Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

dokumen-dokumen yang mirip
Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

Rancang Bangun Peralatan untuk MeMbuat GadinG kapal BerBahan Laminasi BamBu

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

ANALISIS PENGARUH VARIASI UMUR BAMBU SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF PENGGANTI KAYU PADA PEMBUATAN KAPAL KAYU. Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, M.Sc.

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

Analisis Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya Terhadap Ukuran Konstruksi dan Biaya Produksi

ANALISISTEKNISDAN EKONOMIS PEMBUATAN BAMBU LAMINASI IKAN TRADISIONAL

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAMINASI BAMBU ORI DENGAN VARIASI UMUR UNTUK PEMBUATAN KAPAL KAYU Oleh : NUR FATKHUR ROHMAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Studi Inovasi Peralatan Steam Wood untuk Membuat Gading Kapal Berbahan Laminasi Bambu

Analisis Teknis Pengaruh Suhu Ruang Mesin Kapal Kayu Terhadap Bambu Laminasi Dengan Variasi Lama Pemanasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY

STUDI PEMILIHAN JENIS COATING PADA KOMPOSIT BAMBU LAMINASI SEBAGAI MATERIAL LAMBUNG KAPAL

BAB 2 BAMBU LAMINASI

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

Studi Inovasi Peralatan Steam Wood untuk Membuat Gading Kapal Berbahan Laminasi Bambu

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA TEKNIS BAMBU LAMINASI SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI PADA LUNAS KAPAL PERIKANAN. Khusnul Khotimah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEUNGGULAN LAMINASI BAMBU SEBAGAI BAHAN PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN

Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

\ / BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan. Spesimen uji yang digunakan pada pengujian ini adalah kayu kamfer. 1. UjiTarik

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG

PROSES REPLATING PELAT BAJA PADA BAGIAN LAMBUNG KAPAL TUNDA ANGGADA X MILIK PT. PELINDO III (PERSERO) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMROSESAN IKAN BEKU UNTUK TPI MALANG SELATAN

Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

Universitas Hang Tuah, Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya PT.PAL Indonesia (Persero) Jl. Ujung Surabaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU LENTUR DAN TEKAN BATANG SANDWICH BAMBU PETUNG KAYU KELAPA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Kekuatan Bending Material Komposit Laminasi Kayu Kamper dengan Bambu Betung untuk Kontruksi Kapal Kayu

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

ANALISIS PENGUJIAN STRUKTUR BALOK LAMINASI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

Model Evaluasi Kebijakan Publik untuk Revitalisasi Pelayaran Rakyat (Studi Kasus: Pelabuhan Rakyat Gresik)

Rendy Bagus Adhitya PRESENTASI TUGAS AKHIR ( ) Oleh:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POLA SAMBUNGAN DAN BANYAKNYA JUMLAH LAPISAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA PAPAN LAMINA KAYU MERANTI MERAH

Kata kunci : metode bekisting table form

PENGARUH UKURAN PELUPUH (ZEPHYR) DAN BUKU BAMBU (NODE) TERHADAP KUALITAS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) G 25

Perancangan Aplikasi Komputer Berbasis Android untuk Estimasi Biaya Reparasi Kapal Interaktif

PENGARUH RASIO BAMBU PETUNG DAN KAYU SENGON TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM LAMINASI

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat

APPLIED LAMINATION FIBERGLASS TO PROTECT AND MAINTENANCE WOOD FISHING VESSEL

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

Analisis Biaya Perbaikan Konstruksi Kapal Ikan Berbahan Baku Fiber-Reinforced Plastic Berdasarkan Tingkat Kerusakan Akibat Tumbukan

Transkripsi:

