KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

Transkripsi

1 KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh : Tama Marina, Jasmi dan Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Tamamarina22@gmail.com ABSTRACT Ant is a biological control agent that is efficient to cope like a pathogens, predators and parasitoids. Ants are know to the colonies and nests regular, consist of thousands ants per colony. Ant nests consist from rooms and paths. Ants build nests on plants for the activity, as a take shelter place from predators, and breeding place. Based on mentioned research has been about Character Ant Nests In Cocoa Planting In Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. This research purpose to know the place character of ant nest, the size of ant nests and to know of environmental factors circles on the cocoa planting area cocoa. This research has been done in August and September This research used descriptive survey method using technique Hand Collecting, is sample removal in a direct by use hand and measure the nests. Based on the research has been found three kinds of ant nests, is the ants nest of Oecophylla smaragdina, ants nest of Dolichoderus sp., and Crematogaster rogenhofferi ant nest. Where the three kinds of ant nest possess character and size different, it is because of to eat factors and physical circles factors are temperature and humidity air. Key Words : Ant nest, Oecophylla smaragdina, Dolichoderus sp., Crematogaster rogenhofferi PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi relatif tinggi karena sebagai bahan ekspor yang dapat memberikan keuntungan bagi petani dan sebagai sumber devisa Negara (Anshary dan Pasaru, 2008). Produksi Kakao di Indonesia pada tahun 2008 mencapai ton, pada tahun 2009 mencapai ton, pada tahun 2010 mencapai ton, tahun 2011 mencapai ton, tahun 2012 mencapai ton (Ditjenbun, 2008). Perkembangan agribisnis kakao masih menghadapi berbagai masalah. Salah satu penyebabnya adalah karena serangan hama dan penyakit (Hindayana et al., 2002; Darwis, 2004; Disbun Sumbar, 2007 dalam Trizelia, dkk., 2010). Petani telah melakukan bebagai upaya untuk mengatasi permasalah serangan hama yaitu dengan menggunakan insektisida (racun serangga). Akan tetapi, penggunaan insektisida berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain: pencemaran lingkungan, mengganggu kesehatan petani dan konsumen, membunuh flora dan fauna, menimbulkan resistensi hama meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu, perlu dicari cara yang lain untuk menanggulangi hama tanpa menimbulkan atau menekan seminimal mungkin dampak negatifnya (Sulaiman, 2001 dalam Wijaya, 2007).

2 Pengendalian hama yang diangggap efektif ialah pengendalian hama secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami hama, baik yang berupa patogen, predator maupun parasitoid yang mampu membunuh atau menekan populasi hama secara alami. Salah satu musuh alami yang dinilai berpotensi menanggulangi serangan hama adalah semut (Sulaiman, 2001 dalam Wijaya, 2007). Menurut Riyanto (2007) semut secara ekologi dapat bermanfaat untuk hewan lain dan tumbuhan, karena dalam rantai makanan memiliki peran yang sangat penting. Semut dapat dimanfaatkan menjadi predator untuk mengurangi hama di perkebunan. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat tiga jenis sarang semut, yaitu sarang semut Oecophylla smaragdina, sarang semut Crematogaster rogenhoferi dan sarang semut Dolichoderus sp. Semut Oecophylla smaragdina mampu mengusir berbagai jenis hama, seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga-serangga pemakan buah. Semut Dolichoderus sp. untuk mengendalikan hama Helopeltis pada pertanaman kakao. Semut Crematogaster rogenhofferi cendrung memakan kutu putih pada tanaman. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terdiri dari ribuan semut per koloni. Sarang semut terdiri dari kamar-kamar dan lorong-lorong. Semut membangun sarang pada tanaman untuk beraktivitas, sebagai tempat berlindung dari predator, dan tempat berkembangbiak. Temperatur sarang semut berkisar antara C di daerah tropik. Spesies yang mendiami habitat yang sama mungkin temperatur sarangnya berbeda, tetapi biasanya selalu lebih tinggi dari temperatur tanah di kediaman yang sama (Brian, 1978 dalam Bakri, 1987). Sehubungan dengan hal di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter sarang semut pada pertanaman kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat yang meliputi karakter tempat bersarang semut, ukuran sarang semut dan untuk mengetahui keadaan faktor lingkungan pada pertanaman kakao. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2014 di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini menggunakan metode Survey deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik Hand Collecting (Agosti et al, 2000 dalam Falahudin, 2013) yaitu metode pengambilan secara langsung dengan menggunakan tangan dan mengukur sarangnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thermohygrometer, lup, meteran, sarung tangan, tali rafia, tangga lipat, rol, gunting daun, pinset, pisau atau parang, kantong plastik, kamera digital, kayu, alat tulis, dan buku. Bahan yang digunakan adalah tanaman kakao, sarang semut, Alkohol 70 %, Pengamatan sarang semut dilakukan pada pertanaman kakao dengan empat lokasi. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah sarang, mengukur panjang sarang semut, mengukur lebar sarang (yaitu bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas), mengukur gerbang sarang atau tempat keluar masuk semut (posisi, ukuran dan jumlah), dan mengukur kondisi faktor lingkungan pada pertanaman kakao. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman semut yang ditemukan bersarang pada pertanaman kakao (Theobroma cacao L.) sebanyak 3 jenis yaitu Oecophylla smaragdina (semut rangrang), Dolichoderus sp. (semut hitam), Crematogaster rogenhofferi (semut tungging). Sarang semut yang ditemukan selama penelitian sebanyak 39 buah sarang, yang terdiri dari 21 sarang semut Oecophylla smaragdina, 13 sarang semut Dolichoderus sp., dan 5 buah sarang semut Crematogaster rogenhofferi (Gambar 1).

