SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI"

Transkripsi

1 SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI OLEH: LELITA SARI DAULAY NIM : Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA JURUSAN EKSTENSI SASTRA JEPANG MEDAN 2009

2 SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI OLEH: LELITA SARI DAULAY NIM : Pembimbing I Pembimbing II Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D NIP NIP Skripsi ini diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Unversitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA JURUSAN EKSTENSI SASTRA JEPANG MEDAN 2009

3 Disetujui Oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Jurusan Sastra Jepang Ketua Jurusan, Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D NIP Medan, Juni 2009

4 PENGESAHAN Diterima Oleh : Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Pada : Jam Tanggal : Juni 2009 Hari : Fakultas Sastra Dr. Syaifuddin, MA., Ph.D. NIP : Panitia Ujian No. Nama Tanda Tangan 1. ( ) 2. ( ) 3. ( )

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur penulis panjtkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho dan hidayah-nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Amin. Skripsi ini berjudul Analisis on in koutai Bahasa Jepang ditinjau dari segi Morfofonemik, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Studi Sastra Jepang Sarjana (S1) Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun dari uraiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya dimasa-masa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Sastra Jepang Sarjana (S1) Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S. Ph.D., selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku dosen pembimbing II yang telah mengorbankan waktu dan tenaga serta bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Eman Kisdiyana, M. Hum, selaku dosen pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, memeriksa dan memberikan pengarahan dengan telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

6 4. Bapak/Ibu Dosen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada penulis selaku mahasiswi Sastra Jepang (S1) Ekstensi selama masa perkuliahan. 5. Kepada Ayah, Bunda, dan kelima adikku yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi Sastra Jepang ini. 6. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i tahun 2007 Sastra Jepang (S1) Ekstensi yang telah membantu dan menjalin silaturahmi serta saling membantu dalam arti yang positif selama ini. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis mengucapkan puji dan syukur, semoga kita semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat ridhonya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Nusa dan bangsa terutama bagi penulis sendiri dimasa sekarang dan yang akan datang. Semoga Bapak/Ibu, Saudara/I serta keluarga penulis senantiasa mendapat berkah dan perlindungandari dari Allah SWT. Amin. Medan, Juni 2009, Penulis

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Tinjauan Pustaka Kerangka Teori Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data BAB II PROSES MORFOLOGI DAN PROSES MORFOFONEMIK 2.1 Pengertian Morfologi dan Proses Morfologi Jenis Jenis Proses Morfologi Afiksasi ( Setsuji ) Reduplikasi ( Juufuku ) Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) Pengertian Morfofonemik dan Proses Morfofonemik... 26

8 2.4 Jenis Jenis Proses Mofofonemik Pelepasan Fonem ( On in datsuraku ) Penyingkatan Fonem ( On in shukuyaku ) Perubahan Fonem ( On in koutai ) Perubahan Fonem Vokal ( Bouin Kotai ) Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Koutai ) Pergeseran Fonem ( On in tenkan ) Penambahan Fonem ( On in tenka ) Peleburan Fonem ( On in yuugou )...36 BAB III ANALISIS ON IN KOTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK 3.1 Perubahan Fonem Vokal ( Bouin Kotai ) Bahasa Jepang Afiksasi ( Setsuji ) Reduplikasi ( Juufuku ) Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Kotai ) Bahasa Jepang Afiksasi ( Setsuji ) Reduplikasi ( Juufuku ) Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ).. 67 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Saran.. 79 DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga terjalin sebuah komunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan para kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri ( Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 2007 : 32 ). Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan hal yag tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Melalui bahasa, manusia dapat mengemukakan atau menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang, baik secara lisan maupun secara tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang yang kita maksud, tiada lain karena dia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi suatu bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( dentatsu ) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. ( Dedi Sutedi, 2003 : 2 ) Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana untuk berkomikasi, untuk berinteraksi, untuk beradaptasi, dan yang paling penting adalah sarana untuk memahami orang lain. Maka banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa-bangsa lain atau yang lebih sering disebut dengan bahasa asing, terutama dari bangsa-bangsa yang telah maju dan mempunyai pengaruh dalam

10 dunia internasional, seperti Amerika, Inggris, Jerman, Jepang, dan lain-lain. Tujuannya tiada lain adalah untuk memahami orang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Dewasa ini bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang banyak diminati oleh orang Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, atau siapa saja yang memang tertarik dengan bahasa Jepang. Dalam kepentingan selanjutnya, bahasa Jepang dipelajari sebagai ilmu bahasa yang digunakan untuk studi di Jepang atau sebagai pengantar bahasa pada perusahaan-perusahaan Jepang yang ada diluar negara Jepang. Untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan pengusaan bahasa Jepang, yang merupakan bahasa asing, maka perlu untuk memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik bahasa Jepang disebut dengan 日本語学 Nihon go-gaku, artinya ilmu bahasa Jepang. ( Dedi Sutedi, 2003 : 2 ) Dalam linguistik bahasa Jepang ( 日本語学 Nihon go-gaku ), yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam linguistik bahasa Jepang ( Nihon go-gaku ) akan melahirkan berbagai cabang linguistik, diantaranya adalah Fonetik ( 音声学 onseigaku ), fonologi ( 音韻論 on-in-ron ), morfologi ( 形態論 keitairon ), sintaksis ( 統語論 tougoron ), semantik ( 意味論 imiron ), pragmatik ( 御用論 goyouron ), sosio-linguistik ( 社会言語学 shakai gengogaku ) dan lainya. ( Dedi Sutedi, 2003 : 6 )

11 - Fonetik ( 音声学 Onseigaku ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang, serta bagaimana orang tersebut memahaminya. - Fonologi ( 音韻論 On-inron ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang fonem-fonem dan aksen suatu bahasa. - Morfologi ( 形態論 Keitairon ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang jenisjenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. - Sintaksis ( 統語論 Tougoron ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa. - Semantik ( 意味論 Imiron ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang makna kata, frase, dan klausa dalam suatu kalimat. - Pragmatik ( 御用論 Goyouron ) yaitu : ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan. - Sosio-linguistik ( 社会言語学 Shakai gengogaku ) yaitu : salah satu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Selain cabang-cabang linguistik di atas, ada yang disebut dengan morfofonemik. Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik, yaitu morfologi dan fonologi. Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 27 ) mengatakan bahwa morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-

12 perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Pendapat ini juga sesuai dengan pendapat Kridalaksna ( 2007 : 183 ) yang mengatakan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuaan morfem dengan morfem. Atau morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, yaitu : ketika morfem dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Proses morfofonemik dalam Bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuaan realisasi morfem dasar ( morfem ) dengan realisasi afiks ( morfem ), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks ( Kridalaksana, 2007 : 183 ). Jadi, seperti yang tampak dari namanya, morfofonemik adalah gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi atau morfologi dan fonemik. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan 胃形態の交替 igyoutai no koutai atau 形態音韻論 keitai on inron ( Koizumi, 1993 : 100 ). Bidang kajiaan morfofonemik ini meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Namun walaupun demikian, kajiaan tentang morfofonemik ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru akan muncul dalam kajiaan morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Pada proses afiksasi bahasa Indonesia, misalnya perfiks me-, dalam linguistik biasanya disimbolkan dengan {men-} atau {me(n)- }, akan berubah bentuk menjadi /mem-/, /men-/, /meny-/, /meng-/, /menge-/, atau tetap /me-/, sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya.

