ANALISIS SEDIMEN SUNGAI BIALO KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI HEC-RAS Akbarul Hikmah Juddah Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ackbarullj@gmail.com Dr.Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT. Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Dr.Eng. Ir. H. Farouk Maricar, MT. Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Abstrak : Muara Sungai Bialo secara morfologi semakin hari semakin memperihatinkan. Sedimentasi di muara Sungai Bialo diakibatkan oleh erosi yang membuat endapan - endapan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan sedimentasi akibat pengaruh arus laut, pasang surut serta gelombang. Kondisi inilah yang membuat jumlah sedimen terus meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan pendangkalan dan mempersempit alur sungai. Analisa karakteristik sedimen dilakukan untuk mengetahui jenis sedimen dan ukuran butirannya. Pengujian karakteristik yang dilakukan di Laboratorium adalah pengujian berat jenis, analisa saringan, dan analisa hidrometer. Kemudian mensimulasikan sedimen dengan menggunakan aplikasi HEC-RAS 5..1 untuk memodelkan kondisi dasar sungai yang diakibatkan angkutan sedimen. Hasil pengujian karakteristik sedimen diperoleh jenis sedimen yaitu lempung organik (Organic Clay). Besar diameter sedimen (D9) pada downstream sungai Bialo adalah 1, mm dan (D5) adalah,3 mm. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan HEC-RAS 5..1 dapat diketahui perubahan dasar sungai terjadi pada (sta +), (sta +,93), (sta +3,9), dan (sta 1+117,35) mengalami agradasi setebal, m,,7 m,,5 m, dan,7 m. Sedangkan pada (sta +1,), (sta +9,9), (sta +53,95), dan (sta 1+19,5) mengalami degradasi setebal,39 m,, m,,9 m, dan,11 m. Kata kunci : Sedimentasi, Karakteristik Sedimen, HEC-RAS 5..1. PENDAHULUAN Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan setiap tahunnya di musim hujan selalu berpotensi terjadi bencana alam banjir yang menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan material bagi masyarakat. Bencana banjir yang terjadi tersebut, salah satunya disebabkan oleh sedimentasi yang mempengaruhi aliran muara Sungai Bialo. Secara fisik Sungai Bialo mempunyai kemiringan dasar sungai yang landai dan berkelok-kelok sehingga kecepatan alirannya lambat. Fenomena ini yang membuat di aliran muara Sungai Bialo menjadi dangkal. Muara Sungai Bialo saat ini secara morfologi semakin hari semakin memperihatinkan. Melihat kenyataan di lapangan bahwa sedimentasi di muara Sungai Bialo diakibatkan oleh erosi yang membuat endapan - endapan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan sedimentasi akibat pengaruh arus laut, pasang surut serta gelombang. Kondisi inilah yang membuat jumlah sedimen terus meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan pendangkalan dan mempersempit alur sungai. Alirannya jika di muara sedang hujan dan debit air meningkat maka berpotensi terjadi luapan air (banjir), dan pada saat musim kemarau sungai tersebut tidak dapat berfungsi optimal sebagai alur transportasi perahu nelayan. RUMUSAN MASALAH Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Karakteristik sedimen yang terdapat di Sungai Bialo.
