BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS FISIK DAN MIKROBIOLOGI UDARA DENGAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

ARTIKEL RISET URL artikel:

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Tanggal : Nomor Responden : Lokasi :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

KUALITAS UDARA DALAM RUANG KELAS BER-AC DAN KELUHAN KESEHATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

MARGA JALAN ACHMAD YANI NO. 90 DENPASAR TUGAS AKHIR. Oleh : A.A I. Agung Semarayanthi NIM: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

STUDI TENTANG KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME (SBS) PADA PEGAWAI DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

DAMPAK SISTEM PENGHAWAAN DAN PENCAHAYAAN TERHADAP SICK BUILDING SYNDROME

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN


LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msayarat OLEH: YULITA PUTRI NIM

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di lingkungan kerja mampu menimbulkan pencemaran dalam gedung. Jika pencemaran tidak dipelihara dengan baik, maka akan mengakibatkan kualitas udara menjadi rendah. Pada kondisi normal udara mempunyai campuran dari berbagai gas yang terdiri atas 78% gas Nitrogen, 20,93% Oksigen dan 0,03% Karbondioksida sementara selebihnya berupa gas Argon, Neon, Kripton, Xenon, dan Helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan karena telah terkontaminasi dengan bahan lain, sehingga mengakibatkan udara tercemar. Pencemar udara dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sumber alamiah yang berasal dari proses atau kegiatan alam dan akibat perbuatan manusia atau berasal dari kegiatan manusia. 1 Kepala Peneliti Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (UI) Budi Haryanto mengatakan bahwa kondisi udara yang tidak bersih diakibatkan oleh sistem sirkulasi yang buruk. Sistem sirkulasi pendingin ruangan yang tidak bagus dapat berpengaruh pada sistem imunitas tubuh sehingga memicu penyakit yang mudah tertular melalui udara. Berdasarkan data Environmental Protection Agency (EPA) AS, temperatur yang tidak cukup, kelembaban, dan pencahayaan tidak baik merupakan faktor fisik pendorong timbulnya sick building syndrome. Gejala 1

2 fisik akibat sick building syndrome adalah batuk, dada sesak, demam, menggigil, nyeri otot, dan reaksi alergi seperti iritasi membran mukosa dan kongesti saluran pernafasan bagian atas. 2 Produktivitas akan turun jika karyawan sering absen karena sakit akibat gedung yang tidak sehat. Gangguan kesehatan akibat kondisi gedung yang tak sehat disebut sindrom gedung sakit (sick building syndrome). Adapun penyakit permanen akibat kondisi gedung yang tidak sehat disebut Building Related Illness. dr. Faisal Yatim, mantan peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa salah satu penyakit akibat gedung tidak sehat adalah Legionelosis yang bisa mengakibatkan kematian. Legionelosis pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1976, 182 penderita pneumonia dan 29 orang di antaranya meninggal dunia. Di Indonesia penyakit tersebut ditemukan pada tahun 1996 di Bali dan tahun 1999 di Tangerang. 3 Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto mengatakan bagaimana cara untuk mengurangi gejala sick building syndrome yaitu dengan keluar ruangan untuk menghirup udara segar selama 3-6 jam sekali. 4 Pada penelitian sebelumnya oleh Corie Indria Prasasti dkk yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang berjudul Kualitas Udara dalam Ruang Kelas ber-ac dan Keluhan Kesehatan Siswa menunjukkan keluhan kesehatan pada siswa yang teridentifikasi adalah iritasi hidung, mata dan kulit, tenggorokan kering, dan mual yang disebabkan oleh suhu dan

3 kelembaban udara yang tidak memenuhi baku mutu persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri tahun 2002. 5 Hasil studi dari penelitian mengenai Kaitan Sistem Ventllasi Bangunan dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara oleh Moerdjoko menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah koloni mikroorganisme pada ruangan ber-ac dan ruangan tidak ber-ac (ventilasi alami) dengan kemungkinan adanya mikroorganisme pada ruangan tanpa AC adalah 10,8x lebih besar dari pada ruangan yang menggunakan AC. Sirkulasi udara berperan cukup signifikan terhadap jumlah koloni mikroorganisme. Lokasi yang mempunyai sirkulasi udara buruk kemungkinan untuk mengandung mikroorganisme udara sebesar 2,98x lebih tinggi dibandingkan lokasi dengan sirkulasi udara, baik pada ruang tanpa AC maupun ruang ber-ac. Menurut urutan besarnya pengaruh terhadap jumlah koloni mikroorganisme udara pada ruang ber-ac dan tanpa AC adalah sirkluasi udara, temperatur udara, sistem ventilasi (ber-ac atau tanpa AC) dan kelembaban. Dari estimasi model menunjukkan bahwa ruangan yang menggunakan AC mempunyai probabilitas untuk tidak terdapat mikroorganisme udara. 6 Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di PT. Sai Apparel Industries pada bulan November tahun 2015, Kedua gedung unit cutting dan sewing memiliki atap dengan jenis baja. Bahan dengan jenis tersebut pada waktu siang hari mampu meningkatkan suhu ruangan yang diakibatkan oleh radiasi sinar matahari. Kedua gedung tersebut juga menggunakan ventilasi alami (jendela ber-ram) sebagai sirkulasi udara yang terletak pada dinding dan terdapat exhaust fan yang tidak berfungsi dengan baik. Aliran udara dalam gedung yang tidak merata akan mempengaruhi persepsi kenyamanan

4 suhu yang dirasakan oleh karyawan. Kedua gedung tersebut memiliki karakteristik dinding tembok, lantai ubin keramik, dan memiliki jenis polutan debu yang sama yaitu debu kain. Gedung unit cutting memiliki luas bangunan 1920 m 2 dengan luas jendela bagian depan seluas 24,576 m 2 dan bagian belakang seluas 11,0388 m 2. Dalam gedung unit cutting terdapat beberapa jenis pekerjaan antara lain layer, yaitu pekerjaan menggelar kain secara manual atau dengan alat bantu berdasarkan karakteristik kain; cutting, yaitu kegiatan memotong sesuai pola menjadi beberapa panel; repinning, yaitu kegiatan menyusun kembali panel yang sudah dipotong ke dalam beberapa block, perlakuan ini dikhususkan kain dengan corak bergaris atau kotak; numbering, yaitu kegiatan memberi nomor atau kode pada setiap panel; bundling, yaitu proses mengelompokkan panel berdasarkan tipe kain, ukuran, warna, dan jumlah; ironing, yaitu kegiatan menyetrika interlining sebelum proses fusing dan menggabungkan dengan kain; fusing, yaitu kegiatan mengepres panel dan interlining, dilakukan setelah panel kain dan interlining disetrika dan diberi kode; embroidery, yaitu kegiatan merekatkan label merek dari buyer pada panel; sloper, yaitu kegiatan melepaskan panel terhadap proses pola; loading ke sewing, yaitu kegiatan mengirim potongan panel dan komponennya dalam bundle ke bagian sewing. Gedung unit sewing memiliki luas bangunan 4608 m 2 dengan luas jendela pada bagian depan seluas 11,0388 m 2 dan bagian belakang seluas 26,8584 m 2. Dalam gedung unit sewing mempunyai kegiatan utama menjahit, pressing, dan quality control, yang dibagi menjadi 15 line atau baris dan setiap baris memiliki jumlah mesin jahit sebanyak 60 buah.

5 Survei yang dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Desember 2015, berdasarkan data pada kunjungan karyawan di poliklinik perusahaan, keluhan sick building syndrome yang dirasakan beberapa karyawan yaitu sakit kepala, gatal pada kulit, batuk, pilek dan lemas. Dari permasalahan gedung yang telah diuraikan, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara kualitas fisik dan mikrobiologi udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Indutries Semarang tahun 2016. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara kualitas fisik dan mikrobiologi udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries Semarang tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kualitas fisik dan mikrobiologi udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries kota Semarang tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan suhu udara pada gedung unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. b. Mendeskripsikan kelembaban udara pada gedung unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. c. Mendeskripsikan angka total mikrobiologi udara pada gedung unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries.

6 d. Mendeskripsikan keluhan sick building syndrome yang dirasakan pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. e. Menganalisis hubungan antara suhu udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. f. Menganalisis hubungan antara kelembaban udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. g. Menganalisis hubungan antara angka total mikrobiologi udara dengan keluhan sick building syndrome pada karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi keilmuan Sampai saat ini penelitian mengenai kualitas fisik udara dengan parameter suhu dan kelembaban dan kualitas mikrobiologi dengan keluhan sick building syndrome belum pernah dilakukan di gedung unit cutting dan sewing. Dengan demikian diharapkan penelitian ini mampu memberikan dan menambah pengetahuan bagi keilmuan mengenai kesehatan lingkungan kerja. 2. Bagi program Sebagai masukan kepada pimpinan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas fisik dan kualitas mikrobiologi di udara dalam gedung agar mampu menurunkan keluhan sick building syndrome pada karyawan.

7 3. Bagi karyawan Memberikan informasi dan wawasan mengenai keluhan akibat dari sick building syndrome kepada karyawan. E. Keaslian Penelitian Nur Habibi Rahman, Furqaan Naiem, Samsiar Russeng Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Judul Metode penelitian Hasil Studi tentang Variabel bebas: keluhan sick Umur, jenis kelamin, masa kerja, merokok building syndrome dalam ruangan, dan kelembaban ruangan. pada Variabel terikat: pegawai di Keluhan sick building syndrome gedung rektorat Universitas Metode: Survey (observasional) Hasanuddin Desain penelitian: Deskriptif Makassar tahun 2013 Gejala yang paling banyak di keluhkan adalah mengantuk sebayak (29,3%) persentase variabel yang lebih besar mengalami keluhan SBS, yaitu pada umur tua sebesar (44%) Corie Indria Prasasti, J. Mukono, Sudarmaji Pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber-ac terhadap gangguan kesehatan tahun 2005 Variabel bebas: Suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara, dan jumlah total koloni (kuman, jamur, dan bakteri). Variabel terikat: Gangguan kesehatan Metode: observasional Desain penelitian: cross sectional Variabel yang berpengaruh (p = 0.048) terhadap gangguan kesehatan berupa iritasi hidung adalah jamur dan variabel yang berpengaruh (p = 0.020) terhadap gangguan kesehatan berupa mual adalah kuman, sedangkan variabel yang lain tidak berpengaruh (p > 0.05) terhadap gangguan kesehatan. Slamet Hartoyo Faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian sick building syndrome di pusat laboratorium Forensik dan Uji Balistik Mabes Polri tahun 2009 Variabel bebas: Masa kerja, luas ventilasi, kondisi ventilasi, suhu dalam ruangan, kelembaban relatif, pencahayaan, kadar bakteri, kadar jamur, kebiasaan merokok, sanitasi filter pada AC (maintenance), kebiasaan menggunakan Sanitizer, Desinfectant Variabel terikat: Gejala sick building syndrome Umur muda (OR 1,252) dan kontrol ventilasi yang tidak baik (OR 164,558) merupakan faktor risiko terjadinya sick building syndrome Metode: Observasional analitik Desain Penelitian: cross sectional

8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah tempat dimana dilakukan penelitian. Penelitian sebelumnya meneliti pada gedung perkantoran yang menggunakan ventilasi buatan (Air Conditioner), sedangkan penelitian ini akan meneliti gedung yang merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang garmen dan menggunakan sistem ventilasi alami. Tahun penelitian dilakukan pada tahun 2016. F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup keilmuan Penelitian menggunakan ilmu dalam bidang Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri. 2. Lingkup materi Penelitian ini dalam lingkup materi Kesehatan Lingkungan Kerja dan keluhan sick building syndrome pada pekerja. 3. Lingkup lokasi Penelitian ini dilakukan pada unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries. 4. Lingkup metode Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan melakukan observasi, pengukuran lingkungan kerja dan menggunakan kuesioner. 5. Lingkup sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah karyawan unit cutting dan sewing di PT. Sai Apparel Industries Semarang. 6. Lingkup waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2016.