Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 458 TAHUN 2016 TENTANG

PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA DI KOMPLEKS MAKAM IMOGIRI BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya para peziarah mendatangi makam orang tua, kakek/ nenek, saudara, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

SINOPSIS. Kyai Ageng Sutawijaya merupakan keturunan Raja Majapahit Brawijaya. V, pada waktu kerajaan Majapahit runtuh beliau meninggalkan istana dan

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

ASAL MULA NAMA PANTARAN

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. Berbekal letak geografis yang dikelilingi oleh 7 gunung membuat

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

FGD RAPERDA RTR KAWASAN MAKAM IM Tuesday, 12 May :00

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

Sejarah Karimun Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

Pelestarian Kawasan Kampung Arab Almunawar Palembang

SEJARAH BERDIRINYA MAKAM IMOGIRI ANTARA NASKAH SERAT PENGETAN JASAN DALEM PARA NATA DENGAN CERITA RAKYAT (KAJIAN INTERTEKSTUAL) INTISARI

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

TINJAUAN PULO CANGKIR

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB III TINJAUAN KHUSUS

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. sifat-sifatnya sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. 1

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

UNSUR RELIGI DALAM TRADISI NGURAS ENCEH DI MAKAM RAJA-RAJA IMOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Dalam menyelenggarakan Selikuran terdapat dua tahapan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

MAS PENEWU JOGOKARYO DARYANTO: JURU KUNCI MAKAM RAJA-RAJA MATARAM DI IMOGIRI DALAM FOTOGRAFI ESAI JURNAL. Disusun oleh:

Transkripsi:

SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta Nindyasti Dilla Himaya nindy astidh@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Abstrak Makam merupakan tempat yang dianggap suci dan dikeramatkan, terutama makam tokoh-tokoh penting, yang menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan ziarah ke makam untuk tujuan tertentu. Kegiatan kunjungan makam ini sebenarnya merupakan tradisi Jawa-Hindu yang dilakukan secara turun-temurun sehingga menjadi hal yang biasa dilakukan masyarakat. Bukan hanya tradisi di dalamnya, penerapan budaya Jawa-Hindu ini juga terdapat pada desain kompleks makam yang menyerupai kompleks pura. Hal ini menarik karena Makam Imogiri merupakan kompleks makam keluarga raja dari kerajaan Islam. Kata-kunci : budaya, Islam, Jawa-Hindu, makam, tradisi Pendahuluan Pengertian makam menurut KBBI adalah tempat mengubur mayat. Makam merupakan tempat di mana jasad manusia yang sudah meninggal disemayamkan. Bagi masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, makam merupakan tempat yang dianggap suci dan dikeramatkan karena dirasa perlu dihormati. Keberadaan makam dari tokoh tertentu menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas ziarah dengan berbagai motivasi. Kunjungan ke makam pada dasarnya merupakan tradisi agama Hindu yang pada masa lampau berupa pemujaan terhadap roh leluhur. Kepercayaan masyarakat pada masa Jawa-Hindu masih terbawa hingga saat ini. Banyak orang beranggapan bahwa dengan berziarah ke makam leluhur atau tokoh-tokoh magis tertentu dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Kisah keistimewaan tokoh yang dimakamkan menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin mewujudkan keinginannya. Sejarah Kerajaan Mataram Islam yang kent al dalam latar belakang terbentuknya pemakaman dan juga sifat pemakaman yang dikeramatkan dan dianggap suci, mengingatkan kepada tradisi Jawa kental yang mengarah ke tradisi kerajaan Hindu di periode sebelumnya. Aturan yang dibuat bagi pengunjung makam, objek-objek dengan kesaktian tertentu dan sebagainya menjadi hal yang menarik di balik Kompleks Makam Imogiri. Bangunan bersejarah Kompleks Makam Imogiri adalah sumberdaya arkeologi yang berpotensi sebagai bentuk sejarah Kerajaan Mataram Islam pada masa Sultan Agung. Sumberdaya tersebut memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kompleks Makam Imogiri merupakan cagar budaya yang bersifat living monument yang hingga kini masih difungsikan seperti semula. Tradisi Jawa-Hindu yang kental menjadi suatu hal yang menarik ketika budaya Islam dan Jawa-Hindu menyatu dan terkemas dalam tradisi yang berlangsung dalam Kompleks Makam Imogiri, termasuk keberadaan masjid dan penerapan arsitektur islam di sekitarnya. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 205

Pengaruh Buday a Jaw a-hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogy akarta Pembahasan Kompleks makam Imogiri berisikan makam raja-raja Mataran Islam dan kerturunannya yang terletak di perbukitan Imogiri, Bantul. Pemakaman Raja terletak di bukit yang dapat diakses dengan menaiki ratusan anak tangga. Pemakaman ini dibangun pada tahun 1632 pada masa Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo. Arsitek dari Kompleks Makam Imogiri ini adalah Kyai Tumenggung Citrokusumo. Makam Imogiri berada di Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Kompleks makam tersebut dibangun oleh Sultan Agung, sewaktu pemerintahan Kerajaan Mataram-Islam berkedudukan di Kotagede. Pada tahun 1553 J (1629 1640 Masehi). Sebelumnya Sultan Agung membangun Kompleks Makam Girilaya, yaitu kompleks makam yang rencananya dikhususkan bagi raja-raja Mataram. Dalam hal ini Sultan menunjuk pamannya sendiri, yaitu Panembahan Juminah, putera ke-18 dari Panembahan Senopati untuk melakukan pengawasan dalam pembuatan makam tersebut. Namun Panembahan Juminah wafat di tengah tugasnya melakukan pengawasan sehingga makam di Girilaya tersebut dijadikan makam untuk Panembahan Juminah. Dengan demikian, Sultan Agung membangun kompleks makam untuk raja di puncak bukit Imogiri. Adapun sejarah mengenai pemilihan lokasi makam dan pembangunannya yang berkaitan dengan sejarah dalam Kerajaan Mataram Islam. Pemilihan perbukitan lokasi pemakaman ini memiliki cerita sejarah. Bukit ini dinamai Pajimatan Girirejo. Konon, saat Sultan Agung sedang mencari tanah yang akan digunakan untuk tempat pemakaman khusus sultan dan keluarganya, beliau melemparkan segenggam pasir dari Arab. Pasir tersebut dilempar jauh hingga akhirnya mendarat di Pajimatan Girirejo dan di situlah tempat yang dipilih sultan untuk membangun makam raja. Adapun sejarah mengenai cerita penghianatan seorang punggawa kerajaan yang membocorkan strategi serangan yang direncanakan Kerajaan Mataram terhadap VOC. Punggawa tersebut bernama Tumenggung Endranata. Sultan menghukum mati punggawa tersebut dengan memenggal kepalanya, yang kemudian bagian kepala, badan, dan kaki punggawa tersebut dikubur di temp at yang berbeda dalam Kompleks Makam Imogiri. Tempat -tempat tersebut yakni kepala di tengahtengah Gapura Supit Urang, badan di bawah tangga, dan kepala di bawah tengah kolam. Hal ini bertujuan untuk memperingatkan masyarakat agar tidak melakukan penghianatan. Sebelum memasuki makam raja, terdapat banyak anak tangga yang lebarnya sekitar 4 meter dengahn kemiringan 45 derajat yang menghubungkan permukiman dengan makam. Anak tangga di Permakaman Imogiri berjumlah 409 anak tangga. Menurut mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, jika pengunjung berhasil menghitung jumlah anak tangga dengan benar, maka semua keinginannya akan terkabul. Sebagian anak tangga memiliki arti tertentu, yaitu: Anak tangga dari permukiman menuju daerah dekat masjid berjumlah 32 anak tangga. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632. Anak tangga dari daerah dekat masjid menuju pekarangan masjid berjumlah 13 anak tangga. Sultan Agung diangkat sebagai raja Mataram pada tahun 1613. Anak tangga dari pekarangan masjid menuju tangga terpanjang berjumlah 45 anak tangga. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Anak tangga terpanjang berjumlah 346 anak tangga. Makam Imogiri dibangun selama 346 tahun. Anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan Walisongo. B 206 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Nindy asti Dilla Himay a Gambar 1. (Kiri) Ilustrasi denah Kompleks Makam Imogiri. Diambil dari Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=berkas:peta_imogiri.jpg&filetimestamp=20110703023626& (Kanan) Tangga dilihat dari bawah. Diambil dari Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=berkas:tangga_imogiri.jpg&filetimestamp=20110703024021& Sebelum memasuki areal permakaman terdapat Gapura Supit Urang, Pendopo Supit Urang, Tempat Juru Kunci dan 4 Tempayan Suci. Area makam raja dibagi menjadi tiga daerah, yaitu: 1. Astana Kasultan Agung Sultan Agung, Sri Ratu Batang, Hamangkurat Amral, dan Hamangkurat Mas. Sebelum memasuki makam Sultan Agung terdapat tiga gapura yang melambangkan tiga tahapan hidup manusia, yaitu: alam rahim, alam duniawi, dan alam kubur. Gerbang pertama bercorak bangunan hindu yang terbuat dari susunan batu bata merah tanpa semen dengan bentuk Candi Bentar dan diberinama Gapura Supit Urang. 2. Wilayah makam raja-raja Surakarta Paku Buwana - Sri Susuhunan Paku Buwana I - Amangkurat IV - Sri Susuhunan Paku Buwana II Kasuwargan Surakarta - Sri Susuhunan Paku Buwana III - Sri Susuhunan Paku Buwana IV - Sri Susuhunan Paku Buwana V Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 207

Pengaruh Buday a Jaw a-hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogy akarta Kapingsangan Surakarta - Sri Susuhunan Paku Buwana VI - Sri Susuhunan Paku Buwana VII - Sri Susuhunan Paku Buwana VIII - Sri Susuhunan Paku Buwana IX Grimulya Surakarta - Sri Susuhunan Paku Buwana X - Sri Susuhunan Paku Buwana XI - Sri Susuhunan Paku Buwana XI 3. Wilayah makam raja-raja Ngayogyakarta Kasuwargan - Sri Sultan Hamengku Buwana I - Sri Sultan Hamengku Buwana III Besiyaran - Sri Sultan Hamengku Buwana IV - Sri Sultan Hamengku Buwana V - Sri Sultan Hamengku Buwana VI Saptorenggo - Sri Sultan Hamengku Buwana VII - Sri Sultan Hamengku Buwana VIII - Sri Sultan Hamengku Buwana IX Peninggalan Sultan Agung Di Pemakaman Imogiri ini juga terdapat peninggalan-peninggalan Sultan Agung yang bertuah dan menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Peninggalan-peninggalan tersebut yaitu: Air Suci dari Empat Tempayan Cincin Kayu yang terbuat dari tongkat Sultan Agung Daun Tujuh Macam Adapun di sekitar makam terdapat beberapa masjid tua, yaitu Masjid Kompleks Makam Imogiri, Masjid Pajimatan, dan Masjid Girilaya. Berdasarkan informasi dari buku Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), Masjid Pajimatan sendiri merupakan masjid yang sering digunakan oleh para juru kunci kompleks makam Imogiri yang biasa dipanggil jimat. Budaya Jawa-Hindu terasa begitu kental terasa di dalam Kompleks Makam Imogiri. Terlebih dengan suasana magis karena kompleks makam ini dianggap suci dan dikeramatkan atau sakral. Arstektur makam yang menerapkan gaya arsitektural Jawa seperti candi Hindu juga membuat suasana makam Islam terlalu minor dibandingkan dengan suasana kental Jawa-Hindu. Hal ini diperlihatkan dengan B 208 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Nindy asti Dilla Himay a desain kompleks makam yang menyerupai pura, seperti gapura tinggi seperti gapura pada kompleks pura. Adapun beberapa mitos yang dipercayai warga setempat mengenai peninggalan Sultan Agung yang ada di sana kental sekali dengan kepercayaan masyarakat Jawa dengan budaya Jawa-Hindu adalah sebagai berikut: 1. Air suci empat tempayan Sebelum memasuki areal makam Sultan Agung, terdapat empat buah tempayan yang berada di atas gerbang kedua. Tempayan-tempayan ini merupakan pemberian dari empat kerajaan kepada Sultan Agung. Tempayan pertama yang terletak di sisi Barat merupakan pemberian dari Kerajaan Sriwijaya (Palembang) yang diberi nama Nyai Danumurti. Tempayan kedua merupakan pemberian dari Kerajaan Samudera Pasai (Aceh) yang diberi nama Kyai Danumaya. Tempayan ketiga merupakan pemberian dari Kerajaan Ngerum (Turki) yang diberi nama Kyai Mendung'. Tempayan keempat merupakan pemberian dari Kerajaan Siam (Thailand) yang diberi nama Nyai Siyem. Oleh Sultan Agung, keempat tempayan ini diisi air yang dipergunakan untuk berwudhu. Air dari keempat tempayan tersebut disebut air suci dan memiliki khasiat yang dapat memberi kekuatan dan sarana pengobatan. Masyarakat umum diperbolehkan meminum air suci dari tempayan tersebut melalui juru kunci makam. Air ini bisa diambil selama masih ada air yang tersisa di dalam tempayan tersebut, karena tidak sembarang hari tempayan-tempayan ini dapat diisi air. Upacara khusus untuk mengisi keempat tempayan ini dengan air yang dilakukan setahun sekali dinamakan Nguras Enceh. Upacara ini dilaksanakan setiap Jumat Kliwon di bulan Sura (Muharam). Jika di bulan tersebut tidak ada hari Jumat Kliwon, maka upacara pengisian air ini dapat dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon. Bagi yang mempunyai kepercayaan (percaya), air tersebut dapat menjadi sarana tolak bala serta dapat digunakan sebagai perantara untuk mengobati berbagai penyakit. Bagi pengunjung yang ingin mengambil air suci dan membawanya pulang, diperbolehan dengan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut, yaitu: Pertama, yang memebawa air tersebut harus menyimpannya dengan baik. Kedua, sebelum diminum harus membaca Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas masingmasing tiga kali untuk Sultan Agung. Ketiga, jika ingin membawanya pulang, pengunjung diminta memberikan sumbangan seikhlasnya (Uang sumbangan ini digunakan untuk membantu pembiayaan upacara Nguras Enceh). Air suci tersebut jika dibawa pulang, khasiatnya dapat bertahan selama satu tahun, terhitung sejak diambil dari tempayan. Air suci tersebut dapat dicampur, namun harus menggunakan air mentah. Karena, jika dicampur dengan air yang sudah dimasak, khasiat dari air suci ini akan hilang. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 209