3 A B C D E F Gambar 1. Jenis semut dan sarang semut pada pertanaman kakao A. Sarang semut Oecophylla smaragdina, B. Semut Oecophylla smaragdina, C. Sarang semut Dolichoderus sp., D. Semut Dolichoderus sp. E. Sarang semut Crematogaster rogenhofferi, F. Semut Crematogaster rogenhofferi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terlihat masing-masing sarang semut berbeda dalam hal tempat bersarang, ukuran sarang dan gerbang sarang. Sarang semut Oecophylla smaragdina mempunyai karakteristik yang berbeda dengan sarang semut Dolichoderus sp. dan sarang semut Crematogaster rogenhofferi, dimana sarang semut Oecophylla smaragdina membentuk sarang dari helaian-helaian daun tanaman kakao dengan cara menggabungkan beberapa helaian daun yang terdapat di ujung atau tajuk tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Holldobler & Wilson 1990 dalam Harlan (2006) bahwa semut Oecophylla smaragdina membentuk sarang di bagian tajuk pohon. Sarang dibentuk dari jalinan beberapa helai daun muda dengan menggunakan sutera yang dikeluarkan dari mulut larva. Hal ini sesuai dengan penelitian Suhara (2009) yang menyatakan semut rangrang memiliki cara hidup yang khas yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang. Sarang semut Dolichoderus sp. memiliki karakteristik yang berbeda dari sarang semut Oecophylla smaragdina dimana sarang semut Dolichoderus sp. lebih banyak ditemukan di bagian cabang tanaman kakao. Hal ini diduga karena bagian cabang dilindungi oleh helaian daun sehingga sinar matahari tidak langsung ke arah sarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary (2008) dalam Yunelki (2014) yang melaporkan bahwa pada bagian cabang merupakan bagian tanaman yang ditumbuhi daun dan buah sehingga aktivitas semut hitam

