Standard Operating Procedure

dokumen-dokumen yang mirip
Standard Operating Procedure

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

P01 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Penanganan Keluhan dan Banding

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Forest Stewardship Council

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

P03 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Sertifikasi Legalitas Kayu Secara Kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. dan telah mencapai 2 juta ha per tahun pada tahun 1996 (FWI & GWF,

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 126 /Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT PENDAMPINGAN SVLK BAGI PENYULUH

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

SGS INDONESIA (Associated Documents)

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

SGS INDONESIA (Associated Documents)

Memastikan Status Tanah Adat dan Hutan Adat di Tanah Batak

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

STUDI LAND TENURE (LTS)

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

SGS INDONESIA (Associated Documents)

SGS INDONESIA (Associated Documents)

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

SGS INDONESIA (Associated Documents)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

SGS INDONESIA (Associated Documents)

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

P02 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Transfer Sertifikat PHPL dan Legalitas Kayu

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 051/IMSertifikasi-SK/IV/2016. Tentang. Keputusan Hasil Penilaian HUTAN HAK KELOMPOK YUSUF LUBAI

PEPMA]I{ PENANGA},IAN KELt.fi**N DAN tsanding

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-58/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN HAK KOPERASI PADU PILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH LVLK PT INTI MULTIMA SERTIFIKASI.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

PUBLIC SUMMARY (Resume Hasil Verifikasi)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI CV SAUDARA BANGUN SEJAHTERA, KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

RESUME HASIL AUDIT VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASYARAKAT (EKSTERNAL)

PT INTEGRITAS PERSADA SERTIFIKASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PEDOMAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI DALAM RANGKA PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI PT PARISINDO PRATAMA, KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

Halaman : 1 of 7 01. TUJUAN Sebagai pedoman dalam pelaksanaan FPIC/Padiatapa (Pesertujuan di Awal Tampa Paksaan) sebagai penghormatan hak-hak masyarakat atas tanah/hutan adatnya. 02. RUANG LINGKUP Prosedur ini berlaku untuk seluruh areal operasional PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Divisi Fiber. 03. DOKUMEN DAN/ATAU REFERENSI YANG BERHUBUNGAN UU RI No 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan PP RI No. 45 Tahun 2004, tentang Perlindungan Hutan Peraturan Dirjen PHLP No : P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Standard an Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (Phpl) dan Verifikasi Legalitas Kayu (Vlk) TPL Tobafiber ISO 14001 Environmental Management System Manual Tobafiber Division OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management System Manual Tobafiber Support Servis, Kesiapsiagaan Tanggap Darurat, 04. BLANGKO DAN/ATAU LAMPIRAN YANG BERHUBUNGAN TPF-FSS-5005B-PR Daftar Hadir Sosialisasi FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8027-FM Berita Acara Kegiatan FPIC/Padiatapa TPF-SOC-8028-FM Kesepakatan FPIC/Padiatapa TPF-SOC-8029-FM Logbook Penerimaan Tuntutan, Keluhan dan Illegal Logging TPF-SOC-8001-FM Laporan Tuntutan, Keluhan dan Illegal Logging, TPF-SOC-8002-FM Action Plan Penanganan secara FPIC/Padiatapa TPF-SOC-8030-FM Laporan Bulanan Rekapitulasi Penangan secara FPIC/Padiatapa TPF-SOC-8031-FM 05. DEFINISI 1) Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 2) Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. 3) Masyarakat adat adalah Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. 4) Free adalah keadaan bebas tanpa paksaan. 5) Prior adalah sebelum proyek atau kegiatan tertentu diijinkan pemerintah terlebih dahulu harus mendapat ijin masyarakat.

Halaman : 2 of 7 6) Informed adalah informasi yang terbuka dan seluas-luasnya mengenai proyek yang akan dijalankan baik sebab maupun akibatnya. 7) Concent adalah persetujuan diberikan oleh masyarakat sendiri. 8) FPIC atau Padiatapa yaitu persetujuan diawal tanpa paksaan merupakan salah satu mekanisme yang dikembangkan dalam upaya penguatan hak masyarakat adat dan atau lokal atas sumber daya alam, yang meliputi penghormatan (to respect), perlindungan (to protect), pemenuhan (to fulfill) dan penegakan hak masyarakat adat atas sumber daya alamnya dalam setiap tindakan yang dilakukan pihak luar terhadap masyarakat adat. 9) Pihak eksternal adalah pihak terkait baik Pemerintah (Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat) ataupun Non-Pemerintah (pemuka adat, organisasi masyarakat (ORMAS), Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM (Lokal, Nasional dan Internasional)). 10) Organisasi massa adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, tujuan yang berfungsi sebagai sarana pastisipasi masyarakat dalam pembangunan Bangsa dan Negara. 11) Lembaga swadaya masyarakat/lsm adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau kelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. 12) Lahan Bermasalah adalah lahan yang berada di dalam konsesi dimana di dalamnya terdapat perselisihan antara masyarakat, perorangan, dan badan hukum (Perusahaan, KUD, dll). 13) Permasalahan lahan murni masyarakat (Genuine Masyarakat) adalah lahan dalam konsesi yang sudah ditempati dan dikelola oleh masyarakat sebelum terbitnya ijin konsesi. 14) Permasalahan lahan dengan perusahaan lain (Genuine Company) adalah lahan dalam konsesi yang ijin penggunaannya tumpang tindih dengan perusahaan lain. 15) Permasalahan lahan karena adanya rekomendasi pemerintah adalah lahan dalam konsesi, yang di dalamnya juga terdapat ijin untuk penggunaan lain atas rekomendasi Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat. 16) Lahan inliving adalah lahan masyarakat yang direboisasi berdasarkan rekomendasi pemerintah setelah diberikan ganti rugi (pago-pago). 17) PKR adalah Perkebunan Kayu Rakyat merupakan program kerjasama bagi hasil antara perusahaan dengan masyarakat pemilik lahan di luar areal konsesi. 06. TANGGUNG JAWAB 1) Manager Sektor secara bersama-sama melaksanakan dan bertanggung jawab untuk memantau proses penanganan tuntutan, keluhan dengan FPIC/Padiatapa yang ditangani sektor sesuai dengan rekomendasi yang telah disepakati dan melaporkan setiap perkembangan penanganan kepada manajemen.

Halaman : 3 of 7 2) Manager Sektor melaporkan laporan bulanan rekapitulasi penanganan secara FPIC/Padiatapa kepada Manager Socap Head Office dan managemen. 3) Askep Socap Sektor bertanggung jawab untuk: a. Melaporkan tuntutan, keluhan yang akan dilaksanakan FPIC/Padiatapa beserta dokumen pendukungnya kepada Manager Sektor dan secara bersama-sama melaksanakan FPIC/Padiatapa. b. Mengkomunikasikan tanggapan sesuai dengan hasil rapat sektor kepada Manager Sektor dan Manager Socap Head Office. c. Membuat Laporan bulanan rekapitulasi penanganan FPIC/Padiatapa dan melaporkannya kepada manager sektor. 4) Asisten Socap Sektor bertanggung jawab : a. Menerima dan melakukan pendataan terhadap setiap tuntutan, keluhan sesuai SOP. b. Memeriksa dan menganalisa setiap tuntutan dan keluhan yang akan dilaksanakan FPIC/Padiatapa dan melaporkannya kepada Askep Socap Sektor dan Tim FPIC. c. Merencanakan dan menyiapkan pertemuan/konsultasi dengan pihak terkait dan melaporkannya kepada Tim FPIC/Padiatapa. d. Bersama Askep Socap Sektor melakukan pendekatan dan mengundang pihak terkait untuk dapat hadir dalam pertemuan dengan Tim FPIC/Padiatapa. e. Mendokumentasikan seluruh bentuk komunikasi (internal dan eksternal) penanganan setiap kasus tuntutan, keluhan secara FPIC/Padiatapa. f. Memastikan bahwa semua tuntutan, keluhan ditanggapi sesuai dengan prosedur ini. 5) Departement PKR bertanggung jawab : a. Menjalankan setiap proses FPIC sesuai prosedur ini untuk pengembangan area baru PKR b. Menjelaskan secara lengkap tentang dampak positif dan negative dengan jelas mengenai pola kerjasama PKR kepada masyarakat. c. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan prinsip-prinsip FPIC/Padiatapa. 07. PROSEDUR 1) Pelaksanaan FPIC a. Asisten Socap Sektor melakukan analisis Sosial (Demografi, Topografi dan Stakeholder). b. Asisten Socap Sektor bertanggung jawab merencanakan dan menyiapkan serta mengundang masyarakat untuk dapat hadir di pertemuan konsultasi awal. c. Socap Sektor dan Sektor Manager/ Tim PKR melakukan konsultasi awal atau dialog dengan masyarakat adat/kelompok masyarakat dan apabila diperlukan dilakukan pemetaan areal yang akan dilaksanakan FPIC/Padiatapa bersama masyarakat. d. Masyarakat bermusyawarah diantara mereka sendiri setelah dilakukan konsultasi awal.

