BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA. Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005


BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

TUGAS AKHIR 138 TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

Kavling Commercial P R O J E C T KAVLING COMMERCIAL MASTER PLAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENGANTAR TRANSPORTASI

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III ANALISIS KAWASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

Indikator Konten Kuesioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VII PENUTUP. Yogyakarta yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terbukti efektif

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

Bab V Konsep Perancangan

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa Tapak Aksesbilitas

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB III DESKRIPSI PROYEK

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan dalam perancangan sebesar 35,62%, sedangkan batas maksimal yang diijinkan berdasarkan peraturan adalah 70%. Pemanfaatan ruang publik sebagai ruang terbuka yang cukup besar bertujuan memenuhi kebutuhan pengguna kawasan terhadap ruang untuk bersosialisasi, beraktivitas, dan bergerak. Ruang terbuka juga merupakan alat untuk menjadikan kawasan stasiun sebagai pusat berkumpulnya berbagai aktivitas, area penghubung beragam fungsi yang ada, dan generator bagi perkembangan kawasan sekitarnya ke arah yang lebih baik. Selain KDB, terdapat peraturan lain yang dijadikan acuan dalam perancangan ruang publik yaitu batasan koefisien lantai bangunan (KLB) sebesar 2,8. Bila dihitung berdasarkan luas lahan perancangan dengan pertimbangan KDB sebesar 70% maka ketinggian maksimal bangunan yang diijinkan adalah 4 lantai, tetapi karena KDB yang digunakan dalam perancangan lebih kecil maka jumlah lantai dapat bertambah. Dalam perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung, ketinggian maksimal bangunan yang dirancang adalah 4 lantai. Hal ini bertujuan agar bangunan serasi dengan lingkungan sekitar dan ruang luar yang terbentuk akibat kehadiran bangunan sesuai dengan skala manusia. Ruang yang dirancang sesuai dengan skala manusia dapat menghindarkan penggunanya dari perasaan sesak dan tertekan ketika beraktivitas di dalamnya. Suatu kawasan menjadi hidup ketika di tempat tersebut terdapat manusia yang bergerak dan beraktivitas. Kehadiran beragam fasilitas (publik dan komersial) di sekitar ruang terbuka serta tersebar di tiap 167

bagian kawasan berfungsi menciptakan titik keramaian baru dan pergerakan manusia dari satu fasilitas ke fasilitas lain di dalam kawasan stasiun. Fasilitas publik yang dirancang berupa terminal transit dalam maupun antar kota (7.240 m 2 ), halte (1.401 m 2 ), mushola (288 m 2 ), toilet, parkir (2.474 m 2, 70 buah mobil dan 30 buah motor), pusat informasi, ruang serbaguna (1.311 m 2 ), dan wartel. Sedangkan fasilitas komersial yang dibuat antara lain mini market (548 m 2, 3 buah), tempat makan (7.318,97 m 2 ), belanja (6.384,6 m 2 ), hiburan (2.109,74 m 2 ), dan tempat berjualan warga serta pedagang kaki lima (3.884 m 2 ). Fasilitas komersial tersebut berupa kios (1.226 m 2, 45 buah), ruang (6.001 m 2, 66 buah), dan tenda (938 m 2, 37 buah) yang disewa-sewakan sesuai kebutuhan penyewa. Fasilitas publik dan komersial yang dirancang pada kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan diwadahi dalam beberapa bangunan yaitu dua buah terminal dengan luas masing-masing 3.640 m 2 dan 3.600 m 2 (2 lantai), restoran (993 m 2, 2 lantai), bangunan komersial belanja beserta ruang serbaguna/pameran (4.790,2 m 2, 4 lantai), serta bangunan komersial belanja beserta area hiburan dan makan (9.989,3 m 2, 3 lantai). Pembuatan akses baru (jalan kendaraan dan jalur pedestrian) berfungsi mendukung keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut serta memfasilitasi pergerakan manusia dan kendaraan di dalam kawasan. Sirkulasi yang mengalir dan terwadahi dengan baik di setiap bagian kawasan merupakan salah satu faktor utama yang berperan dalam menghidupkan kawasan stasiun. Pemanfaatan fasilitas jalan kendaraan dari area komersial Bandung Textile Centre (BTC) sebagai jalan umum dan area boulevard stasiun sebagai jalan kendaraan serta jalur pedestrian dapat mengatasi masalah keterbatasan akses yang ditemui di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. 168

