Oleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

dokumen-dokumen yang mirip
KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

PENGARUH TEKNIK PENYELUBUNGAN BUAH KAKAO DENGAN PLASTIK TERHADAP SERANGAN HAMA Helopeltis sp.

Abdul Jamil, Armein Lusi Zeswita, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH

KEPADATAN POPULASI BEKICOT (Achatina fulica) PADA PERTANAMAN NAGA DI KANAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI ULAT KROP

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.)

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

Keywords: Oryctes rhinoceros L., Oil palm plant, Population

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPADATAN POPULASI ULAT RANSEL (Parmarion pupillaris) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E-JURNAL

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Penutup. Sekapur Sirih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODA. Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon

JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (STRATA 1) NADYA TRI ANANDA NIM

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

MODUL-02 GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA II. GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI CACAO DI KENAGARIAN SIKUCUR KECAMATAN V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

MATERI DAN METODE. Materi

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memerlukan. salah satu industri primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI PANGAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA WILAYAH KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA BARAT

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

HAMA Helopeltis spp. PADA JAMBU METE DAN PENGENDALIANNYA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

PATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :

KEPADATAN POPULASI SIPUT TELANJANG (Deroceras laeve) PADA TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR E JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALYSIS INCOME OF PAPAYA CALIFORNIA IN NAGARI KAPELGAM KOTO BERAPAK KECAMATAN BAYANG DISTRICT COASTAL PESISIR.

Transkripsi:

KEPADATAN POPULASI HAMA KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat yantiafri13@gmail.com ABSTRACT Cacao (Theobroma cacao L.) is of one the plantation commodity cultivated plantation by society in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Plantation cacao is have a role in new work field supplying, farmer source of income and developing of region and also agroindustri. Growth in cacao plant can be pest attacked. The pest found is Helopeltis theivora and is of the one prominent pest is cacao plant the able to cause lower productivity him. Thing to the mentioned be based on reseach has been conducted about Population Density of Dented Pests Fruit of Inhalator (Helopeltis theivora) at cacao plant (Theobroma cacao L.) in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. This Research want to know population density of danted pests fruit of inhalator at cacao plant in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. This Research is a descriptive survey of research with total sampling method and use Chemical Knock Down technique, that is isolate mien animal or insect by pesticide of spraying Decis 25 EC. Research sample at removal all conducted of cacao fruit. Sample of conducted removal in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat, conducted at morning at 07. 00 WIB at 10.00 WIB. From research of result which have to be got by density of mean Helopeltis theivora at nymph phase 1,33 individual/trunk and imago phase 0,64 individual /trunk. Population of density Helopeltis theivora at cacao plant in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat 0,99 individual trunk each (sill economic not yet passed). Key Words : Density, Helopeltis theivora, and Theobroma cacao L. PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara. Kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (Wijayanti, 2010). Di Sumatera Barat, kakao baru dikembangkan beberapa tahun terakhir ini. Perluasannya saat ini telah dilaksanakan oleh perkebunan swasta maupun perkebunan rakyat. Untuk tahun 2013 perkebunan kakao tersebar dibeberapa Kabupaten dan Kota dengan daerah penghasil utama adalah (Kab. Pasaman 19.417 Ha), Kab. Pasaman Barat (12.661 Ha), Kab. Padang Pariaman (17. 052 Ha), Kab. Lima Puluh Kota (5.610 Ha), Kab. Agam (4.829 Ha), Kab. Dharmasraya (1.918 Ha), Kab. Tanah Datar (2.352 Ha), Kab. Solok (2.856 Ha), Kab. Solok Selatan (1.016 Ha), Kab. Kepulauan Mentawai (1.668 Ha), Kab. Pesisir Selatan (3.143 Ha), Kab. Sijunjung (2.251 Ha), Kota Bukittinggi (20 Ha), Kota Padang (836 Ha), Kota Pariaman

