GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU DESA CISAYONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA REPI SEPTIANI RUHENDI MA0712020 INTISARI Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati satu tahap sebelumnya. Pengetahuan dan kesadaran ibu balita khususnya dan masyarakat pada umumnya sangat perlu dalam melaksanakan pemantauan perkembangan motorik dan memberikan rangsangan terhadap perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong wilayah kerja puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan populasi 260 ibu balita, teknik sampling yang digunakan axidental sampling sebanyak 140 ibu balita teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita usia 3-5 tahun adalah yang berpengetahuan baik sebanyak 43 orang ibu (30,7%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 72 orang ibu (51,4%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang ibu (17,9%) dan pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita usia 3-5 tahun adalah yang berpengetahuan baik sebanyak 37 orang ibu (26,4%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 68 orang ibu (48,6%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 35 orang ibu (25%). Ibu balita dapat menambah informasi tentang motorik balita melalui format ddst dari bidan atau melalui penyuluhan agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan khususnya tentang motorik balita dan diharapkan dapat memahami dan mengerti sehingga dapat diterapkan di kemudian hari. Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Perkembangan Motorik, Balita
Latar Belakang Menurut UNICEF tahun 2010 di dapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan 23,5 (27,5%)/5 juta anak mengalami gangguan (UNICEF, 2010). Di Indonesia jumlah anak usia balita sebanyak 23,7 juta, 10,4 % dari total penduduk Indonesia (IDAI, 2008). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan jumlah balita Indonesia mencapai sekitar 31,8 juta jiwa pada 2012. Sekitar 16% anak dibawah usia lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2010). Di Jawa Barat jumlah anak usia balita 12-59 bulan pada tahun 2014 sebanyak 3.929.704 anak. Depkes RI melakukan Skrining perkembangan di 30 Provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45% bayi mengalami gangguan perkembangan. Penelitian di Jawa Barat memberikan hasil bahwa 30% anak mengalami gangguan perkembangan dan 80% di antaranya disebabkan oleh kurangnya pemberian stimulasi dini (Depkes RI, 2012). Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang paling peka terhadap lingkungan, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (windows of opportunity) dan masa kritis (critical period) (Depkes, RI 2012). Di Tasikmalaya jumlah anak usia balita 12-59 bulan pada tahun 2014 sebanyak 210.957 anak, (2,7 %) anak mengalami perkembangan tidak optimal. Hal ini dipicu oleh kurangnya deteksi dini dan stimulasi yang diberikan untuk mendukung perkembangan motorik (Dinkes, 2014). Menurut laporan Puskesmas Cisayong jumlah anak balita 2-5 tahun pada bulan Februari 2015 sebanyak 2.348 anak. Jumlah anak balita usia 3 tahun- 5 tahun di Desa Cisayong adalah sebanyak 260 balita yang terdiri dari 7 posyandu. Ada banyak hal yang masih belum diketahui oleh para orangtua yaitu perkembangan motorik anaknya, penting bagi orangtua untuk mengetahui perkembangan motorik balita karena untuk memantau perkembangan anak sesuai dengan umur anak. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dibandingkan dengan kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya Kecamatan Cisayong masih banyak perkembangan anak khususnya perkembangan motorik anak yang kurang, sehingga peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian di wilayah tersebut (Dinkes, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong terdapat 45 ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun. 10 orang ibu yang mengetahui perkembangan motorik anak yang sesuai dengan umur anak dan 25 orang ibu yang tidak mengetahui perkembangan motorik anak yang sesuai dengan umur anak karena tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya informasi yang di dapatkan oleh ibu. Dan 10 orang ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun tidak mengikuti kegiatan posyandu yang dilaksanakan.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui bagaimana pengetahun ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong. Sedangkan tujuan khususnya adalah; Kesatu : Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita usia 3-5 tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong. Kedua : Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita usia 3-5 tahun di Posyandu Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kuantitatif. Deskriftif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi untuk menggambarkan sesuatu secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi. Kuantitatif adalah data yang dihasilkan berupa angka (Riwidikdo, 2009). Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya menurut Sugiyono (2013) dalam Suyanto (2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 3-5 tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya yang bejumlah 260 ibu. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana yang akan diteliti atau sebagian jumlah, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dalam populasi itu menurut Sugiyono (2013) dalam Suyanto (2015). Sampel dalam penelitian ini menggunakan Accidental Sampling, yaitu merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (incidental) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel (Hendry, 2010) Sampel dalam penelitian ini adalah 140 ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun.
