Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

dokumen-dokumen yang mirip
Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

SNI Standar Nasional Indonesia

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB III METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Air dan air limbah Bagian 79: Cara uji nitrat (NO 3 -N) dengan spektrofotometer UV-visibel secara reduksi kadmium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3 Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

Pupuk super fosfat tunggal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Pupuk dolomit SNI

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pupuk kalium sulfat SNI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

Pupuk tripel super fosfat

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Pupuk diamonium fosfat

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup.... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Cara uji.... 1 3.1 Prinsip.... 1 3.2 Bahan... 2 3.3 Peralatan... 2 3.4 Persiapan pengujian... 2 3.5 Pengujian contoh uji... 3 3.6 Pembuatan spike matriks... 3 3.7 Perhitungan... 3 4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu... 4 4.1 Jaminan mutu.... 4 4.2 Pengendalian mutu... 4 Lampiran A Pelaporan... 5 Bibliografi... 6 i

Prakata SNI Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda destruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ini secara teknis disiapkan dan diuji coba di Laboratorium Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (SARPEDAL) Serpong. Selanjutnya metode ini dikaji bersama dengan para stakeholders yang berperan sebagai Subpanitia Teknis Parameter Uji Kualitas Udara dari Panitia Teknis Sistem Manajemen Lingkungan (Panitia Teknis 207S). Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada tanggal 5 6 Agustus 2004 di Jakarta. ii

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom 1 Ruang lingkup Standar ini digunakan untuk penentuan timbal di udara ambien dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Lingkup pengujian ini meliputi: a) persiapan contoh uji untuk analisa Pb dengan cara destruksi basah dari partikel tersuspensi total (TSP) yang diukur dengan alat High Volume Air Sampler (HVAS); b) pemeriksaan contoh uji Pb dari TSP dengan metoda spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm; c) cara perhitungan konsentrasi Pb di udara ambien. 2 Istilah dan definisi 2.1 udara ambien udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya 2.2 larutan induk larutan standar konsentrasi tinggi yang digunakan untuk membuat larutan standar konsentrasi lebih rendah 2.3 larutan standar larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui untuk digunakan sebagai pembanding di dalam pengujian 2.4 kurva kalibrasi grafik yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan hasil pembacaan serapan dan merupakan suatu garis lurus 2.5 spike matriks contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku 3 Cara uji 3.1 Prinsip Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan alat HVAS dan media penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel tersuspensi tersebut didekstruksi dengan menggunakan pelarut asam, kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). 1 dari 6

3.2 Bahan a) larutan asam nitrat (HNO 3 ) (2+98) Masukkan kurang lebih 200 ml air suling ke dalam gelas piala 1.000 ml. Tambahkan ke dalamnya 20 ml HNO 3 pekat dan kemudian tepatkan dengan air suling sampai tanda tera 1.000 ml, larutan dihomogenkan. b) larutan asam klorida (HCl) (1+2) Masukkan kurang lebih 300 ml air suling ke dalam gelas piala 1000 ml. Tambahkan ke dalamnya 300 ml HCl pekat dan kemudian tepatkan dengan air suling sampai tanda tera 900 ml, larutan dihomogenkan. c) gas asetilen; d) air demineralisasi yang bebas logam; e) hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) 30%; f) larutan induk timbal (Pb) 1000 mg/l. 3.3 Peralatan a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA); b) pemanas listrik yang dilengkapi dengan pengatur suhu; c) labu ukur 50 ml; 100 ml dan 1000 ml; d) gelas piala 200 ml atau 250 ml tipe tinggi; e) gelas ukur 100 ml dan 1000 ml; f) pipet volumetrik 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 4 ml; 6 ml dan 10 ml; g) kaca arloji; h) filter berpori 80 µm diameter 125 mm atau 110 mm; i) gunting yang terbuat dari keramik atau plastik; dan j) corong gelas. CATATAN Semua peralatan gelas yang digunakan, harus bebas logam berat dengan cara dicuci dengan asam nitrat 5%. 3.4 Persiapan pengujian 3.4.1 Pembuatan larutan standar timbal (Pb) 100 mg/l a) pipet 10 ml larutan induk timbal 1.000 mg/l dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml; b) tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera, lalu homogenkan. 3.4.2 Pembuatan kurva kalibrasi a) pipet berturut-turut ke dalam labu ukur 50 ml masing-masing 0,0 ml; 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 4,0 ml dan 6,0 ml larutan standar Pb 100 µg/ml; b) tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar Pb 0,0 µg/ml; 1,0 µg/ml; 2,0 µg/ml; 4,0 µg/ml; 8,0 µg/ml dan 12,0 µg/ml; c) atur alat SSA dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Pb; d) aspirasikan larutan deret standar satu persatu ke dalam alat SSA melalui pipa kapiler, kemudian baca dan catat masing-masing serapannya; e) buat kurva kalibrasi dari data di atas atau tentukan persamaan garis lurusnya. 2 dari 6

3.5 Pengujian contoh uji a) siapkan kertas filter terpapar debu yang berasal dari pengujian total partikulat tersuspensi (TSP); b) ukur dan catat panjang dan lebar filter yang terpapar debu (mm) hitung luasnya (mm 2 ). c) Potong kertas filter menjadi 4 bagian yang sama kemudian hitung dan catat luasnya (mm 2 ); d) ambil satu bagian kertas filter tersebut sebagai contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala 200 ml; e) tambahkan 60 ml larutan HCl (1+2); f) tambahkan 5 ml H 2 O 2 pekat dan tutup mulut gelas piala dengan kaca arloji; g) letakkan gelas piala di atas pemanas listrik, panaskan contoh uji selama kurang lebih satu jam pada temperatur 105 o C; h) turunkan contoh uji dari pemanas; i) tambahkan kembali 5 ml H 2 O 2 pekat dan lanjutkan pemanasan di atas pemanas listrik selama 30 menit; j) dinginkan contoh uji dan kemudian lakukan penyaringan; k) bilas kaca arloji dengan sejumlah air bersamaan dengan penyaringan contoh; l) saring contoh uji dengan kertas saring dan tampung filtrat pada gelas piala 200 ml; m) tambahkan kembali 50 ml larutan HCl (1+2) pada gelas piala pada langkah 3.5 butir a); n) lanjutkan pemanasan selama 30 menit untuk residu terdahulu; o) dinginkan contoh uji dan kemudian lakukan penyaringan kembali; p) satukan filtrat dalam gelas piala 200 ml; q) panaskan filtrat sampai mendekati kering (sisa cairan tinggal sedikit) atau terbentuk kristal atau garam; r) tambahkan 10 ml HNO 3 (2+98) ke dalam gelas piala lanjutkan pemanasan selama beberapa menit (sampai seluruh residu terlarut); s) dinginkan dan saring contoh uji, tampung filtrat dalam labu ukur 50 ml; t) bilas gelas piala dengan HNO 3 (2+98) kemudian tepatkan sampai tanda tera; u) contoh uji siap dianalisis dengan SSA; v) lakukan langkah 3.5 butir a) sampai u) untuk pengujian blanko. CATATAN Lakukan langkah 3.5 butir e) sampai s) di dalam ruang asam. 3.6 Pembuatan spike matriks a) filter yang mengandung contoh uji pada langkah 3.5 butir c) yang telah dimasukkan ke dalam gelas piala ditambahkan 0,5 ml larutan standar 100 µg/ml (kadar standar yang diperoleh 1 µg/ml); b) lakukan langkah 3.5 butir e) sampai u). 3.7 Perhitungan 3.7.1 Kadar timbal di dalam udara ambien Kadar timbal dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: C Pb = ( C C ) dengan pengertian: t b S V t S t V C Pb adalah kadar timbal di udara (µg/m 3 ); C t adalah kadar timbal dalam larutan contoh uji yang di spike (µg/ml); 3 dari 6

C b adalah kadar timbal dalam larutan blanko (µg/ml); V t adalah volum larutan contoh uji (ml); S adalah luas contoh uji yang terpapar debu pada permukaan filter (mm 2 ); S t adalah luas contoh uji yang digunakan (mm 2 ); V adalah volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 o C, 760 mmhg (m 3 ). CATATAN Volum udara yang dihisap dihitung berdasarkan perhitungan pada saat sampling total partikulat tersuspensi di udara ambien. 4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu 4.1 Jaminan mutu a) gunakan bahan kimia berkualitas murni (pa); b) gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi; c) gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer, barometer dan alat spektrofotometer yang terkalibrasi; d) hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan penjerap dalam botol penjerap, maka gunakan alumunium foil atau box pendingin sebagai pelindung terhadap matahari; e) hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan. 4.2 Pengendalian mutu a) Uji blanko Menggunakan blanko filter yang dianalisa sebagaimana contoh uji sebagai koreksi terhadap contoh uji. b) Linearitas kurva kalibrasi koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai dengan kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi; analisis blanko dilakukan untuk kontrol kontaminasi. c) Lakukan analisis duplo terhadap filter yang sama untuk kontrol ketelitian analis. Perbedaan hasil analisis duplo lebih kecil 10%. d) Persen temu balik (% recovery) A B %R = 100% C dengan pengertian: R adalah persen temu balik (%) A adalah kadar timbal dalam larutan contoh uji yang di spike (µg/ml); B adalah kadar timbal dalam larutan contoh uji yang tidak di spike (µg/ml); C adalah kadar timbal standar teoritik (target value) (µg/ml). dimana, y z C = v dengan pengertian : y z v adalah volume standar yang ditambahkan (ml); adalah kadar Pb yang ditambahkan (µg/ml); adalah volume akhir (ml). CATATAN Jaminan dan pengendalian mutu diberlakukan sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium yang bersangkutan. 4 dari 6

Lampiran A (normatif) Pelaporan Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja: 1) Parameter yang dianalisis. 2) Nama dan tanda tangan analis. 3) Tanggal analisis. 4) Rekaman kurva kalibrasi. 5) Batas deteksi. 6) Perhitungan. 7) Data pengambilan contoh uji. 8) Hasil pengukuran blanko. 9) Hasil pengukuran contoh uji. 10) Kadar Pb dalam contoh uji. 11) Hasil pengukuran recovery. 5 dari 6

Bibliografi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. BAPEDAL. ERTC Textbook, Method of air pollution sampling/gas and dust/particulate, 1991, JICA 4.3 Analysis. 6 dari 6