13 Menurut Koizumi ( 1993 : 95 ) afiksasi bahasa Jepang disebut dengan 接辞 setsuji dan terbagi 3, yaitu : prefiks ( 接頭辞 settouji ), sufiks ( 接尾辞 setsubiji ), dan infiks ( 接中辞 setsuchuuji ). Dalam afiksasi bahasa Jepang, misalnya jika prefiks /o-/ ditambahkan pada kata yang diawali fonem /s/, maka fonem /s/ tersebut akan berubah menjadi fonem /j/. Contohnya, prefiks /o-/ + /- shika/ /ojika/. Pada proses reduplikasi bahasa Jepang, fonem awal suku kata kedua dari kata dasarnya akan berubah dengan menambahkan nigori pada suku kata kedua tersebut. Misalnya, /kuni-/ + /-kuni/ /kuniguni/. Menurut Koizumi ( 1993 : 108 ), Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut 重福 juufuku. Kemudian pada proses komposisi bahasa Jepang, misalnya /ame-/ + /-kasa/ /amagasa/. Komposisi bahasa Jepang disebut 複合語 fukugougo ( Koizumi,1993: 94 ). Jadi, perubahan fonem yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi tersebut akan dijumpai dalam bidang kajian morfofonemik. Menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan fonem dalam proses morfofonemik ada 6, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem ) 6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) Perubahan fonem ( 音韻交替 on in koutai ) bahasa Jepang dalam proses morfofonemik seperti yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi,maupun

14 komposisi seperti contoh diatas cukup menarik untuk diteliti karena fonem yang berubah itu bisa terjadi pada fonem vokal dan fonem konsonan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti apakah perubahan fonem tersebut terjadi pada semua fonem vokal dan fonem konsonan. Misalnya, seperti pada contoh komposisi diatas, yaitu : /ame-/ + /-kasa/ /amagasa/ Apakah setiap fonem vokal /e/ akan berubah menjadi fonem vokal /a/ dan fonem konsonan /k/ akan berubah menjadi fonem konsonan /g/. Kemudian bagaimana dengan perubahan fonem vokal dan konsonan lainnya, apakah perubahan fonem yang terjadi tersebut dapat dipedomani atau dapat dijadikan sebagai acuan atau tidak. Hal ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dalam bahasa Indonesia perubahan fonem yang ada seperti pada bahasa Jepang ini tidak dapat dijadikan pedoman / acuan. Misalnya, pada proses reduplikasi dengan perubahan morfem yang mengalami perubahan vokal, contohnya : gerak-gerik, dan perubahan konsonan, contohnya : sayur-mayur. Jika misalnya salak adalah kata dasarnya, maka jika sudah mengalami proses reduplikasi, tidak bisa menjadi salak-malak. Jadi, jika fonem dasarnya /s/, bentuk reduplikasinya ada yang berubah menjadi fonem /m/ dan ada yang tidak. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan fonem yang terjadi pada proses reduplikasi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dijadikan pedoman / acuan. 1.2 Perumusan Masalah

15 Dalam bahasa Indonesia, terdapat gejala bahasa yang menjalankan fungsi yang sama, distribusi yang sama, dan makna yang hampir sama, akan tetapi bangunan fonemisnya berbeda. Gejala bahasa yang seperti itu menunjukkan hubungan antara bentuk-bentuk morfem dan fonem, yang menjadi telaah dalam bidang morfofonemik. ( Parera, 1994 : 30 ). Misalnya, prefiks ber- yang berubah menjadi bel-, jika ditambahkan kata dasar ajar. Perubahan tersebut dikarenakan adanya fonem yang berubah pada proses morfologi. /ber-/ + /ajar/ /be-la-jar/ Dalam bahasa Jepang juga terdapat gejala bahasa yang menunjukkan perubahan fonem dalam proses morfologi, misalnya,perubahan fonem /e/ menjadi fonem /a/ pada kata ame ( hujan ) dan fonem /k/ menjadi fonem /g/ pada kata kasa ( payung ), yang berubah setelah kedua kata tersebut digabungkan, yakni : /ame-/ + /-kasa/ /amagasa/ Berdasarkan hal tersebut, yaitu apakah fonem vokal /e/ akan selalu berubah menjadi fonem vokal /a/, dan begitu juga dengan fonem konsonan /k/ apakah akan selalu berubah menjadi fonem konsonan /g/ jika digabungkan dengan kata lain dalam proses morfofonemik. Kemudian, bagaimana dengan perubahan fonem vokal dan konsonan lainnya, apakah semua vokal dan konsonan akan mengalami perubahan fonem, dan sebagainya. Maka oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perubahan fonem yang terjadi dalam bahasa Jepang, baik pada perubahan vokal maupun konsonan bahasa Jepang. Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini berhubungan dengan dan berpusat pada pengadaan deskripsi perubahan yang terjadi pada fonem bahasa Jepang ( 音韻交替 On in koutai ) secara terperinci

16 dan memadai. Perubahan yang terjadi pada fonem vokal maupun konsonan bahasa Jepang, baik itu pada proses afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. Dalam bentuk pertanyaan, permasalahannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses perubahan fonem vokal ( 母音交替 bouin koutai ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik? 2. Bagaimana proses perubahan fonem konsonan ( 子音交替 shiin koutai ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dari permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dikemukakan. Adapun ruang lingkup pembahasan skripsi ini adalah : proses perubahan fonem dalam bahasa Jepang ( 音韻交替 on in kouta i ), yaitu perubahan pada fonem vokal dan konsonan pada Nomina Majemuk ( 福合語名詞 Fukugou meishi ) saja yang akan ditinjau dari segi morfofonemisnya. Untuk menghasilkan pembahasan yang akurat dan maksimal, penulis juga menjelaskan mengenai proses morfologi serta proses morfofonemik bahasa Jepang. Dalam proses morfologi misalnya pada afiksasi, penulis hanya membahas tiga prefiks, yaitu /me-/, /o-/ dan /kaku-/ yang ada pada fonem vokal dan fonem konsonan. Meskipun menurut Timothy ( 1993 : 1 ), prefiks yang biasanya sering dipakai ada 16. Karena hanya pada prefiks /me-/, /o-/ dan /kaku-/ yang ada pada fonem vokal dan fonem konsonan ini saja yang terdapat perubahan fonem sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini. Fonem vokal yang akan dibahas hanya fonem /i/ dan fonem konsonan yang akan dibahas hanya fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ saja. Jika

