METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK AMELIORASI IKLIM MIKRO KOTA DEPOK (Studi Kasus: Kecamatan Beji) MARIA AGUSTINA KAKA

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Peta lokasi studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV KONDISI UMUM TAPAK

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 11 Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

Gambar 1. Lokasi Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Interpretasi Citra dan Foto Udara

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA TAPAK

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian di lapang dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga Oktober 2010 dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data hingga penyusunan perencanaan. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

16 3.2 Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Global Positioning System (GPS) untuk cross check antara data sekunder dengan kondisi di lapang, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, serta komputer dengan program Adobe Photoshop CS3, ArcView 3.3, AutoCAD 2009, Surfer 8, Ms. Office Excel dan Ms. Word 2007 untuk pengolahan data dan penulisan. 3.3 Batasan Studi Batasan studi dan penelitian ini sampai pada tahap perencanaan ruang terbuka hijau (RTH). Perencanaan RTH bertujuan mengameliorasi iklim Kecamatan Beji sehingga diperoleh kenyamanan termal secara fisik. Perencanaan dilakukan setelah meneliti hubungan antara penggunaan dan penutupan lahan dengan faktor-faktor iklim mikro (suhu udara, kelembaban udara dan angin) sebagai penentu kenyamanan termal. Perencanaan meliputi penentuan lokasi, jenis dan fungsi RTH, hingga pemilihan tanaman. Batas lokasi penelitian sesuai batas wilayah administratif Kecamatan Beji dimana batas unit pengamatan berupa poligon dan batas perencanaan berdasarkan hirarki administratif Kecamatan Beji. 3.4 Metode Metode awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pengumpulan data primer dan sekunder di lapang. Selanjutnya dengan metode rasional dilakukan analisis terhadap faktor-faktor iklim mikro dan lahan Kecamatan Beji, mencari keterhubungan antara RTH dan tingkat kenyamanan termal, dan menentukan jumlah RTH yang dibutuhkan untuk kenyamanan termal. Secara rasional pula dilakukan pengalokasian dan perencanaan RTH dengan penyesuaian terhadap aspek legal yang perlu dipertimbangkan. 3.5 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan sesuai tahapan perencanaan menurut Simonds (1983) yaitu melalui tahapan persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Bagan alur tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

17 Gambar 10. Bagan Alur Tahapan Penelitian Penjelasan dari tiap tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 3.5.1 Persiapan Studi Tahap persiapan studi terdiri dari persiapan administrasi dan persiapan teknis. Persiapan administrasidilakukan dengan pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan kepada Dinas Kesatuan Bangsa Kota Depok untuk memperoleh izin penelitian serta mendapat surat pengantar ke kantor dinas terkait sumber data sekunder. Persiapan teknis berupa penyediaan peta Kecamatan Beji, persiapan alat dan bahan serta penjadwalan waktu pengambilan data. 3.5.2 Inventarisasi Inventarisasi atau pengumpulan data mencakup aspek umum, aspek fisik, aspek sosial, dan aspek legal dari Kecamatan Beji. Data terdiri atas data primer (hasil observasi di lapang) dan data sekunder (hasil studi pustaka dan dari kantor dinas terkait). Deskripsi data tiap aspek seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis, Interpretasi, Tipe dan Sumber Data Jenis Data Interpretasi Data Tipe Data Sumber Aspek Umum Letak, batas, - Batas administratif Sekunder Dinas Tata Ruang dan luas wilayah Tata Guna Lahan Penutupan Lahan - Luas wilayah studi - Perumahan - Perdagangan/Jasa - Pendidikan - Pertanian - Jalan - RTH - Terbangun - Badan air -RTH Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Pemukiman Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Dan Lapang Citra Satelit Quickbird dan Lapang

