BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

Bab 1. Pendahuluan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sutedi bahwa bahasa digunakan sebagai alat

SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 :

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

Fonologi Dan Morfologi

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

ANALISIS KONTRASTIF PERUBAHAN FONEM PADA PROSES REDUPLIKASI DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA: KAJIAN MORFOFONEMIK

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang memengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihongogaku) akan melahirkan berbagai cabang linguistik, diantaranya adalah fonetik (onseigaku), fonologi (on-in-ron), morfologi (keitairon), sintaksis (tougoron), semantik (imiron), pragmatik (goyouron), sosio-linguistik (shakai gengogaku) dan lainya (Sutedi, 2003: 6). Fonetik (Onseigaku) yaitu: ilmu yang mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang, serta bagaimana orang tersebut memahaminya. Fonologi (On-inron) yaitu: ilmu yang mengkaji tentang fonem-fonem dan aksen suatu bahasa. Morfologi (Keitairon) yaitu: ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. Sintaksis (Tougoron) yaitu: ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa. Semantik (Imiron) yaitu: ilmu yang mengkaji tentang makna kata, frase, dan klausa dalam suatu kalimat. Pragmatik (Goyouron) yaitu: ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan. Sosio-linguistik (Shakai gengogaku) yaitu: salah satu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Selain cabang-cabang linguistik di atas, ada yang disebut dengan Rama ulun sundasewu, 2015 Analisis konstrastif perubahan fonem pada proses afikasi,reduflikasi,dan komposisi dalam bahasa jepang dan bahasa indonesia kajian morfofonemik Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 morfofonemik. Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik, yaitu morfologi dan fonologi. Kridalaksna (2007: 183) mengatakan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuaan morfem dengan morfem. Atau morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, yaitu ketika morfem dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Pendapat ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ramlan dalam Tarigan (1986: 27) yang mengatakan bahwa morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Proses morfofonemik dalam Bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuaan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007: 183). Jadi, morfofonemik adalah gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi atau morfologi dan fonemik. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan igyoutai no koutai atau keitai on inron (Koizumi, 1993: 100). Bidang kajiaan morfofonemik ini meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Namun, kajian tentang morfofonemik ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru akan muncul dalam kajian morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Pada proses afiksasi bahasa Indonesia, misalnya perfiks me-, dalam linguistik biasanya disimbolkan dengan {men-} atau {me(n)- }, akan berubah bentuk menjadi /mem-/, /men-/, /meny-/, /meng-/, /menge-/, atau tetap /me-/, sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. Menurut Koizumi (1993: 95) afiksasi bahasa Jepang disebut dengan setsuji dan terbagi 3, yaitu prefiks (settouji), sufiks (setsubij), dan infiks (setsuchuuji). Dalam afiksasi bahasa Jepang, misalnya jika prefiks /o-/ ditambahkan pada kata yang diawali fonem /s/, maka fonem /s/ tersebut akan berubah menjadi fonem /j/.

3 Contoh: prefiks /o-/ + /- shika/ /ojika/. Pada proses reduplikasi bahasa Jepang, fonem awal suku kata kedua dari kata dasarnya akan berubah dengan menambahkan nigori pada suku kata kedua tersebut. Contoh: /kuni-/ + /-kuni/ /kuniguni/. Menurut Koizumi (1993: 108 ), Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut juufuku. Kemudian pada proses komposisi bahasa Jepang, Contoh: /ame-/ + /-kasa/ /amagasa/. Komposisi bahasa Jepang disebut fukugougo (Koizumi,1993: 94). Jadi, perubahan fonem yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi tersebut akan dijumpai dalam bidang kajian morfofonemik. Menurut Suzuki (1975: 80) bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan fonem dalam proses morfofonemik ada enam, yaitu : 1. On in datsuraku (elipsis / pelesapan fonem) 2. On in shukuyaku (kontraksi / penyingkatan fonem) 3. On in koutai (disimilasi / perubahan fonem) 4. On in tenkan (pergeseran fonem) 5. On in tenka (penambahan fonem) 6. On in yuugou (asimilasi / peleburan fonem) Dalam bahasa Indonesia terdapat gejala bahasa yang menjalankan fungsi yang sama, distribusi yang sama, dan makna yang hampir sama, akan tetapi bangunan fonemisnya berbeda. Gejala bahasa yang seperti itu menunjukkan

4 hubungan antara bentuk-bentuk morfem dan fonem, yang menjadi telaah dalam bidang morfofonemik (Parera, 1994: 30). Misalnya, prefiks ber- yang berubah menjadi bel-, jika ditambahkan kata dasar ajar. Perubahan tersebut dikarenakan adanya fonem yang berubah pada proses morfologi. /ber-/ + /ajar/ /be-la-jar/ Begitu juga perubahan fonem bahasa Jepang yang terjadi dalam proses morfofonemik seperti yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi. Fonem yang berubah itu bisa terjadi pada fonem vokal dan fonem konsonan. Misalnya, perubahan fonem vokal /e/ menjadi fonem /a/ pada kata ame (hujan) dan fonem konsonan /k/ menjadi fonem /g/ pada kata kasa (payung), yang berubah setelah kedua kata tersebut digabungkan, yakni : /ame-/ + /-kasa/ /amagasa/ Dari kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa kedua bahasa ini mengalami perubahan fonem dalam proses morfologi. Jika mengalami perubahan tidak menutup kemungkinan bahwa perubahan fonem yang terjadi dari kedua bahasa ini memiliki persamaan dan perbedaan. Lalu apakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem pada proses morfologi bahasa Jepang-Indonesia? Kemudian apakah semua fonem vokal dan konsonan pada bahasa Jepang- Indonesia mengalami perubahan fonem pada proses morfologi? Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti perubahan fonem yang terjadi dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, baik pada perubahan vokal maupun konsonan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada fonem bahasa Jepang (On in koutai) dan bahasa Indonesia, baik itu pada proses afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. Dalam peneilitan ini penulis mengambil judul Analisis Kontrastif Perubahan Fonem pada Proses Afiksasi, Reduplikasi, dan Komposisi dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia: Kajian Morfofonemik.

5 B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses afiksasi ditinjau dari segi morfofonemik? 2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses reduplikasi ditinjau dari segi morfofonemik? 3. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses komposisi ditinjau dari segi morfofonemik? C. Batasan Masalah Penelitian 1. Penelitian ini hanya akan membahas prefiks /me-/ ( 雌 / 牝 ) betina dan /o/ ( 雄 / 牡 ) jantan bahasa Jepang, meskipun menurut Timothy (1993: 1), prefiks yang biasanya sering dipakai ada 16 prefiks. Akan tetapi tidak semuanya mengalami perubahan fonem. Penelitian ini sama sekali tidak membahas mengenai makna dari prefiks tersebut, penulis menggunakan prefiks ini karena sering terjadi perubahan bunyi ketika digabungkan dengan morfem lain. Fonem yang akan dibahas adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/. Begitu juga dengan proses afiksasi dalam bahasa Indonesia, penulis hanya akan membahasa prefiks /me-/ dan /ber-/ saja, sedangkan fonem yang akan dibahas adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/. 2. Penelitian ini hanya akan membahas reduplikasi bahasa Jepang yang mengalami perubahan fonem saja. Fonem yang akan dibahas adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/. Karena pada fonem vokal tidak terjadi perubahan fonem dalam proses reduplikasi, penulis akan menjelaskan penyebabnya saja. Sedangkan dalam proses reduplikasi bahasa Indonesia, penulis hanya akan membahas reduplikasi yang mengalami perubahan fonem yang terjadi pada fonem f vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/.

6 3. Penelitian ini hanya akan membahas komposisi yang mengalami perubahan fonem. Fonem yang akan dibahas adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/. Karena hanya pada fonemfonem tersebut yang mengalami perubahan fonem ketika terjadi penggabungan morfem, yaitu nomina1 + nomina2. Sedangkan proses komposisi pada bahasa Indonesia, penulis akan membahas komposisi yang mengalami perubahan fonem. Fonem yang akan dibahas adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, /n/, /h/, /m/, dan /r/. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan proposal tesis ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses afiksasi ditinjau dari segi morfofonemis? 2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses reduplikasi ditinjau dari segi morfofonemis? 3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah persamaan dan perbedaan perubahan fonem bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pada proses afiksasi ditinjau dari segi morfofonemis? E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan tesis ini adalah: 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian kontrastif, terutama dalam kajian morfofonemik bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, yang merupakan gabungan 2 cabang linguistik, yaitu morfologi dan fonologi. Sehingga dihasilkan telaah

7 persamaan dan perbedaan proses perubahan fonem yang terjadi pada proses morfologi (afiksasi, reduplikasi, dan komposisi) pada bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi informasi dan memperkaya khazanah penguasaan bahasa Jepang, terutama oleh pemakai atau pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa asing, terutama tentang morfofonemik bahasa Jepang. Selain itu, mempermudah pembelajar dalam memahami proses pembentukan kata yang mengalami perubahan fonem pada proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi dari kedua bahasa ini. F. Defenisi Operasional 1. Analisis Kontrastif Menurut Tarigan (1988: 23-29) menyatakan bahwa analisis kontrastif atau yang lebih dikenal dengan anakon adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua untuk mengindentifikasi perbedaan dan persamaan antara kedua bahasa. 2. Perubahan fonem Yaitu berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks /ber-/ pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. (Chaer, 2008: 43) 3. Afiksasi Menurut Muchtar (2006: 35), afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada morfem dasar, baik morfem dasar bebas maupun morfem dasar terikat. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata (Chaer, 2003: 177).

8 4. Reduplikasi Cahyono (1995: 145-146) mengatakan bahwa, reduplikasi adalah pengulangan bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak. Secara umum, reduplikasi merupakan proses morfemis yang mengulang kata dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2003: 182). 5. Komposisi Dalam bahasa Indonesia, komposisi dapat berupa kata majemuk. Menurut Chaer (2003: 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. 6. Morfofonemik Ramlan dalam Tarigan (1986: 27) yang mengatakan bahwa morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. G. Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA mencangkup penjelasan mengenai teori yang relevan tentang proses morfologi bahasa Jepang-Indonesia, pengertian dan proses morfofonemik beserta jenis morfofonemik bahasa Jepang-Indonesia, dan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN berupa metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data yang mencakup data penelitian, instrumen, dan sumber data. Kemudian teknik analisis data.

9 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN pada bab ini penulis melakukan analisis berdasarkan perubahan fonem vokal dan konsonan yang terjadi pada proses morfologi kedua bahasa tersebut. setelah analsis dilakukan, penulis mengontraskan data yang telah dianalisis. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN mencakup kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan juga saran untuk penelitian ini sendiri dan penelitian selanjutnya.