sebagai sarana teknis, data ini masih dibutuhkan untuk mengenal lebih dekat dan tepat akan kondisi dan potensi wilayah yang dibangun, sehingga perencanaan pembangunan lebih terkoordinasi, berdaya guna, bersaing guna, dan berhasil guna. 1.2 PENGGUNAAN TAHUN DASAR Penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013, juga menggunakan tahun dasar 2000 sebagai dasar perhitungan PDRB atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Penggantian tahun dasar ini bertujuan untuk lebih mendekatkan kondisi ekonomi yang selaras, karena tahun dasar 1993 sudah terlalu INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 4

lama dan struktur kegiatan usaha telah bergerak seiring dengan kemajuan teknologi dan situasi ekonomi global yng terjadi saat ini. Tahun 2000 digunakan sebagai tahun dasar karena situasi yang terjadi sudah relatif stabil. Tahun 2000 juga dikenal sebagai tahun millennium yang dijadikan tonggak berbagai macam kebangkitan teknologi 1.3 KONSEP DAN DEFINISI Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini selalu mengikuti konsep dan definisi Pendapatan Regional yang telah ada, di mana konsep tersebut dijadikan patokan dalam menyusun angkaangka pendapatan regional Kecamatan di Kabupaten Tegal. Sedangkan penyajian diwujudkan dalam bentuk agregat dan sektoral. Untuk mencukupi berbagai kebutuhan konsumen, data agregatagregat pendapatan regional seperti tersebut disajikan dalam bentuk seri data tahun-tahun sebelumnya baik penilaian atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat dibedakan sebagai berikut : 1.3.1. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua angka-angka pendapatan regional dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik untuk output biaya antara maupun komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 5

1.3.2. Pada penyajian atas dasar harga konstan (menggunakan tahun dasar) semua angka-angka pendapatan regional dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar tertentu yakni tahun 2000. Dengan demikian maka perkembangan angkaangka pendapatan regional dari tahun ke tahun merupakan perkembangan riil, tidak dipengaruhi oleh kenaikan harga. 1.3.3. Agregat-agregat pendapatan regional juga disajikan dalam bentuk indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks implisit, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.3.3.1. Indeks perkembangan diperoleh dengan cara membandingkan nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai tahun dasar. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan regional pada masing-masing tahun terhadap tahun dasarnya. 1.3.3.2. Indeks berantai diperoleh dengan membandingkan nilai pada suatu tahun dengan tahun sebelumnya. Jadi di sini tahun sebelumnya dianggap = 100. Indeks ini menunjukkan perkembangan agregat dari tahun ke tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 1.3.3.3. Indeks Implisit diperoleh dengan membandingkan nilai atas harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun. Indeks ini INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 6

menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan regional terhadap harga pada tahun dasar. Dari indeks implisit ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari tahun ke tahun. 1.3.4. Cara Penilaian Harga Konstan Seperti telah diuraikan sebelumnya, penghitungan pendapatan regional atas harga konstan yaitu tahun 2000 sebagai tahun dasar merupakan nilai yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan riil dari tahun ke tahun setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud dapat berupa Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan, nilai tambah sektoral maupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. Dalam menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan kita kenal empat macam cara sebagai berikut : 1.3.4.1. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara pada masing-masing tahun dengan harga tahun dasar 2000. Sedang selisih nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000, adalah merupakan nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000. INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 7

1.3.4.2. Ekstrapolasi Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk masing-masing tahun diperoleh dengan cara nilai tambah pada tahun dasar diekstrapolir dengan indeks produksi. Indeks produksi ini merupakan indeks dari masingmasing atau sekelompok komoditas hasil produksi (output), atau bisa juga indeks dari berbagai indicator produksi seperti tenaga kerja, jumlah aktivitas dan lainlain sesui dengan jenis kegiatan ekonomi yang ada. Ekstrapolasi dapat pula dilakukan terhadap penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan. 1.3.4.3. Deflasi Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat pula dicari dengan cara deflasi, yaitu dengan cara membagi nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harga yang sesuai dengan kegiatannya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator antara lain indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan lain sebagainya. INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 8

1.3.4.4. Deflasi Berganda Di dalam deflasi berganda ini yang dideflasikan adalah nilai produksi dan biaya antara pada masing-masing tahun, sedangkan nilai tambahnya diperoleh dari selisih keduanya dari hasil tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflatornya dalam penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan biasanya adalah indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga yang dipakai untuk memperoleh biaya antara atas dasar harga konstan adalah indeks harga dari komponen biaya yang terbesar komoditinya. INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 9

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL 2013 10