17 prefiks /me-/, /o-/ dan /kaku-/ digabungkan dengan morfem yang diawali dengan fonem vokal /i/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, dan /h/ ini saja yang mengalami perubahan fonem. Demikian juga pada proses reduplikasi, yang akan dibahas oleh penulis hanya perubahan fonem yang terjadi pada fonem konsonan ( 子音 shiin ) saja, yaitu fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/. Karena pada fonem vokal tidak terjadi perubahan fonem dalam proses redupliksi. Ketika morfem yang diawali dengan fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ mengalami proses reduplikasi maka akan mengalami perubahan fonem. Kemudian pada proses komposisi / pemajemukan, yang akan dibahas oleh penulis adalah perubahan fonem yang terjadi pada fonem vokal ( 母音 bouin ) yaitu fonem /a/, /i/, /e/, dan /o/ serta fonem konsonan ( 子音 shiin ) yaitu fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ saja. Karena hanya pada fonem-fonem tersebut yang mengalami perubahan fonem ketika terjadi penggabungan morfem, yaitu nomina + nomina. Ketika morfem yang diakhiri dengan fonem-fonem tersebut digabungkan dengan morfem lain yang diawali dengan fonem selainnya, misalnya morfem yang diakhiri dengan fonem vokal /e/ digabungkan dengan fonem konsonan /k/, maka fonem /e/ tersebut akan berubah menjadi fonem lain. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Dalam setiap struktur bahasa, tentu memiliki bidang-bidang keilmuan yang membahas bahasa tersebut. Salah satu bidang keilmuan yang membahas bahasa adalah morfofonemik. Kridalaksana ( 2007 : 183 ) mengatakan, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi.

18 Ilmu bahasa yang menyelidiki peristiwa-peristiwa mengenai seluk-beluk bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata adalah morfologi ( Wirjosoedarmo, 1985 : 92 ). Kemudian, Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 4 ) mengatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. Jadi, dalam morfologi mencakup tentang kata, bagian bagian kata, dan kajian kata. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan 形態論 keitairon. Sutedi ( 2003 : 41 ) mengatakan, Morfologi ( 形態論 keitairon ) merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Morfologi atau morfemik adalah telaah morfem. Morfem ( 形態素 keitaiso ) adalah satuaan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi kedalam satuan makna yang lebih kecil ( Dedi Sutedi, 2003 : 41 ). Sedangkan istilah fonologi dalam Bahasa Jepang disebut dengan 音韻論 On in ron, yaitu merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang lambang bunyi bahasa berdasarkan pada fungsinya ( Dedi Sutedi, 2003 : 35 ). Fonologi ( 音韻論 on in ron ) adalah telaah fonem. Fonem ( 音素 onso ) merupakan satuan bunyi terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti ( Dedi Sutedi, 2003 : 35 ). Jadi, jika kedua cabang linguistik tersebut, yakni morfologi dan fonologi digabungkan akan menghasilkan cabang linguistik baru yang disebut dengan morfofonemik. Dari pengertian morfologi dan fonologi diatas, maka morfofonemik adalah telaah ilmu mengenai bidang kebersamaan bunyi dan bentuk kata.

19 2. Kerangka Teori Dalam mempelajari bahasa, jika 2 cabang linguistik digabungkan, yaitu morfologi dan fonologi disebut dengan morfofonemik. ( Hendry Guntur Tarigan, 1986 : 27 ) mengatakan, Morfofonemik atau yang biasa disebut dengan morfofonologi adalah ilmu yang menelaah morfofonem ( biasa disingkat morfonem ). Jadi, morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud fonemis dalam suatu proses morfologi, yaitu ketika morfem dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Menurut Kridalaksana ( 2007 : 185 ) morfofonemik atau morfofonologi tidak hanya mengacu pada analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang menggambarkan morfem. Morfofonemik juga mengacu pada struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem. Penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem termasuk di dalam struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis. Menurut Koizumi ( 1993 : 100 ), morfofonemik dalam bahasa Jepang disebut dengan 胃形態の交替 igyoutai no koutai atau 形態音韻論 keitai on inron. Menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) dalam Bahasa Jepang proses morfofonemik dapat kita temukan dalam perubahan fonem, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem )

20 6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) Menurut Koizumi ( 1993 : 100 ), 音韻交替 on in koutai ( perubahan fonem ) terbagi 2, yaitu : 1. Perubahan vokal ( 母韻交替 bouin koutai ) 2. Perubahan konsonan ( 子韻交替 shiin koutai ) Koizumi ( 1993 : 101 ), menyatakan bahwa proses perubahan vokal ( 母韻替 bouin koutai ) terjadi pada : a. Nomina majemuk ( 福語名詞 Fukugou meishi ), yaitu : ketika dua kata digabungkan untuk menggabungkan kata majemuk, vokal terakhir dari kata yang pertama berubah. Contohnya : /sake-/ + /-ya/ /sakaya/ /ki-/ + /-kage/ /kokage/ /shiro-/ + /-ito / /shiraito/ Jadi, setiap fonem terakhir dari kata pertama yang diakhiri vokal, akan berubah menjadi vokal lain, jika digabungkan dengan kata lain yang akan menjadi kata majemuk, yaitu : e a, i o, o a

21 b. Adjectiva I ( 形容詞的 Keiyoushi teki ), yaitu : ketika verba mendapat akhiran /-shii /, lalu menjadi adjektiva, maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /konomu-/ + /-shii/ /konomashii/ /akeru-/ + /-shii/ /akashii/ /kuiru-/ + /-shii/ /kuyashii/ Jadi, setiap kata yang mendapat akhiran /-shii/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u a, e a, i a c. Verba I ( 動詞的 Doushi teki ), yaitu : ketika yang mendapat akhiran /sufiks/ setsubiji ( /-su/ atau /-ru/ ) lalu menjadi verba baru maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /tobu-/ + /-su/ /tobasu/ Jadi, jika kata kerja I ( doushi I ) mendapat akhiran / -su/ atau / -ru/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u a Proses perubahan konsonan ( 子韻交替 shiin koutai ), baik yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 fukugou meishi ), kata sifat I ( 形容詞的 keiyoushi teki ), maupun kata kerja I ( 動詞的 doushi teki ) akan mengalami perubahan fonem seperti yang dinyatakan oleh Nomura ( 1992 : 185 ) yaitu : k g, s/ sh z / j, t d, dan h b. Contoh :

