No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP SUMATERA BARAT JUNI 2017 SEBESAR 96,66 ATAU TURUN SEBESAR 0,42 PERSEN NTP Sumatera Barat bulan Juni 2017 tercatat sebesar 96,66 atau turun 0,42 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,07 (Mei 2017). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,78 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,36 persen. Pada bulan Juni 2017 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 93,19 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 85,67 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 99,41 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 105,23 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 110,25 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 108,83 dan 110,59. Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Juni 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,54 persen yang disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,19 persen. Walaupun pada 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,16 persen), kelompok perumahan (2,46 persen), kelompok sandang (1,70 persen), kelompok kesehatan (0,05 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (0,29 persen). dan kelompok transportasi & komunikasi (0,52 persen). A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Juni 2017, NTP Sumatera Barat mengalami penurunan dibanding bulan Mei 2017 sebesar 0,42 persen, yaitu dari 97,07 menjadi 96,66. Hal ini disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,78 persen) lebih besar dibanding penurunan indeks harga pada kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,36 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 1
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 2
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Juni 2017 pada empat subsektor mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan (0,50 persen), subsektor hortikultura (0,36 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,17 persen), dan subsektor perikanan (0,16 persen). Sedangkan NTP pada subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juni 2017 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,78 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,84 menjadi 120,89. Menurunnya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,90 persen), subsektor hortikultura (0,61 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,69 persen), dan subsektor perikanan (0,20 persen). Sedangkan It pada subsektor peternakan mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Juni 2017 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 125,52 menjadi 125,07. Menurunnya nilai Ib disebabkan oleh penurunan nilai Ib pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,41 persen), subsektor hortikultura (0,25 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,53 persen), subsektor peternakan (0,19 persen), dan sektor perikanan (0,04 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan Juni 2016 Juni 2017 (2012=100) 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Juni 2017 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,50 persen dari 93,66 menjadi 93,19. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,90 persen) lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,41 persen). Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,90 persen disebabkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok padi sebesar 0,80 persen, dan indeks harga pada kelompok palawija sebesar 1,23 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,41 persen diakibatkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumahtangga sebesar 0,66 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,40 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Juni 2017 mengalami penurunan sebesar 0,36 persen dari 85,98 menjadi 85,67. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,61 persen), lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,25 persen). Menurunnya nilai It sebesar 0,61 persen disebabkan menurunnya nilai indeks harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 1,18 persen, walau kelompok buah-buahan dan kelompok tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,45 persen dan 2,35 persen. Penurunan Ib sebesar 0,25 persen disebabkan penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 4
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan Juni 2017 mengalami penurunan sebesar 1,17 persen, yaitu dari 100,59 menjadi 99,41. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani (1,69 persen) lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,53 persen). Menurunnya nilai Ib sebesar 0,53 persen diakibatkan menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,64 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada Juni 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,82 persen, yaitu dari 104,38 menjadi 105,23. Peningkatan NTPT ini terjadi diakibatkan oleh peningkataan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,63 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,19 persen. Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,63 persen terjadi karena peningkatan harga pada kelompok ternak besar (0,95 persen), kelompok ternak kecil (1,60 persen), dan kelompok unggas (0,79 persen). Sedangkan kelompok hasil ternak mengalami penurunan sebesar 1,11 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,19 persen diakibatkan oleh penurunan harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,48 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,12 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan Juni 2017, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami penurunan sebesar 0,16 persen, yaitu dari 110,43 menjadi 110,25. Kondisi ini diakibatkan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,20 persen), lebih besar dari penurunan indeks yang dibayar petani (0,04 persen). Penurunan nilai It sebesar 0,20 persen merupakan kontribusi dari penurunan indeks harga pada kelompok perikanan budidaya sebesar 0,35 persen, walau kelompok perikanan tangkap mengalami peningkatan sebesar 0,45 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,04 persen diakibatkan penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,28 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen. 4. Indeks Harga Konsumen Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Juni 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,54 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terjadinya deflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,19 persen. Walaupun pada 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,16 persen), kelompok perumahan (2,46 persen), kelompok sandang (1,70 persen), kelompok kesehatan (0,05 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (0,29 persen). dan kelompok transportasi & komunikasi (0,52 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 5
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Mei 2017 - Juni 2017 (2012=100) *) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Juni 2017 terhadap bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Juni 2017 terhadap bulan Mei 2017 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Juni 2017 terhadap bulan Juni 2016 Laju inflasi perdesaan tahun kalender bulan Juni 2017 sebesar -0,60 persen. Sedangkan inflasi perdesaan tahun ke tahun (year on year) adalah sebesar 3,44 persen. Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Juni 2016 Juni 2017 (2012=100) Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JUNI 2017 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 4,32 % Komposisi jumlah observasi dari 126 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Juni 2017, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 92 persen. Sementara kualitas rendah sebesar 8 persen. Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas Ir 64, yaitu senilai Rp 3.800,00 per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman. Sama dengan bulan sebelumnya, pada bulan Juni 2017 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 4,32 persen dari Rp 5.232,94 per kg (Mei 2017) menjadi Rp 5.007,12 per kg (Juni 2017), dan di tingkat penggilingan turun 4,55 persen dari Rp 5.328,81 per kg ( Mei 2017) menjadi Rp 5.086,54 per kg (Juni 2017). Sementara itu, rata rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan. Survei harga produsen gabah berasal dari 126 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Juni 2017 dibanding bulan Mei 2017 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 4,32 persen dari Rp 5.232,94 per kg (Mei 2017) menjadi Rp 5.007,12 per kg (Juni 2017). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 4,55 persen dari 5.328,81 per kg (Mei 2017) menjadi Rp 5.086,54 per kg (Juni 2017). Kelompok Kualitas Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Juni 2017 Jumlah Observasi Harga Pembelian Selisih harga kol (5&6) Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Pemerintah Tkt Penggilingan terhadap kol (7) (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (Rp/kg) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) GKP 116 (92%) -- -- -- -- 4.600,00 -- -- 3800,00-6300,00,- 5.007,12-5 086,54,- 3.700,00 (Petani) 3.750,00 (Penggilingan) 1307.12 35,33 1336,54 35.64 KualitasRendah 10 (8 %) 3800,00-5800,00,- 4715.00 4800.00 -- -- -- Total 126 (100,00) -- -- -- -- -- -- -- Harga gabah kualitas GKP terendah pada Juni 2017 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 3.800,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 3.900,00 per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg. Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.400,00 per kg. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 7
Jun-16 Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 Mei-17 Jun-17 Rata-rata Harga (Rp/Kg) Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Apr 2017 s/d Jun 2017 No. Kabupaten Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) % Perubahan Bln Juni 2017 Apr 17 Mei 17 Juni 17 thd. Mei 2017 Tingkat Petani (Rp/Kg) Apr 17 Mei 17 Juni 17 % Perubahan Bulan Jun 2017 thd. Mei 2017 (1) (2) (5) (5) (5) (6) (9) (9) (9) (10) 1 Pes, Selatan 5 275,20 5 412,18 4 971,84-8,14 5 232,60 5 365,40 4 926,90-8,17 2 Solok 5 932,07 5 763,80 5 665,35-1,71 5 990,00 5 683,90 5 586,85-1,71 3 Tanah Datar 5.911,80 5.547,53 5.307,00-4,34 5 831,13 5 460,19 5 239,67-4,04 4 Pdg, Prmn. 5.650,00 5.501,92 5.102,50-7,26 5 511,25 5 374,42 4 990,00-7,15 5 Agam 5.325,00 4.952,50 4.788,75-3,31 5 275,00 5 890,00 4 732,50-3,22 6 50 Kota 5.701,90 5.217,62 5.183,81-0,65 5 545,24 5 066,67 5 019,04-0,94 7 Pasaman 4 926,67 4 873,33 4 630,89-4,97 4 826,67 4 773,33 4 535,02-4,99 Sumbar 5 551,00 5 328,81 5 086,54-4,55 5 474,00 5 232,94 5 007,12-4,32 Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Jun 2016 Jun 2017 5800 5300 4800 4556,33 4908,3 5408,7 5258,0 5498,6 5615,6 5651,6 5658,5 5728,4 5719,6 5551,0 5328,8 5086,5 4300 3800 3300 2800 2300 1800 Bulan Harga rata2 Gabah GKP di Penggilingan Hpp gabah GKP di penggilingan Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 Mei 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp 4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Juni 2017 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada dibawah di HPP. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 8
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi: Teguh Sugiarto, Ph.D Kepala Bidang Statistik Distribusi JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email : sumbar@bps.go.id Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 35/07/13/Th XX, 3 Juli 2017 9