6.2 Saran Proses pengembangan desain ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan ini melibatkan beberapa aktor yaitu pemerintah, investor (pemiliki dana, pengembang, dan pembangun), akademisi, PT. KAI, DLLAJR, pengelola Bandung Textile Centre (BTC), serta konsumen/masyarakat. Masing-masing pihak menindak lanjuti desain ini dengan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut. a. Pemerintah kota Bentuk tindakan dan kerja sama yang dapat dilakukan oleh pemerintah kota yaitu : 1. Mengeluarkan sebuah master plan atau kerangka pengembangan yang mengikat semua pelaku sektor privat untuk bekerja sama melalui persetujuan atau kekuatan hukum. 2. Melakukan kontrol pengembangan dan penggunaan suatu lokasi melalui sistem perencanaan, persyaratan infrastruktur dan pelayanan yang telah dirumuskan dalam master plan, serta keterlibatan dalam pengambil alihan dan pengembangan lahan. 3. Membuat acuan/pedoman (master plan atau kerangka pengembangan) berdasarkan data, hasil pengamatan, dan simulasi perancangan dalam tesis ini. 4. Melakukan survai dalam melengkapi/menyempurnakan pedoman tersebut (mengingat keterbatasan data serta pengamatan yang dilakukan dalam tesis) untuk memperoleh kriteria tempat yang baik (secara sosial maupun ekonomi) dan komitmen dari semua pihak untuk mencapainya. Pedoman tersebut dapat memberikan keuntungan berupa memastikan dan mendorong nilai investasi serta mengurangi perkembangan resiko. Hal ini menjadi justifikasi bagi pemerintah untuk melakukan intervensi dalam proses pengembangan terhadap sektor privat (investor). 5. Melakukan kerja sama dengan akademisi dari berbagai bidang keahlian untuk melakukan survai. Survai meliputi wawancara dan 169

diskusi dengan masyarakat atau pengguna kawasan stasiun mengenai kegiatan, pandangan, keinginan/kebutuhan, serta prioritas mereka sehingga dapat menghasilkan desain yang lebih baik. Survai mengenai pasar, penyewa, dan calon konsumen secara mendetail agar dapat menentukan kapasitas (optimal) yang ditampung dalam fasilitas baru di kawasan stasiun. Selain itu, survai juga mencakup daya dukung kawasan seperti kondisi struktur tanah, air (permukaan, sumber, dan kualitas), serta sistem utilitas (drainase, pembuangan air kotor dan air hujan, serta sampah). 6. Mengambil tindakan dalam membantu mengembangkan rasa keyakinan/kepastian terhadap nilai dan konteks lokal. Tindakan ini mencakup investasi dalam pengembangan (dana atau pinjaman), upaya meningkatkan kualitas lingkungan secara komprehensif (mengatur rute kendaraan umum yang melalui kawasan, melakukan pelebaran jalur pedestrian, memperbanyak penghijauan (pohon), mengatur parkir kendaraan bermotor, memperbaiki dan menambah sarana publik (lampu, rambu-rambu, tempat sampah, dan tempat penyeberangan), serta menertibkan pedagang kaki lima), revitalisasi (perbaikan dan pemanfaatan kembali bangunan-bangunan penting/bersejarah), serta pengelolaan/perawatan yang berkelanjutan dari kawasan. 7. Menarik para investor (satu atau lebih) yang tertarik untuk melakukan pengembangan berdasarkan master plan yang telah dibuat secara fleksibel (memungkinkan terjadi negosiasi antara investor dengan pemerintah yang melibatkan akademisi sebagai penasihat). Dalam sebuah pertemuan yang diprakarsai pemerintah dilakukan diskusi dan pemaparan keuntungan (ekonomis) serta insentif (keringanan pajak, pinjaman dana, dan lain-lain) yang diperoleh bila melaksanakan proyek pengembangan sehingga dapat menarik para pemilik dana (investor) untuk berinvestasi. 8. Melakukan publikasi mengenai rencana pengembangan kawasan stasiun kepada pihak-pihak yang terlibat (PT.KAI, DLLAJR, dan 170