22 - k g /kuni-/ + /-kuni/ /kuniguni/ - s / sh z / j /shima-/ + /-shima/ /shimajima/ - t d /toki-/ + /-toki/ /tokidoki/ - h b /hito-/ + /-hito/ hitobito/ Menurut Cahyono ( 1995 : 148 ) proses morfofonemik yang mengalami perubahan fonem terjadi, untuk mempermudah dan memperlancar ucapan. Perubahan fonem vokal ( 母韻交替 bouin koutai ) dan perubahan fonem konsonan ( 子韻交替 shiin koutai ) yang merupakan salah satu kajian dalam morfofonemik terjadi pada proses pembentukan kata, seperti : 1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 setsuji ) 2. Reduplikasi ( pengulangan / 重複 juufuku ) 3. Komposisi ( pemajemukan / 複合語 fukugougo ) Seperti yang terlihat pada contoh-contoh sebelumnya, misalnya : /sake-/ + /-ya/ /sakaya/. ( lihat hal : 12 ) /hito-/ + /-hito/ /htobito/. ( lihat hal : 13 ) Kata /sakaya/ adalah contoh komposisi, dan kata /hitobito/ adalah contoh reduplikasi. Oleh karena itu, penelitian tentang perubahan fonem dalam bidang kajian morfofonemik ini akan berhubungan dengan proses afiksasi, reduplikasi, dan juga komposisi. Perubahan fonem yang terjadi baik itu pada fonem vokal maupun fonem konsonan akan tampak jelas terlihat dan akan muncul jika

23 ditampilkan dalam contoh-contoh dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dalam skripsi ini penulis akan membahas perubahan fonem vokal dan konsonan yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang hanya terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 fukugou meishi ) saja. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses perubahan fonem vokal ( 母韻交替 bouin koutai ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik. 2. Untuk mengetahui proses perubahan fonem konsonan ( 子韻交替 shiin koutai ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal linguistik, terutama morfofonemik bahasa Jepang yang merupakan gabungan 2 cabang linguistik, yaitu : morfologi dan fonologi. 2. Dapat menjadi informasi dan memperkaya khazanah penguasaan bahasa Jepang, terutama oleh pemakai / pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa asing, terutama tentang morfofonemik bahasa Jepang.

24 1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Artinya, penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur- penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret : paparan seperti apa adanya. ( Sudaryanto; 1988: 62 ) Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan Metode Kepustakaan ( library research ), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data data dan informasi yang bersumber dari buku buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan perubahan fonem vokal dan konsonan bahasa Jepang. 2. Tekhnik Pengumpulan Data Karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber data tertulis, yaitu bersumber dari buku buku atau majalah yang topiknya terkait dengan permasalahan dalam skipsi ini, maka tekhnik pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1. Membaca seluruh kosakata yang ada dalam buku-buku atau majalah yang terkait dengan skripsi ini dengan cermat dan teliti. 2. Mengelompokkkan mana kosakata yang termasuk afiksasi, reduplikasi dan komposisi yang ada dalam buku-buku atau majalah tersebut.

25 3. Mendeskripsikan bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan yang dijumpai kedalam bentuk data. 4. Menganalisis bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan dalam data tersebut. BAB II PROSES MORFOLOGI DAN PROSES MORFOFONEMIK 2.1 Pengertian Morfologi dan Proses Morfologi Hampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa Indonesia, bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan lain-lain. Bahasa-bahasa ini mempunyai afiks, baik itu berupa awalan, akhiran maupun sisipan sebagai unsur pembentuk kata. Proses pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Ilmu bahasa yang menyelidiki peristiwa-peristiwa mengenai seluk-beluk bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata adalah morfologi ( Wirjosoedarmo, 1985 : 92 ). Kemudian, Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 4 ) mengatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. Jadi, dalam morfologi mencakup tentang kata, bagian bagian kata, dan kajian kata.

26 Satuan ujaran yang mengandung makna ( leksikal atau gramatikal ) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, rnorfem dibedakan terdiri dari : 1. Morfem terikat, yaitu : morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan rnengikatkan dirinya dengan morfem bebas lewat proses morfologis atau proses pembentukan kata. 2. Morfem bebas, yaitu : morfem yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput rnerupakan morfem bebas atau kata dasar; sedang /me-/, /pe-/, /-an/, /ke an/, /di-/ merupakan morfem terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat /me-/ dapat berubah menjadi /men-/, /mem-/, /meny-/, /menge-/, dan /menge-/ sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini, meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi ( pemajemukan ). Kata dasar adalah kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambaban imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan.

27 Bentuk dasar adalah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan 形態論 keitairon. Sutedi ( 2003 : 6 ) mengatakan, Morfologi ( 形態論 keitairon ) adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. Proses pembentukan kata disebut juga dengan proses morfologi atau proses morfologis. Proses morfologis adalah cara pembentukan kata kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lainnya, atau proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata ( Samsuri, 1980 : 190 ). Proses morfologis dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah 語形成 gokeisei. 2.2 Jenis- Jenis Proses Morfologi Menurut Sutedi ( 2003 : ), hasil dari proses pembentukan kata ( 語形成 gokeisei dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada 4 macam, yaitu : (1). Haseigo adalah penggabungan dengan setsuji. (2). Fukugougo / Goseigo adalah kata majemuk. (3). Karikomi / Shouryaku adalah akronim yang berupa suku kata dari kosakata aslinya. (4). Toujigo adalah singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alfabet.

28 Japan Wikipedia menyatakan goseigo berupa fukugougo, haseigo, dan jougo ( ). Hal ini menunjukkan bahwa proses morfemis bahasa Jepang dapat berupa haseigo, fukugougo, jougo, shouryaku / karikomi, dan toujigo. Dalam skripsi ini, penulis hanya akan membahas tentang proses morfologis yang berupa afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 setsuji ), reduplikasi ( pengulangan / 重福 juufuku ), dan komposisi ( pemajemukan / 複合語 fukugougo ). 1. Afiksasi ( Setsuji ) Menurut Muchtar ( 2006 : 35 ), afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada morfem dasar, baik morfem dasar bebas maupun morfem dasar terikat. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata ( Chaer, 2003 : 177 ). Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar, seperti /ber-/, /di-/, /ke-/, /me-/, dan lain-lain adalah prefiks ( awalan ). Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperfi : /-em/, /er/, dan /el/ adalah infiks ( sisipan ). Yang terletak di akhir kata dasar, seperti : /-i/, /an/, /-kan/, dan lain-lain adalah sufiks ( akhiran ). Gabungan prefiks dan sufiks yang membenluk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak seperti : /ke-an/, /pe-an/, /per-an/ dinamakan konfiks. Afiksasi dalam bahasa Jepang disebut dengan 接辞 setsuji. Menurut Koizumi ( 1993 : 95 ), setsuji terbagi atas 3 jenis, yaitu : prefiks ( 接頭辞 settouji ), sufiks ( 接尾辞 setsubiji ), dan infiks ( 接中辞 setsuchuuji ).

29 Menurut Makino ( 2003 : ), dalam bahasa Jepang ada banyak prefiks dan sufiks dan pada beberapa prefiks terjadi perubahan bunyi ( a sound change occurs with some prefixes ). Jadi, prefiks dalam bahasa Jepang ada yang mengalami morfofonemik. lain : Menurut Timothy ( 1993 : 1 ), prefiks yang biasanya sering dipakai antara 1. お ( o ) 5. ご (go ) 9. 女 ( me ) 13. 総 ( sou ) 2. 再 ( sai ) 6. 非 ( hi ) 10. 真 ( ma ) 14. 新 ( shin ) 3. 大 ( dai ) 7. 各 ( kaku ) 11. 未 ( mi ) 15. 素 ( su ) 4. 不 ( fu ) 8. 旧 ( kyuu ) 12. 無 ( mu ) 16. 全 ( zen ) Sedangkan sufiks dalam bahasa Jepang ( Timothy, 1993 : 29 ) yang sering digunakan antara lain : 1. 的 ( teki ) 12. 費 ( hi ) 23. 感 ( kan ) 34. 会 ( kai ) 2. 別 ( betsu ) 13. 品 ( hin ) 24. 圏 ( ken ) 35. 界 ( kai ) 3. 部 ( bu ) 14. 法 ( hou ) 25. 金 ( kin ) 36. 者 ( sha ) 4. 物 ( butsu ) 15. 員 ( in ) 26. 論 ( ron ) 37. 土 ( shi ) 5. 病 ( byou ) 16. 人 ( jin ) 27. 類 ( rui ) 38. 式 ( shiki ) 6. 調 ( chou ) 17. 所 ( sho ) 28. 力 ( ryoku ) 39. 心 ( shin ) 7. 中 ( chu ) 18. 上 ( jo ) 29. 料 ( ryou ) 40. 層 ( sou ) 8. 代 ( dai ) 19. 下 ( ka ) 30. 流 ( ryuu ) 41. 場 ( jou ) 9. 団 ( dan ) 20. 家 ( ka ) 31. 生 ( sei ) 42. 隊 ( tai ) 10. 度 ( do ) 21. 化 ( ka ) 32. 説 ( setsu ) 43. 用 ( you )

30 11. 風 ( fuu ) 22. 派 ( ha ) 33. 剤 ( zai ) 44. 工 ( ko ) Infiks dalam bahasa Jepang secara umum tidak ada, namun terlihat pada contoh yang menunjukkan infiks /-e-/ ( Koizumi, 1993 : 95 ). Mi-ru mi-e-ru Ni-ru ni-e-ru 2. Reduplikasi ( Juufuku ) Cahyono ( 1995 : ) mengatakan bahwa, reduplikasi adalah pengulangan bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak. Secara umum, reduplikasi merupakan proses morfemis yang mengulang kata dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi ( Chaer, 2003 : 182 ). Ada beberapa macam reduplikasi, yaitu : 1. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar, terbagi tiga, yaitu : a. Dwilingga, yaitu : kata ulang yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas. Contohnya : ibu-ibu, buku-buku, teman-teman, dan lain-lain. b. Dwipurwa, yaitu : kata ulang yang bentuk dasarnya kata berimbuhan. Contohnya : ujian-ujian, persoalan-persoalan, dan lain-lain. c. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi. Contohnya :sayur-mayur, mondar-mandir, gerak-gerik, bolak-balik,selukbeluk, dan lain-lain.

31 2. Kata ulang berimbuhan, contohnya : berjalan-jalan, tulis-menulis, kekanakkanakan, dan lain-lain. 3. Kata ulang semu ( bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redplikasi. Contoh : laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek. Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut dengan 重複 juufuku ( Koizumi, 1993 : 108 ). Menurut Japan Wikipedia, selain disebut dengan juufuku, reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut juga dengan 畳語 jougo atau 重畳 choujo. 畳語 ( じょうご ) とは 単語またはその一部をなす形態素などの単位を反ぽくして作られた単語と言う ( Jougo to wa, tango matawa sono ichibuwo nasu keitaiso nado no tan i wo hanpokushite tsukutareta tango to iu Jougo adalah kata yang dibentuk dengan mengulang satuan / unit morfem yang berupa kata atau satu bagian dari kata tersebut. ) ( Koizumi ( 1993 : ) menyatakan bahwa reduplikasi dalam bahasa Jepang terbagi 2, yaitu : 1. 語幹の重複 ( gokan no juufuku : kata ulang dari bentuk dasarnya ), contohnya : hitobito orang-orang, kamigami dewa-dewa, kuniguni negara-negara, dll. 2. 語幹の重複と接辞 ( gokan no juufuku to setsuji : kata ulang yang mengalami proses afiksasi ), contohnya : wakawakashii kemuda-mudaan. Kemudian, masih menurut Koizumi ( 1993 : 108 ), juufuku terbagi atas :

32 1. Gitaigo yaitu bunyi bahasa yang diungkapkan seperti keadaan bendanya atau bunyi bahasa yang timbul dengan melihat keadaan bendanya. Contoh : hyu-hyu bunyi angin. 2. Giongo yaitu bunyi bahasa atau suara yang menyerupai suara benda atau hewan. Contoh : wan-wan suara anjing. Keduanya merupakan anomatope atau tiruan bunyi/suara. Secara umum, jougo terbagi atas 3, yaitu : a. 完全畳語 kanzen jougo Yaitu : Pengulangan sempurna atau pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem atau pengafiksasian. Cotohnya : ieie rumahrumah. b. 部分畳語 bubun jougo Yaitu : Pengulangan sebagian. Contohnya : susuru menghirup. c. 音交替的畳語 onkoutai jougo Yaitu : Pengulangan berubah bunyi atau pengulangan yang melibatkan perubahan vokal dan perubahan konsonan. Contohnya : hitobito orangorang. Di dalam wikipedia Jepang ( ) menyatakan ada banyak jenis jougo, antara lain : 1. 畳語名詞 代名詞 jougo meishi.daimeishi ( nomina dan pronominal ulang) Contohnya : ieie rumah-rumah 2. 畳語名詞 代名詞 ( 連濁 ) jougo meishi. daimeishi ( rendaku ) : nomina dan pronominal ulang dengan perubahan bunyi. Contohnya : hitobito orang-orang. 3. 畳語動詞 jougo doushi ( verba ulang ). Contohnya : yasumiyasumi berhenti.

33 4. 畳語動詞 ( 部分畳語 ) jougo doushi ( bubunjougo ) : verba ulang ( pengulangan sebagian ). Contohnya : susuru menghirup 5. 畳語形容詞 jougo keiyoushi ( adjektiva ulang ). Contohnya : wakawakashii kemuda-mudaan 6. 畳語副詞 jougo fukushi ( adverbia ulang ). Contohnya : tokidoki kadang-kadang. 7. 畳語擬音語 擬態語 jougo giongo.gitaigo ( bunyi tiruan / anomatope ulang ). Contohnya : dokidoki deg-deg 8. 畳語外来語 jougo gairaigo ( pengulangan kata asing ). Contohnya : teburuteburu meja-meja. 9. 畳語集畳語 jougo shuujougo ( kumpulan kata ulang ). Contohnya : achirakochira ini itu 3. Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) Dalam bahasa Indonesia, komposisi dapat berupa kata majemuk. Menurut Chaer ( 2003 : 185 ) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Contoh : kamar mandi, kereta api, rumah makan, dan lain-lain. Ada beberapa jenis komposisi ( kata majemuk), yaitu : 1. Kata majemuk setara, yaitu kata majemuk yang masing-masing unsurnya berkedudukan sama / setara. Contohnya : tua muda, besar kecil, ibu bapak, dan lain-lain. 2. Kata majemuk bertingkat, yaitu yang salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang lain. Jenis kata majemuk itu bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya dapat mewakili seluruh konstruksi, contoh: kamar mandi, sapu tangan, meja gambar, dan meja tulis.

34 Dalam bahasa Jepang, komposisi disebut dengan 複合語 fukugougo. Koizumi ( 1993 : 94 ) menyatakan bahwa : 自由刑同士が結びついたものを 複合語 と呼んでいる ( jiyuukei doushi ga musubitsuitamono wo fukugougo to yondeiru : morfem bebas dengan sesamanya / morfem bebas yang berpadu menjadi satu, disebut kata majemuk ) 複合語は自由形の語もしくはその異形態とが相互に結びついてできた語 ( fukugougo wa jiyuukei no go moshiku wa sono igyoutai to ga sougo ni musubitsuite dekita go : kata majemuk adalah kata yang dapat saling berpadu antara kata yang berupa morfem bebas atau dengan bentuk perubahannya ) Kemudian Nomura ( 1992 : 185 ) juga menambahkan, fukugougo adalah 二つ以上の語碁 語 が結合してできている語. ( Futatsu ijou no goki ( go ) ketsugoushite dekite iru go : kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang dapat menjadi satu ) Nomura ( 1992 : 185 ) juga membagi fukugougo menjadi 3 pola, yaitu : 1. 補足関係 hosokukankei ( hubungan pelengkap ) a) Noun + Adjectiva. Contohnya : irojiro warna putih b) Noun + Verba. Contohnya : higure matahari terbenam 2. 修飾関係 shuushokukankei ( hubungan penerang ) a) Adjectiva + Verba. Contohnya : hayaoki bangun cepat b) Verba + Verba. Contohnya : tachiyomi membaca sambil berdiri c) Adjectiva + Noun. Contohnya : marugao wajah bulat d) Verba + Noun. Contohnya : uchikizu luka memar e) Noun + Noun. Contohnya : hondana rak buku 3. 対立関係 tairitsukankei ( hubungan perlawanan ) a) Noun + Noun. Contohnya : ashikoshi kaki dan pinggang b) Verba + Verba. Contohnya : urikai jual beli c) Adjectiva + Adjectiva. Contohnya : sukikirai suka dan tidak suka

35 Fukugougo dapat berupa fukugou doushi dan fukugou meishi. Menurut Sudjianto ( 2004 : 150 ), fukugou doushi ( verba majemuk ) merupakan verba yang terbentuk dari gabungan 2 buah kata atau lebih, dan gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai 1 kata. Contohnya hanashiau berunding. Sedangkan fukugou meishi ( nomina majemuk ) merupakan nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu gabungan kata itu secara keseluruhan dianggap sebagai 1 kata. Contohnya aozora langit biru. Menurut Sutedi ( 2003 : 46 ) fukugougo atau yang disebut juga 合成語 gouseigo merupakan kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi, yaitu antara lain : 1. Morfem isi + morfem isi a) Nomina + Nomina. Contohnya : 雨傘 amagasa ( payung hujan ) 2. Morfem isi + setsuji a) Nomina + Verba. Contohnya : 日帰り hikaeru ( pulang hari itu ) b) Verba + Nomina. Contohnya : 食べ物 tabemono ( makanan ) c) Verba + Verba = Verba. Contohnya : 取り出す toridasu ( mengambil ) d) Verba + Verba = Nomina. Contohnya : 行き帰り ikikaeri ( pulangpergi ) Menurut Situmorang ( 2007 : 39 ), Perubahan bunyi pada meishi ( nomina ) terjadi apabila meishi tersebut dibuat menjadi kata mejemuk. Maka oleh karena itu, pemajemukan nomina dalam bahasa Jepang ada yang mengalami proses morfofonemik. Dalam proses morfologi yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ada perubahan bentuk yang disertai dengan perubahan bunyi. Proses perubahan

36 yang disertai dengan perubahan bunyi ini merupakan bidang kajian dalam morfofonemik. 2.3 Penegrtian Morfofonemik dan Proses Morfofonemik Ada tiga istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan interaksi antara morfologi dan fonologi. Interaksi antara morfologi dan fonologi tersebut di kalangan para linguis Amerika umumnya disebut morfofonemik. Akan tetapi, para linguis Eropa ( Crystal, 1991 ) lebih menggandrungi istilah morfofonologi atau morfonologi ( Dalam skripsi ini digunakan istilah morfofonemik, sejalan dengan judulnya Analisis On In Koutai Bahasa Jepang ditinjau dari segi Morfofonemik. Morfofonemik merupakan kata serapan dari bahasa Inggris morphophonemics atau sering juga disebut morphonemics atau ada juga yang menamakan morfonologi ( Definisi morfofonemik tidak seragam di kalangan para linguis. Beberapa linguis mendefinisikan morfofonemik secara luas, sebagian lainnya memberi definisi yang lebih sempit. Definisi morfofonemik dalam arti luas menurut Kridalaksana ( 2007 : 185 ), tidak hanya mengacu pada analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang menggambarkan morfem. Morfofonemik juga mengacu pada struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem. Penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem termasuk di dalam struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis.