. Perubahan dasar sungainya akibat sedimentasi. BATASAN MASALAH Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Perhitungan sedimentasi yang digunakan adalah sedimen jenis bed load (sedimen dasar) dengan tidak memperhitungkan suspended load (sedimen melayang).. Data pasang surut tidak diperhitungkan dalam simulasi. 3. Lokasi penelitian terletak pada muara Sungai Bialo. TINJAUAN PUSTAKA Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral, dan material organik yang melayang layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara lainnya. Menurut Suripin (3) dalam Arbimusa (1), Sedimen merupakan akibat lebih lanjut dari erosi yang terdapat pada daerah yang lebih rendah, terutama pendangkalan mulut sungai. Material erosi yang dibawa aliran air dari hulu pada saat memasuki daerah yang ditandai tidak semuanya mampu hanyut ke hilir, sebagian akan terendapkan disepanjang perjalanan di saluran sungai yang dilewati. Pipkin (1977) dalam Arbimusa (1), menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransportkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angina, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya materialyang diendapkan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Lalu Friedman (197) dalam Fatmagussalim (15), memberikan pengertian sedimen adalah kerak bumi yang ditranspormasikan dari suatu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal. Selanjutnya Ongkosongo (199) dalam Fatmagussalim (15), menambahkan proses hidrologi tersebut akan terhenti pada suatu tempat dimana air tidak sanggup lagi membawa kerak bumi yang Transportasi sedimen seringkali menyebabkan permasalahan di muara sungai. Misalnya, karena adanya pasangsurut pada daerah pantai atau muara, akan cenderung menyebabkan terbentuknya suatu spit yang terjadi pada arah dominan pergerakan sedimennya. Demikian pula pada bangunan-bangunan di pantai seperti bangunan pemecah gelombang, akan mempengaruhi pergerakan sedimennya sehingga akan terjadi penumpukan sedimen pada satu posisi dan erosi pada sisi lainnya (dalam jurnal Yuda Romdania, 1). Besarnya transpor sedimen dalam aliran sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen dan energi aliran sungai (stream energy). Jika besarnya energi aliran sungai lebih besar dari suplai sedimen, maka terjadilah degradasi sungai. Sebaliknya jika suplai sedimen lebih besar dari energi aliran sungai maka terjadilah agradasi sungai. Ada beberapa persamaan angkutan sedimen yang cukup terkenal dan sering dipergunakan untuk memprediksi angkutan sedimen dasar (bed load), diantaranya persamaan Meyer-Peter dan Muller (19), Einstein (195), dan Van Rijn (19), sebagai berikut : 1. Meyer-Peter dan Muller (MPM,19) R h (k/k ) 3/ S.7 ( s ) d m =.5 ( /g) 1/3 (q b ) /3. Einstein (195) q b =. s 1/ (gd 35 ) 3/ 3. Van Rijn (19) q b =.53 [( ) ] 1/ D 1.5 (T 1/ / D..3 ) Dimana : d m = diameter signifikan (representatif) bervariasi antara d 5 - d 9. R h = jari-jari hidraulik (untuk sungai yang sangat lebar R h = kedalaman aliran). q b = berat angkutan sedimen dasar di dalam air persatuan waktu persatuan lebar (ton/m.det). k/k ripple factor. S = kemiringan dasar saluran. s = berat jenis sedimen. = berat jenis air. g = gaya gravitasi. = intensitas transport pada butir sedimen. s = rapat massa sedimen. = ( s - w)/ w. Serta T = temperatur.
HEC-RAS merupakan program aplikasi (software) untuk memodelkan aliran di sungai, River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HEC- RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one-dimensional flow model). HEC-RAS versi terbaru saat ini, Versi 5.1. HEC-RAS memiliki empat komponen model satu dimensi : 1) hitungan profil muka air aliran permanen, ) simulasi aliran tak permanen, 3) hitungan transpor sedimen, dan ) hitungan kualitas air. METODOLOGI PENELITIAN Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada tanggal Oktober 1, mulai pukul 9: 17: WITA. Titik pengambilan sampel dibagi menjadi cross, dalam tiap cross diambil 3 sampel dimana sampel di pinggir dan 1 sampel di tengah cross. Titik pengambilan sampel pada Sungai Bialo yang terdapat di Kelurahan Bentengnge Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan cara berjalan kaki di pesisir pantai menuju ke muara sungai atau dapat pula menggunakan perahu. Selanjutnya pada titik yang telah ditentukan diambil sedimen sesuai kebutuhan dengan menggunakan alat sediment sampler. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Dalam pengujian karakteristik fisik sedimen bertujuan untuk mengetahui sifat sifat fisik sedimen yang terdapat pada Sungai Bialo. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain : 1. Pengujian Berat Jenis Sedimen (Gs). Pengujian Analisa Saringan 3. Pengujian Analisa Hidrometer Alur penelitian dapat dilihat pada diagram alir (Flow Chart) penelitian pada Gambar berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian karakteristik sedimen dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis sedimen yang sedang diteliti. Adapun sampel sedimen dalam penelitian ini berasal dari dasar muara Sungai Bialo Kabupaten Bulukumba yang selanjutnya dilakukan analisis data dari hasil pengujian di Laboratorium.