pengelola BTC) serta diproyeksikan sebagai calon penyewa fasilitas (masyarakat yang memiliki usaha home industry (berdasarkan standar kelayakan ditetapkan) terutama di wilayah pengembangan Bojonegara dan para penjual yang telah lama beroperasi di kawasan stasiun). 9. Mengajak pemilik lahan (PT.KAI, DLLAJR, dan pengelola BTC), investor, dan para calon penyewa yang menjadi prioritas (para pengusaha home industry dan pedagang yang telah lama berjualan di lokasi (toko, warung, serta pedagang kaki lima)) berdiskusi agar kepentingan/kebutuhan masing-masing pihak dapat terfasilitasi secara optimal. Pembahasan dapat meliputi biaya dan status kepemilikan unit yang ditawarkan (sistem sewa dianjurkan agar hubungan/kerjasama diantara para aktor pelakunya terus belangsung sehingga kualitas lingkungan binaan dapat selalu terjaga) serta prospek/perkembangan di masa yang akan datang. 10. Memperioritaskan masyarakat yang memiliki usaha home industry terutama di wilayah pengembangan Bojonegara dan para penjual yang telah lama beroperasi di kawasan stasiun sebagai penyewa fasilitas yang akan dibangun pada kawasan tersebut. b. Akademisi Bentuk tindakan dan kerja sama yang dapat dilakukan oleh akademisi yaitu : 1. Bekerja sama dengan pemerintah (sebagai pihak yang merumuskan/membuat pedoman (master plan) pengembangan) untuk mewakili pandangan dan kepentingan publik dalam proses pengembangan kawasan stasiun. Tindakan tersebut diwujudkan dalam bentuk mengenali kondisi eksisting kawasan, sosial masyarakat, sejarah dan perkembangan kawasan, permasalahan dan potensi kawasan, serta kebutuhan dan perilaku pengguna kawasan melalui pengamatan serta bukti fisik yang ditinggalkan. Faktor-faktor tersebut dijadikan bahan pertimbangan dan diterapkan dalam perencanaan/master plan (seperti yang telah dilakukan dalam tesis 171

sehingga dapat dijadikan master plan dalam pengembangan). Akademisi juga melakukan survai untuk melengkapi/menyempurnakan pedoman (yang telah dirumuskan dalam tesis) mengingat segala keterbatasan yang ada di dalam tesis (baik data, pengamatan maupun analisa). Hal-hal penting yang perlu disurvai telah disebutkan sebelumnya (dalam point 5 mengenai peran pemerintah). 2. Melakukan kolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu baik teknik, sosial, maupun ekonomi untuk menerapkan bidang yang menjadi perhatian utama investor (contoh : perhitungan kelayakan finansial) dalam membuat master plan pengembangan sehingga memberikan kemudahan ketika mengadakan negosiasi dengan para investor. 3. Melakukan pengawasan dan memberikan saran atau solusi kepada pemerintah serta investor dalam pelaksanaan pengembangan (negosiasi dalam penerapan master plan). c. Pemilik lahan Bentuk tindakan dan kerja sama yang dapat dilakukan oleh pemilik lahan (PT. KAI, DLLAJR, dan pengelola BTC) yaitu : 1. Melepas lahannya disertai perlengkapan kontrak atau persetujuan mengikat yang mengatur pengembangan, kerjasama di antara semua pihak, dan insentif/keuntungan yang diperoleh. 2. Melakukan perjanjian sewa menyewa dalam jangka waktu tertentu dibanding menjual lahan dengan pihak investor sebagai pengembang. Sistem kepemilikan ini bertujuan untuk menjaga komitmen dalam pengelolaan terhadap penyewa dan penggunaan dari properti serta membangun hubungan yang berkelanjutan di antara semua pihak yang terlibat. 3. Bekerja sama dengan investor dalam menyediakan dana pengembangan. Pembagian kerja sama dalam pendanaan pengembangan dijelaskan pada peran investor. 172