18 Lanjutan Tabel 2 Jenis Data Interpretasi Data Tipe Data Sumber Aspek Biofisik Tanah Jenis dan tekstur Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Topografi Kemiringan Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Iklim - Curah hujan - Suhu - Kelembaban - Angin Primer dan Sekunder Data Iklim (BMG) dan Lapang Vegetasi Jenis vegetasi Primer dan Sekunder Dinas Pertamanan, dan Lapang Aspek Sosial Demografi Sekunder Badan Pusat Statistik Aspek Legal Peraturan Terkait Sekunder Undang-Undang Pengumpulan data sekunder spasial dan teks menjadi langkah awal dalam memperoleh informasi pendahuluan sebagai dasar penelitian. Pada tahap inventarisasi dilakukan pengolahan data sekunder penggunaan dan penutupan lahan untuk menghasilkan peta-peta yang berguna dalam penentuan lokasi pengambilan data primer suhu dan kelembaban udara. Agar hasilnya sesuai dengan kondisi saat ini maka terlebih dahulu dilakukan cross check dengan kondisi lapang saat ini. Berikut ini penjelasan dari peta-peta yang dikerjakan pada tahap inventarisasi serta teknis pengumpulan data primer iklim mikro: a. Peta Penutupan Lahan Penutupan lahan terkait dengan vegetasi, struktur atau fitur-fitur lain yang menutupi lahan. Penutupan lahan diketahui melalui interpretasi visual citra Quickbird dari Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok dengan penyesuaian Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Beji 2009 dan pengecekan di lapang. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) identifikasi citra dilakukan berdasarkan tujuh karakteristik dasar yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, warna, tekstur, dan situs. Proses identifikasi dibantu dengan menetapkan kunci selektif berupa foto citra dengan keterangannya. Dalam identifikasi citra dilakukan digitasi. Digitasi adalah kegiatan pemasukan data menggunakan software ArcView dengan mendeliniasi langsung pada layar untuk fitur poligon atau garis sehingga dihasilkan beberapa penutupan untuk setiap informasi tematik yang berbeda.

19 b. Peta Penggunaan Lahan Penggunaan lahan adalah aspek pemanfaatan ruang, mencakup jenis kegiatan pemanfaatan ruang dan penyebarannya dalam ruang. Klasifikasi penggunaan lahan ditetapkan melalui penggabungan dan penyesuaian data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Beji (Lampiran 3) serta hasil cross cek di lapang. Pembuatan peta juga dilakukan dengan proses digitasi dengan software ArcView. c. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Perbedaan penutupan lahan (berkaitan penggunaan lahan) mempengaruhi penerimaan radiasi dan reradiasi ke sekitar dan menciptakan perbedaan iklim mikro. Karenanya, lokasi pengukuran dapat ditentukan berdasarkan jenis penutupan dan penggunaan lahan. Hal tersebut dinilai lebih efektif karena jumlah lokasi pengukuran dapat lebih sedikit (dibandingkan metode grid) dan tetap mewakili kondisi termal wilayah. Hal ini memudahkan pengukur, mengingat keterbatasan alat (hanya satu) dan wilayah Kecamatan Beji yang luas (1.509,7 ha). Dari Peta Penggunaan Lahan dan Peta Penutupan Lahan Kecamatan Beji diketahui penutupan lahan meliputi lahan terbangun, RTH dan badan air. Lahan terbangun terdiri atas penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi, dan jalan raya. Badan air meliputi sungai, kolam budidaya dan situ. RTH mayoritas berupa lahan campuran, hutan kota, taman kota dan pemakaman umum. Berdasarkan penutupan dan penggunaan lahan tersebut dilakukan pemilihan lokasi secara acak. Lokasi tersebar di seluruh wilayah studi agar dapat dibuat spasial sebaran kondisi termal. Pengukuran juga dilakukan di luar wilayah karena kondisi termal kawasan dipengaruhi kondisi termal sekitar. Wilayah luar Kecamatan Beji umumnya memiliki penutupan dan penggunaan lahan sama dengan area tepi perbatasan sehingga diasumsikan iklim mikro tidak berbeda. Pengukuran luar wilayah hanya dilakukan di ujung tepi Hutan Kota Universitas Indonesia di Jakarta Selatan. Luas hutan yang besar sangat berpengaruh menciptakan perbedaan iklim mikro yang akan nampak secara spasial. Dari proses pemilihan didapat 14 lokasi dengan deskripsi seperti pada Tabel 3.

20 Tabel 3. Lokasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Kecamatan Beji No. Lokasi Penutupan Penggunaan Deskripsi 1 Taman Kota Lingkar Universitas Indonesia (UI) RTH Taman Kota Lokasi di tepi Jalan Margonda Raya, berbatasan dengan DKI Jakarta 2 Hutan Kota UI RTH Hutan Kota Pengukuran di tepi pada dua lokasi: (1) wilayah Beji dan (2) luar/dki 3 Juragan Sinda Terbangun Perumahan swadaya Dominan rumah kos KDB sedang 4 H. Mustafa Terbangun Perumahan swadaya Dominan permukiman KDB tinggi 5 TPU RTH Pemakaman Dikelilingi pemukiman 6 Kampung Pocin Terbangun Perumahan swadaya Rumah kos/permukiman KDB tinggi dan rapat 7 Margo City Terbangun Perdagangan Pusat perbelanjaan dan jasa 8 Danau UI Badan air Setu Dikelilingi RTH UI 9 Kampung Curug Terbangun Perumahan swadaya Pemukiman diselingi ladang 10 Ladang Pertanian RTH Lahan Pohon buah dan umbi campuran 11 Perum Depok Mulya I Terbangun Perumahan formal Perumahan KDB sedang, sekitarnya permukiman padat 12 Perum Depok Mulya III Terbangun Perumahan formal Perumahan KDB sedang, sekitarnya perumahan swadaya dengan ladang 13 Setu Pladen Badan air Setu Dikelilingi pemukiman 14 Mall Depok Terbangun Perdagangan dan jasa Pusat perbelanjaan Pengukuran suhu udara ( C) dan kelembaban relatif (%) dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Suhu udara didapat dari nilai termometer bola kering. Kelembaban relatif ditentukan dari selisih nilai termometer bola basah dengan nilai termometer bola kering (Lampiran 2). Pengukuran dilakukan tiga waktu (jam 07.00, 13.00 dan 16.00) saat cuaca cerah dengan dua kali pengulangan. Pengukuran dilakukan pada hari berbeda secara bergantian. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat dan wilayah yang luas. Spasial persebaran lokasi seperti pada Gambar 11.

21 Gambar 11. Foto dan Sebaran Empatbelas Titik Lokasi Pengukuran 3.5.3 Analisis Pada tahap analisis ditampilkan data-data dan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor iklim mikro dan kenyamanan termal terkait RTH untuk ameliorasi iklim. Analisis meliputi analisis kenyamanan termal, analisis jumlah dan alokasi RTH dan analisis RTH untuk kenyamanan termal. a. Analisis Kenyamanan Termal Analisis kenyamanan termal terdiri atas analisis iklim mikro (radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara, angin), Temperature Humidity Index serta kenyamanan termal ideal. Berikut penjelasan masing-masing:

22 Penerimaan Radiasi Matahari Penerimaan radiasi matahari terkait topografi kawasan mempengaruhi iklim mikro. Kemiringan lahan diklasifikasikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian 1981 mengenai penentuan kawasan lindung, dimana terbagi dalam lima rentang yaitu (1) Kelerengan 0 8%; (2) Kelerengan 8 15%; (3) Kelerengan 15 25%; (4) Kelerengan 25 40% dan (5) Kelerengan > 40%. Analisis membahas pengaruh dan keterkaitan kelerengan wilayah terhadap ikim mikro Kecamatan Beji yang berguna kemudian dalam solusi perencanaan. Suhu dan Kelembaban Udara Langkah awal yaitu pengolahan data suhu udara (T) dan kelembaban udara (dalam hal ini kelembaban relatif atau RH) hasil pengukuran di lapang. Kedua data tersebut ditabulasi, dilakukan perhitungan, serta dibuat grafiknya untuk mengetahui fluktuasinya berdasarkan waktu pengukuran dan tipe penutupan dan penggunaan lahaan. Rumus ratarata suhu udara harian (Tr) = ( ). Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap hasil tabulasi suhu dan kelembaban serta spasial peta isoplet suhu udara dan kelembaban udara yang dibuat dengan program Surfer 8. Angin Angin sebagai salah satu komponen penting iklim mikro secara efisien menggabungkan perbedaan suhu dan kelembaban udara di lanskap. Spasial, arah dan besar kecepatan angin dianalisis pengaruhnya terhadap kenyamanan termal di Kecamatan Beji. Temperature Humidity Index (THI) Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara dipergunakan untuk menghitung nilai THI dengan rumus THI = 0.8T + ( ). T adalah nilai suhu udara ( C) dan RH adalah kelembaban udara (%). Hasil perhitungan THI kemudian digolongkan menjadi area tidak nyaman (THI < 21 dan THI > 28) dan area nyaman (THI 21 28).

23 Sebaran dan spasial nilai THI tiap lokasi pengukuran dibuat bantuan software ArcView. Tiap lokasi pengukuran dapat diperoleh perwakilan areanya dengan poligon thiessen sehingga didapat luasan area nyaman dan tidak nyaman. Data spasial dan tabular dianalisis untuk mengetahui keterkaitan faktor pembentuk iklim mikro terhadap kenyamanan termal pada beragam lokasi. Kenyamanan Termal Ideal Setelah diketahui nilai kenyamanan termal kemudian ditentukan nilai kenyamanan termal ideal untuk Kecamatan Beji dari kondisi termal harapan. Penentuan ini berguna dalam tahapan sintesis selanjutnya untuk penentuan luasan RTH sesuai nilai THI harapan. b. Analisis Jumlah dan Alokasi RTH Analisis diawali dengan mengkaji lahan Kecamatan Beji dan dilanjutkan analisis RTH untuk kenyamanan termal dan analisis alokasi RTH. Lahan Kecamatan Beji (analisis berkaitan penggunaan lahan, penutupan lahan serta keberadaan RTH) Penggunaan lahan melalui Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Beji yang telah dibuat pada tahapan persiapan dapat dihitung luasannya dan dianalisis berkaitan keberadaan RTH di tiap tipe penggunaan lahan. Hal ini diperlukan untuk mendukung tahapan sintesis dan perencanaan dalam menentukan distribusi RTH. Penutupan Lahan melalui Peta Penutupan Lahan Kecamatan Beji yang telah dibuat sebelumnya akan dihitung luas dan persentasenya. Sebaran juga dianalisis sehingga diketahui area tinggi terbangun yang memerlukan RTH atau area berpotensi sebagai RTH. RTH dianalisis berkaitan jenis dan persebaran sesuai hirarki administratif. Vegetasi dianalisis berkaitan kenyamanan termal. RTH untuk Kenyamanan Termal Luasan RTH dan nilai THI sebagai parameter kenyamanan termal dicari hubungannya melalui persamaan regresi linier. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh luas RTH pendugaan beserta kebutuhan penambahannya.

24 Alokasi RTH Keberadaan penggunaan lahan berkaitan keberadaan RTH di Kecamatan Beji dikaji berkaitan hirarki administratif dan kesesuaiannya dengan aspek legal, penggunaan lahan serta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kecamatan Beji, Kota Depok. 3.5.4 Sintesis Pada tahap ini dilakukan overlay peta-peta hasil analisis sehingga dihasilkan kawasan yang membutuhkan penambahan dimana dapat diketahui intensitas perencanaan RTH sesuai satuan unit analisis. 3.5.5 Perencanaan Perencanaan diawali dengan penentuan konsep yang ditujukan untuk mengarahkan perencanaan yang dibuat, yaitu perencanaan RTH yang mampu mengameliorasi iklim sehingga tercipta kenyamanan termal. Dari konsep utama kemudian dilakukan pengembangan konsep. Pengembangan konsep RTH meliputi konsep ruang dan vegetasi. Perencanaan RTH mengikuti hasil dari pengembangan konsep, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Rencana ruang RTH Rencana ini meliputi perencanaan bentuk, pola dan persebaran RTH. Perencanaan pola dan pesebaran lokasi RTH dilakukan sesuai hasil sintesis lokasi yang membutuhkan RTH serta penggunaan lahan yang ada. Perencanaan bentuk berkaitan dengan kesesuaian lokasi dan tingkat kebutuhan kenyamanan. Bentuk RTH dapat berupa hutan kota, taman, jalur hijau, area konservasi, lahan pertanian dan sebagainya. Perencanaan ruang juga termasuk fungsi dan aktivitas di dalamnya. b. Rencana vegetasi Perencanaan vegetasil berkaitan pemilihan tanaman yang mampu lebih efektif mempengaruhi atau memodifikasi iklim mikro. Tanaman dipilih berdasarkan ciri fisik (arsitektural) maupun fisiologis serta terkait strata maupun kombinasi tanaman penutup tanah, semak, perdu dan pohon dalam mempengaruhi iklim mikro.