4 relatif lebih banyak pada bagian ini dibandingkan pada bagian tanaman lainnya. Sarang semut Crematogaster rogenhofferi memiliki karakteristik yaitu memiliki warna sarang coklat kemerahan dan membangun sarang dari kayu yang sudah lapuk, hal ini sesuai dengan pendapat Wilson (1971) dalam Fatahuddin (2010) bahwa semut Crematogaster spp. membangun sarang dari serbuk kayu di pohon, di bawah kulit kayu, di ranting-ranting patah atau pada akar yang tidak tertutupi tanah. Sarang semut Crematogaster rogenhofferi banyak ditemukan pada bagian cabang dan ranting tanaman kakao. Hal ini di duga karena pada bagian cabang dan ranting tanaman terlindungi dari sinar matahari langsung. Menurut Creighton (1950) dalam Blaimer (2012) di daerah tropis dan subtropis, semut Crematogaster bersarang di pohon terutama di cabang atau ranting. Perbedaan karakteristik ketiga sarang semut tersebut di duga disebabkan karena faktor makanan yang diperoleh saat pembuatan sarang, semakin banyak makanan yang diperoleh oleh semut maka aktivitas semut dalam membangun sarang akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunjaya (1970) dalam Wijaya (2007) bahwa makanan merupakan unsur pokok yang harus ada dalam kehidupan organisme, termasuk pada semut. Makanan diperlukan semut untuk membentuk sel dan jaringan serta diubah menjadi energi yang digunakan untuk beraktivitas. Hal ini juga dijelaskan oleh Jumar (2000) bahwa makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Selain faktor makanan yang mempengaruhi semut untuk membangun sarang faktor fisik lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara juga mempengaruhi semut untuk membangun sarang. Pada saat pengambilan sampel suhu yang didapatkan pada masing-masing lokasi berbeda-beda, dimana pada Lokasi I kisaran suhu C, dengan kelembaban %, pada Lokasi II suhu 29 0 C, dengan kelembaban 84 %, pada lokasi III suhu C dengan kelembaban 94-68%, pada Lokasi IV suhu 31 0 C dengan kelembaban 72%. Menurut Jumar (2000) Serangga memiliki kisaran suhu tertentu di mana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15 0 C, suhu optimum 25 0 C dan suhu maksimum 45 0 C. Pengaruh suhu ini terlihat jelas pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang menurun. Kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan dan perkembangan serangga. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian tentang Karakter Sarang Semut Pada Pertanaman Kakao Di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Karakter tempat bersarang semut Oecophylla smaragdina banyak ditemukan pada daun pertanaman kakao dengan rata-rata ketinggian sarang dari tanah 2,24 m. Sarang semut Dolichoderus sp. banyak ditemukan pada batang, cabang dan ranting tanaman dengan ratarata ketinggian sarang dari tanah 3,12 m. Sarang semut Crematogaster rogenhofferi ditemukan pada cabang dan ranting tanaman, dengan rata-rata ketinggian sarang dari tanah 3,36 m. 2. Ukuran sarang semut yang ditemukan pada pertanaman kakao berbeda-beda. Ukuran sarang semut Oecophylla smaragdina dengan rata-rata panjang 4,17 cm, lebar 9,75 cm, dan tinggi 5,9 cm. Ukuran sarang semut Dolichoderus sp. dengan rata-rata panjang 20,4 cm, lebar 12,46 cm, dan tinggi 11,5 cm, dan sarang semut Crematogaster rogenhofferi dengan rata-rata panjang 34,4 cm, lebar 7 cm, dan tinggi 8,4 cm. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memeliti karakter sarang semut pada tanaman selain pertanaman kakako. DAFTAR PUSTAKA Anshary, A., dan Flora, P Teknik Perbanyakan Dan Aplikasi Predator Dolichoderus Thoracicus (Smith) (Hymenoptera: Formicidae) Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kakao Conopomorpha Cramerella (Snellen) Di Perkebunan Rakyat. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Bakri, F Komposisi koloni Semut Pheidole Megacephala Fabr Di Limau

5 Manis Padang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNAND Padang. [Skripsi] Blaimer, B.B A Subgeneric Revision Of Crematogaster and Discussion Of Regional Species-Groups (Hymenoptera: Formicidae). Department of Entomology, University of California-Davis, One Shields Ave, Davis, CA E- mail: bbblaimer@ucdavis.edu; bonnieblaimer@gmail.com Ditjenbun Produksi kakao menurut provinsi di Indonesia Jumar Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta Fatahuddin., Ahdin, G., dan Junaid Pengembangan Populasi Beberapa Spesies Semut pada Pertanaman Kakao di Sulawesi Selatan. [Jurnal] Harlan, I Aktivitas Pencarian Makan Dan Pemindahan Larva. Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (Formicidae: Hymenoptera). [Jurnal] Riyanto Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Diakses tanggal 16 Juni 2014 jam 4:44 PM Suhara Semut Rangrang (Oechophylla Smaragdina). Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika Dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Trizelia., Rusdi, R., Usra, S., Nurbailis., dan Silvia P. S Pemasyarakatan Penggunaan Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana Sebagai Bioinsektisida Untuk Pengendalian Hama Buah Kakao Di Daerah Padang Pariaman. Pertanian Universitas Andalas. Padang Wijaya, S. Y Kolonisasi Semut Hitam (Dolichoderus Thoracicus Smith) Pada Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Pemberian Pakan Alternatif. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. [Skripsi] Yunelki, M Kepadatan Koloni Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) Pada Pertanaman Kakao dan Cengkeh Di Nagari Selayo Kabupaten Solok Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang.