DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti

PENGARUH GAYA BELAJAR VAK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SUMIARTI, 2013

Analisis gaya belajar siswa sekolah menengah pertama negeri 5 Kota Madiun

PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 2 (2015)

BAB I PENDAHULUAN. maupun perubahan sikap atau nilai (afektif). Slameto mendefinisikan belajar

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu

PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SW. BETANIA MEDAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika, IAIM NU Metro Abstrak

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik. diukur melalui kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan,

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami pelbagai perubahan, termasuk dalam bidang pendidikannya.

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI TIMUR. Reski. P Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 PALOPO PADA MATERI POKOK LARUTAN ASAM BASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

KOMPARASI PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA YANG MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALOPO

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

STUDI PERBANDINGAN PENDEKATAN SAVI DAN SCIENTIFIC

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Berpikir Kreatif melalui CTS (Catatan: Tulis dan Susun) Oleh: Salam, S.Pd, M.Pd.

PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN VISUAL AUDITORIAL KINESTETIK (PTK

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh rerata sebesar 72,43 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang. tinggi dari pada media kartu konsep bergambar.

Analisis Kemampuan Penalaran Logis Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan tersebar di seluruh sektor kegiatan kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BULUKUMBA

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting yaitu era globalisasi yang membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Untuk mencapai itu, perlulah prilaku kritis dipupuk sejak dini,

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

PENGARUH GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SMP. Agni Danaryanti, Herlina Noviani

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SMA NEGERI 10 PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Identifikasi Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 14 Malang

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Ary Herlina Kurniati HM 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 arymipauh@gmail.com 1 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang difokuskan untuk mendeskripsikan indikator komunikasi matematika berdasarkan 1) subjek yang memiliki gaya belajar visual dengan pemahaman konsep pada kelompok atas (SKAV), 2) subjek yang memiliki gaya belajar auditorial dengan pemahaman konsep pada kelompok atas (SKAA), 3) subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik dengan pemahaman konsep pada kelompok atas (SKAK), 4) subjek yang memiliki gaya belajar visual dengan pemahaman konsep pada kelompok bawah (SKBV), 5) subjek yang memiliki gaya belajar auditorial dengan pemahaman konsep pada kelompok bawah (SKBA), 6) subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik dengan pemahaman konsep pada kelompok bawah (SKBK). Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Makassar yang terdiri dari 6 subjek. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang dipadu oleh tes pemahaman konsep matematika, gaya belajar, dan komunikasi matematika yang dikonfirmasi kembali oleh pedoman wawancara, serta melakukan triangulasi waktu untuk mendapatkan data yang valid. Hasil penelitian menunjukkan: 1) SKAV mampu memenuhi indikator komunikasi matematika dengan tepat, 2) SKAA mampu memenuhi indikator komunikasi matematika dengan tepat, 3) SKAK hanya mampu memenuhi indikator menyajikan penyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi serta menarik kesimpulan masih keliru dilakukan, 4) SKBV belum mampu melakukan dengan tepat menyajikan penyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi namun menarik kesimpulan mampu dilakukan tapi secara umum masih keliru, 5) SKBA pada indikator menyajikan pernyataan matematika dengan gambar dan mengajukan dugaan masih keliru dilakukan, dan untuk indikator memberikan alasan terhadap kebenaran solusi serta menarik kesimpulan dari pernyataan belum mampu dilakukan, 6) SKBK indikator menyajikan pernyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan masih keliru dilakukan, dan untuk indikator memberikan alasan terhadap kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan belum mampu dilakukan. Kata Kunci: pemahaman konsep, gaya belajar, komunikasi 1. Pendahuluan Berdasarkan kurikulum 2013 yang telah mengalami proses pengembangan dari kurikulum 2006 atau yang biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) proses pembelajaran matematika diarahkan pada pembelajaran menemukan konsep matematika, belajar dari permasalahan real sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dimana siswa mendapatkan pengalaman belajar melalui proses mengamati, menanya, mengeksplorasi atau mencoba, menalar, mengkomunikasikan atau membuat jejaring, mencipta atau membuat karya kreatif, dan menyimpulkan. Halaman 198 dari 896

Ary Herlina Kurniati HM Belajar matematika, tidak terlepas dari perannya dalam berbagai kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau disampaikan dengan bahasa matematika, serta banyak masalah yang dapat disajikan ke dalam model matematika. Selain itu, dengan mempelajari matematika, seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreativitasnya. Pengajaran yang menghargai gaya belajar individual mempuanyai potensi yang besar sekali untuk meningkatkan mutu dan efektivitas pengajaran sehingga memunculkan pemahaman konsep yang diharapkan kepada peserta didik. Ada tiga gaya belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik (VAK). De-Porter, Reardon dan Singer-Nourie (2012) menyebutkan bahwa anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka untuk mengerti materi pelajaran, dan mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial belajar dengan apa yang mereka dengar, anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan, anak kinestetik memiliki suatu kecenderungan memproses informasi melalui tangan dan kaki atau indra peraba serta berpikir melalui perasaan dan sensasinya. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi diri. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik menerima informasi melalui segala jenis gerak dan emosi merupakan untuk mengingat apa yang disarankan. Pemahaman dikatakan sebagai aspek fundamental karena seorang siswa tidak akan mampu memecahkan masalah dalam mengkomunikasikan gagasan jika pemahaman yang benar tentang konsep yang mendasari masalah tersebut tidak dikuasai. Pentingnya pemahaman konsep matematika siswa, memerlukan perencanaan pembelajaran matematika yang baik sehingga pada akhir siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Tanpa memahami permasalahan dan Halaman 199 dari 896

Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa konsep/materi maka tahapan selanjutnya untuk menyelesaikan masalah mengkomunikasikan gagasan akan mengalami kesulitan. Tanpa komunikasi yang baik, maka perkembangan matematika akan terhambat. Fakta ini menjadi tantangan bagi masyarakat pendidikan matematika dalam usaha mereka untuk mengkomunikasikan apa yang sudah mereka evaluasi, percaya, dan mengenal siswa sedemikian hingga para siswa menjadi terdidik secara metematik. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran matematika, berdasarkan tujuan matematika mengenai pemahaman konsep, pemecahan masalah, komunikasi dan menghargai manfaat matematika dalam kehidupan. Guru menjadi salah satu faktor penting yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar, karena menjadi fasilitator sekaligus mitra belajar bagi peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, serta kajian-kajian dan fakta-fakta yang terjadi maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana deskripsi kemampuan komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang memiliki pemahaman konsep matematika kelompok atas dan kelompok bawah? 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi penelitian deskripsi yang bersifat kualitatif yang dilaksanakan di kelas VIII SMPN 25 Makassar. Dalam pelaksanaannya, peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang dipandu oleh tes komunikasi matematika (TK) dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian TK dan diverifikasi dengan teknik wawancara. Subjek penelitian terdiri dari enam orang yang dikategorikan kedalam subjek yang memiliki pemahaman konsep matematika di kelompok atas dan bawah dengan gaya belajar visual (SKAV) dan (SKBV), subjek yang memiliki pemahaman konsep matematika di kelompok atas dan bawah dengan gaya belajar auditorial (SKAA) dan (SKBA), dan subjek yang memiliki pemahaman konsep matematika di kelompok atas dan bawah dengan gaya belajar kinestetik (SKAK) dan (SKBK). Proses penelitian dilakukan berdasarkan tahap-tahap: (a) merumuskan indikator-indikator gaya belajar, pemahaman konsep serta komunikasi matematika, (b) merumuskan instrumen pendukung (tes gaya belajar, tes pemahaman konsep, tes komunikasi matematika dan pedoman wawancara) yang valid dan reliabel, (c) Halaman 200 dari 896

Ary Herlina Kurniati HM melakukan pengambilan subjek penelitian berdasarkan berdasarkan gaya belajar dan pemahaman konsep yang dimiliki, (d) melakukan pengambilan data berdasarkan tes komunikasi matematika, (e) melakukan triangulasi waktu untuk mendapatkan data yang valid, (f) melakukan analisis data (g) melakukan pembahasan hasil analisis data, (h) melakukan penarikan kesimpulan. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jawaban yang dikemukakan SKAV, SKBV, SKAA, SKBA, SKAK dan SKBK menunjukkan bahwa jawaban yang diperoleh dari TK memenuhi mengacu kepada enam indikator yaitu; (1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika dengan lisan dan tertulis dalam bentuk tabel dan grafik, (2) mengajukan dugaan, (3) memberikan alasan terhadap kebenaran solusi, (4) menarik kesimpulan dari pernyataan. Komunikasi matematika subjek yang memiliki pemahaman konsep antara kelompok atas dan kelompok bawah sangat berbeda, hampir secara umum SKAV, SKAA, SKAK mampu memenuhi tiap indikator pada komunikasi matematika. Sedangkan SKBV, SKBA, SKBK hampir semua indikator komunikasi matematika belum mampu dilakukan dan kalaupun dapat dilakukan masih sangat terbatas kemampuannya. Berdasarkan data valid yang diperoleh, disimpulkan bahwa (1) SKAV mampu memenuhi indikator komunikasi matematika dengan tepat, (2) SKAA mampu memenuhi indikator komunikasi matematika dengan tepat, (3) SKAK hanya mampu memenuhi indikator menyajikan penyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi serta menarik kesimpulan masih keliru dilakukan, (4) SKBV belum mampu melakukan dengan tepat menyajikan penyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi namun menarik kesimpulan mampu dilakukan tapi secara umum masih keliru, (5) SKBA pada indikator menyajikan pernyataan matematika dengan gambar dan mengajukan dugaan masih keliru dilakukan, dan untuk indikator memberikan alasan terhadap kebenaran solusi serta menarik kesimpulan dari pernyataan belum mampu dilakukan, (6) SKBK indikator menyajikan pernyataan matematika dengan gambar, mengajukan dugaan masih keliru dilakukan, dan untuk indikator memberikan alasan terhadap kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan belum mampu dilakukan. Halaman 201 dari 896

Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Berdasarkan hasil penelitian secara menyeluruh terkait dengan indikator komunikasi matematika terhadap ketiga gaya belajar dan pemahaman konsep yang dimiliki, untuk indikator menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tulisan, tabel dan gambar SKAV dan SKAA memberikan penjelasan dengan masuk akal serta tersusun secara logis. Penjelasan yang dikemukakan dalam menyajikan pernyataan tersebut hampir sama, mulai dari perencanaan yang dipaparkan secara lisan seputar menentukan operasi tertentu yang akan digunakan hingga tahapan yang harus dilakukan untuk menjawab permasalahan yang diberikan seputar SPLDV. Terkait mengenai penyajian secara tertulis baik berupa kalimat matematika, kemudian dinyatakan ke dalam bentuk tabel hingga pada tahapan menggambarkan grafiknya mampu diselesaikan dengan benar dan jelas. Terkait mengenai adanya perbedaan gaya belajar yang dimiliki, sedikit memberikan pengaruh dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, dalam hal menyajikan pernyataan matematika SKAV lebih memberikan penjelasan secara singkat dan jelas berbeda dengan SKAA memberikan penjelasan lebih terperinci dan panjang lebar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Suyono dan Harianto (2012) mengenai kebiasaan anak yang memiliki gaya belajar visual lebih sering menjawab pertanyaan dengan singkat sedangkan anak yang memiliki gaya belajar auditorial lebih senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Masih terkait mengenai menyajikan penyataan matematika dengan lisan, tulisan, tabel dan gambar, untuk subjek yang memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik pada pemahaman konsep matematika kelompok bawah hampir secara menyeluruh belum mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Sulitnya dalam memahami maksud pernyataan sehingga berakibat pada penyajian secara tertulis baik itu berupa tabel hingga pada grafik yang ditampilkan masih keliru. Indikator mengajukan dugaan, berdasarkan grafik yang dibuat mengenai himpunan penyelesaiannya SKAV mampu melakukan dugaan dengan tepat. Dugaan tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan mengaitkannya sesuai dengan permasalahan yang diberikan, hal ini juga didukung dengan informasi yang subjek peroleh dalam bentuk gambar sehingga memudahkan subjek yang memiliki gaya belajar visual untuk melakukan pengamatan secara efektif dengan melibatkan indera penglihatannya sehingga mampu melakukan dugaan dengan cermat dan tepat. Dalam De-Porter (2012) siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mudah memahami masalah berupa gambar dalam bentuk tabel maupun Halaman 202 dari 896

Ary Herlina Kurniati HM grafik. Selanjutnya untuk SKAA juga mampu melakukan dugaan dengan tepat dengan mengaitkan informasi-informasi yang diketahui berdasarkan fakta-fakta sebelumnya sehingga semakin menguatkan dugaan yang dilakukan. Sedangkan SKAK memiliki kendala dalam melakukan dugaan, hal ini dikarenakan subjek masih kesulitan dalam mengaitkan informasi yang diketahui sebelumnya atau informasi yang soal berikan sehingga masih sulit dalam menganalisis dugaan yang diutarakan. Kesulitan subjek kinestetik dalam melakukan dugaan dari masalah yang diberikan didukung dengan adanya pendapat menurut Uno (2012) bahwasanya salah satu karakteristik gaya belajar kinestetik yaitu subjek hanya dapat menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya melainkan dengan memegang. Selain itu, Deporter dan Hernacki (2009) melanjutkan bahwa subjek dalam belajar melalui proses memanipulasi dan praktek. Subjek pada kelompok bawah yang memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik terkait mengenai indikator mengajukan dugaan, pada umumnya semua dugaan yang diutarakan masih keliru dan hanya sebatas komentar yang tidak dipahami, hal ini diakibatkan karena konsep dasar mengenai SPLDV terkhusus pada materi himpunan penyelesaian dari SPLDV masih sangat minim dimiliki subjek sehingga berakibat pada dugaan yang dikemukakan. Selanjutnya untuk indikator memberikan alasan terhadap kebenaran solusi, subjek yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial yang memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok atas mampu memberikan alasan tiap tahapan yang dilakukan dan mampu memilih prosedur tertentu hingga mengaitkan berbagai konsep yang diketahui sebelumnya. Pada indikator menarik kesimpulan dari pernyataan, subjek yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial pada pemahaman konsep matematika pada kelompok atas mampu menarik kesimpulan berdasarkan permasalahan yang diberikan, walaupun secara rinci kesimpulan yang dikemukakan berbeda namun masing-masing kesimpulan yang diutarakan dapat mereka jelaskan alasannya secara logis, hal ini disebabkan kemampuan subjek dalam mengaitkan informasi yang diperoleh sebelumnya mampu dikelola dengan baik. Berbeda dengan SKAK belum mampu menarik kesimpulan dari konsep atau pola yang diperoleh sebelumnya dengan tepat, hal ini dikarenakan kendala subjek pada pemahaman adalah mengaitkan berbagai konsep sehingga masih sulit untuk menarik kesimpulan dengan tepat. Halaman 203 dari 896

Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Terkait mengenai penarikan kesimpulan dari pernyataan, untuk subjek yang memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok bawah belum mampu menarik suatu kesimpulan dari pernyataan. Kendala yang dialami subjek tentunya tidak terlepas dari pemahaman yang masih sangat kurang terutama pada penyajian konsep, pemilihan prosedur atau operasi tertentu hingga kemampuan dalam mengaitkan berbagai konsep yang masih sangat kurang. 4. Kesimpulan dan saran a. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar visual dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok atas (SKAV) Memiliki komunikasi matematika sangat tinggi, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek yang memenuhi 4 (empat) indikator komunikasi matematika dengan sangat baik dimulai dari menyajikan pernyataan matematikan baik secara tertulis maupun secara lisan tiap tahapan yang dilakukan dengan singkat dan jelas, mampu mengajukan dugaan dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan jelas dan benar, dan mampu menarik kesimpulan dengan membuat pernyataan baru berdasarkan informasi atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, lengkap dan masuk akal. b. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar auditorial dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok atas (SKAA) Memiliki komunikasi matematika sangat tinggi, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek yang memenuhi 4 (empat) indikator komunikasi matematika dengan sangat baik mulai dari menyajikan pernyataan matematikan secara tertulis maupun secara lisan tiap tahapan yang dilakukan dengan terperinci dan panjang lebar, mengajukan dugaan dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan jelas dan benar, menarik kesimpulan dengan membuat pernyataan baru berdasarkan informasi atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan benar, lengkap dan masuk akal. c. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar kinestetik dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok atas (SKAK) Memiliki komunikasi matematika sedang, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek menyajikan pernyataan matematika dengan gambar hanya menjelaskan sebagian kecil gagasan berupa pernyataan matematika secara lisan dan tabel dengan masuk akal dan benar, mengajukan dugaan dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dan melakukan manipulasi matematika namun umumnya Halaman 204 dari 896

Ary Herlina Kurniati HM keliru, sedangkan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi dan menarik kesimpulan dengan membuat pernyataan baru berdasarkan informasi atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya semuanya keliru. d. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar visual dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok bawah (SKBV) Memiliki komunikasi matematika rendah, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek menyajikan pernyataan matematika dengan gambar hanya menjelaskan gagasannya berupa pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, tabel hingga pada gambar grafiknya dan belum mampu menuliskannya dengan baik dan masih terdapat kekeliruan, kemampuan menduga dengan mengaitkan informasi yang diketahui sebelumnya dilakukan tetapi semua dugaannya masih keliru, memberikan alasan terhadap kebenaran solusi dan menarik kesimpulan belum mampu dilakukan. e. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar auditorial dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok bawah (SKBA) Memiliki komunikasi matematika rendah, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek menyajikan pernyataan matematika dengan gambar hanya menjelaskan gagasannya berupa pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, tabel hingga pada gambar grafiknya namun belum mampu menuliskannya dengan tepat dan masih keliru, kemampuan menduga dengan mengaitkan informasi yang diketahui sebelumnya dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi serta menarik kesimpulan. f. Deskripsi komunikasi matematika siswa yang bergaya belajar kinestetik dan memiliki pemahaman konsep matematika pada kelompok bawah (SKBK) Memiliki komunikasi matematika sangat rendah, hal ini ditunjukka dengan kemampuan subjek menyajikan pernyataan matematika dengan gambar hanya menjelaskan gagasannya berupa pernyataan matematika dengan lisan, tertulis dalam bentuk tabel hingga pada menggambar grafiknya namun masih keliru, kemampuan menduga dengan mengaitkan informasi yang diketahui sebelumnya tetapi semua dugaannya salah, dan belum mampu menyusun bukti dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi, menarik kesimpulan. Halaman 205 dari 896.Daftar Pustaka [1] De-Porter, Bobby., dkk. 2012. Quantum Teaching. Terjemahan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa. [2] De-Porter, Bobby., dkk. 2012. Quantum Learning. Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.

Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa [3] DePorter, Bobbi., Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. [4] Ghufron, M. Nur dkk. 2013. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pusaka Pelajar. [5] Rofiah, Asiatul. 2010. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Depok Yogyakarta dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri. Download: Diakses pada tanggal 22 Januari 2014. [6] Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkantak CBSA. Download: Diakses pada tanggal 2 Pebruari 2014. [7] Suyono & Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [8] Uno, Hamzah B. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. [9] Wardhani, Sri. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika di SMP/MTs. Makalah Diklat Guru Pemandu/Guru Inti/Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar Tahun 2010. Halaman 206 dari 896