BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban atas segala sumber daya yang dipercayakan oleh pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan perusahaan selama periode yang telah ditentukan disebut laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang berisi keadaan perusahaan menyangkut aktivitas, kinerja, dan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan selama melakukan aktivitas ekonomi. Informasi tentang keadaan perusahaan tersebut merupakan hal yang sangat penting yang dibutuhkan pihak-pihak yang pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang akan disajikan harus mampu menjelaskan secara rinci seluruh informasi ekonomi perusahaan. Perusahaan harus melakukan pengungkapan agar informasi dalam laporan keuangan berkualitas dan kredibel. Pengungkapan dilakukan agar pengguna laporan keuangan dapat memahami isi dari laporan keuangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Laporan keuangan harus dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Pengungkapan laporan keuangan harus memadai sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga dapat mengantisipasi kondisi ekonomi - 1 -
- 2 - yang dinamis. Menurut Munawir (2002 : 33) pengertian dari profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan. Karena alasan keberadaan suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba, rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang paling signifikan. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta faktor penting dalam mengukur pengungkapan laporan keuangan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan dengan cara membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada akhirnya keuntungan yang besar tidak menjamin perusahaan tersebut kredibel, sehingga bagi manajemen atau pihak-pihak lain, profitabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio untuk mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total aset. Sedangkan Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri juga untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Laba yang diperoleh dari kegiatan perusahaan akan menimbulkan pajak penghasilan. Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak baik orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Dasar hukum pajak
- 3 - penghasilan yaitu Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang rinciannya diatur melalui Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak. Peningkatan dan penurunan laba perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya pajak yang dibayarkan perusahaan. Laba yang besar akan mengakibatkan pembayaran pajak penghasilan yang besar pula, begitu pun sebaliknya laba yang kecil akan mengakitkan pembayaran pajak penghasilan juga kecil. Faktor lain Perbedaan konsep dasar akuntansi juga di indikasikan akan mempengaruhi besaran pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan. Pada tanggal 1 januari 2012, Indonesia telah full convergence dalam pengimplementasian IFRS, yang sebelumnya program konvergensi ini telah dipersiapkan oleh IAI pada Desember 2007. Hal ini sejalan dengan kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam G20 yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang berkualitas yang berlaku secara internasional. IFRS merupakan jawaban atas kebutuhan standar yang dapat dibandingkan dengan negara lain. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. Sayangnya PSAK hanya berlaku di Indonesia. Untuk pedoman penyusunan laporaan keuangan yang diterima secara global maka IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan syarat
- 4 - utama. Yang jelas konvergensi PSAK ke IFRS akan memberikan dampak di bidang akuntansi, perpajakan dan business process lainnya. Salah satu penggunaan nilai wajar yang diadopsi oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu mengenai properti investasi yang diatur dalam PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Berbeda dengan PSAK 13 (1994) yang tidak mengizinkan menggunakan metode nilai wajar dalam mengukur properti investasi, PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) yang direvisi pada tahun 2007 dan yang mulai efektif diberlakukan pada 1 Januari 2008 ini memberikan dua alternatif pengukuran properti investasi yaitu dengan menggunakan model biaya dan model nilai wajar yang harus diterapkan secara konsisten. Penggunaan nilai wajar dianggap memberikan informasi yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan. Akibat dari adanya revaluasi aset menyebabkan nilai aset tersebut bisa naik maupun turun. Selisih yang timbul akibat dari revaluasi aset yang mengalami kenaikan nilai aset diakui sebagai surplus revaluasi yang merupakan keuntungan / profit bagi perusahaan, keuntungan yang diperoleh diakui dilaporan laba rugi, sehingga dapat menambah laba bagi perusahaan. Sedangkan selisih penurunan revaluasi aset merupakan kerugian bagi perusahaan tersebut. Penurunan nilai aset diakui sebagai rugi, sehingga kerugian dari penurunan nilai aset dapat mengurangi laba yang diperoleh. Sehingga perubahan ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang ujungnya akan berdampak pada penilaian rasio profitabilitas perusahaan yaitu rasio Return on Asset, Return on Equity (ROE).
