VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

III KERANGKA PEMIKIRAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. program kemitraan PT. Pagilaran dapat dilihat pada tabel 19.

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada awal berdirinya perusahaan PT. Sayuran Siap Saji memiliki peluang

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing. No Indikator Parameter Skor

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih sangat kurang untuk mencapai target dan kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal tersebut yang melatarbelakangi perusahaan untuk membuat suatu pola kerjasama melalui system kemitraan. Konsistensi dan kesinambungan produksi PT Saung Mirwan tercapai melalui kerjasama dengan para petani kecil. Pola kemitraan telah memberikan manfaat yang dirasakan oleh PT Saung Mirwan. Persoalan penting yang dihadapi adalah bagaimana mengubah cara berfikir dan bekerja yang awalnya sederhana dan tradisional menjadi berwawasan bisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna. PT Saung Mirwan menjalankan kemitraan dengan petani sejak tahun 1987. Program kemitraan ini telah dijalankan di daerah Bogor dan Garut, dengan total petani mitra antara 600-700 orang. Kecamatan Megamendung, Bogor adalah salah satu daerah dimana petaninya berkerjasama dengan PT Saung Mirwan dalam bentuk kemitraan usahatani kedelai edamame. Kemitraan bermula pada tahun 1994. Pada saat penelitian dilakukan, kemitraan yang dijalankan diikuti oleh 350 orang petani. Sistem kemitraan usahatani kedelai edamame yang dikelola oleh PT Saung Mirwan dapat digolongkan sebagai pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Pola kemitraan ini menempatkan Petani mitra sebagai penyediaan lahan pertanian, sarana produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan PT Saung Mirwan berperan dalam memberikan bantuan kepada petani mitranya. Bantuan yang diberikan oleh PT Saung Mirwan saat ini, hanya terbatas pada penyediaan benih, penyuluhan dan bimbingan teknis, serta jaminan pasar. Terbatasnya pelayanan bantuan PT Saung Mirwan terhadap petani mitranya, dikarenakan terbatasnya kemampuan PT Saung Mirwan untuk menyiapkan ketersedian sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani. Pada awal pelaksanaan kemitraan, PT Saung Mirwan pernah memberikan program bantuan modal 159

usahatani, tetapi karena banyak petani yang menunggak maka sampai saat ini, pinjaman tersebut ditiadakan. Selain bantuan berupa benih PT Saung Mirwan juga menyediakan bantuan, berupa penyuluhan maupun informasi tentang usahatani edamame, baik menyangkut dengan budidaya peningkatan produksi, informasi harga yang berlaku, keadaan pasar dan informasi menyangkut aktivitas kemitraan. Pertemuan tersebut tidak selalu membahas masalah teknis budidaya, tetapi juga sebagai sarana berbincang-bincang antara pihak perusahaan dengan petani mengenai berbagai hal dengan tujuan menjaga tali silaturahmi diantara mereka. Pertemuan antara petani mitra dengan penyuluh lapangan PT Saung Mirwan memang tidak dijadwalkan secara pasti. Hal ini dikarenakan jumlah PPL yang disediakan PT Saung Mirwan hanya satu orang, sehingga kadang dalam satu bulan tidak semua petani mitra dapat dikunjungi oleh PPL. Persyaratan yang ditetapkan PT Saung Mirwan untuk menjadi mitra tani kedelai edamame PT Saung Mirwan tidak sulit, calon anggota hanya perlu menghubungi PPL atau manajer kemitraan PT Saung Mirwan dengan menyerahkan foto copy KTP, luas lahan dan alamat lahan yang akan ditanami edamame, dan calon mitra tani diharuskan mengisi formulir data diri yang disiapkan PT Saung Mirwan, lalu calon mitra tani akan diajukan surat perjanjian yang harus dipatuhi setelah calon mitra tani menyetujui dan menandatangani isi surat perjanjian tersebut. Dalam perjanjian kemitraan terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas calon anggota mitra tani, luas areal tanam petani mitra, lokasi atau daerah penanaman, kewajiban pihak perusahaan, kewajiban pihak petani mitra, harga beli perusahaan, pengaturan waktu tanam, standart kualitas, dan waktu pembayaran hasil panen. Petani mitra tidak mendapatkan pinjaman berupa modal usahatani dan seluruh biaya operasional ditanggung petani mitra. Pembelian benih bisa dilakukan dengan dua cara, dapat dibayar dengan tunai atau melakukan pinjaman. Benih pinjaman yang telah diterima petani akan dihitung dalam satuan rupiah. Harga benih yang disepakati dalam kontrak sebesar Rp40.000,-/kg. Keseluruhan pinjaman ini akan dikembalikan petani pada saat panen, yaitu dengan cara memotong uang penerimaan petani sebesar pinjaman tersebut. 160