Perhitungan Berat Jenis Sedimen Dari Hasil pemeriksaan dan perhitungan, maka diperoleh nilai berat jenis sedimen (Gs) sebagai berikut : Untuk Gs I = ( ) ( ) = ( ) ( ) =, 9, % - 9, % = % 3. Pasir Halus ( Lolos saringan No. dan tertahan saringan No. ) 9, % - 5 % = 5, %. Lanau dan Lempung ( Lolos saringan No. ) 5 % - % = 5 % Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan sampel sedimen adalah pasir halus. Untuk Gs II = ( ) ( ) = ( ) ( ) =,1 Jadi Gs rata-rata = = =, Dari nilai berat jenis tersebut diperoleh bahwa, sampel sedimen diatas merupakan sedimen jenis tanah dengan unsur mika atau besi (Soil with Mica or Iron). Perhitungan Diameter Sedimen Perhitungan diameter sedimen dalam hal ini adalah melalui pengujian analisa saringan dan analisa hidrometer yang dilakukan di laboratorium, sehingga dari hasil pengujian tersebut dapat kita peroleh ukuran diameter butiran dari sedimen tersebut. Adapun ukuran diameter butiran sedimen yang diperoleh yaitu : Berdasarkan tabel perhitungan analisa saringan sedimen sampel 1 yang diperoleh diatas maka sedimen tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan system klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) sebagai berikut : 1. Pasir Kasar ( Tertahan saringan No. 1 ) 1 % - 9, % = 1, %. Pasir Sedang ( Lolos saringan No. 1 dan tertahan saringan No. ) Gambar. Grafik analisa saringan Berdasarkan perhitungan analisa saringan, maka dapat kita peroleh nilai diameter butiran yang seragam atau D9 dan D5 dari sedimen tersebut. Adapun nilai diameter butiran sedimen tersebut sebagai berikut : Tabel. Rekapitulasi diameter butiran sampel sedimen No. Sampel Butir (D9) (mm) Butir (D5) (mm) 1 Sampel 1.3.1 Sampel.. 3 Sampel 3 1.91.5 Sampel.. 5 Sampel 5 1.9.9 Sampel.1.19 Total Rata - Rata 7. 1.35 1..3 Berdasarkan tabel perhitungan analisa hidrometer sedimen sampel 5 yang diperoleh diatas maka diperoleh data sebagai berikut : 1. Lanau (,75, mm )
15 % -,7 % =,13 %.. Lempung ( <, mm ), %. Tabel Hasil pengujian berat jenis sedimen sampel 1 Uraian (5 ml) (5 ml) Berat piknometer kosong (W1) gram 3.9 7.1 Berat piknometer + sedimen (W) gram 55.5 5.1 Berat piknometer + sedimen + air (W3) gram 9.39 9.5 Berat piknometer + air (W) gram.17 7.71 Suhu (T) C Faktor koreksi (K).99.99 Berat jenis (Gs)..1 Berat jenis rata rata (Gsʺ) Satuan 1 1. Tabel. Rekapitulasi berat jenis sampel sedimen Keterangan Sampel Berat Jenis (Gs) Jenis Sedimen Sampel 1, Tanah dengan Unsur Mika atau Besi Sampel,1 Lempung Organik Sampel 3,3 Gambut Sampel,513 Lempung Organik Sampel 5,57 Lempung Organik Sampel,7 Lempung Anorganik Saringan No. Diameter Saringan Tabel. Hasil pengujian analisa saringan sedimen sampel 1 Berat Saringan Berat Saringan + Sedimen Berat Sedimen Tertahan Berat Sedimen Tertahan Komulatif Persentase (% ) (gram) (gram) (gram) (gram) Tertahan Lolos (#) (mm) A B C = B - A D = C1 + C + Cx E = D*1/ƩD F = 1 - E 1. 1 1. 9..5 35 35 13 1. 95..5 31 35 7 9. 9..5 7 37 9 137 7. 7..1 3 9 35 7 53 1.15 3 3 79 31. 37..75 5 11 75 95 5 PAN - 5 3 5 5 1
