BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur pasar industri mobil di Indonesia pada tahun 1983-2013 berdasarkan rasio konsentrasi tiga perusahaan terbesar (CR 3 ) dan indeks Herfindahl (HHI) adalah berbentuk pasar oligopoli dengan konsentrasi yang tergolong tinggi. Selama 30 tahun, 50,73 persen pangsa pasar dikuasai oleh perusahaan Astra sehingga menunjukkan perusahaan Astra sebagai pemain dominan. Pemain dominan ini cenderung memiliki brand yang kuat sehingga menyebabkan tingginya hambatan masuk ke dalam pasar. Arsyad (2014) menyatakan bahwa industri yang didominasi oleh produkproduk yang ternama cenderung sulit untuk dimasuki pemain baru. Hal ini terjadi karena pesaing baru memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar untuk bisa menciptakan produk yang mampu bersaing dengan produk sebelumnya yang sudah melekat pada persepsi konsumen. 2. Pada industri mobil di Indonesia tidak terjadi persaingan pada aspek harga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar mobil memiliki persamaan baik secara fisik luar dan dalam maupun fitur 95
dan mesinnya, sehingga peningkatan harga akan terjadi ketika perusahaan melakukan improvement pada teknologi atau fitur produk. Selain itu, peningkatan harga dan fitur mobil mengacu pada harga dan fitur yang dikembangkan oleh market leader. Diferensiasi produk juga terjadi dalam memenuhi kebutuhan konsumen dari berbagai segmen. Diferensiasi yang terjadi adalah diferensiasi produk horizontal oleh perusahaan Astra. Keuntungan dalam diferensiasi ini yaitu tercapainya economies of scale dan semakin besarnya pangsa pasar perusahaan Astra. Target pasar yang tersegmentasi menyebabkan perusahaan mobil memproduksi sesuai dengan kebutuhan dan budget konsumen, sehingga perusahaan semakin aktif berkompetisi dalam mempertahankan posisi perusahaan dan mendapat target pasar baru. 3. Tingginya nilai PCM mencerminkan tingginya efisiensi dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan, industri mobil di Indonesia memiliki tingkat keuntungan yang cukup tinggi dan efisien dalam penggunaan input untuk menghasilkan output yang maksimum. Hasil pada kinerja ini mempengaruhi struktur dan perilaku perusahaan di industri otomotif Indonesia, sehingga terjadi hubungan timbal balik dalam analisis SCP (paradigma SCP modern) yaitu kinerja mempengaruhi perilaku lalu selanjutnya mempengaruhi struktur. Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja industri mobil di Indonesia pada penelitian ini menggunakan regresi log linear data time series 96
dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Kinerja industri mobil berdasarkan profitabilitas diproksikan dengan Price-Cost Margin (PCM) dipengaruhi oleh beberapa indikator. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan bahwa variabel efisiensi dan produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan dengan PCM. Semakin besar efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin besar tingkat keuntungan perusahaan. Sedangkan variabel pertumbuhan output (Growth) menunjukkan semakin tingginya variabel Growth maka tingkat keuntungan akan menurun namun tidak signifikan, hal ini diduga adanya peningkatan pada biaya produksi dan promosi sehingga keuntungan perusahaan menurun. Demikian pula variabel tingkat konsentrasi tiga perusahaan yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Insignifikansi ini diduga karena adanya perusahaan diluar tiga perusahaan terbesar (Astra, Indomobil, dan Kramayudha Tiga Berlian) yang ingin masuk ke dalam pasar dengan strategi menjual produk dengan harga yang lebih murah dibanding tiga perusahaan terbesar, sehingga menyebabkan keuntungan industri menurun. 97
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan untuk pengembangan industri mobil di Indonesia, diantaranya: 1. Struktur industri mobil yang berbentuk pasar oligopoli ketat memerlukan pengawasan dari pemerintah agar tidak terjadi praktik monopoli maupun kolusi (dalam pasar oligopoli). Pemerintah juga harus mengawasi pemberlakuan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 2. Peningkatan kinerja industri mobil Indonesia perlu didukung dengan iklim usaha dan investasi yang kondusif serta sarana dan prasarana yang tepat. Investasi yang berkembang baik akan terasa multiplier effect-nya bagi masyarakat Indonesia yaitu dalam penyerapan tenaga kerja, tumbuhnya industri komponen dan jasa terkait. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam industri mobil agar dapat menguasai dan menciptakan berbagai teknologi baru sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada komponen impor. 3. Kandungan lokal (local content) pada mobil harus ditingkatkan sehingga indsutri mobil yang sudah ada dan dikembangkan di Indonesia memproduksi mobil menggunakan komponen dan tenaga kerja Indonesia. Jika hal ini terjadi, maka tidak hanya 98
industri mobil yang berkembang namun industri assembling dan komponen juga akan berkembang. 4. Fokus perusahaan mobil dalam memproduksi mobil ramah lingkungan (green car) dan mobil dengan harga terjangkau perlu dipertahankan. Mobil ramah lingkung perlu didukung guna menurunkan emisi karbon dan menjaga bumi agar tidak cepat rusak. Untuk mendorong keberhasilan program tersebut, pemerintah juga sudah memberikan insentif seperti bea masuk bahan baku menjadi nol (Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2008). 99