Pemotongan dilakukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani langsung menerima penerimaan bersih setelah dipotong pinjaman. Sedangkan keseluruhan sisa biaya penanaman ditanggung oleh petani. Harga jual kedelai edamame ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sebesar Rp6.750,-/kg. Waktu pembayaran hasil panen petani mitra adalah paling lambat 14 hari setelah diterima perusahaan. Di dalam kontrak perjanjian kemitraan diatur tentang kualitas produksi edemame yang akan diterima oleh PT Saung Mirwan. Kualitas produksi edamame yang ditentukan adalah 1) umur tanaman kurang lebih 64 hari setelah tanam, 2) warna kulit polong hijau muda, 3) berisi penuh, tidak kopong, 4) sehat, tidak terkena jamur dan serangan hama dan 5) isi polong 2-3 biji. Jika kedelai edamame yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar PT Saung Mirwan maka edamame tersebut akan dikembalikan pada petani mitra. Selain itu juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila tetap tidak dapat ditemukan jalan penyelesaian lewat musyawarah untuk mufakat, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui jalur hukum. Dengan adanya kontrak kerja kemitraan antara petani kedelai edamame dengan PT Saung Mirwan, diharapkan terjadi kesepahaman mengenai kesepatakan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh petani mitra maupun PT Saung Mirwan. Kontrak kerja berguna sebagai dasar hukum yang digunakan selama ikatan kemitraan tersebut berlangsung, sehingga petani mitra dan PT Saung Mirwan, memiliki posisi yang sama dimata hukum karena memiliki bukti secara tertulis yang sudah disepakati bersama. konflik atau perselisihan mengenai kerjasama kemitraan dapat diminimalisir, apabila kedua belah pihak mengerti dan menjunjung tinggi seluruh isi kontrak yang telah disepakati bersama sebelum petani memutuskan untuk bergabung dalam program kemitraan bersama PT Saung Mirwan. 6.2 Motivasi Petani Mitra Rata-rata petani mitra PT Saung Mirwan dapat digolongkan dalam petani kecil. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata luas lahan yang mereka usahakan, dari 30 petani kedelai edamame yang bermitra rata-rata luas lahan mereka adalah 0,13 ha. Di Indonesia, batasan petani kecil yang disepakati pada seminar BPLPP pada 161

tahun 1979, telah disepakati bahwa yang dinamakan petani kecil yaitu petani yang memiliki lahan dari 0,25 ha di Jawa atau 0,5 ha di luar jawa (Soekartawi,1986). Petani kecil juga memiliki dua ciri yaitu kecilnya pemilikan dan penguasaan sumberdaya dan rendahnya pendapatan yang diterima. Pemilikan dan penguasaan sumberdaya ini tidak hanya terbatas pada sumberdaya lahan,sumber daya modal baik berupa input produksi maupun keuangan juga merupakan hal yang sangat krusial. Dengan terbatasnya sumberdaya modal yang dimiliki, maka kelangsungan usahatani kedelai petani menjadi terhambat. Keterbatasan sumberdaya modal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima petani, sehingga seringkali terjadi perang kepentingan antara kebutuhan rumah tangga dengan kebutuhan modal usahatani. Oleh karena itu pentingnya bantuan dari pihak luar untuk mendukung perkembangan usaha petani kecil. Dukungan dari pihak luar ini dapat berasal dari pemerintah, lembaga keuangan, atau perusahaan besar sebagai pemilik modal. Dewasa ini pemerintah Indonesia sudah memiliki banyak program bantuan, khususnya bantuan modal berupa bantuan keuangan. Bantuan keuangan dari pemerintah ini disalurkan melalui lembaga keuangan dalam bentuk kredit. Selain pemerintah dan pihak lembaga keuangan, saat ini sudah banyak perusahaan besar yang memiliki modal yang besar membuat program kemitraan bersama petani kecil. Bantuan modal yang didapat petani dari kemitraan bersama perusahaan, tidak hanya terbatas pada bantuan modal berupa uang akan tetapi dapat berupa barang, contohnya bantuan benih, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. Dengan adanya program kemitraan, diharapkan dapat terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan pihak perusahaan. Ciri kedua dari petani kecil adalah rendahnya pendapatan usahatani. Rendahnya pendapatan usahatani ini dapat dipicu oleh ketidakstabilan pasar dan harga (Soekartawi, 1986). Ketidakstabilan pasar dan harga akan berpengaruh terhadap kestabilan penerimaan usahatani, sehingga membuat petani kesulitan dalam melakukan perencanaan produksi dan pengalokasian modal. Hal inilah yang membuat petani selalu menanggung kerugian yang tidak sedikit, contohnya peningkatan harga input tidak diimbangi dengan peningkatan harga output, sehingga penerimaan yang didapat petani tidak dapat menutupi seluruh 162