Waktu Pembacaan Hidrometer Faktor Kalibrasi dari Alat Persentase Butiran Halus (%) LL Koreksi Pembacaan L Pembacaan Hidrometer Aktual Suhu Kt D = Kt (N x % lolos #) Tabel. Rekapitulasi persentase tekstur sampel sedimen Keterangan Sampel Pasir Kasar Pasir Sedang Pasir Halus Lanau & Lempung (% ) (% ) (% ) (% ) Sampel 1 1, 5, 5 Sampel 1,1,79 7, Sampel 3 7, 9, 5, Sampel 1,5 3,9 57, Sampel 5 9, 7,9 7,9 15 Sampel, 9, 7, 13 Tabel. Hasil pengujian analisa hidrometer sedimen sampel 5 T R N = (tabel) Rc1 (tabel) Zr = T Ukuran Persentase Rw (tabel) (menit) (ml) K(R - Rw)/1 (cm) (R + Fm) (cm) LL - (L/) C Butir Lolos.5 7-3.99 11.9. 11.7.5.19. 1.7.5.5-3.9 1. 7.5 11..5.19. 1. 1 5-3.93 1. 1...19.3 13.7.5-3.91 1.3 1.1.5.19. 13.9-3.3 1.7 3. 1.5.5.19.1 1.7 19.5-3.7 13.1 1 13..3.19.1 11. 15 1-3.9 13.3 19. 13..7.19. 1.3 3 1-3.3 13.7 17 13.5.95.19. 9.3 1-3.5 1. 15. 13. 7.1.19..3 9 1.5-3.51 1.3 1 1.1 7..19. 7.1 1 1-3.5 1.3 13 1. 7..19.3 7.3 11-3. 1.5 1 1.3 7.35.19..7 1 1.5-3.5 1. 11.5 1. 7..19.1. Adapun data sedimen hasil pengujian dapat digambarkan dalam Gambar berikut ini : Gambar. Grafik analisa hidrometer sampel 5
Gambar. Grafik distribusi butiran sampel 5 Hasil Pemodelan HEC-RAS Dari data yang di input pada HEC- RAS, maka dapat ditunjukkan kondisi penampang melintang Sungai Bialo tiap segmennya dimana WS (water surface) bervariasi tiap segmen yaitu berkisar antara,7 m,9 m. Adapun tampilan profil melintang sungai sebagai berikut : 1 1 Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 1-Jan-17 1 1 Gambar. Cross Section sta +37,9 1... Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 1-Jan-17... 1 1 EG Oct1 WS Oct1 EG Oct1 WS Oct1 Gambar. Cross Section sta +31,95 Dari hasil simulasi, untuk penampang melintang sungai pada (sta +37,9) dan (sta +31,95) terdapat gundukan sedimen pada bagian tengah alur sungai dan mulai menyebabkan perpindahan alur dari sisi kiri ke sisi kanan alur sungai. Sedangkan pada (sta 1+,5), (sta 1+99,), (sta +13,79), (sta +59,3), dan (sta +11,1) terdapat pula gundukan sedimen pada bagian tengah alur sungai dan mulai menyebabkan perpindahan alur dari sisi kanan ke sisi kiri alur sungai. Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 7-Jan-17 RS = 1.5... 1 1 1 EG Oct1 WS Oct1 Gambar. Cross Section sta 1+,5 Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 7-Jan-17. RS = 199... 1 EG Oct1 WS Oct1 Gambar. Cross Section sta 1+99,
Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 7-Jan-17 RS = 13.79... Perubahan Kondisi Dasar Sungai Akibat Agradasi (Pengendapan) EG Oct1 WS Oct1 1 Oct1 1 1 1 1 31Dec1 Gambar. Cross Section sta +13,79 Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 7-Jan-17 RS = 59.3... EG Oct1 WS Oct1 1 1 1 Gambar. Cross Section sta +59,3 Sungai Bialo Bulukumba Plan: Hasil Analisis Transport Sedimen Bialo 7-Jan-17 RS = 11.1... 1 1 1 Gambar. Cross Section sta +11,1 Untuk setiap penampang melintang sungai tesebut, dapat menunjukkan kondisi morfologi sungai yang berkelok - kelok ataupun yang bermeander. Hal itu terlihat dengan adanya gundukan - gundukan sedimen pada bagian tengah alur sungai pada beberapa cross section sungai. Apabila proses perpindahan alur sungai akibat gundukan sedimen terus menerus terjadi, maka dapat mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan pada alur sungai tersebut. Kondisi Dasar Sungai EG Oct1 WS Oct1 Dari hasil simulasi yang dilakukan dalam rentang waktu oktober 1 31 Desember 1, kondisi dasar sungai mengalami perubahan di beberapa penampang, sebagai berikut : 1 Gambar. Cross Section sta + Untuk (sta +) memiliki elevasi dasar sungai 1.93 m setelah simulasi menjadi 1.97 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal.17 m. 1 1.93 1 Oct1 31Dec1 Gambar. Cross Section sta +.93
Untuk (sta +.93) memiliki elevasi dasar sungai 1.93 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi.1 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal.7 m. Untuk (sta 1+117.35) memiliki elevasi dasar sungai 1.5371 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1.19 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal.77 m. 7 3.9 Oct1 31Dec1 Perubahan Kondisi Dasar Sungai Akibat Degradasi (Pengikisan) 1 1. 1 Oct1 31Dec1 5 1 3 1 1 Gambar. Cross Section sta +3.9 Untuk (sta +3.9) memiliki elevasi dasar sungai 1.71 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1.33 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal.5 m. 1 1117.35 Oct1 31Dec1 1 1 Gambar. Cross Section sta +1. Untuk (sta +1.) memiliki elevasi dasar sungai 1.999 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1.75 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal.35 m. Gambar. Cross Section sta 1+117.35
7 9.9 Oct1 31Dec1 Untuk (sta +53.95) memiliki elevasi dasar sungai 1.5 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1.79 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal.95 m. 5 1 119.5 Oct1 31Dec1 3 1 1 Gambar. Cross Section sta +9.9 Untuk (sta +9.9) memiliki elevasi dasar sungai 1.37 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1.777 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal.3 m. 1 3 5 7 Gambar. Cross Section sta 1+19.5 1 1 53.95 Oct1 31Dec1 Untuk (sta 1+19.5) memiliki elevasi dasar sungai 1.7319 m setelah simulasi mengalami perubahan elevasi dasar sungai menjadi 1. m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal.1117 m. 1 1 1 1 Gambar. Cross Section sta +53.95 Dari hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa cross section (sta +), (sta +,93), (sta +3,9), dan (sta 1+117,35) mengalami agradasi (pengendapan dasar sungai) akibat perpindahan sedimen yang mengalir bersamaan dengan aliran air, sedangkan cross section (sta +1,), (sta +9,9), (sta +53,95), dan (sta 1+19,5) mengalami degradasi (pengerusan dasar sungai). Untuk (sta +) memiliki elevasi dasar sungai 1,93 m setelah simulasi menjadi 1,95 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal, m. Untuk (sta +,93) memiliki elevasi
dasar sungai 1,93 m setelah simulasi menjadi,1 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal,7 m. Untuk (sta +3,9) memiliki elevasi dasar sungai 1,71 m setelah simulasi menjadi 1,33 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal,5 m. Untuk (sta 1+117,35) memiliki elevasi dasar sungai 1,537 m setelah simulasi menjadi 1,15 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami agradasi setebal,7 m. Untuk (sta +1,) memiliki elevasi dasar sungai 1,995 m setelah simulasi menjadi 1,75 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal,39 m. Untuk (sta +9,9) memiliki elevasi dasar sungai 1,37 m setelah simulasi menjadi 1,771 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal, m. Untuk (sta +53,95) memiliki elevasi dasar sungai 1,5 m setelah simulasi menjadi 1,79 m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal,9 m. Untuk (sta 1+19,5) memiliki elevasi dasar sungai 1,73 m setelah simulasi menjadi 1, m sehingga dasar sungai tersebut mengalami degradasi setebal,11 m. Berdasarkan hasil simulasi, terdapat perubahan dasar sungai di sebelah hulu dan tidak mengalami perubahan dasar sungai di sebelah hilir sebagai akibat dari angkutan sedimen. Perubahan Dasar Sungai dan Muka Air Gambar. Tampilan dasar sungai dan permukaan air normal hasil simulasi Dari Gambar diatas menunjukkan bahwa akibat dari perubahan dasar sungai memiliki pengaruh terhadap kondisi permukaan air normal. Dimana kondisi dasar sungai yang mengalami degradasi maupun agradasi akibat sedimen di beberapa penampang maka berdampak pada meningkatnya tinggi permukaan air normal yang dapat mengakibatkan banjir. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Dari hasil pengujian karakteristik sedimen yang berasal dari lokasi penelitian pada muara Sungai Bialo, diperoleh jenis sedimen yaitu lempung organik (Organic Clay). Besar diameter sedimen (D9) pada downstream Sungai Bialo adalah 1, mm dan (D5) adalah,3 mm.. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan HEC-RAS 5..1 dapat diketahui perubahan dasar sungai terjadi di beberapa area pada (sta +), (sta +,93), (sta +3,9), dan (sta 1+117,35) mengalami agradasi setebal, m,,7 m,,5 m, dan,7 m. Sedangkan pada (sta +1,), (sta +9,9), (sta +53,95), dan (sta 1+19,5) mengalami degradasi setebal,39 m,, m,,9 m, dan,11 m. Untuk agradasi terbesar terjadi di (sta +,93) setebal,7 m sedangkan degradasi terbesar terjadi di (sta +1,) setebal,39 m. SARAN 1. Simulasi yang digunakan dengan menggunakan program HEC-RAS 5..1 merupakan permodelan satu dimensi dengan keterbatasannya. Untuk hasil yang lebih maksimal permodelan bisa dilanjutkan dengan menggunakan model dua atau tiga dimensi.
. Perlu adanya pengujian sedimentasi yang berkelanjutan terutama untuk sedimen melayang (suspended load) agar mendapatkan data yang akurat. 3. Untuk Departemen Teknik Sipil UNHAS sebaiknya lebih sering memberikan pelatihan tentang program aplikasi dan melengkapinya dengan buku buku sipil sebagai referensi untuk menunjang proses belajar mengajar dan penyusunan tugas akhir.. Agar kiranya instansi-instansi terkait dapat memberikan dan melengkapi data data yang berhubungan dengan keadaan Sungai Bialo, Kabupaten Bulukumba. SNI 33:. Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah. BSN. Soewarno. 1991. Hidrometri Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Bandung : Nova. US Army Corps of Engineers. 1. HEC- RAS River Analysis System, User s Manual. (Online), (www. hec.usace.army.mil, diakses 7 November 1). DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hakim. 15. Analisis Karakteristik Sedimentasi Sungai Progo Setelah Letusan Gunung Merapi 1 Menggunakan Aplikasi HEC-RAS.1.. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah. Arbimusa, Cenne. 1. Study Karakteristik Sedimen dan Morfologi Dasar Muara Sungai Jeneberang. Makassar : Universitas Hasanuddin. Bambang, Triatmodjo. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset. Bambang, Triatmodjo.. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset. Chay, Asdak. 1. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Dexy, Wahyudi. 1. Perencanaan Normalisasi Kali Deluwang Bagian Hilir - Situbondo. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Fatmagussalim. 15. Studi Karakteristik Angkutan Sedimen Dasar pada Downstream Sungai Jeneberang. Makassar : Universitas Hasanuddin. Yuda, Romdania. 1. Analisis Kasus Sedimen di Tiga Titik Kawasan Water Front City. Lampung : Universitas Lampung. SNI 19:. Cara Uji Berat Jenis Tanah. BSN.