Teknik Pengumpulan Data Data adalah pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto 2006). Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2009). 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari pertanyaan yang disediakan dari kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Cara mendapat data sekunder ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku dan surat kabar. (Ari Kunto, 2009). Data sekunder diperoleh dari jumlah semua ibu yang memiliki balita usia 3-5 tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan data yg diperoleh dari kader dan bidan puskesmas. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data yang telah ada diolah dan dianalisis melalui tahap (Notoatmodjo, 2012): a. Editing Menyeleksi data yang diperoleh dari responden, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalamnya. Proses editing dari penelitian ini adalah hasil kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan yang diedit terlebih dahulu. b. Coding Proses ini dilakukan setelah pengumpulan data dan pengeditan data, selanjutnya memberi kode terhadap jawaban. Penggunaan coding dalam penelitian ini untuk mempermudah pada saat analisa dan entry data. Kode untuk jawaban benar diberi nilai 1 sedangkan untuk jawaban salah diberi nilai 0. c. Entry Data Setelah data diperiksa dan diberi kode, proses selanjutnya adalah memindahkan data dari kuesioner kedalam program SPSS 16.0. d. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukan ke dalam tabel e. Cleaning Pembetulan atau koreksi kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Dalam penelitian ini dilakukan setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan.
2. Analisa Data Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel. (Notoatmodjo, 2010). Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik anak balita usia 3-5 tahun, dan dapat diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P = n x 100% N Keterangan : P = Presentase n = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah seluruh pertanyaan Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria tingkat pengetahuan menurut teori Arikunto (2010) sebagai berikut: a. Baik, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76%-100% b. Cukup, apabila pertanyaan dijawab oleh responden 56%-75% c. Kurang baik, apabila pertanyaan dijawab oleh responden <56% (Arikunto, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ibu yang memiliki balita usia 3-5 tahun di Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya bulan Mei Tahun 2015, penulis ingin memaparkan mengenai pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Kasar Balita Usia 3-5 Tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya No Pengetahuan Frekuensi Prosentasi (%) 1 Baik 43 31% 2 Cukup 72 51% 3 Kurang 25 18% Jumlah 140 100% Berdasarkan tabel 5.1, gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong Wilayah kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, menunjukan bahwa mayoritas Ibu berpengetahuan cukup sebanyak 72 orang ibu (51%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 3-5 Tahun di Posyandu Desa Cisayong Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya No Pengetahuan Frekuensi Prosentasi (%) 1 Baik 37 26% 2 Cukup 68 49% 3 Kurang 35 25% Jumlah 140 100% Berdasarkan tabel 5.2, gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong Wilayah kerja puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, menunjukan bahwa mayoritas Ibu berpengetahuan cukup sebanyak 68 orang ibu (49%). Pembahasan 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Kasar Balita Usia 3-5 Tahun Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa gambaran pengetahuan ibu dari balita usia 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya adalah ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 72 orang ibu (51%). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2009). Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita usia3-5 tahun dikategorikan cukup. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu belum mengetahui tentang perkembangan motorik kasar balita 3-5 tahun. Cukupnya pengetahuan tentang perkembangan motorik kasar pada balita 3-5 tahun dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Mulai dari usia ibu 20 tahun sampai lebih dari 30 tahun, ibu yang berpengetahuan cukup adalah ibu yang berusia lebih dari 26 tahun. Jika dari pendidikan atau tamatan sekolah ibu, mulai dari tamatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi yang berpengetahuan cukup adalah ibu yang berpendidikan terakhir SMP dan SMA. Sedangkan dari pekerjaan ibu mulai dari ibu rumah tangga, pegawai swasta, petani, wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah ibu yang bekerja sebagai pekerja swasta dan wiraswasta.
