Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing. No Indikator Parameter Skor
|
|
- Utami Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 76 Lampiran. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing I. FAKTOR INTERNAL No Indikator Parameter Skor. Kondisi fisik dan mutu Kopi Mandailing Grade Grade Grade Grade. Produksi kopi Mandailing > 500 kg / ha/tahun kg/ha/tahun kg/ha/tahun < 500 kg/ha/tahun. Pengalaman Petani dalam usahatani Kopi Mandailing. Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kopi > 5 tahun 5 tahun 5 0 tahun < 5 tahun Sangat Kurang 5. Luas lahan >, 5 Ha,5 Ha,5 - Ha <,5 Ha 6. Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida dan obat-obatan) Sesuai rekomendasi jumlah dan waktu Sesuai rekomendasi jumlah tetapi tidak sesuai dengan waktu Tidak sesuai rekomendasi tetapi tepat waktu Tidak sesuai dengan rekomendasi dan
2 77 II. FAKTOR EKSTERNAL No Indikator Parameter Skor. Permintaan kopi Mandailing > 500 kg / ha/tahun kg/ha/tahun kg/ha/tahun < 500 kg/ha/tahun. Harga input (bibit, pupuk, pestisida, obatobatan) dan alat-alat pertanian rata-rata (diterima petani). Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani. Lembaga pendukung permodalan yang menyediakan bantuan seperti kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida, mesin serta peralatan 5. Bantuan pemerintah, seperti : mesinmesin pertanian, bibit, pelatihan, seminar, bantuan kerja sama, dll. < harga pasar = harga pasar / subsidi > 0 % harga pasar > 0 % harga pasar > Rp / kg Rp Rp / kg Rp Rp / kg < Rp / kg Sudah ada dan berjalan baik Sudah ada namun tidak berjalan baik Masih proses pembentukan Tidak ada Ada, berkelanjutan dan sering diberikan Ada dan berkelanjutan, tetapi jarang diberikan Ada, namun tidak berkelanjutan Tidak ada sama sekali 6. Tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian) Ada, frekuensi pertemuan rutin dan program penyuluhan yang berkelanjutan Ada, frekuensi pertemuan rutin namun program penyuluhan tidak berkelanjutan Ada, namun frekuensi pertemuan tidak rutin Tidak ada sama sekali
3 78 7. Sarana pendukung dan infrastruktur Sangat Lengkap Lengkap Sedikit Ada 8. Tenaga kerja yang digunakan Jumlah cukup dengan biaya minimal (TKDK) Jumlah cukup biaya mahal Jumlah tidak cukup biaya minimal (TKDK) Jumlah tidak cukup biaya mahal 9. Posisi tawar Harga ditentukan oleh Petani Harga ditentukan oleh Pedagang Pengumpul Harga ditentukan oleh Pedagang besar (tauke) Harga ditentukan oleh eksportir 0. Akses Pasar < 5 km dari areal perkebunan 5 50 km dari areal perkebunan km dari areal perkebunan > 75 km dari areal perkebunan Keterangan Faktor Internal :. Indikator : Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing. Sesuai dengan SNI , klasifikasi mutu (grade) biji kopi dapat dilihat berdasarkan sistem nilai cacat setiap 00 gram biji kopi. Parameter : Grade (jumlah nilai cacat maksimum ) Grade (jumlah nilai cacat sampai dengan 5)
4 79 Grade (jumlah nilai cacat 6 sampai dengan ) Grade (jumlah nilai cacat lebih dari 5) Keterangan : Jenis cacat dan nilai cacat : (satu) biji hitam.. (satu) (satu) biji hitam sebagian.. / (setengah) (satu) biji hitam pecah.. / (setengah) (satu) kopi gelondong... (satu) (satu) biji coklat... / (seperempat) (satu) kulit kopi (husk) ukuran besar... (satu) (satu) kulit kopi (husk) ukuran sedang. / (setengah) (satu) kulit kopi (husk) ukuran kecil /5 (seperlima) (satu) biji berkulit tanduk. / (setengah) (satu) kulit tanduk ukuran besar.. / (setengah) (satu) kulit tanduk ukuran sedang /5 (seperlima) (satu) kulit tanduk ukuran kecil /0 (sepersepuluh) (satu) biji pecah. /5 (seperlima) (satu) biji muda.. /5 (seperlima) (satu) biji berlubang satu... /0 (sepersepuluh) (satu) biji berlubang lebih dari satu.. /5 (seperlima) (satu) biji bertutul-tutul (untuk proses basah).. /0 (sepersepuluh) (satu) ranting, tanah atau batu ukuran besar.. 5 (lima) (satu) ranting, tanah atau batu ukuran sedang (dua) (satu) ranting, tanah atau batu ukuran kecil... (satu).