(515 Ha), Kota Sawah Lunto (2.199 Ha), dan Kota Solok ( 229 Ha) (Anonimus, 2013 a). Budidaya kakao terus dikembangkan seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Namun demikian pengembangan kakao mengalami hal-hal yang kurang menguntungkan seperti rendahnya mutu biji dan produktivitas yang disebabkan oleh serangan hama. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, hama yang ditemukan pada buah kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat antara lain hama kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.). Setelah dilakukan identifikasi di Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada tanggal 08 Juli 2014, jenis Helopeltis yang ditemukan di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat antara lain adalah Helopeltis theivora. Helopeltis theivora merupakan serangga hama yang bentuknya mirip dengan walang sengit. Serangga muda (nimfa) dan dewasa (imago) Helopeltis theivora menyerang tanaman kakao dengan cara menusukkan stiletnya kedalam jaringan tanaman dengan menghisap cairan sel- sel didalamnya. Bersamaan dengan menusukkan stilet tersebut, hama ini akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya yang dapat mematikan jaringan tanaman disekitar tusukan (Sulistiowati, 2009 dalam Syafitri, 2013). Penelitian Anggraini (2012) tentang kepadatan hama kepik penghisap buah kakao yang ditemukan di daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawah Lunto yang sudah dilakukan adalah 7,64 individu setiap batangnya dan itu berarti bahwa kepadatan hama kepik penghisap buah kakao sudah melewati ambang ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi hama kepik penghisap buah pada tanaman kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014 di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Penghitungan kepadatan populasi Helopeltis theivora dilakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, gunting, pisau, lup, botol koleksi, plastik, kain kassa, botol semprot, kuas thermohygrometer, tangga, pinset, masker, kertas label, cawan petri, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini alkohol 70 %, pestisida Decis 25 EC, air dan serangga kepik penghisap buah pada tanaman kakao. Penelitian ini dilakukan dengan metode Survei deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada semua buah kakao. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan metode total sampling dan menggunakan tekhnik Chemical Knock Down, yaitu dengan cara memisahkan hewan atau serangga yang dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida, dimana hal tersebut dapat menyebabkan serangga lepas dari buah dan berjatuhan. Tanaman kakao yang dijadikan sampel penelitian adalah tanaman kakao yang berbuah sebanyak 24 batang tanaman kakao setiap minggunya. Pengambilannya dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 07. 00 WIB-10.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan satu kali seminggu selama 3 minggu. Data kepadatan dihitung mengacu pada Suin (2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti tabel berikut:

Tabel 1. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis theivora) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Nimfa di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat Nomor Batang Pengamatan/ Minggu Total Rata-rata I II III 1-1 - 1 0,33 2-2 - 2 0,67 3 21 1-22 7,33 4 5 - - 5 1,67 5-1 - 1 0,33 6 2 - - 2 0,67 7-3 - 3 1 8 5 - - 5 1,67 9 1-1 2 0,67 10 3 1-4 1,33 11 10-4 14 4,67 12 - - - 0 0 13 - - - 0 0 14-5 2 7 2,33 15 - - 1 1 0,33 16 - - - 0 0 17 11 5-16 5,33 18 - - - 0 0 19 - - - 0 0 20 2 - - 2 0,67 21 - - 3 3 1 22 - - - 0 0 23 1 - - 1 0,33 24 2-3 5 1,67 Jumlah Individu 63/24 19/24 14/24 96/24 32/24 Kepadatan/batang 2,63 0,79 0,58 4 1,33

Tabel 2. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis theivora) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Imago di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat Nomor Batang Pengamatan/ Minggu Total Rata-rata I II III 1-2 - 2 0,67 2-1 - 1 0,33 3-3 - 3 2 4 2 - - 2 0,67 5 7 1-8 2,67 6 1 - - 1 0,33 7 - - - 0 0 8-2 - 2 0,67 9 1-1 2 0,67 10 2 2-4 1,33 11 4 - - 4 1,33 12 - - - 0 0 13 - - - 0 0 14-1 1 2 0,67 15 - - - 0 0 16 1 - - 1 0,33 17 - - - 0 0 18 - - - 0 0 19 - - - 0 0 20 4 - - 4 1,33 21 - - 5 5 1,67 22-1 - 1 0,33 23-1 - 1 0,33 24 1-2 3 1 Jumlah Individu 23/24 14/24 9/24 46/24 15,33/24 Kepadatan/batang 0,96 0,58 0,38 1,92 0,64 Hasil pengukuran faktor fisik lingkungan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Udara di Lokasi Penelitian Parameter Pengamatan/ Minggu I II III Suhu( C) 25-29 24-31 28-32 Kelembaban (%) 95-84 94-68 84-67 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman kakao didapatkan kepadatan populasi Helopeltis theivora pada fase nimfa yaitu 1,33 individu/batang, dimana pada minggu I kepadatan Helopeltis theivora 2.63 individu/batang, minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora 0,79 individu/batang dan minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora 0,58 individu/batang. Kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa tertinggi didapatkan pada minggu I karena diduga jumlah makanan yang tersedia terpenuhi, sedangkan pada minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora sudah berkurang karena diduga jumlah makanan yang tersedia berkurang karena jumlah buah yang sedikit. Pada minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora lebih sedikit dibandingkan pada minggu I dan minggu ke II ini diduga karena jumlah buah sedikit dan keadaan buah yang sudah tua. Menurut Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang

cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Selain makanan yang mempengaruhi kepadatan populasi Helopeltis theivora faktor fisik lingkungan juga mempengaruhi seperti suhu dan kelembaban udara. Pada saat pengambilan sampel suhu yang didapat pada minggu I mendekati suhu optimum yaitu 25-29 C dengan kelembaban 95-84%, pada minggu ke II 24-31 C dengan kelembaban 94-68%, sedangkan pada minggu ke III suhu yang didapatkan tinggi yaitu 28-32 C dengan kelembaban 84-67%. Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologis serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimun 15 C, suhu optimum 25 C, dan suhu maksimum 45 C. Kelembaban juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Kepadatan populasi Helopeltis theivora pada fase imago yaitu 0,64 individu/batang, dimana pada minggu I kepadatan Helopeltis theivora 0,96 individu/batang, minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora 0,58 individu/batang dan pada minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora 0,38 individu/batang. Kepadatan Helopeltis theivora pada fase imago tertinggi juga didapatkan pada minggu I karena diduga faktor makanan yang tersedia juga mencukupi untuk perkembangan Helopeltis theivora. Menurut Susniahti, dkk (2005) perkembangan populasi Helopeltis dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan makanannya. Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama tersebut. Pada penelitian ini kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa lebih banyak ditemukan dari pada Helopeltis theivora pada fase imago. Selama penelitian terlihat gejala serangan yang ditimbulkan oleh Helopeltis theivora pada fase nimfa dan imago yaitu timbulnya bercak-bercak berwarna hitam pada kulit buah sedangkan pada buah muda tidak berkembang dan mati. Hal ini karena nimfa dan imago menyerang buah dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan buah hal ini ditandai dengan mengerasnya kulit buah bekas tusukan hama tersebut. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Siswanto dan Karmawati (2012) nimfa dan imago menyerang buah dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan buah kemudian mengisap cairan di dalam buah, sambil mengisap cairan hama tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun dan dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada disekitar tusukan. Dari hasil penelitian kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa dan imago yang didapatkan belum melewati ambang ekonomi, dimana kepadatan pada fase nimfa yaitu 1,33 individu/batang dan pada fase imago 0,64 individu/batang. Menurut Susniahti dkk (2005) dalam Syafitri (2013) apabila populasi hama 5 individu setiap batangnya, maka belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih bisa mentoleransi. Pada populasi hama 7 individu setiap batangnya petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi. Pada keadaan pengalaman petani demikian, maka ambang ekonomi petani adalah 7 individu setiap batangnya. Berdasarkan kepadatan populasi Helopeltis theivora pada tanaman kakao yang didapatkan adalah 0,99 individu/batang, maka hama yang terdapat di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat belum melewati ambang ekonomi. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kepadatan populasi Helopeltis theivora pada tanaman kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat 0,99 individu/batang (belum melewati ambang ekonomi). Keadaan faktor fisik lingkungan suhu dan kelembaban di lokasi penelitian cocok untuk kehidupan Helopeltis theivora. Disarankan kepada peneliti selanjutnya dalam penelitian ini agar menggunakan

batang yang sama setiap pengambilan sampel dan menghitung buah kakao yang akan dijadikan sampel. DAFTAR PUSTAKA Annonimus, 2013 a. Potensi Kakao di Sumatera Barat. http://regionalinvestment. bkpm. go. id/ newsipid / id / commodityarea. php?ia= 13&ic= 3 Diakses pada tanggal 17 Februari 2014 jam 17.00 WIB. Anggraini, F. 2012. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis sp.) yang Ditemukan Pada Tanaman Kakao di Daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawah Lunto. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta Siswanto dan Karmawati, E. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) Dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayati. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/ wpcontent/uploads/2013/06/perkebun nperspektif112-2012-n-4- Siswanto.pdf. Diakses Senin 16 Juni 2014 Suin, N, M dan Syafinah, R. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium. Padang: Andalas University Press. Susniahti, N., Sumeno dan Sudarjat.2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/u ploads/2009/10/bahan_ajar_ilmu_ham a_tumbuhan.pdf. Diakses Kamis 18 September 2014 jam 13.05 WIB. Syafitri, E. 2013. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis theivora Watt) (Hemiptera: Miridae) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Sikucur Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.