1 Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System Kembara Rizal Ramadhana, Heri Supomo Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: herisupomo@na.its.ac.id Abstrak Kapal kayu merupakan sarana transportasi tradisional yang hingga saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, baik itu untuk sarana transportasi, niaga maupun sarana rekreasi. Dalam proses produksinya, kapal kayu banyak sekali menggunakan kayu berjenis kayu jati. Namun, seiring berjalannya waktu kayu jati kini mulai mengalami kelangkaan serta harganya yang merangkak naik mencapai Rp 24.000.000,00 per meter kubik nya. Tugas akhir ini bertujuan untuk menjadikan bambu sebagai material alternative pembuatan kapal kayu. Hal yang dilakukan pertama kali dalam melakukan penelitian ini adalah dengan mencari nilai mechanical properties dari masing-masing jenis variasi arah serat laminasi bambu. Jenis pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik dan tekan. Setelah diperoleh nilai mechanical properties untuk masing-masing jenis variasi arah serat dan dilakukan analisa secara teknis dan ekonomis maka diperoleh kesimpuan sebagai berikut. Bambu dapat digunakan sebagai material alternative pembuatan kapal kayu dan arah serat laminasi yang palong ekonomis untuk digunakan sebagai material pembuatan kulit lambung kapal katu adalah variasi 3 dengan specifikasi ketebalan kulit lambung 5 cm dan biaya produksi sebesar Rp 43.000.000,00. Kata kunci--- Kapal Kayu, Laminasi Bambu, Wooden Ship Planking Sysytem, Biaya Produksi. I. PENDAHULUAN apal kayu digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan yang diawali oleh Kpenemuan perahu. Namun seiring berjalannya waktu, Hutan Tanaman Industri (HTI) yang digunakan sebagai tempat pelestarian kayu kini beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Hal ini tak elak menyebabkan jumlah persediaan kayu ulin semakin menipis yang kemudian hal ini berdampak pada sulitnya memperoleh kayu jati. Selain itu harga kayu jati saat ini mulai merangkak naik hingga mencapi angka Rp 24.000.000,00. Untuk mengatasi hal tersebut saat ini pihak galangan kapal kayu terpaksa mengganti bahan utama pembuatan bangunan atas kapal kayu dengan kayu jenis lain. Hal ini dilakukan untuk memperkecil jumlah penggunaan kayu yang harus digunakan dalam pembangunan kapal kayu tersebut. Hal ini lah yang mendorong penulis untuk menulis penelitaian yang berjudul Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternaative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System II. METODE Penelitian ini dilakukan dengan membuat laminasi bambu dari bahan papan planking bambu. Untuk penelitian ini ada tiga jenis variasi arah serat yang digunakan. Untuk variasi pertama susunan arah seratnya adalah 0 derajat pada lapisan pertama, 45 derajat pada lapisa kedua, 0 derajat pada lapisan ketiga, 135 derajat pada lapisan keempat, 0 derajat pada lapisan kelima. Untuk variasi kedua susunan arah seratnya adalah 0 derajat pada lapisan pertama, 45 derajat pada lapisa kedua, 90 derajat pada lapisan ketiga, 135 derajat pada lapisan keempat, 0 derajat pada lapisan kelima. Sedangkan untuk variasi ketiga semua susunan arah seratnya adalah 0 derajat. Setelah semua papan laminasi terbentuk maka langkah selanjutnya adalah membentuk specimen uji dari papan-papan laminasi tersebut yang nantinya specimen-specimen tersebut akan dilakukan pengujian tarik dan pengujian tekan. Adapun standart yang digunakan dalam pengujian ini adalah SNI (Standart Nasional Indonesia). Untuk pengujian tekan SNI yang digunakan adalah SNI M 27-1991 03. Sedangkan untuk pengujian tarik standart yang digunakan adalah SNI- 03-3399-1994. Di dalam SNI ini telah diatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pengujian tarik dan tekan untuk laminasi kayu, baik untuk ukuran specimen uji dan juga cara pengujian. Untuk memperoleh standart kecukupan data maka setiap pengujian dibuat 3 buah specimen.

2 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Specimen Uji Dalam pembuatan specimen uji ini, langkah awal yang dilakukan adalah dengan membuat papan laminasi dari papan planking bambu. Untuk ukuran bilah yang dipakai dalam pembuatan papan laminaasi ini adalah 0,7 cm. Sedangkan untuk perekat digunakan epoxy union marine used. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh bilah bambu antara lain : pemotongan bambu, cross cutting, splitting,fourside planning, pengawetan bilah bambu,sorting and gluing dan coldpress. Setelah dilakukan cold press, maka papan laminasi bambu tersebut didiamkan terlebih dahulu selama 24 jam hingga epoxy yang mongering. Setelah papan laminasi selesai dibuat, maka langkah kerja selanjutnya adalah pembuatan specimen uji untuk tiap jenis variasi. dan tekan untuk masing-masing variasi. Segala jenis peraturan untuk melakukan pengujian ini telah diatur oleh SNI M 27-1991 03untuk pengujian tekan dan SNI- 03-3399-1994 untuk pengujian tarik. Gambar 3.3. Specimen Uji Tekan Variasi 1 Gambar 3.3 diatas berisi urutan arah serat tiap lapisan laminasi bambu untuk uji tekan variasi 1. Lapisan 1, 3 dan 5 arah seratnya membentuk sudut sebesar nol derajat, lapisan 2 seratnya membentuk arah sudut 45 derajat dan lapisan 3 arah sudutnya sebesar 135 derajat. Gambar 3.1. Ukuran Specimen Uji Tekan Gambar 3.1 di atas berisi tentang dimensi specimen uji tekan untuk laminasi bambu yang telah diatur oleh SNI M 27-1991 03. Gambar 3. 4. Specimen Uji Tarik Variasi 1 Gambar 3.3 diatas berisi urutan arah serat tiap lapisan laminasi bambu untuk uji tarik variasi 1. Lapisan 1, 3 dan 5 arah seratnya membentuk sudut sebesar nol derajat, lapisan 2 seratnya membentuk arah sudut 45 derajat dan lapisan 3 arah sudutnya sebesar 135 derajat. Gambar 3.2. Ukuran Specimen Uji Tarik Gambar 3.2 di atas berisi tentang dimensi specimen uji tarik untuk laminasi bambu yang telah diatur oleh SNI- 03-3399-1994. B. Pengujian Tarik dan Tekan Setelah semua specimen uji selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian tarik Gambar 3.3. Specimen Uji Tekan Variasi 2 Gambar 3.3 diatas berisi urutan arah serat tiap lapisan laminasi bambu untuk uji tekan variasi 2. Lapisan 1 membentuk sudut nol derajat, lapisan 2 seratnya membentuk arah sudut 45 derajat dan lapisan 3 arah

3 sudutnya sebesar 90 derajat, lapisan 4 arah sudutnya membentuk sudut 135 derajat sedangkan lapisan 5 arah seratnya membentuk sudut nol derajat. C. Analisa Teknis dan Pembahasan Setelah dilakukan pengujian tarik dan tekan, maka didapat hasil mechanical properties untuk masingmasing jenis variasi arah serat laminasi. Tabel.3.1. Hasil Pengujian Tekan Variasi 1 1 90 2 96 3 97 Rata-rata 94.33 Gambar 3.4. Specimen Uji Tarik Variasi 2 Gambar 3.4 di atas berisi urutan arah serat tiap lapisan laminasi bambu untuk uji tarik variasi 2. Lapisan 1 membentuk sudut nol derajat, lapisan 2 seratnya membentuk arah sudut 45 derajat dan lapisan 3 arah sudutnya sebesar 90 derajat, lapisan 4 arah sudutnya membentuk sudut 135 derajat sedangkan lapisan 5 arah seratnya membentuk sudut nol derajat. Gambar 3. 5. Specimen Uji Tekan Variasi 3 Gambar 3.5 di atas berisi urutan arah serat untuk material uji tekan variasi 3. Untuk material uji tekan variasi 3 ini semua lapisan arah seratnya membentuk arah nol derajat. Gambar 3.6 Specimen Uji Tarik Variasi 3 Gambar 3.6 di atas berisi urutan arah serat untuk material uji tarik variasi 3. Untuk material uji tekan variasi 3 ini semua lapisan arah seratnya membentuk arah nol derajat. Tabel 3.1 di atas berisi data beban tekan yang diterima oleh specimen uji tekan variasi 1. Specimen 1 mempunyai beban tekan yang paling rendah yaitu sebesar 90 KN, specimen 2 sebesar 96 KN dan specimen ketiga memiliki beban tekan tertinggi yaitu sebesar 97 KN. Dari data-data tersebut didapat beban rata-rata sebesar 94.3 KN. Tabel.3.2. Hasil Pengujian Tekan Variasi 2 1 73 2 74 3 70 Rata-rata 72.33 Tabel 3.2 di atas berisi data beban tekan yang diterima oleh specimen uji tekan variasi 2. Specimen 1 mempunyai beban tekan sebesar 73 KN, specimen 2 dengan beban tekan tertinggi sebesar 74 KN dan specimen ketiga memiliki beban tekan terendah yaitu sebesar 70 KN. Dari data-data tersebut didapat beban rata-rata sebesar 72.33 KN. Tabel.3.3. Hasil Pengujian Tekan Variasi 3 1 135 2 124.5 3 121 Rata-rata 126.83 Table 3.3 di atas berisi data beban tekan yang diterima oleh specimen uji tekan variasi 3. Specimen 1 mempunyai beban tekan yang paling tinggi yaitu sebesar 135 KN, specimen 2 sebesar 124.5 KN dan specimen ketiga memiliki beban tekan terendah yaitu sebesar 121 KN. Dari data-data tersebut didapat beban rata-rata sebesar 126.83 KN.

4 Tabel.3.4. Hasil Pengujian Tarik Variasi 1 Beban Specimen (KN) 1 5.5 2 5.5 3 5.5 Rata-rata 5.50 Tabel 3.4 di atas berisi data beban tarik yang diterima oleh specimen uji tarik variasi 1. Specimen 1, specimen 2, specimen 3 mempunyai beban tarik yang sama yaitu sebesar 5.5 KN sehingga didapat beban rata-rata sebesar 5.5 KN. Tabel.3.5. Hasil Pengujian Tarik Variasi 2 1 0.1 2 0.25 3 0.25 Rata-rata 0.20 Tabel 3.5 di atas berisi data beban tarik yang diterima oleh specimen uji tearik variasi 2. Specimen 1 mempunyai beban tarik yang paling rendah yaitu sebesar 0.1 KN, specimen 2 sebesar 0.25 KN dan specimen ketiga memiliki beban tarik yang sama dengan specimen 3 sebesar 0.25 KN. Dari data-data tersebut didapat beban rata-rata sebesar 94.3 KN. Tabel.3.6. Hasil Pengujian Tarik Variasi 3 1 4.8 2 8.2 3 5.6 Rata-rata 6.20 Table 3.6 di atas berisi data beban tarik yang diterima oleh specimen uji tarik variasi 3. Specimen 1 mempunyai beban tarik yang paling rendah yaitu sebesar 4.8 KN, specimen 2 mempunyai beban tarik tertinggi sebesar 8.2 KN dan specimen ketiga memiliki beban tarik sebesar 5.6 KN. Dari data-data tersebut didapat beban rata-rata sebesar 94.3 KN. Setelah memperoleh data mechanical properties dari masing-masing variasi specimen maka langkah selanjutnya adalah menghitung beban yang dapat diterima masing-masing jenis variasi. Adapun vormula yang digunakan untuk menghitung beban tersebut adalah P = σ x A Dimana σ = Kuat tarik atau kuat tekan (N/mm 2 ) P = Beban (KN) A = Luas penampang specimen (mm 2 ) Untuk specimen uji tarik luas penampangnya 45,6 mm 2 Untuk specimen uji tekan luas penampangnya 2500 mm 2 Maka didapat data sebagai berikut : Tabel.3.7. Kuat Tarik Laminasi Bambu Variasi Kuat Tarik (N/mm 2 ) 1 120.61 2 4.39 3 135.96 Table 3.7 di atas berisi data mengenai nilai kuat tarik rata-rata material laminasi bambu untuk tiap variasi. Variasi 1 memiliki nilai kuat tarik rata-rata sebesar 120.61 N/mm 2, variasi 2 dengan nilai kuat tarik ratarata terendah sebesar 4.39 N/mm 2 dan variasi ketiga dengan kuat tarik rata-rata tertinggi sebesar 135.96 N/mm 2. Tabel.3.8. Kuat Tekan Laminasi Bambu Variasi Kuat Tekan (N/mm 2 ) 1 37.73 2 28.93 3 50.73 Table 3.78 di atas berisi data mengenai nilai kuat taekan rata-rata material laminasi bambu untuk tiap variasi. Variasi 1 memiliki nilai kuat tekan rata-rata sebesar 37.73 N/mm 2, variasi 2 dengan nilai kuat tekan rata-rata terendah sebesar 28.93 N/mm 2 dan variasi ketiga dengan kuat tekan rata-rata tertinggi sebesar 50.73 N/mm 2. Setelah memperoleh nilai kuat tarik dan tekan untuk masing-masing variasi maka langkah selanjutnya adalah mencari tebal kulit lambung kapal dengan cara membandingkan nilai kuat tarik masing-masing variasi laminasi bambu dengan kuat tarik dan tekan kayu jati. Kuat tarik kayu jati adalah 69.92 NM/mm 2 kuat tekan kayu jati 53.95 NM/mm 2. Tabel.3.9. Tebal Kulit dari Pengujian Tekan Variasi Tebal (m) 1 0.06 2 0.07 3 0.05 Table 3.9 di atas berisi data tentang nilai tebal kulit yang diperoleh dengan cara membandingkan nilai kuat tekan rata-rata tiap variasi laminasi bambu dengan nilai kuat tekan kayu jati. Perhitungan pada variasi 1 menghasilkan nilai tebal kulit lambung sebesar 0.06 m,

5 variasi 2 sebesar 0.07 m dan variasi tiga sebesar 0.05 m. Tabel.3.10. Tebal Kulit dari Pengujian Tarik Variasi Tebal (m) 1 0.02 2 0.64 3 0.04 Table 3.10 di atas berisi data tentang nilai tebal kulit yang diperoleh dengan cara membandingkan nilai kuat tarik rata-rata tiap variasi laminasi bambu dengan nilai kuat tarik kayu jati. Perhitungan pada variasi 1 menghasilkan nilai tebal kulit lambung sebesar 0.02 m, variasi 2 sebesar 0.64 m dan variasi tiga sebesar 0.04 m. D. Analisa Ekonomis Analisa ekonomis yang dilakukan meliputi perhitungan jam orang dan biaya produksi laminasi bambu. Adapun hasil dari perhitungan jam orang untuk proses produksi laminasi bambu per meter kubik adalah 95.3 jam orang. Biaya tenaga kerja per jam orang adalah Rp 9.375,00. Untuk biaya produksi satu meter kubik laminasi bambu per meter kubik adalah Rp 6.000.000,00. Berdasarkan tebal kulit lambung yang diperoleh dari analisa teknis di atas maka didapat jumlah material untuk kulit lambung kapal kayu seluas 123,63m 2 adalah sebagai berikut (data pengujian yang dipakai berdasarkan data pengujian tekan) : Tabel.3.11. Kebutuhan Material Variasi Kebutuhan Material (m 3) 1 7 2 9.19 3 5.243 Table 3.11 di atas berisi data tentang jumlah material total yang diperlukan (kubika) untuk membuat kulit lambung kapal kayu dari laminasi bambu. Data yang diambil berasal dari data pengujian tekan saja. Untuk variasi 1 membutuhkan jumlah material sebesar 7 m 3, variasi 2 sebesar 9.19 m 3 dan untuk variasi 3 sebesar 5.243 m 3. Setelah diperoleh jumlah kebutuhan material maka langkah selanjutnya adalah menghitung biaya produksi total kulit lambung kapal kayu. Komponen dari biaya produksi ini adalah biaya tenaga orang ditambah biaya raw material. Biaya tenaga kerja diperoleh dengan cara mengalikan jumlah material yang diperlukan dengan biaya tenaga kerja per m 3 (Rp 893171.88). untuk variasi 1 dibutuhkan biaya tenaga kerja sebesar Rp 6296425.09, variasi 2 sebesar Rp 8211466.823 dan variasi 3 sebesar Rp 5504752.241. Tabel.3.12. Biaya Produksi Variasi Biaya Produksi (Rp) 1 48641626.92 2 63435854.47 3 42483652.24 Table 3.12 berisi data tentang biaya produksi total kulit lambung kapal dengan bahan baku laminasi bambu. Biaya tersebut diperoleh dari harga material yang ditambah denga biaya tenaga kerja total. Untuk variasi 1 didapat harga biaya produksi total sebesar Rp 48641626,92 ; variasi 2 sebesar 63435854,47 dan variasi 3 sebesar 42483652,24. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Material laminasi bambu dapat digunakan sebagai material alternative pembuatan kapal kayu dengan nilai ketebalan kulit sebagai berikut : Uji tekan variasi 1 dengan kuat tekan 37.73 0.06 m Uji tarik variasi 1 dengan kuat tarik 120.614 0.02 m Uji tekan variasi 2 dengan kuat tekan 28.99 0.07 m Uji tarik variasi 2 dengan kuat tarik 4.39 0.67 m Uji tekan variasi 3 dengan kuat tekan 50.73 0.05 m Uji tarik variasi 3 dengan kuat tarik 135.96 0.02 m 2. Biaya produksi untuk material laminasi bambu adalah sebagai berikut : Untuk material laminasi bambu variasi 1 didapatkan harga produksi sebesar Rp 49.000.00,00 Untuk material laminasi bambu variasi 2 didapatkan harga produksi sebesar Rp 64.000.000,00 Untuk material laminasi bambu variasi 3 didapatkan harga produksi sebesar Rp 43.000.000,00 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam membantu menyelesaikan penelitian ini, yaitu bapak Ir. Heri Supomo M.Sc. Tidak lupa ucapan terimakasih pada

6 kedua orang tua yang memberikan support dalam pengerjaan penelitian ini. Terimakasih yang teramat sangat untuk Indira yang telah sudi menemani penulis menyelesaikan jurnal ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Iwan Suprijanto, R. D. (2009). Standarisasi Bambu Laminasi Sebagai Alternatif Kayu Konstruksi. Prosiding PPI Standarisasi 2009. [2] Saputra, H. H. (2006). Pengujian Jenis Kayu Alternatif Pembuatan Kapal Di Indonesia. Surabaya: ITS. [3] Sukmono, B. (2006). Studi Proses Produksi Bambu Laminasi Sebagai Alternatif Bahan Baku Kapal. Surabaya: ITS. [4] Sutoto, A. (2001). Studi Pengaruh Variasi Sudut Laminasi Lambung Kapal Terhadap Jarak Gading Optimum. Surabaya: ITS. [5] Sutrisno, R. A. (2012). Analisa Teknis dan Ekonomis Produksi Kapal Ikan Tradisional Dengan Kulit Lambung dan Geladak Kayu Laminasi Serta Konstruksi Gading dan Geladak Aluminium. Surabaya: ITS. [6] Tampubolon, S. (1990). Pembangunan Kapal Kayu (Wooden Boat Constuction). Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan. [7] Tarkono. (2005). Penggunaan Laminasi Kayu dan Bambu Untuk Komponen Balok Pada Kapal Kayu. Surabaya: ITS. [8] Widodo, A. B. (2007). Karakterisasi Material Laminasi Kayu Jati (Tectona grandis L.f) dan/atau Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Untuk Penggunaan Struktur Kapal. Surabaya: ITS.