Pengaruh Buday a Jaw a-hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogy akarta 2. Cincin Kayu Kayu berbentuk cincin tersebut berasal dari tongkat Sultan Agung yang ditanam lalu berubah menjadi pohon yang besar. Pohon itu ditebang dan kayunya dibuat menjadi cincin. Jika ingin membawa pulang cincin tersebut, pengunjung harus dites terlebih dahulu, apakah kayu tersebut mau mengikuti pengunjung yang ingin membawa pulang cincin tersebut atau tidak. Kayu berbentuk cincin tersebut akan ditaruh di air. Jika tenggelam, maka pertanda bahwa cincin tersebut mau mengikuti pengunjung. Kayu ini, konon sangat berkhasiat bagi pemiliknya. 3. Daun tujuh macam Daun ini bisa digunakan sebagai pengobatan bagi suami-istri yang sudah lama menikah namun tidak punya anak. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan masyarakat Jawa, ada saat di mana manusia akan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan makam atau ziarah ke makam. Makam dan segala aktivitas yang berkaitan dengan ziarah akan mengingatkan manusia bahwa setelah kehidupan akan ada kematian, sehingga manusia akan sadar untuk biasa melakukan perbuatan baik sebagai bekal dalam menghadapi alam arwah. Aktivitas ziarah oleh banyak pihak juga dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu, misalnya mencari ketenangan, mencari rejeki, keberuntungan, dan sebagainya, sesuai dengan kharisma dan kisah keistimewaan tokoh yang dimakamkan. Kompleks Makam Imogiri didesain di masa Kerajaan Mataram Islam yang masih terpengaruhi kebudayaan Jawa-Hindu sehingga gaya arsitektural makam menyerupai kompleks candi. Kompleks makam ini memperlihatkan bagaimana desain menggambarkan suatu sejarah. Gambar 2. Kondisi di dalam kompleks makam. Arsitektur Islam yang dapat dilihat dari masjid yang ada di sekitar kompleks makam masih menggunakan konsep joglo yang sederhana dan sesuai budaya Jawa. Kesimpulan Budaya Jawa-Hindu yang sudah melekat dengan Kompleks Makam Imogiri merupakan cagar budaya yang unik dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Arsitektur Jawa-Hindu yang digunakan dalam kompleks makam ini merupakan warisan leluhur yang meneruskan budaya Jawa. Daftar Pustaka Mashyudi. (2015). Pelestarian dan Pemanfaatan Cagar Budaya di Kompleks Makam Imogiri. Tesis Universitas Gadjah Mada, 1. Hardjasoemantri, K. (2007). Jantra: Tradisi Ziarah Makam Leluhur Pada Masyarakat Jawa. Dept. Kebudayaan dan Pariwisata. Carey, P. (2015). Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855). Penerbit Buku Kompas: Jakarta. Wikipedia. (2016). Pemakaman Imogiri. https://id.wikipedia.org/wiki/pemakaman_imogiri Njogja. (2016). Makam Imogiri Yogyakarta. http://www.njogja.co.id/bantul/makam-imogiri-yogyakarta/ B 210 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017