5 80. Indikator : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kopi Parameter : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kopi (yang sesuai rekomendasi Dinas Perkebunan) dilihat dari : Penanaman menggunakan bibit unggul Melakukan pemupukan Melakukan pemberantasan hama Pemetikan buah kopi sehingga dapat ditentukan parameter penilaian sebagai berikut : Sangat (Petani melaksanakan keempat poin penilaian tersebut) ( Petani melaksanakan tiga dari empat poin penilaian tersebut) (Petani melaksanakan dua dari empat poin penilaian tersebut) Kurang (Petani melaksanakan satu dari empat poin penilaian tersebut atau sama sekali tidak memenuhi kriteria penilaian di atas). Keterangan Faktor Eksternal :. Indikator 7 : Sarana pendukung dan infrastruktur, dinilai dari poin kelengkapan yaitu : Tersedia areal penjemuran Tersedia pabrik pengolahan Sarana transportasi dari dan menuju areal perkebunan lancar
6 8 Tersedia jalan yang memadai (beraspal) dari dan menuju areal perkebunan Parameter : Sangat Memadai (keempat poin penilaian tersedia) Memadai ( tersedia tiga dari empat poin penilaian) Memadai (tersedia dua dari empat poin penilaian) Kurang Memadai (hanya ada salah satu poin penilaian yang dapat dipenuhi)
7 8 Lampiran. Karakteristik Petani dan Usahatani Sampel Sampel Umur Petani (tahun) Tingkat Pendidikan Produksi Kopi (kg/ha/thn) Frekuensi Panen Umur tanaman kopi (thn) Luas Lahan (ha) Pengalaman petani (tahun) Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya SD 975 minggu 6 6 Bibit unggul, pemetikan 5 SD hari Bibit unggul, pemetikan 5 SMP hari Bibit unggul, pemetikan, pemupukan (kompos) 5 SD 600 minggu 8 7 Bibit unggul lokal, pemetikan 5 S- 7 minggu 6 Bibit unggul, pemetikan, pemupukan (urea) 6 SD 60 minggu 9 5 Bibit unggul, pemetikan 7 5 SMA 85 minggu 6 7 Bibit unggul, pemetikan, pemberantasan hama 8 50 SD 760 minggu Bibit unggul, pemetikan 9 0 SMP 000 minggu 6 6 Bibit unggul, pemetikan 0 58 SD 600 minggu 7 0 Bibit unggul, pemetikan SMP 0 minggu Bibit unggul, pemetikan, pemupukan (urea), pemberantasan hama 5 SD 968 minggu 6 6 Bibit unggul, pemetikan 7 SD 60 minggu 5 Bibit unggul, pemetikan 5 SD 68 minggu 8 Bibit unggul, pemetikan 5 8 SD 70 0 hari 6 0,5 5 Bibit unggul, pemetikan 6 5 SD 90 minggu 6 0 Bibit unggul, pemetikan 7 59 SD hari 6 5 Bibit unggul, pemetikan 8 6 S- 95 minggu 6 Bibit unggul, pemetikan 9 50 SMA 60 0 hari 6 8 Bibit unggul, pemetikan 0 0 SMA 60 0 hari 6 7 Bibit unggul, pemetikan Ratarata
8 8 Lampiran. Faktor-faktor Internal Sampel Kondisi fisik dan mutu Kopi (A) (grade) Skor Produksi Kopi Mandailing (B) (kg /ha /tahun) Pengalaman Petani ( C) Penguasaan Petani (D) Luas Lahan (E) Jumlah Input (F) Skor (tahun) Skor Kriteria * Skor (ha) Skor Kriteria** Skor Kurang Sesuai rek. jumlah tetapi tidak sesuai rek. waktu Sesuai rekomendasi jumlah dan waktu
9 Jumlah Ratarata Sangat 0 0,5 Sesuai rekomendasi jumlah dan waktu , 0.75,5,,7,,75,7 0,05 Keterangan : Kriteria * dan Kriteria ** = Lampiran
10 85 Lampiran. Faktor-faktor Eksternal Sampel Permintaan Kopi Mandailing (A) Harga input rata -rata (B) Harga jual Kopi di tingkat petani ( C) Lembaga Pendukung Permodalan (D) Bantuan Pemerintah (E) Tenaga Pendamping (F) Sarana Pendukung (G) Tenaga kerja (H) (kg/ha/thn) Skor Skor Rupiah Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Ratarata 0,75,5 Posisi tawar (I),5 85,5,95,,5,5,5 Akses Pasar (J)
11 86 Lampiran 5. Parameter Penilaian Skor Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Perkembangan Kopi Mandailing Parameter Sampel Faktor Internal Faktor Eksternal Skor A B C D E F A B C D E F G H I J JUMLAH RATAAN,0,50,70,0,70 0,05.5,50,5,00,95,0,5,5,5,00 5,0
12 87 Keterangan :. Sampel 0 adalah petani kopi Mandailing. Faktor Internal : A = Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing B = Produksi kopi Mandailing C = Pengalaman petani dalam usahatani kopi Mandailing D = Penguasaan petani E = Luas Lahan F = Jumlah Input. Faktor Eksternal : A = Permintaan kopi Mandailing B = Harga input rata-rata (diterima petani). C = Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani D = Lembaga pendukung permodalan E = Bantuan pemerintah F = Tenaga Pendamping (Penyuluh Pertanian) G = Sarana pendukung dan infrastruktur H = Tenaga kerja yang digunakan I = Posisi tawar J = Akses pasar
13 88 Lampiran 6. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Kopi Mandailing No Uraian Skor Keterangan Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing,0 Kekuatan Produksi kopi Mandailing,50 Kekuatan Pengalaman petani dalam usahatani kopi Mandailing,70 Kekuatan Penguasaan petani,0 Kekuatan 5 Luas lahan,70 Kelemahan 6 Jumlah Input 0,05 Kelemahan
14 89 Lampiran 7. Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Kopi Mandailing No Uraian Skor Keterangan Permintaan kopi Mandailing,50 Peluang Harga input rata-rata (diterima petani).,50 Ancaman Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani,5 Ancaman Lembaga pendukung permodalan,00 Ancaman 5 Bantuan pemerintah,95 Ancaman 6 Tenaga Pendamping (Penyuluh Pertanian),0 Peluang 7 Sarana pendukung dan infrastruktur,5 Peluang 8 Tenaga kerja yang digunakan,5 Peluang 9 Posisi tawar,5 Peluang 0 Akses pasar,00 Peluang
15 90 Lampiran 8. Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS) Sampel A B C D E F A / / / / B C / / D / / / E / F / / Sampel A B C D E F A / / / B / C / D / / E F / / / / / Sampel A B C D E F A / / / / B / C / / D E / F / / / Sampel A B C D E F A / / B C / / D / E / / F Sampel 5 5 A B C D E F A / B / / / C / D E / / F / Sampel 6 6 A B C D E F A / / / B / / / C / D / E / F Sampel 7 7 A B C D E F A B / C / / D / / / E / / / F Sampel 8 8 A B C D E F A / / B C / / / D / E / F / /
16 9 Sampel 9 9 A B C D E F A / / / / B / C / / D E F Sampel A B C D E F A / / B / / C / / D E / / / / F / Sampel 0 0 A B C D E F A / / B C / / / / D / E / / F Sampel A B C D E F A / / / B C / / D / E / / / / / F Sampel A B C D E F A / / B / / / C / / D / E / / / F Sampel A B C D E F A / / B / / / C / / / D E / / / / / F Sampel 5 5 A B C D E F A / B C / / D / E / / / / F / / / Sampel 6 6 A B C D E F A / / B C / / D E / / / / F
17 9 Sampel 7 7 A B C D E F A / / B / C / / / D / E / / / / F / / Sampel 9 9 A B C D E F A B C D E / / / F / / Sampel 8 8 A B C D E F A / / B / C D E / / F / / Sampel 0 0 A B C D E F A / B C / D E / / / / / F / Keterangan : A = Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing B = Produksi kopi Mandailing C = Pengalaman petani dalam usahatani kopi Mandailing D = Penguasaan petani E = Luas lahan F = Jumlah Input
18 9 Lampiran 9. Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS) Sampel A B C D E F G H I J A / / / B / / / C / D / / E F / / / / G / / / / / H / / / I / / / / / / / / J / / / / / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / B / / / C / / / D / / / E / F / / / / / G / / / / / H / / / / I / / / / J / / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / / / / B / / C D / E / F / / / / / G / / / / H / / / / / / I / / / / / / / J / / / / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / B / / / / / C / D E F / / / G / / / / H / / / I / / J / / /