- 5 - Pengadopsian IFRS sebagai standar akuntansi global memberikan dampak terhadap aspek-aspek pengukuran item pelaporan keuangan di berbagai negara seperti yang terjadi di Uni Eropa, deferred tax assets lebih mampu memprediksi arus kas masa depan dibandingkan UE GAAP sampai lima tahun berikutnya (Marry, Sean and Connie, 2010). Zeghal, Chtourou dan Fourati (2012) menyatakan bahwa pengadopsian IFRS dapat meningkatkan kualitas financial reporting, dengan spesifikasi bahwa IFRS mampu menurunkan earnings management, meningkatkan timeliness, conditional conservatism, dan value relevance. Hellman (2011) dan Murni (2011) mengatakan bahwa terjadi peningkatan pada net profit, shareholder s equity, assets dan liability setelah adanya standar IFRS. Penelitian Yunni Angela Yustisia (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara jumlah total aset sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi dan terdapat perbedaan signifikan antara laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi. Penelitian Ilham (2010) menyatakan bahwa penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi yang mengizinkan perusahaan menggunakan nilai wajar pada penilaian properti investasi berdampak signifikan terhadap profit perusahaan. Perbedaan pendapat dari penilitian sebelumnya mendorong penulis untuk meneliti ulang laba sebelum dan setelah penerapan IFRS dengan pengukuran ratio profitabilitas perusahaan.
- 6 - Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan. Dengan semakin derasnya arus globalisasi saat ini dan karena PSAK merupakan standar yang hanya berlaku di Indonesia saja, maka perlu adanya sistem akuntansi dan standar pelaporan keuangan yang seragam dan dapat diterima diberbagai negara. Untuk itu, dibentuklah suatu standar yang bernama IFRS (International Financial Reporting Standards) sebagai suatu standar umum dalam usaha harmonisasi standar akuntansi keuangan. International Financial Reporting Standards (IFRS) berguna untuk mengevaluasi permasalahan akan transparansi dan kredibilitas informasi keuangan. Salah satu kasus yang menyebabkan IFRS ini tercipta adalah kasus Xerox, hampir bersamaan dengan waktu terjadinya skandal akuntansi keuangan terbesar di dunia yang melibatkan perusahaan perusahaan besar di Amerika seperti Enron dan WorldCom. Perusahaan yang pernah menjadi raja fotokopi dunia ini telah melakukan fraud revenue yang mencapai US$ 2 miliar. Berbagai kesalahan dilakukan Xerox Corporation dalam pencatatan keuangan mereka, pertama, dengan sengaja melakukan pencatatan keuangan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan secara tidak benar, tidak sesuai dengan standar Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Kedua, menaikkan pengakuan pendapatan perusahaan secara berlipat melebihi US$ 3 miliar daripada nilai yang sebenarnya, dan pada akhirnya menaikkan
- 7 - pendapatan sebelum kena pajak senilai lebih dari US$ 1,5 miliar. Hal ini dikarenakan perusahaan Xerox Corp bertujuan memenuhi standar pasar saham Wall Street sehingga menyamarkan kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya dari para investor. Ketiga, mencatat profit dan penjualan melebihi nilai sebenarnya sehingga semakin memperburuk keadaan terhadap perusahaan perusahaan di Amerika dan prosedur audit yang bersangkutan (Harry, 2010). Masalah Xerox dan skandal akuntansi lainnya ini telah membuat dunia mempertanyakan standar akuntansi yang lebih baik yang bisa menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya. IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Tujuan pengadopsian IFRS di Indonesia adalah sebagai bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa di mengerti oleh pasar dunia (global market). Kantor Akuntan Publik (KAP) big four mengatakan bahwa banyak klien mereka yang telah `mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global (Harry & Ludovikus, 2010). Dampak IFRS lainnya adalah dalam laporan perpajakan. Jika Konsep Dasar Akuntansi Keuangan mengenal istilah Hystorical Cost yang artinya dimana pada sebuah pembelian sebuah asset maka akan dicatat sebesar harga perolehan yang kita keluarkan pada saat membeli asset tersebut. Sedangkan
- 8 - dalam IFRS Hystorical Cost/Harga Perolehan dicatat pada tahun pertama, dan pencatatan Fair Value/Nilai wajar digunakan pada tahun setelahnya. Perbedaan ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang ujungnya akan berdampak pada pembayaran pajak perusahaan tersebut. Perihal ini belum banyak perusahaan di Indonesia yang tahu akan dampak IFRS. Padahal jika telah menggunakan IFRS sebagai standar akuntansi global, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A) di lintas negara. IFRS juga memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Jadi kesiapan perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah keuntungan IFRS. Fair Value Accounting (FVA) di beberapa pos aset tertentu seperti piutang atau pinjaman yang diberikan, aset tetap dan aset berwujud, serta penjabaran pos dan non pos moneter untuk kegiatan di luar negeri, akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan (PPh). Slamet Sugiri (2012) dalam seminarnya berjudul Seminar Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia serta Implikasinya Terhadap Perpajakan menegaskan sebagai berikut : 1. Sekuritas yang tergolong trading dan available for sale tidak mempengaruhi PPh. Disimpulkan bahwa FVA untuk pos tertentu mempengaruhi PPh, sedangkan untuk pos tertentu lainnya tidak mempengaruhi PPh. PPh ini
- 9 - dihitung berdasarkan laba kena pajak. Artinya, jumlah PPh sama dengan jumlah PPh menurut aturan perpajakan. 2. Konsep Fair Value Accounting (FVA) yang sering dilawankan dengan Historical Cost Accounting (HCA). Paradigma tersebut bermuara pada nilai (dasar pengukuran) yang dilekatkan pada pos-pos laporan keuangan. HCA melekatkan biaya historis pada pos-pos laporan keuangan. 3. Jika pada suatu saat tertentu biaya historis suatu aset atau liabilitas berbeda dari FV-nya, HCA tidak mengubah nilai tercatat ke FV. HCA tidak mengakui kerugian atau keuntungan atas perbedaan di antara dua nilai tersebut. Sedangkan FVA mengakui keuntungan dan kerugian akibat market valuation yang sejatinya tidak atau belum terjadi transaksi pertukarannya. 4. IFRS juga banyak menggunakan konsep fair value (FV) untuk dasar pengukuran dengan penekanan pada ukuran yang andal. 5. Pengaruh konvergensi IFRS tidak hanya berpengaruh terhadap dunia bisnis saja, tetapi juga dalam dunia perpajakan. Perbedaan IFRS dengan perpajakan salah satunya mencakup aset tetap (PSAK No. 16). Berdasarkan PSAK No. 16 perusahaan diperbolehkan memilih metode revaluasi yang dilakukan periodik oleh penilai dengan FV. Sedangkan pada peraturan perpajakan revaluasi dilakukan penilai dengan FV maksimal 1 kali dalam 5 tahun. Perihal ini juga mendorong penulis untuk meneliti besaran pajak penghasilan perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS.
- 10 - Penelitian ini untuk melengkapi literatur yang ada dalam menjelaskan perbedaan profitabilitas dan besaran pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah implementasi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah IFRS dengan memfokuskan pada rasio Return on Asset, Return on equity (ROE) perusahaan sebelum dan sesudah penerapan IFRS pada perusahaan yang terdaftar di BEI (bursa efek Indonesia). Oleh karena itu penulis mengambil penelitian dengan judul Analisa Perspektif Profitabilitas dan Besaran Pajak Penghasilan Badan Sebelum dan Sesudah Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan adanya perbedaan rasio Return on Asset, Return on equity (ROE) dan besaran pajak penghasilan perusahaan pada periode sebelum dan setelah implementasi IFRS di Indonesia. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan penelitian dapat dijabarkan dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah implementasi IFRS?
- 11-2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata besaran pajak penghasilan perusahaan sebelum dan setelah implementasi IFRS? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sebelumnya maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai perbedaan rata-rata tingkat profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah implementasi IFRS dan perbedaan rata-rata besaran pajak penghasilan badan pada periode sebelum dan sesudah implementasi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menerapkan teori yang sudah didapat diperkuliahan strata satu dan sebagai kewajiban penulis dalam menyelesaikan S1 dalam bidang akuntansi pada Universitas Mercu Buana. 2. Bagi Instansi dan Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusun standar keuangan Indonesia dalam meningkatkan kualitas standar dan kebijakan dan peraturan yang telah ada serta memberikan kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen dalam menjelaskan dan pengaruh
- 12 - implementasi peraturan PSAK yang baru mengenai Internasional Finansial Reporting Standards (IFRS) terhadap laporan keuangan perusahaan. 3. Bagi Pembaca Memberikan kontribusi terhadap ilmu akuntansi, terutama mengenai bagaimana dan apa dampak yang diberikan implementasi IFRS pada profitabilitas dan besaran pajak perusahaan yang terdaftar di BEI serta sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya.