BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teoritik 2.1.1 Permainan Sepaktakraw Sepaktakraw pada zaman dahulu merupakan permainan bangsawan yang dilaksanakan untuk mengisi waktu luang mereka. Cara bermainnya dilakukan oleh 3 (tiga) orang yang mempunyai istilah nama tersendiri, yaitu: (1) Apit kanan, (2) Apit kiri dan (3) Tekong. Sepaktakraw adalah permainan antar dua regu yang melibatkan penggunaan dari sebagian besar kaki dan kepala dan bagian-bagian badan lainnya untuk mempertahankan bola di udara dengan tidak lebih dari tiga kali sentuhan. Dalam permainan permainan sepaktakraw dikawasan Asia Tenggara dikenal dengan beragam nama, di Malaysia dikenal dengan sepak raga jaring, Brunei dikenal dengan sepak raja, China dikenal dengan theng chew, di Burma dikenal dengan chung long, laos dikenal dengan kator, Philipina dikenal dengan sipa, Thailand dikenal dengan takraw, dan di Singapura dikenal dengan bola sepak raga. Untuk mengorganisir dan mengakomodir berbagai istilah yang dikenal diberbagai negara maka pada tangal 27 maret 1965 istilah sepaktakraw dibakukan secara resmi di Malaysia. Secara harfiah kata takraw berasal dari bahasa Thai, yang artinya bola yang terbuat dari rotan. Kemudian ditambah didepan kata sepak dari
bahasa melayu artinya menendang, memainkan, bola dengan bagian kaki mulai dari ujung kaki sampai kepangkal paha. Permainan ini didominasi oleh kaki yang dimainkan diatas lapangan seluas lapangan bulutangkis dan dipertandingan antara dua regu yang saling berhadapan dengan jumlah pemain masing-masing 3 (tiga) orang. Hal senada dikemukan oleh Darwis dan Penghulu Basa mengatakan bahwa permainan sepaktakraw merupakan nama perpaduan antara bahasa Malaysia dan Thailand, sepak berasal dari bahasa Malaysia, sedangkan takraw berasal dari bahasa Thailand yang artinya bola. Gambar 1. Gambar bola takraw Sumber: http://www.meelink.com/content/sports-mainmenu-26/all-sporthistory-mainmenu-46/115--sepaktakraw-history.htm (diunduh tanggal 16 Januari 2012) Sepaktakraw merupakan cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah net dengan ketinggian 1,55
meter. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau fiber synthetic dengan lingkaran antara 42-44 cm. Untuk lebih jelasnya lapangan Sepak Takraw dapat dilihat melalui gambar pada halaman berikut ini. Gambar 2. Lapangan Sepaktakraw Sumber: http://www.mpeta.ca/documents/sag/sag%20handouts%202005/takrawplayersg uide-2.pdf (diunduh tanggal 16 Januari 2012) Permainan ini dimulai dengan melakukan servis, oleh tekong ke daerah lapangan lawan.pemain regu lawan memainkan bola menggunakan seluruh anggota badan selain tangan, setiap regu paling banyak boleh memainkan bola dengan tiga kali sentuhan. Jumlah pemain masing-masing regu terdiri dari tiga orang pemain, (tekong, apit kiri, dan apit kanan) dengan seorang pemain cadangan. Untuk dapat bermain sepaktakraw yang baik maka pemain harus memiliki keterampilan yang baik. Keterampilan yang baik adalah kemampuan dasar bermain sepaktakraw. Kemampuan dasar tersebut menurut Ratinus Darwis adalah menyepak
dengan bahagian-bahagian kaki, memainkan bola dengan kepala (main kepala), memainkan bola dengan dada, memainkan bola dengan paha, memainkan bola dengan bahu (membahu). Ratinus Darwis (1992 ; 62) menambahkan bahwa jenis-jenis teknik dasar adalah 1) Sepakan yang meliputi sepak sila, sepak kuda (sepak kura), sepak cungkil, menapak (sepak telapak kaki) dan badek (sepak simpuh atau sepaksamping), 2) Main Kepala, 3) Mendada, 4) Memaha dan 5) Membahu. Demikian pula dikemukakan oleh Ismail Tola (1992 ; 63) mengemukakan teknik-teknik dasar sepaktakraw terdiri dari 1) Sepakan meliputi sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil (punggung kaki) dan telapak kaki, 2) Meng-kop terdiri atas meng-kop dengan dahi, bagian kiri dan kanan kepala dan bagian belakang kepala, 3) Menahan dengan dada dan 4) Menahan dengan bahu. Ahmad Wafi Mohamad (1991) menambahkan bahwa terdapat lima teknik dasar bermain yang harus dimiliki oleh atlet dalam permainan sepaktakraw, yaitu (a) menyepak dan mengontrol bola, (b) mengumpan dan menerima bola, (c) membuat sepak mula, (d) menanduk (heading) dan (e) membuat libasan atau rejaman (smash). Sepakan adalah salah satu teknik dasar yang dibutuhkan dalam permainan sepaktakraw, di mana dalam pelaksanaannya mempergunakan bagian-bagian kaki tertentu terhadap seorang pemain.dalam permainan sepaktakraw, menyepak atau sepakan merupakan gerak yang dominan. Teknik sepakan yang paling sering digunakan dalam bermain sepaktakraw adalah sepak sila. Hal ini merupakan tahap awal memperoleh kemantapan keterampilan untuk melaksanakan dasar permainan
sepaktakraw secara efisien dan efektif. Sehingga sepak sila sangat membantu dalam suatu bentuk permainan serta menjadi bagian dalam mencapai suatu penunjang untuk mencapai keterampilan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya keterampilan teknik dasar sepak sila dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3. Pelaksanaan Teknik Sepaksila Sumber:http://www.mpeta.ca/documents/SAG/SAG%20Handouts%202005/TakrawP layersguide-2.pdf (diunduh tanggal 16 Januari 2012) Selain itu adalah teknik sepak kuda yakni sepakan yang dilakukan dengan menggunakan bagian punggung kaki pemain. Sepakan ini dapat dipergunakan untuk menjangkau atau mengantisipasi bola yang posisinya jauh dari badan. Sedangkan sepakan cungkil adalah sepakan yang dalam pelaksanaannya menggunakan bagian jari-jari kaki. Sepakan ini sangat membantu dalam mengantisipasi bola yang lebih jauh dari badan dengan menggunakan jari-jari kaki. Untuk lebih jelasnya salah satu keterampilan teknik dasar tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Pelaksanaan Teknik Sepak Punggung Kaki Sumber:http://www.mpeta.ca/documents/SAG/SAG%20Handouts%202005/TakrawP layersguide-2.pdf Sepak badek adalah sepakan yang mempergunakan bagian kaki luar dari kaki pemain.sepakan ini sering diartikan dengan sepakan yang merupakan kebalikan dari sepak sila.teknik sepak ini dapat dipergunakan untuk mengatasi bola yang datang secara tiba-tiba pada sisi bagian kanan dan kiri pemain. Untuk lebih jelasnya salah satu keterampilan teknik dasar sepak badek dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 5. Pelaksanaan Teknik Sepak Badek Sumber: http://www.mpeta.ca/documents/sag/sag%20handouts%202005/takrawplayersg uide-2.pdf (diunduh tanggal 16 Januari 2012) Mengkop atau Heading dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yakni dengan menggunakan bagian dahi yang berfungsi untuk mengumpan dan melakukan
serangan atau smash, bagian kiri dan kanan kepala berfungsi untuk melakukan serangan, bagian belakang kepala berfungsi untuk menipu lawan. Berikut adalah illustrasi gambar tentang mengkop atau Heading adalah sebagai berikut: Gambar 6. Pelaksanaan Teknik Heading Sumber: http://www.mpeta.ca/documents/sag/sag%20handouts%202005/takrawplayersg uide-2.pdf (diunduh tanggal 16 Januari 2012) Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam permainan ini adalah segala komponen teknik yang lebih mengarah pada keterampilan dan penguasaan secara individu yang meliputi sepak sila, sepak kuda, sepak badek, sepak petik, sepak cangkul, menggunakan paha, dan menyundul bola (heading), yang secara keseluruhan merupakan komponen teknik yang dapat memberikan kontribusi pada implementasi dari penampilan atlet dalam permainan atau pertandingan.
2.1.2 Servis Suhud (1990:20) mengatakan bahwa servis adalah suatu tehnik penyajian bola pertama dalam permainan sepak takraw. Servis merupakan tanda awal dimulainya sebuah permainan. Selain itu servis juga menjadi serangan awal bagi regu yang melakukannya. Hal ini seiring dengan pendapat Ratinus Darwis (1992:61) mengatakan bahwa Servis merupakan suatu gerak kerja yang penting dalam permainan sepaktakraw, karena angka kemungkinan besar di buat oleh regu yang melakukan servis, kegagalan-kegagalan dalam servis berarti hilangnya kesempatan regu ini menambah poin bahkan akan memberikan point bagi regu lawan. Karena berkembangnya peraturan yang menentukan rally point dengan angka akhir 15. Hal yang sangat merugikan adalah banyaknya tekong yang mencoba membuat angka dengan servis yang keras saja, oleh sebab itu mereka selalu melakukan servis yang keras, akibatnya banyak servis tersebut yang menyangkut di jaring atau keluar. Kesalahan atau kegagalan dalam melakukan servis berarti hilangnya kesempatan bagi regu untuk mendapatkan angka. Pemain hendaknya membuat servis yang baik dan dapat mencari sasaran yang lemah dan sukar untuk diterima dan dikontrol oleh lawan. Ratinus Darwis (1992; 61) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan servis di kenal beberapa cara yaitu 1) Sepak mula gaya bebas (Free Style Service), 2) Sepak mula kencang dan tajam (Spike service), 3) Sepak mula tinggi (Job Service), 4) Sepak mla tipuan (Trick Service), 5) Sepak mula sudut (Corner/angle Service) dan 6) Sepak mula skrup (Screw Service).
Efektifitas kemampuan servis seorang atlet dapat diperoleh dengan mengetahui tujuan gerakannya. Dadang Masnun (1988 ;) mengatakan bahwa tiap cabang olahraga keterampilan atau gerak dapat diklasifikasikan sesuai dengan tujuan utama mekanik. Klasifikasi olahraga menurut tujuan mekanik utamanya yaitu: melontarkan objek atau tubuhnya sendiri untuk mencapai jarak horizontal maksimal, melontarkan objek atau tubuhnya sendiri untuk mencapai jarak vertikal maksimal, melontarkan objek untuk mencapai ketepatan maksimal, melontarkan objek untuk mencapai ketepatan maksimal apabila kecepatan gerak benda menentukan syarat keberhasilannya, mengatasi suatu beban, memindahkan tubuh melalui satu jarak tertentu, dan menggerakkan tubuh atau bagiannya sesuai dengan pola gerak yang telah diisyaratkan. Jadi servis dalam hal ini termasuk dalam melontarkan obyek untuk mencapai ketepatan maksimal apabila kecepatan gerak benda menentukan syarat keberhasilannya. Karena servis menggunakan bola sebagai media dalam upaya memasukkannya ke lapangan lawan, maka untuk itu bagaimana usaha server memberikan tenaga kepada bola agar bergerak mencapai hasil yang diinginkan. Seperti bunyi hukum Newton I, bahwa: Setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali apabila ada tenaga dari luar yang mempengaruhinya. Sehingga dibutuhkan perhitungan yang tepat dalam mengerahkan tenaga dalam melakukannya. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ketepatan servis double event dalam permainan sepak takraw ditentukan oleh gerakan
awalan, Kelentukan otot tungkai, mengayun kaki, menendang bola (perkenaan kaki dengan bola saat bola datang), hingga bola dapat di seberangkan ke daerah yang sulit di jangkau oleh lawan. Atau dengan kata lain bahwa servis merupakan suatu bentuk rangkaian gerak yang dibangun dari beberapa gerakan menjadi satu bentuk servis yang ditujukan ke daerah lawan untuk mengacaukan pertahanan lawan. 2.1.3 Servis Double Event Double event merupakan salah-satu nomor dalam permainan sepak takraw. Double event dimainkan oleh dua orang pemain dalam setiap regu. Sacara keseluruhan peraturan permainan double event hampir sama dengan nomor tim dan beregu, akan tetapi yang membedakan doble event dengan nomor tim dan beregu terletak pada servis. Servis pada permainan double event dilakukan di belakang garis lapangan. Pelaksanaan servis double event diawali dengan lambungan bola oleh pemain itu sendiri sesuai dengan keinginannya. Di dalam permainan, tidak ada pembatasan bagi seorang server untuk melakukan satu jenis servis saja, artinya servis dapat dilakukan dengan berbagai jenis servis, dengan pertimbangan untuk mencari celah atau titik lemah lawan. Khalim (1992;26) mengemukakan bahwa latihan servis dapat dilakukan dengan cara: 1) Pemain mengambil posisi untuk melakukan servis pada garis tekong (untuk doble event dibelakang, 2) Sebelum servis, Pemain memastikan sasaran yang akan di tuju, 3) Mata berkonsentrasi pada bola yang dilambungkan, 4) Posisi bersedia
untuk melakukan servis dengan cara kaki tumpuan tetap berada diluar garis belakang sedangkan kaki lainnya bersedia untuk diayunkan sesuai dengan lambungan bola, 5) Sepakan dilakukan dengan perkenahan sesuai dengan kebiasaannya, 6) Ayunan kaki jatuh ke lantai kembali, setelah melakukan perkenaan dengan bola dan 7) server mengambil posisi bersedia setelah melakukan servis. Adapun tahapannya dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Saat Awalan Saat akan melakukan servis double event terlebih dahulu pemain yang hendak melakukan servis berdiri di belakang garis dengan salah satu kaki sebagai kaki tumpu, sedangkan kaki yang lainnya sebagai awalan berada di belakang badan. b. Saat Tolakan Pada saat bola sudah dilambungkan dan sudah mencapai titik ketinggian yang diinginkan, maka tubuh di dorong kedepan seiring dengan tolakan kaki tungkai yang diangkat lurus tepat diatas kaki tumpu dengan dibantu gerakan ayunan lengan. c. Saat Perkenaan Bola dengan Kaki Saat tolakan tungkai dari lantai diayunkan untuk menyepak bola diudara, kelentukan tungkai akan membantu jangkaun kaki ke bola setinggi mungkin (sesuai dengan kemampuan atlet). Perkenaan kaki dengan bola tepat pada bagian
kaki servis agar sudut sasaran yang dituju dapat tercapai. d. Saat Kaki Mendarat Setelah melakukan rangkaian gerakan servis, badan mengikuti gerakan lanjutan tungkai, kemudian kaki mendarat dan kembali pada posisi siap. Untuk lebih jelasnya illustrasi servis dapat dilihat pada halaman berikut : Gambar 7. Posisi saat melakukan teknik Servis Sumber: Ahmad Wafi Muhammad sepaktakraw (Kualalumpur Fajar Bakti Sdn. Bhd.,1992), p. 70 (unduh 16 Jan 2012) Seorang server harus memperhatikan beberapa ketentuan sesuai dengan aturan dalam permainan ini. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad W Mohammad bahwa masalah-masalah yang penting dalam melakukan servis double event adalah: 1) kaki tidak menginjak garis belakang, 2) Bola dilambungkan sendiri sesuai yang diinginkan dan telah diberikan isyarat oleh wasit, 3) Server membuat sepakan dengan menggunakan bagian-bagian kaki, 4) pemain lain berada di dalam lapangan dan tidak boleh bergerak dengan maksud mengecoh perhatian lawan sampai dengan bola melewati jaring/net, 6) Kaki
server tidak boleh menginjak garis belakang lapangan, 7) server memastikan bola yang di sepak melewati jaring dan jatuh tidak melebihi panjang lapangan. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan servis double event adalah servis yang dilakukan dari garis belakang lapangan yang diawali dengan lambungan bola oleh pemain itu sendiri sesuai dengan ketinggian bola yang diinginkan. 2.1.4 Kelentukan Otot Tungkai Kelentukan (fleksibilitas) biasa juga disebut kelenturan. Kelentukan biasa mengacu pada ruang gerak sendi serta elastisitasnya otot. Kelentukan merupakan salah satu unsur dari komponen kondisi fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam semua cabang olahraga. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak otot atau sekelompok otot berkontraksi dalam posisi memendek dan memanjang secara maksimal. Menurut Abd.Adib Rani (1974: 450) bahwa kelentukan adalah suatu kemampuan seseorang melakukan gerakan dengan amplitudo yang luas. Sedangkan S. Wijowasito (1976: 16) mendefinisikan kelentukan berarti mudah dibengkokkan atau mudah melentuk. Menurut Harsono (1988 : 163) mendefinisikan kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi kecuali ruang gerak sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot tendon ligamen.
Dengan demikian orang yang mempunyai ruang gerak sendi yang luas dan mempunyai otot-otot yang elastis adalah mempunyai kelentukan yang baik. Menurut Harsono (1988: 164) kelentukan dibagi dalam dua bagian yaitu: Fleksibilitas statis meliputi rentangan gerakan sederhana, seperti tunduk perlahanlahan dan sentuh ubin. Fleksibilitas dinamis adalah kecepatan untuk menggunakan rentangan gerakan sendi dalam penampilan kegiatan fisik dengan tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dengan mudah melenturkan atau melentukkan sendi yang luas yang ditentukan dengan adanya elastisitas otot-otot tendon dan ligamen. Jadi lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya persendian. Faktor-faktor kelebihan dari kelentukan yang diperoleh seseorang adalah penting bagi seorang atlet karena hal ini menandakan bahwa seorang atlet yang memiliki kelentukan yang baik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai prestasi yang optimal, khususnya pada permainan sepak takraw dari pada atlet yang tidak memiliki kelentukan. Elastisitas otot dapat ditingkatkan melalui latihan-latihan peregangan (Stretching Exercises). Latihan peregangan dapat dilakukan dengan cara : Statis, dinamis dan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation) yaitu peregangan kontraksi-relaksasi. Metode peregangan kontraksi-relaksasi dikembangkan oleh
Bompa (1983:170).Contoh prosedur metode ini adalah sebagai berikut : Pada suatu kelompok otot, pelaku melakukan kontraksi isometric terhadap suatu tahanan yang diberikan oleh temannya atau pelatih. Kontraksi isometric ini dipertahankan kira-kira 6 detik kemudian relaksasi selama 20 detik. Variabel pembebanan latihan kelentukan dapat dilakukan dengan memanipulasi volume, intensitas dan frekuensi latihan serta durasi latihan. 1. Volume latihan mulai dari sedang ke besar. ( dapat berupa jumlah hitungan atau waktu). 2. Intensitas latihan, Gerakan dilakukan secara perlahan sampai maksimal 100%, tetapi tidak boleh lebih (overstretch). 3. Frekuensi Latihan, Dapat dilakukan setiap hari, selalu dilakukan saat pemanasan dan pelemasan 4. Durasi latihan, mulai dari sedang sampai lama 5. Istrahat latihan, singkat sampai sedang Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan dan perbedaan mengenai pentingnya unsur kelentukan dalam penampilan yang optimal. Permainan sepak takraw memerlukan kelentukan otot tungkai terutama dalam melakukan servis pada nomor double event sebab dalam permainan double event servis dilakukan dari garis belakang lapangan sehingga net menjadi jauh dan terasa lebih tinggi sehingga server membutuhkan jangkauan yang lebih tinggi pula.
Jangkauan atlet yang memiliki otot tungkai yang lentuk akan lebih tinggi dibandingkan dengan atlet yang ototnya kaku. 2.2 Kerangka Berpikir Kelentukan otot tungkai adalah kemampuan seseorang untuk menggerakan persendian, otot, tendon, ligament pada tungkai secara luas, elastis, optimal dan lancar kesemua arah sesuai porsi gerakan yang diinginkan tanpa adanya kekakuan dalam bergerak. Tungkai adalah bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam sepaktakraw dan khususnya pada saat melakukan servis. Karenanya melatih kelentukan otot tungkai sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas keterampilan servis. Salah satu otot yang bekerja dan harus lentur pada saat melakukan servis adalah otot hamstrings. Seorang atlet yang memiliki kelentukan otot tungkai tinggi akan memberikan peluang besar untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang lebih luwes dalam bergerak. Dia lebih leluasa mengambil ancang-ancang servis, lebih mudah mengangkat kaki pada saat memukul bola, mempunyai jangkauan yang lebih tinggi dan lebih mudah mengarahkan bola pada saat servis, dan memiliki gerakan follow through yang sempurna. Oleh karena itu, diduga bahwa kelentukan otot tungkai akan mempengaruhi ketepatan servis double event dalam permainan sepak takraw pada Atlet PPLP Provinsi Gorontalo.
2.3 Hipotesis Suatu kebenaran yang bermaksud untuk menguji kebenaran, harus menggunakan penuntun untuk memperjelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Penuntun itulah yang disebut hipotesis atau anggapan dasar. Anggapan dasar sekaligus sebagai jawaban sementara dari masalah yang diteliti. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1993: 62) bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sebagai jawaban sementara atas dugaan yang terdapat dalam kerangka berpikir perlu dikemukakan agar dapat dijadikan dasar untuk mencari jawaban. Jawaban sementara atau hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Latihan kelentukan otot tungkai dapat mempengaruhi ketepatan servis double event dalam permainan sepaktakraw.