19 9 Sampel 5 5 A B C D E F G H I J A / / / B / / / C / D E F / / / / / G / / H / / / / I / J / / Sampel 7 7 A B C D E F G H I J A / / / / B / / C D / / E F / / / / / / G / H / / / I / / / J / / Sampel 6 6 A B C D E F G H I J A / / / B C / / D E / / / / F / / / / / G / / H / / I / / / J / / / Sampel 8 8 A B C D E F G H I J A / / / / B / / C D / E / F / / / / G / / / H / / / / / I / / / / J / /
20 95 Sampel 9 9 A B C D E F G H I J A / B / C / / / D / / / / / / E / F / / G / / / H / / I / / / / J / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / / / B / / / C / / D / / / E F / G H / / / / / / / I / / / J / / / / / Sampel 0 0 A B C D E F G H I J A / / B / / / / C / / D / / / / E F / / / G H / / / / / / I / / / / / J / / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / / / / B / / / C / / D / / E F / G / H / / / / / / / / / I / / J / / / / /
21 96 Sampel A B C D E F G H I J A / / B / / C D / / / / / / / E F G H / / / / / / I / / / / / J / / / / / / Sampel 5 5 A B C D E F G H I J A / / / / / / B / / / / / C D / E F G H / / / / / / I / / / / J / / / / / Sampel A B C D E F G H I J A / / / / / B / C D / / / E / F / G H / / / / / / / I / / / / J / / / / / / Sampel 6 6 A B C D E F G H I J A B C D / E F / G H / / / / / / I / / / / J / / / /
22 97 Sampel 7 7 A B C D E F G H I J A / / / / B / / C / / D / E F / G H / / / / / / / I / / / / J / / / / / / Sampel 9 9 A B C D E F G H I J A / / / B / C D / E F / G H / / / / / / / I / / / / J / / / / / / Sampel 8 8 A B C D E F G H I J A / B C D / E F G H / / / / / / I / / / / / J / / / / / / / / Sampel 0 0 A B C D E F G H I J A B / C / D / / / / E / F / / G H / / / / / / / / I / / / / / / / J / / / / /
23 98 Keterangan : A = Permintaan kopi Mandailing B = Harga input rata-rata (diterima petani). C = Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani D = Lembaga pendukung permodalan E = Bantuan pemerintah F = Tenaga Pendamping (Penyuluh Pertanian) G = Sarana pendukung dan infrastruktur H = Tenaga kerja yang digunakan I = Posisi tawar J = Akses pasar
24 99 Lampiran 0. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Internal (IFAS) F Internal A B C D E F A B C D E F Total Rumus : G = n x * x * x * x n Keterangan : X = Nilai sel i untuk sampel X = Nilai sel i untuk sampel X = Nilai sel i untuk sampel X n = Nilai sel i untuk sampel n Contoh perhitungan mencari nilai rata-rata geometris : G AB = 0 / * * * / * / * * * * / * ***/*/*/***/** = 0, 79
25 00 Lampiran. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) Faktor Eksternal A B C D E F G H I J Total A B C D E F G H I J Rumus : G = n x * x * x * x n Keterangan : X = Nilai sel i untuk sampel X = Nilai sel i untuk sampel X = Nilai sel i untuk sampel X n = Nilai sel i untuk sampel n Contoh perhitungan mencari nilai rata-rata geometris : G AB = 0 */ */ * */ */ ** */ * * * / ** * * * * /* *
26 0 = 0,8 Lampiran. Normalisasi Faktor Internal (IFAS) F Internal A B C D E F Total A B C D E F Rata- Rata Contoh perhitungan menormalisasi : AA = : 7,0 = 0, AB = 0,79 : 5,0 = 0,6 AC =,6 : 6,66 = 0,9 AD = 0, 5 : 5, = 0, AE =, : 8,0 = 0,7 AF = 0,6 : 5, = 0, Contoh perhitungan mencari nilai rata-rata : A = (0, + 0,6 + 0,9 + 0, + 0,7 + 0,) : 6 = 0,
27 0 Lampiran. Normalisasi Faktor Eksternal (EFAS) F. Internal A B C D E F G H I J Total A B C D E F G H I J Ratarata Contoh perhitungan menormalisasi : AA = :,9 = 0,08 AB = 0,8 : 0,7 = 0,08 AC = 0, : 7,6 = 0,06 AD = 0,8 : 9,55 = 0,08 AE = 0,59 : 6, = 0,09 AF = 0,9 : 0,77 = 0.09 AG = 0,69 : 7,95 = 0,09 AH =,76 : 6,9 = 0. AI =,7 :,5 = 0, AJ =, : 5,7 = 0,08 Contoh perhitungan mencari nilai rata-rata : A = (0,08 + 0,08 + 0,06 + 0,08 + 0,09 + 0,09 + 0,09 + 0, + 0, + 0,08) : 0 = 0,09
No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD SD SMA SD SMP SD S SMP 0.