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot anak. Setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak (Sudarti, 2010). Perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinir. Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik dan dan dikoordinir syaraf pusat. Kecakapan seseorang menunjukan fungsi fisik semakin matang sehingga mampu menunjukan kemampuan yang lebih baik (Hurlock, 2007). Perkembangan motorik meliputi 2 hal, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar dan motorik halus diperlihatkan agar anak dapat berkembang secara optimal. Perbedaanya, motorik kasar sangat bergantung pada kematangan anak sedangkan motorik halus bisa dilatih (Soetjiningsih, 2012). Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya, kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita. Diawali dengan kemampuan berjalan, lantas lari, lompat dan melempa. Modal dasar dalam perkembangan ini ada 3 (yang berkaitan dengan sensori utama), yaitu keseimbangan, rasa sendi (propioceptif) dan raba (taktil). Untuk melatihnya yang jelas lakukan sedini mungkin saat semua perkembangan sensorinya terpenuhi. 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 3-5 Tahun Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa gambaran pengetahuan ibu dari balita usia 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya adalah ibu yang berpengetahuan cukup sebanyak 68 orang ibu (49%). Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita usia3-5 tahun dikategorikan cukup. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu belum mengetahui tentang perkembangan motorik halus balita 3-5 tahun. Mulai dari usia ibu 20 tahun sampai lebih dari 30 tahun, ibu yang berpengetahuan cukup adalah ibu yang berusia lebih dari 26 tahun. Jika dari pendidikan atau tamatan sekolah ibu, mulai dari tamatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi yang berpengetahuan cukup adalah ibu yang berpendidikan terakhir SMA. Sedangkan dari pekerjaan ibu mulai dari ibu rumah tangga, pegawai swasta, Pegawai Negeri Sipil yang memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah ibu yang bekerja sebagai pekerja/pegawai swasta dan wiraswasta. Motorik halus adalah perkembangan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal (Sudarti, 2010). Diharapkan ibu yang berpengetahuan tinggi dapat memberi pembelajaran untuk anaknya yang berhubungan dengan perkembangan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus agar anak dapat mencapai perkembangan sesuai dengan umur. Dengan cukupnya pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun diharapkan ibu lebih mempelajari dan mengaplikasikan tentang perkembangan pada anak usia 3-5 tahun agar dapat memberikan stimulasi atau pelajaran yang tepat bagi anak sehingga anak menjadi cerdas, sehat dan kreatif. Kesimpulan Dari hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di posyandu Desa Cisayong wilayah kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya dapat disimpulkan bahwa : 1. Gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita di posyandu Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 43 orang ibu (31%), cukup sebanyak 72 orang ibu (51%) dan kurang sebanyak 25 orang ibu (18%). 2. Gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita di posyandu Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam kategori baik sebanyak 37 orang ibu (26%), cukup sebanyak 68 orang ibu (49%) dan kurang sebanyak 35 orang ibu (25%).
DAFTAR PUSTAKA UNICEF, 2010. Angka Kejadian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita tahun 2010, tersedia dalam http://www.academia.edu. Diakses tanggal 20 Maret 2015. Ikatan Dokter Indonesia, 2008. Tumbuh kembang balita. Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto. Departemen Kesehatan RI. 2012. Jumlah Anak Balita 2012. Tersedia dalam http://www.diskes.jabarprov.go.id. Diakses 20 Maret 2015. Dep. Kes RI. 2012. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Jakarta. Hartanto. 2010. Pencapaian Kemampuan Anak Berbeda. Tersedia dalam http://digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 20 Maret 2015. Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi-Balita dan Anak Pra- Sekolah. Jakarta: Refika Aditama. Hurlock. 2007. Peranan Orantua aterhadap Perkembangan Anak. Tersedia dalam www.hurlock.com. Diakses tanggal 20 Maret 2015. Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Hanum Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Sudarti, Endang Khoerunisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Sudilarsih, Feni. 2009. Buku Pintar Dunia Balita. Jogjakarta : Garailmu. Supartini, Yupi. 2008. Buku Ajaran Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinenka Cipta. Riwidikdo, H. 2009. Statistic Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cindikia. Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Puspitosari, Henni. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Motorik Balita Usia 1-3 tahun. Yogyakarta : Yogyakarta.