pengeluaran input produksi. Oleh karena itu dengan adanya program kemitraan, petani dan pihak perusahaan dapat saling mendukung untuk memenuhi kepentingan masing-masing, dimana pihak mitra dapat menyediakan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, sedangkan pihak perusahaan dapat memberikan bantuan modal dan jaminan pemasaran bagi usahatani petani mitra. Berdasarkan informasi di lapangan, petani mitra memiliki empat alasan utama mereka tergabung dalam program kemitraan PT Saung Mirwan. Alasan tersebut antara lain A) ingin mendapatkan bantuan modal, B) ingin mendapatkan jaminan pasar, C) ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi, D) harga yang ditawarkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan harga pasar. Tabel 9. Alasan Petani Mitra Menjalin Hubungan Kemitraan Dengan PT Saung Mirwan Tahun 2011. Alasan Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % A. Bantuan Modal 5 16 7 23 8 26 10 30 B. Jaminan Pasar 24 80 5 16 1 5 0 0 C. Bantuan Teknologi 0 0 14 46 10 33 6 20 D. Harga Lebih Tinggi 1 3 4 13 10 33 15 50 Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar petani menjadikan alasan ingin mendapatkan bantuan modal bukan sebagai alasan utama mereka. Hal ini disebabkan petani mitra sudah mengerti bahwa bantuan permodalan dari PT Saung Mirwan hanya terbatas pada bantuan pinjaman benih, sedangakan seluruh biaya operasional lainnya ditanggung oleh petani. Alasan ingin mendapatkan jaminan pasar merupakan alasan utama sebagian besar petani mitra. Hal ini ditunjukan dengan persentase terbesar berada di peringkat pertama untuk alasan petani menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Dengan demikian, kepastian atau jaminan pasar yang ditawarkan kemitraan merupakan hal yang penting sehingga dijadikan sebagai alasan utama petani kedelai edamame menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Alasan ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi juga menjadi pertimbangan bagi petani untuk menjalin kemitraan. Hal ini ditunjukan dengan sebagaian besar petani dilihat dari persentase pada Tabel 9 menempatkan alasan tersebut sebagai alasan ke dua mereka. Bantuan teknologi dari pihak perusahaan 163

dirasa penting mengingat yang pertama kali mengembangkan kedelai edemame di Indonesia adalah PT Saung Mirwan, sehingga keberhasilan teknologi dalam mengembangkan kedelai edamame yang diterapkan PT Saung Mirwan dapat diterapkan juga di petani. Sedangkan alasan harga yang ditawarkan PT Saung Mirwan lebih tinggi dibangdingkan harga pasar, merupakan alasan petani tapi ditempatkan pada prioritas terakhir. Hal ini ditunjukan oleh sebagian besar petani responden menempatkan alasan tersebut pada peringkat terakhir. Harga yang ditetapkan PT Saung Mirwan memang lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan tengkulak akan tetapi dari segi waktu pembayaran lebih lambat, sehingga harga bukan merupakan alasan utama mereka. 6.3 Pendistribusian Benih Kepada Petani Mitra Dalam mendapatkan benih terdapat dua cara yang ditawarkan PT Saung mirwan, antara lain dengan cara dibayar tunai atau dengan menggunakan pinjaman. Sedangkan untuk pendistribusi kepada petani, biasanya petani mengambil sendiri di PT Saung mirwan sekaligus menerima uang hasil panen. Akan tetapi petani diharuskan untuk melaporkan terlebih dahulu kebutuhan benih yang akan diambil. Karena benih yang tersedia terbatas, sehingga PT Saung mirwan membatasi jumlah Benih yang diambil oleh seorang petani, supaya petani lain mendapatkan bagiannya. Pada awal kemitraan, benih edamame berasal dari jepang dan diimpor langsung dari jepang. Tetapi setelah kemitraan berjalan lama, benih tidak lagi diimpor dari jepang melainkan didapat dari Jember, Jawa Timur. Bahkan ada sebagian dari petani mitra yang mencoba untuk membuat benih sendiri, akan tetapi hal ini tidak diperkenankan bila benih awal di beli dari PT Saung Mirwan. Kualitas benih pada awal kemitraan memiliki kualitas yang tinggi dan bagus penampakannya. Bijinya berukuran besar, berwarna kuning sampai keputihan dan halus. Tetapi pada kemitraan sekarang ini, tidak jarang petani mengeluhkan kualitas benih yang kurang baik, berdasarkan hasil wawancara, terdapat sebanyak 33,33 persen petani mengeluhkan kualitas benih yang buruk. Hal ini tentu saja disadari oleh pihak PT Saung Mirwan, oleh karena itu pihak PT Saung Mirwan memberlakukan kebijakan pinjaman modal berupa benih, selain itu jika didapati gagal panen disebabkan benih yang kurang baik menimpa lima 164

petani dalam satu daerah, maka ke-lima petani tersebut benihnya akan diganti secara gratis. Selain mengeluhkan kualitas benih yang buruk, petani mitra juga sering sekali mengeluhkan sulitnya mendapatkan benih. Berdasarkan fakta di lapangan sebanyak 76,67 persen atau sebagian besar petani mengaku kesulitan untuk mendapatkan benih. Berdasarkan informasi dari pihak PT Saung Mirwan, pihak perusahaan pun sering kali kesulitan untuk mendapatkan benih. Selain itu PT Saung Mirwan menerapkan sistem pembatasan untuk produksi kedelai edamame. Hal ini disebabkan kebutuhan produk kedelai edamame PT Saung Mirwan disesuaikan dengan permintaan pasar yang didapat oleh PT Saung Mirwan. Namun tidak jarang PT Saung Mirwan pun kekurangan persediaan kedelai edamame untuk memenuhi permintaan pasar mereka. 6.4 Sistem Pemanenan dan Pembayaran Hasil Panen Pada saat panen, pihak perusahaan menyediakan armada angkutan untuk menjemput hasil panen dari petani mitra. Tetapi dikarenakan angkutan dari perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak jarang petani mitra harus mengantarkan sendiri ke kantor PT Saung Mirwan. Angkutan hasil panen akan siap sedia di tempat, apabila petani mitra memberikan konfirmasi bahwa mereka akan segera panen. Petani mitra kedelai edamame tidak melakukan penyortiran awal terhadap hasil panen mereka. Sehingga seluruh kegiatan pascapanen secara penuh diserahkan kepada pihak PT Saung Mirwan. Edamame yang telah diterima, kemudian disortir oleh bagian penerimaan perusahaan. Edamame yang memiliki kualitas sesuai standar akan dihargai sesuai kesepakatan yang telah tertulis dalam surat kontrak. Edamame yang tidak sesuai dengan standar kualitas sering disebut produk BS akan dikembalikan kepada petani. Hasil sortiran bagian penerimaan perusahaan, akan diinformasikan kepada petani dalam sebuah form, isi form tersebut adalah jumlah edamame yang sesuai dengan standar kualitas, jumlah BS, serta total jumlah uang yang diterima petani, dan tunggakan pinjaman benih. Pembayaran hasil panen akan diterima petani paling lambat 14 hari atau dua minggu setelah edamame diterima perusahaan. 165

Edamame BS yang dikembalikan kepada petani mitra. Berdasarkan informasi di lapangan, sebesar 90 persen petani mitra yang diwawancarai mengaku menjual edamame BS kepada koperasi yang mereka bentuk sendiri antar petani mitra dengan harga Rp1500/kg, kadang kala memang ada pembeli yang segaja datang ke petani untuk membeli produk BS dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp2000, akan tetapi datangnya tidak menentu sehingga petani mitra lebih memilih menjualnya ke koperasi. Hanya sebesar 6,67 persen petani yang mengkonsumsi sendiri hasil BS tersebut, dengan alasan hasil BS mereka tidak banyak. Sisanya sebanyak 3,33 persen petani menjadikan edameme BS tersebut sebagai benih untuk ditanam sendiri. 6.5 Petugas Penyuluh Lapang PT Saung Mirwan Pada awal kemitraan, program penyuluhan di kantor PT Saung Mirwan sangat sering dilaksanakan, karena pada saat itu komoditi kedelai edamame masih asing di Indonesia, sehingga petani masih sering menemukan kesulitan dalam teknik budidaya kedelai edamame. Selain itu petani juga masih dibimbing mengenai cara pemberian pupuk yang tepat dan bantuan menanggulangi hama dan penyakit. Namun setelah beberapa lama mereka bermitra, perusahaan sudah jarang mengadakan penyuluhan rutin, hal ini dikarenakan budidaya kedelai edamame sudah mulai memasyarakat. Walaupun begitu pihak PT Saung Mirwan tetap menyediakan tenaga petugas penyuluh lapang (PPL) untuk mengontrol perawatan tanaman, penentuan waktu panen dan bantuan menangani hama penyakit tanaman (HPT). Selain masalah teknis PPL juga merupakan fasilitator antara perusahaan dan petani mitra kedelai edamame. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, hampir seluruh petani mitra menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan kinerja PPL yang disediakan PT Saung Mirwan. Hal ini dibuktikan dengan 86,67 persen petani responden menyatakan bahwa kinerja PPL dinilai baik. Walaupun penyuluhan yang seharusnya menjadi tugas utama sudah jarang dilakukan secara rutin, dikarenakan budidaya kedelai edamame sudah memasyarakat di Kecamatan Megamendung, akan tetapi petugas PPL tidak lantas berdiam diri dan menunggu datangnya pengaduan dari petani mitra, baik megenai kemitraan ataupun kendala dalam budidaya kedelai edamame, akan tetapi PPL tetap aktif mengunjungi petani mitra 166

dengan tujuan menyampaikan informasi terbaru mengenai kemitraan, waktu pemanenan, mengontrol kondisi tanaman petani mitra, ataupun hanya berbincang-bincang untuk bersilaturahmi. Fakta dilapangan menyebutkan bahwa alasan petani puas dengan kinerja PPL adalah sifat kekeluargaan yang ditunjukan Pada Tabel 10 dengan nilai 42,3 persen petani menyatakan, PPL yang ditunjuk kemitraan membuat petani merasa nyaman, diperhatikan, dan dihargai oleh pihak perusahaan. Sedangkan sebanyak 26,92 persen petani responden yang menyatakan alasan mereka puas terhadap kinerja PPL dikarenakan PPL banyak memberikan informasi mengenai teknologi dan kendala produksi, selanjutnya 26,92 persen pula menyatakan bahwa petugas PPL memberikan kemudahan petani mitra dalam penanganan pasca panen, selain itu hanya 3,85 persen petani yang menyatakan bahwa PPL sering memberikan bantuan pendanaan. Sisanya sebesar 42,31 petani mitra menyatakan bahwa mereka puas terhadap kinerja PPL dikarenakan bersifat kekeluargaan. Disisi lain sebesar 13,33 persen petani mitra menganggap bahwa kinerja tenaga PPL buruk. Alasan mereka menilai kinerja PPL yang buruk karena petani menilai tenaga PPL sulit untuk dihubungi, kunjungan jarang dilakukan, tanggapan terhadap aspirasi atau keluhan petani mitra lambat. Sehingga petani mitra merasa perusahaan cenderung membiarkan mengenai kendala-kendala yang terjadi pada usahatani kedelai edamame yang mereka jalankan. Hal ini dapat disebabkan jumlah tenaga PPL yang kurang yaitu hanya satu orang untuk megelola 350 petani dan sembilan komoditi yang dimitrakan. Tabel 10. Alasan Petani Mitra Mengenai Kinerja Tenaga Petugas Penyuluh Lapang Tahun 2011 Kategori Jumlah (Orang) Persen (%) Memberikan bantuan informasi, teknologi dan masalah produksi 7 26,92 Bersifat kekeluargaan 11 42,31 Memberikan kemudahan penanganan pasca panen 7 26,92 Membantu petani dalam pendanaan 1 3,85 Total 26 100 167