Halaman : 4 of 7 e. Asisten Socap Sektor memberikan informasi tambahan atau klarifikasi jika dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. f. Socap Sektor memfasilitasi konsultasi lanjutan/dialog terkait musyawarah yang dilakukan masyarakat. g. Socap Sektor dan Sektor Manager/Tim PKR melakukan pengambilan keputusan sendiri dan menyampaikannya kepada masyarakat adat/kelompok masyarakat. h. 1. Jika masyarakat sepakat dengan keputusan yang sudah diambil, Asisten Socap Sektor menyiapkan dokumen kerjasama, maka project dapat dilaksanakan 2. Jika dirasa perlu dan agar perjanjian tersebut kuat di mata hukum, maka dokumen kerjasama tersebut disahkan di depan notaris. 3. Jika masyarakat tidak sepakat dan memungkinkan dilakukan kembali konsultasi awal, tetapi jika tidak memungkinkan maka proses FPIC/Padiatapa dihentikan. i. Asisten Socap Sektor melaksanakan mekanisme pengaduan/grievance Mechanism sesuai SOP. j. Socap bersama masyarakat yang dipilih melakukan monitoring pelaksanaan project FPIC/Padiatapa dan melakukan evaluasi. k. Setiap mengadakan pertemuan Socap Sektor harus membuat bukti (daftar hadir, foto, berita acara, rekaman dan notulensi) pertemuan. l. Bila ada permasalahan yang timbulkan pasca dilaksanakannya FPIC/Padiatapa, maka Socap Sektor menanggapi dengan mekanisme pengaduan/grievance Mechanism sesuai SOP. m. Jika masyarakat adat/kelompok masyarakat menerima keputusan maka socap sektor meng-update Action Plan Penanganan secara FPIC/Padiatapa. n. Pada setiap akhir bulan Socap sektor membuat Laporan Bulanan Rekapitulasi Penanganan Secara FPIC/Padiatapa. Paling lambat tanggal 3 setiap bulannya (elektronik copy melaui e-mail dan hard copy yang sudah ditandatangan), wajib dilaporkan ke Manager Socap Head Office. 08. PENYIMPANAN REKAMAN Manager Socap Head Office dan Askep Socap Sektor bertanggung jawab untuk menyimpan rekaman dibawah selama 5 tahun: Daftar Hadir Sosialisasi FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8027-FM Berita Acara Kegiatan FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8028-FM Kesepakatan FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8029-FM Logbook Penerimaan Tuntutan, Keluhan dan Pembalakan liar, TPF-SOC-8001-FM Laporan Tuntutan, Keluhan dan Pembalakan liar, TPF-SOC-8002-FM Action Plan Penanganan secara FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8030-FM Laporan Bulanan Rekapitulasi Penanganan secara FPIC/Padiatapa, TPF-SOC-8031-FM

Halaman : 5 of 7 DIAGRAM PROSES FPIC Konsultasi Awal Dengan Para Pemimpin/ Wakil Penyebaran Informasi Konsultasi/Dialog/Pemetaan Musyawarah Masyarakat/Diskusi Di Antara Mereka Sendiri Mencari/Memberikan Informasi Tambahan Atau Klarifikasi Jika Diperlukan Menginformasikan Pendukung Proyek Lainnya Hasil Dari Proses Pengambilan Keputusan Konsultasi / Dialog Untuk Tambahan Informasi / Klarifikasi Tentukan Bentuk / Metode Untuk Pengambilan Keputusan Kolektif Kembali ke Keputusan Masyarakat Melakukan Pengambilan Keputusan Kolektif sendiri Masyarakat Sepakat Masyarakat Tidak Sepakat Penandatanganan kerjasama dengan masyarakat / Project dilaksanakan Pembentukan mekanisme Pengaduan Partisipasi Dalam Monitoring Dan Evaluasi

Halaman : 6 of 7 Tobafiber Division Alur Pembibitan, Penyiapan Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemanenan dan Produksi Pulp Proses Pembibitan di Porsea Tanaman Induk Pemanenan Tanaman Induk Penanaman Bibit Ke Tube Perawatan Bibit Pengangkutan ke sektor Penyiapan Lahan Pemotongan Kayu Penanaman Perawatan dan Penebangan Pemotongan Kayu Rumpuk dan Kupas Kayu Penumpukan Kayu

Halaman : 7 of 7 Pulp dan Pengangkutan Pulp Pemasakan Cincangan Kayu Penumpukan dan Pencincangan Kayu Pengangkutan Kayu ke Pabrik Pembuatan/Peraw atan Jalan Penumpukan Kayu di pinggir Jalan