d. Investor Bentuk tindakan dan kerja sama yang dapat dilakukan oleh investor yaitu : 1. Mencari bantuan pihak lain (pemerintah, PT. KAI, DLLAJR, dan pengelola BTC) dalam bentuk pinjaman berbunga rendah, subsidi, atau kerjasama untuk membantu pendanaan proyek pengembangan kawasan stasiun. Bentuk kerja sama dalam pembiayaan proyek pengembangan kawasan stasiun yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut. i. PT. KAI, DLLAJR, pemerintah, dan investor bekerja sama mendanai perbaikan jalur pedestrian serta jalan kendaraan di dalam kawasan stasiun. ii. Pemerintah, DLLAJR, pengelola BTC, dan investor bekerja sama mendanai perbaikan serta penyediaan baik jalur pedestrian maupun jalan kendaraan di area komersial Bandung Textile Centre (BTC) yang menghubungkan area tersebut dengan kawasan stasiun. iii. DLLAJR dan investor bekerja sama mendanai pembangunan halte dan terminal baru. iv. Investor mendanai pembangunan fasilitas komersial dan publik yang dibangun pada kawasan stasiun. v. Investor dengan bantuan pemerintah, PT. KAI, dan DLLAJR mendanai biaya ganti (pembebasan) bangunan penduduk yang didirikan di atas tanah PT. KAI serta DLLAJR. 2. Mengadakan perjanjian sewa menyewa pada tahap awal atau sebelum proyek dijalankan untuk mengikat calon penyewa/pengguna di masa yang akan datang (setelah fasilitas komersial dapat digunakan). Metode ini bertujuan untuk mengurangi resiko yang ditanggung investor. 3. Menyelesaikan beberapa bagian pengembangan terlebih dahulu dan mengoperasikannya (disewakan) sebelum seluruh fase pengembangan selesai untuk memperoleh pendapatan. Model 173

pengembangan ini digunakan untuk mengurangi resiko, membantu aliran dana, dan memperoleh fleksibilitas operasional yang lebih besar. Selain itu, pengembangan secara bertahap juga memberikan keuntungan berupa tidak terganggunya (dapat terus berlangsung) aktivitas yang ada di dalam kawasan stasiun. Tahapan pengembangan yang dapat ditempuh yaitu : i. Tahap I : penyelesaian jalan kendaraan yang melalui area komersial Bandung Textile Centre (BTC), halte, dan terminal angkutan antar kota di jalan Statsion Barat. Setelah bangunan terminal selesai, fasilitas komersial belanja dan makan di dalamnya sudah dapat dioperasikan. ii. Tahap II : pembebasan bangunan di terminal lama (jalan Kebon Jati) dan pemindahan angkutan umum antar kota ke terminal di jalan Statsion Barat sedangkan angkutan umum dalam kota tetap menggunakan terminal lama. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan sebagian area terminal lama sehingga fasilitas komersial dapat dibangun di tempat tersebut. iii. Tahap III : pembangunan fasilitas komersial di area terminal lama. Setelah bangunan selesai, sebagian fasilitas komersial (makan dan belanja) terutama yang berada di lantai dasar dapat dioperasikan. iv. Tahap IV : penyelesaian terminal angkutan umum dalam kota di jalan Statsion Timur. Setelah bangunan terminal selesai, fasilitas komersial belanja dan makan di dalamnya sudah dapat dioperasikan. v. Tahap V : pemindahan angkutan umum dalam kota ke terminal di jalan Statsion Timur untuk mengosongkan seluruh area terminal lama. Pembangunan jalur pedestrian, jalan kendaraan, dan plasa/ruang terbuka di tempat tersebut. Kehadiran ruang terbuka dan sirkulasi pada area boulevard stasiun (terminal) dapat meningkatkan nilai properti dan membantu penjualan (disewasewakan). Setelah ruang terbuka dan sirkulasi selesai, fasilitas 174

komersial (makan, belanja, dan hiburan) di area boulevard stasiun (terminal lama) dapat dioperasikan seluruhnya. vi. Tahap VI : pembebasan bangunan penduduk yang ada di atas tanah PT. KAI pada jalan Statsion Barat. vii. Tahap VII : pembangunan fasilitas komersial beserta area parkir di jalan Statsion Barat. Setelah bangunan selesai, fasilitas komersial (belanja dan ruang serba guna) dapat dioperasikan. viii. Tahap VIII : penyelesaian seluruh jalur pedestrian yang menghubungkan fasilitas-fasilitas baru (komersial dan publik). ix. Tahap IX : pembangunan area pasar dan ruang terbuka di jalan Statsion Barat. 175