Lampiran 1. Karakteristik Petani No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD 0.5 2 65 SD 0.4 3 48 SMA 0.5 4 53 SD 0.4 5 49 SMP 0.5 6 51 SD 0.5 7 37 S1 0.64 8 62 SMP 0.4 9 51 SMP 0.5 10 52 SMA 0.5
Lebih terperinciLampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor. 2 Pengalaman bertani >5 tahun 3-2 tahun 5-4 tahun < 1 tahun
Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor Luas lahan > Ha,5 Ha,5 Ha < Ha Pengalaman bertani >5 tahun - tahun 5- tahun < tahun Produksi padi organik >7,5 ton/ha 7,5-6,5
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Petani
63 Lampiran 1. Karakteristik Petani No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 42 SMA 0.12 2 48 SMP 0.04 3 48 SD 0.04 4 49 D3 0.04 5 48 S1 0.04 6 43 SMA 0.04 7 51 SMA 0.2 8 58 SMA 0.3 9 44 SD 0.2 10
Lebih terperinciSetelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten
44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan
Lebih terperinciKUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?
LAMPIRAN 105 106 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER RESPONDEN Nama : Alamat : Umur : Tahun 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Tidak Sekolah Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menegah
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM
BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.
Lebih terperinciINSTRUMEN PENELITIAN UNTUK USAHATANI SAYURAN SAYURAN ORGANIK DI DUSUN BALANGAN, WUKIRSARI, CANGKRINGAN, SLEMAN
JENIS VARIETAS SAYURAN : IDENTITAS RESPONDEN Nama : Alamat : 1. Usia/umur : tahun 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 3. Pendidikan tertinggi a. SD Tamat/Tidak Tamat (*coret yang tidak perlu) b.
Lebih terperinciLampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel
Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan
Lebih terperinci3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 11 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciPenanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)
Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciDairi merupakan salah satu daerah
Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang
Lebih terperinciK O P I. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember
K O P I Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net http://adamjulian.web.unej.ac.id/ Daftar Pustaka Rudi Wiboyo dan Subiyono, 2005. Agribisnis Tebu. Perhepi. Jakarta Rudi
Lebih terperinciHasil perhitungan t tabel
Lampiran 6. Hasil perhitungan t tabel t tabel = C 0 + ( C ( B 1 1 C0 ) (B-B 0 ) B ) 0 Keterangan : B B 0 B 1 C C 0 C 1 : Nilai dk yang dicari : Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada : Nilai dk pada akhir
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi
Standar Nasional Indonesia Biji kopi ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Penggolongan...
Lebih terperinciTugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan
- 1 - Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang Kehutanan dan Perkebunan serta mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi
45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi
Lebih terperinciAnalisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung
PRISMA (08) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung Ulfasari Rafflesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai
PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.
Lebih terperinciINSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN
INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN Oleh Ir. Lindung, MP Widyaiswara BPP Jambi Tahapan identifikasi impact point teknis adalah
Lebih terperincisosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.
85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan kunci pertumbuhan yang mantap untuk perekonomian secara keseluruhan bagi negara yang sedang berkembang. Pertanian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan
Lebih terperinciVI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.
VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciNova Rohani Toguria *), Diana Chalil ** ), Sinar Indra Kesuma *** )
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI MANDAILING (Coffea arabica) Studi Kasus : Desa Simpang Banyak Julu, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal Nova Rohani Toguria *), Diana Chalil ** ), Sinar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agrobisnis merupakan permasalahan yang sedang ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini, mengingat begitu pentingnya pemanfaatan hasil perkebunan
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciPERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN
PAB245 (3-0) PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala unsur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah
71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12
Lebih terperinciGambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting
Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur
IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Identifikasi terhadap keragaan usahatani perlu diteliti untuk melihat adanya perbedaan dan persamaan dalam aktivitas usahatani antara satu petani dengan petani
Lebih terperinciKUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN
KUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN Syarfiah Zainuddin 1, Endri Martini 1, Aulia Perdana 1, James M. Roshetko 1 World Agroforestry
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI
Lebih terperinciLampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional
9 Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan bangunan,
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING
TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala
Lebih terperinciSURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Pendapatan Usahatani jambu biji SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun
Lebih terperinciProduksi Per musim tanam (kg)
Lampiran 1. Umur Petani (Tahun), Lama Bertani (Tahun), Luas Lahan (Ha), Produksi Per Musim Tanam (Kg), Jumlah Bibit (Batang), dan Bibit Per Batang No Sampel Umur (tahun) Lama Bertani (tahun) Luas Lahan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK
ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK Sri Lestari1), Moh. Rifai22) FKIP, Universitas PGRI Madiun email: lestari_sri1986@yaho.co.id 1,2 Abstrak Pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014
PERATURAN GUBERNUR BANTEN MOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur
LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun
Lebih terperinciOleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018
Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 1 Pendahuluan Tujuan, Output, Prakiraan Manfaat & Dampak Metodologi
Lebih terperinciPENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT
VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata
Lebih terperinciRENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN...
Format 1. RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN... I DATA KELOMPOKTANI 1 Nama Kelompoktani :... 2 Tanggal berdiri :... 3 Alamat/Telpon/email :...... 4 Nama Ketua/. HP :... 5 Kelas Kelompoktani :... 6
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009
LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung. Perkembangan Kabupaten Tanggamus dimulai
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI
TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN
ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN THE ANALYSE OF INCOME SWADAYA FARMERS PATTERN IN PANGKALAN KURAS SUB-DISTRICT PELALAWAN REGENCY Masrayani
Lebih terperinciKUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA
38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.
21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Gambaran penggunaan faktor-faktor produksi budidaya mangga gedong
113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran
Lebih terperinciAfrizon dan Herlena Bidi Astuti
PERSEPSI PETANI KAKAO TERHADAP TEKNOLOGI PENYARUNGAN BUAH DAN PESTISIDA HAYATI UNTUK PENANGGULANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG Afrizon dan Herlena Bidi Astuti Balai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciPEMBUATAN LAPORAN PEMBUKUAN SIMPAN PINJAM
PEMBUATAN LAPORAN PEMBUKUAN SIMPAN PINJAM oleh: Drs. Wihandaru Sotya P, M.Si Pendahuluan Pembukuan merupakan pekerjaan yang tidak sulit namun memerlukan ketelitian, khususnya yang berkaitan dengan simpan
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Respon Petani dan Hasilnya
PENGETAHUAN LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Respon Petani dan nya Item Pertanyaan: Pengetahuan Petani (Y1) 1. Apakah Bapak/Ibu mendengar informasi tentang "Penggunaan Perangkap Hama" untuk
Lebih terperinciLampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)
LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG
ISSN: 141-8837 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG (FARMING INCOME ANALYSIS ON TRADITIONAL AND GRAFTING COFFEE
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menganalisis
Lebih terperinciLampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak No. Sampel Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Bibit Biaya Benih 1 0.20
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi Mandailing adalah sebutan dagang untuk kopi spesialti jenis Arabika yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri khas beraroma
Lebih terperinciABSTRAK JEFRI K. NUSI
ABSTRAK JEFRI K. NUSI 612310033 Penentuan Mutu Biji Kopi Berdasarkan Uji Visual dan Kadar Air di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) PROVINSI GORONTALO, dibawah bimbingan Lisna Ahmad dan
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI
VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan
1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71
Lebih terperinci