37 Pengertian morfofonemik tersebut di atas sejalan dengan pengertian morfofonemik menurut Crystal :1991 dalam ( yang menyatakan bahwa morfofonemik adalah cabang linguistik mengenai pengkajian dan pengklasifikasian faktor-faktor fonologis yang mempengaruhi kemunculan morfem atau faktor-faktor gramatikal yang berperan dalam pemunculan fonem. Dalam pengertian ini, morfofonemik dianggap sebagai tataran tersendiri struktur linguistik antara gramatika dan fonologi. Hockett : 1991 dalam ( mengemukakan definisi yang pada prinsipnya sejalan dengan pengertian morfofonemik yang dikemukakan oleh Crystal. Hockett menganggap setiap frase menyangkut bentuk fonemik morfem sebagai kajian morfofonemik. Oleh sebab itu, Hockett menekankan, morfofonemik merupakan inti kajian bahasa. Perubahan atau modifikasi adalah kata kunci dalam morfofonemik. Sebagaimana dikemukakan oleh Busenitz dan Busenitz : 1991 dalam ( morfofonemik meliputi perubahan konsonan, perubahan vokal, dan perubahan pronomina. Perubahan konsonan mencakup asimilasi nasal dan pelesapan konsonan. Perubahan vokal meliputi penyesuaian vokal dan penyisipan vokal. Dalam pengertian sempit, morfofonemik lebih dibatasi pada kajian mengenai bentuk perubahan yang terjadi pada morfem. Hocket dan Wells McCarthy : 1991 dalam ( misalnya, lebih memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan bentuk fonemik alternan-alternan morfem daripada struktur fonemik.

38 Kata morfofonemik menunjukkan adanya hubungan antara morfem dan fonem. Perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi atau perubahan yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem, disebut perubahan-perubahan morfofonemik. Perubahan perubahan morfofonemik yang terjadi pada umumnya ditujukan untuk mempermudah dan memperlancar pengucapan. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan 胃形態の交替 igyoutai no koutai atau 形態音韻論 keitai on inron. Yanagisawa ( 1998 : 60 ) menyatakan defenisi 形態音韻論 keitai on inron sebagai berikut : 形態論の一つ 形態をこう成する音韻を対象とし 形態論を補助する 音便などの形態の音的現象を記述する 体系化するもの ( Keitairon no hitotsu. Keitai wo kouseisuru on in wo taishou toshi, keitairon wo hojosuru, onbin nado no keitai no on teki genshou wo kijutsusuru, taikeikasuru mono : keitai on inron termasuk dalam morfologi, dan merupakan suatu system yang menggambarkan peristiwa yang ditinjau dari bunyi pada morfem yang mengalami perubahan, dan sebagainya, yang termasuk dalam morfologi, dengan fonem yang menyusun / membentuk stukturnya sebagai objek ). Menurut Nomura ( 1992 : 185 ), perubahan fonem pada pemajemukan kata dalam bahasa Jepang tersebut disebut juga dengan honongenshou. 複合に際しては それぞれの語碁のこう成音素に変化が生じることがある これも変音現象とも言う ( fukugou ni saishite wa sorezore no goki no kousei onso ni henka ga shoujiru koto ga aru. Kore mo honongenshou to mo iu : pada pemajemukan, ada yang mengalami perubahan fonem pada kata dasarnya. Hal tersebut disebut juga honongenshou ). Nomura ( 1992 : 185 ) juga menyatakan bahwa honengenshou antara lain : 1. 母音交替 rendaku ( perubahan bunyi ) Seperti : k g, s/ sh z / j, t d, dan h b.

39 Contohnya : kusa + hana kusabana 2. 母韻交替 bouin kuotai ( perubahan vokal ) Contohnya : ame + kasa amagasa 3. 音挿入 onsounyuu ( penyisipan bunyi ) Contohnya : haru + ame harusame 4. 音便 onbin ( perubahan bunyi ) Contohnya : hiki + hagasu hippagasu 2.4 Jenis- Jenis Proses Morfofonemik Tipe morfofonemik bahasa Jepang yang terjadi pada morfem menurut Koizumi ( 1993 : ), antara lain : 1. 付加 fuka ( penambahan bunyi ). Contohnya : penambahan bunyi /er/. ( tsuku lekat tsukeru melekatkan ) 2. 削除 sakujo ( penghilangan bunyi ) Contohnya : penghilangan bunyi /er/. ( sakeru mengembangkan saku kembang ) 3. 置換 chikan ( pergantian bunyi ). Contohnya : atsumaru berkumpul atsumeru mengumpulkan. 4. ゼロ接辞 zero setsuji ( imbuhan kosong ). Cobtohnya : 自動詞 ( fuku bertiup ) 他動詞 ( fuku meniup ) Sedangkan menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan fonem dalam proses morfofonemik ada 6, yaitu : Pelesapan Fonem ( On in datsuraku ) Proses pelesapan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan fonem ( Kridalaksana, 2007 : 195 ). Dalam bahasa

40 Indonesia, contohnya, pelesapan fonem /r/ dari afiks /ber-/ yang apabila digabungkan dengan morfem dasar yang fonem pertamanya berawal dengan fonem /r/ atau mengandung /r/ akan mengalami pelesapan fonem. /ber-/ + /kerja/ /bekerja/ Dalam bahasa Jepang peristiwa seperti ini disebut dengan 音韻脱落 On in datsuraku ( pelesapan fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in datsuraku ( pelesapan fonem ) adalah 音韻 on in berarti fonem dan 脱落 datsuraku berarti gugur / rontok / terpelanting keluar ( Matsuura, 1994 : 137 & 768 ). Contohnya, prefiks /kaku-/ setiap, jika ditambahkan pada dasar kata yang bermula dengan fonem /k/, misalnya /-koku/ negara, maka bentuknya berubah menjadi /kak-/, dengan melesapnya fonem /u/. /kaku-/ + /-koku/ /kakkoku/ Penyingkatan Fonem ( On in shukuyaku ) Proses penyingkatan fonem adalah gejala pemendekan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan ( Kridalaksana, 1982 : 94 ). Penyingkatan fonem disebut kontraksi. Peristiwa ini biasa terjadi pada penuturan bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, asal saja tidak mengganggu proses dan tujuan komunikasi. Peristiwa ini terus berkembang karena secara diam-diam telah didukung dan disepakati oleh komunitas penuturnya.

41 Dalam bahasa Indonesia, contohnya, sering dijumpai pemakaian kata tak atau ndak untuk tidak, tiada untuk tidak ada, gimana untuk bagaimana, tapi untuk tetapi, dan lain-lain. Padahal, penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tatabahasa baku bahasa Indonesia. Tetapi, karena demi kemudahan dan kehematan, gejala itu terus berlangsung. Dalam bahasa Inggris, kontraksi ini sudah merupakan pola sehingga bernilai sama dengan struktur lengkapnya. Misalnya: -Shall+not shan t -isnot isn t Dalam bahasa Jepang penyingkatan fonem yang seperti ini disebut dengan 音韻縮約 On in shukuyaku. Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in shukuyaku ( penyingkatan fonem ) adalah 音韻 on in berarti fonem dan 縮 約 shukuyaku berarti memendekkan / menyingkat ( Matsuura, 1994 : 768 & 972 ) Perubahan Fonem ( On in koutai ) Proses perubahan fonem terjadi apabila pada saat proses penggabungan morfem dasar, fonem terakhir suku kata pertama adalah konsonan digabungkan dengan fonem awal suku kata kedua adalah vokal ( Kridalaksana, 2007 : 194 ). Dalam bahasa Indonesia, contohnya, perubahan dari fonem /r/ dari afiks /ber-/ menjadi fonem /l/ jika digabungkan dengan kata /ajar/. /ber-/ + /ajar/ /belajar/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada orang lain. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga berbeda di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 : 2). Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan ataupun menyatakan

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS MORFOLOGI VERBA BAHASA JEPANG. Manusia merupakan makhluk pengguna bahasa. Bahasa sebagai alat

BAB I ANALISIS MORFOLOGI VERBA BAHASA JEPANG. Manusia merupakan makhluk pengguna bahasa. Bahasa sebagai alat BAB I ANALISIS MORFOLOGI VERBA BAHASA JEPANG 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk pengguna bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bahasa Jepang dikenal tiga jenis huruf, yaitu huruf kana, yang terdiri dari huruf katakana dan hiragana; huruf romaji atau huruf latin, serta huruf kanji. Ketiga

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi, sintaksis, dan semantik. Dalam morfologi dipelajari bagaimana kata dibentuk serta

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Frasa dan kata majemuk memiliki unsur yang sama yaitu penggabungan kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak memiliki makna

Lebih terperinci

BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ).

BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ). BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK 2.1. Defenisi Morfologi Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ). Koizumi (1984: 96 ) mengatakan bahwa: けいたいろんごけいぶんせきちゅうしんけいたいそあつかぶもん形態論では

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kosakata huruf kanji dalam buku

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kosakata huruf kanji dalam buku Bab 2 Landasan Teori Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kosakata huruf kanji dalam buku Nihongo Through Newspaper Articles. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan beberapa teori seperti,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keyword: morfofonemik, komposisi, reduplikasi, afiksasi, perubahan fonem, kontrastif, analisis

ABSTRAK. Keyword: morfofonemik, komposisi, reduplikasi, afiksasi, perubahan fonem, kontrastif, analisis ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan cara mengontraskan atau menganalisis persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi) bahasa Jepang-Indonesia.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu unsur yang menarik adalah mengenai kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan manusia untuk mengerti satu sama lain. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan harus berinteraksi dengan sesamanya. Salah satu cara berinteraksi antara lain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat beragam bahasa. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahwa bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dan untuk melakukan hal tersebut, bahasa adalah aspek penting yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat perantara manusia dalam menyampaikan informasi. Peranan bahasa sangat penting karena sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran maupun perasaan (Sutedi: 2003:2). Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan kata sambung (konjungsi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam arus udara lewat mulut. menyampaikan suatu makna kepada orang lain, dengan secara lisan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam arus udara lewat mulut. menyampaikan suatu makna kepada orang lain, dengan secara lisan ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting bagi kehidupan manusia. Dengan berbahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikiran kita kepada

Lebih terperinci

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan secara tidak langsung dan bersifat simbolik dalam berkomunikasi antar sesama. Hal itu dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari bangsa, suku bangsa, atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari bangsa, suku bangsa, atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia ini sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari bangsa, suku bangsa, atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat keragaman bahasa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang, baik kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang, baik kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan pendapat, pikiran, dan perasaan yang kemudian dapat mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, atau berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, atau berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat dalam berinteraksi, atau berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Bahasa pun bersifat unik, dalam arti setiap bahasa mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi yang baik perlu mempertimbangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuannya. Menurut Sutedi (2003:2), bahasa digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuannya. Menurut Sutedi (2003:2), bahasa digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain, dan untuk dapat saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Sakakura (1992: 317) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi antar masyarakat serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Bahasa yang baik berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa, manusia akan saling berinteraksi

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk salah satunya bahasa Jepang. Bahasa Jepang mempunyai sifat universal

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk salah satunya bahasa Jepang. Bahasa Jepang mempunyai sifat universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa selain memiliki sifat-sifat universal, juga memiliki karakteristik tersendiri pada masing-masing bahasa itu yang berbeda satu dan yang lainnya. Termasuk

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI OLEH : Chandra Maulanna NIM 115110200111042 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA 2015 ABSTRAK Maulanna,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah たび (bisa juga dibaca 度 ど jika menempel dengan morfem lain) merupakan salah satu kata dalam bahasa Jepang yang bisa masuk ke dalam beberapa kategori. Dalam Daijiten

Lebih terperinci

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra Fitria Amanda Putri 2013110039

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang memiliki keunikan-keunikan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu keunikan bahasa Jepang tersebut adalah adanya nomina abstrak

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI 0911123035 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, yaitu adverbia atau yang disebut dengan kata keterangan. Menurut Dr. Gorys Keraf (1984;71-72),

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data. Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mendasari penulisan analisi dalam bab ini adalah pengertian kanji, teori pembentukan kanji Rikusho ( 六書 ), teori ukanmuri, teori semantik, teori semiotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk berkomunikasi antar sesama, manusia menggunakan bahasa. Menurut Sutedi, bahasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN 1.1.1 LATAR BELAKANG Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10 bagian yaitu doushi (verba), i-keiyoushi (adjektiva),

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang merupakan bahasa yang kaya akan struktur. Keberagaman struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik. Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. linguistik. Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Menurut

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kerja bantu dalam bahasa Jepang terbagi menjadi dua jenis, yaitu jodoushi dan hojodoushi. Jodoushi adalah kata kerja bantu murni yang tidak bisa berdiri

Lebih terperinci

Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan orang

Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan orang Artikel ini sudah dimuat dalam jurnal MEDIA KOMUNIKASI Edisi Desember 2005 yang diterbitkan oleh ASPBJI (Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia) Koordinator Wilayah Jawa Barat. Afik (suffik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia adalah kata keterangan yang memerikan keterangan atau informasi tentang suatu keadaan. Adverbia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hampir dalam setiap kegiatan yang dilakukan manusia di dunia tidak pernah terlepas dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata yang masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata yang masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata yang masing-masing mempunyai arti dan makna. Saat manusia berkomunikasi menggunakan bahasa yang merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA 0911120097 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Dalam bahasa Jepang linguistik disebut juga dengan gengogaku. Ada lima cabang ilmu linguistik yang dipelajari

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat, Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat, arah, dan waktu (Masuoka, 1993: 49). Meishi memiliki jenis-jenis dan fungsi yang berbeda-beda. Pada kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang digunakan dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia adalah bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang itu sendiri terdapat berbagai macam struktur

Lebih terperinci