Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :"

Transkripsi

1 Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN : HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN TERHADAP KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW PADA ATLET SEPAKTAKRAW ACEH BESAR TAHUN 2015 Yudi Ikhwani 1) 1) Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh ABSTRAK Keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepaktakraw pada atlet sepak takraw aceh besar tahun 2015 berbeda satu sama lain. Reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan tubuh atlet juga berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan secara bersama-sama dengan keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan uji korelasi (correlation research) dan rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 15 orang atlet olahraga sepaktakraw. Instrumen penelitian terdiri dari peralatan dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, termasuk formulir isian tes yang berkaitan dengan masing-masing tes. Pengumpulan data dilakukan melalui rangkaian tes terkait dengan masing-masing variabel yang diteliti. Peralatan analisis data yang digunakan adalah korelasi. Penelitian menemukan (1) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,840. (2) Kelentukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw, ditunjukkan oleh nilai koefiesien korelasi (r) sebesar 0,773. (3) Daya ledak tungkai memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,556, dan (4) Kecepatan reaksi kaki, kelentukan dan daya ledak tungkai memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,883. Semakin cepat reaksi kaki, semakin baik kelentukan dan semakin kuat daya ledak tungkai, akan semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut (kecepatan reaksi kaki, kelentukan dan daya ledak tungkai) sangat menentukan keterampilan smash sepaktakraw. Kata Kunci: Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak Tungkai, Kelentukan dan Keterampilan Smash Sepaktakraw. PENDAHULUAN Permainan sepaktakraw sangat digemari oleh para pemuda dan masyarakat pada beberapa daerah di Indonesia, terutama yang berdomisili di pesisir pantai. Sepaktakraw adalah nama perpaduan antara bahasa Malaysia dan Thailand, sepak berasal dari bahasa Malaysia, sedangkan takraw berasal dari bahasa Thailand yang artinya bola. Cara memainkan bola pada permainan sepaktakraw adalah dengan menggunakan kaki, kepala atau badan asalkan dalam keadaan memantul. Permainan sepaktakraw merupakan perpaduan unsur seni bertemu satu dengan lainnya, sehingga permainan ini merupakan tontonan yang menarik untuk disaksikan karena penuh dengan aksi-aksi akrobatik. Untuk itulah, agar dapat bermain sepaktakraw dengan baik, maka dibutuhkan keterampilan. Istilah keterampilan adalah suatu istilah yang mengandung kualitas yang relatif, hanya dapat dinilai di lapangan terhadap seseorang dengan jalan membandingkan antara sesama anggota kelompok. Pengertian keterampilan di atas menunjukkan bahwa suatu penampilan yang berketerampilan mengandung empat faktor pendukung yaitu kecepatan, 219

2 Yudi Ikhwani ketepatan, efisiensi dan kemampuan menyesuaikan atau kemampuan beradaptasi. Umumnya suatu keterampilan dalam olahraga yang dilakukan terbatas pada waktu pelaksanaan. Smash sepaktakraw adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak terakhir dari serangan dalam permainan sepaktakraw. Kegagalan melakukan smash akan memberikan peluang pihak lawan untuk menyerang balik atau bola mati di lapangan sendiri ataupun keluar lapangan permainan. Keberhasilan melakukan smash akan memberikan poin atau angka untuk regu penyerang. Proses gerakan smash dalam permainan sepaktakraw adalah pemain harus melakukan reaksi kaki yang cepat untuk mengantisipasi umpan, melompat dengan kekuatan maksimal disertai gerakan badan dan sepakan yang luwes, cepat dan tepat. Pada saat melakukan smash sepaktakraw, pemain harus memaksimalkan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, meliukkan badan sambil bergerak cepat ke arah datangnya bola, dan menyepak bola dengan keras di atas net. Smash dalam permainan sepaktakraw memerlukan reaksi kaki yang cepat untuk bergerak ke arah bola atau antisipasi arah umpan, lentingan bola, dan jenis putaran bola. Smasher harus mampu melangkah dengan reaksi yang cepat untuk menentukan posisi tubuh yang tepat pada saat akan melompat dan menyepak bola di atas net. Smash sepaktakraw memerlukan timing yang tepat antara posisi sebelum melompat, loncatan di udara, ayunan kaki sepak dengan laju dan ketinggian bola yang diumpankan oleh apit, sehingga kemampuan reaksi kaki sangat menentukan. Hubungan antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw terkait dengan kemampuan reaksi dalam istilah yang sebenarnya yakni gerak pertama yang dilakukan setelah menerima stimulus. Kemampuan reaksi kaki menentukan gerakan untuk melakukan smash sepaktakraw yaitu ketepatan posisi, lompatan yang sesuai dengan umpan, serta sepakan bola di atas net yang tepat. Keterlambatan melakukan reaksi terhadap bola yang diumpan tekong menyebabkan antisipasi kurang akurat sehingga smash yang dilakukan tidak sempurna atau tidak terarah, tersangkut di net, atau keluar lapangan permainan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, keterampilan smash sepaktakraw dapat ditentukan oleh kecepatan reaksi, daya ledak tungkai dan kelentukan. Hal ini disebabkan olahraga sepaktakraw memerlukan adanya kecepatan reaksi kaki dari pemain olahraga tersebut. Tanpa adanya kecepatan reaksi kaki, maka kemampuan untuk bermain sepaktakraw dipastikan sulit ditingkatkan. Apalagi kaki merupakan salah satu komponen fisik yang memegang peranan utama dalam kegiatan olahraga sepaktakraw. Dikaitkan dengan keberadaan atlet olahraga sepaktakraw di Kabupaten aceh besar, dapat dipastikan bahwa kecepatan reaksi kaki di antara sesama atlet berbeda satu sama lain. Indikasi adanya perbedaan kecepatan reaksi tidak hanya dapat diketahui dari hasil pengamatan ketika mereka bermain sepaktakraw, tetapi terlihat dari postur tubuh dan kelincahan mereka dalam bermain. Perbedaan postur tubuh juga memungkinkan terjadinya perbedaan kecepatan reaksi kaki dikalangan atlet olahraga sepaktakraw. Selain itu, adanya perbedaan kemampuan atlet dalam lari 30 meter juga mengindikasikan bahwa kecepatan reaksi kaki mereka juga berbeda. Daya ledak otot tungkai dan kelentukan tubuh dikalangan atlet olahraga sepaktakraw di aceh besar juga relatif berbeda. Indikasi adanya perbedaan tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan kemampuan mereka dalam memainkan bola hingga melakukan smash ke arah lawan. Selain itu, secara praktis indikasi adanya perbedaan daya ledak otot tungkai juga terlihat dari hasil pengukuran daya ledak otot tungkai dengan lompat tegak (vertical jump). Adanya keterkaitan antara kecepatan reaksi kaki, daya ledak otot tungkai dan kelentukan tubuh dengan keterampilan smash sepaktakraw seperti dijelaskan di atas, juga sudah dibuktikan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Karena itu, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw di Kabupaten aceh besar terkait dengan ketiga variabel tersebut? Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak Tungkai, dan Kelentukan Terhadap Keterampilan Smash Sepaktakraw Pada Atlet Sepak takraw Aceh Besar Tahun

3 Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN : Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw di Kabupaten Aceh Besar Tahun Untuk mengetahui hubungan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw di Kabupaten Aceh Besar Tahun Untuk mengetahui hubungan antara kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw di Kabupaten Aceh Besar Tahun Untuk mengetahui hubungan kecepatan reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan secara bersama-sama (simultan) dengan keterampilan smash sepaktakraw dikalangan atlet sepak takraw di Kabupaten Aceh Besar Tahun METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dapat dilihat dari gambar berikut ini: (X 1) (X 2) (Y) (X 3) ) Keterangan: X 1 = Kecepatan Reaksi Kaki X 2 = Daya Ledak Otot Tungkai X 3 = Kelentukan Tubuh Y = Keterampilan Smash Sepaktakraw Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah atlet cabang olahraga sepaktakraw di Kabupaten Aceh Besat Tahun 2015 yang berjumlah 15 orang. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian berkaitan dengan alat yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian. Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka instrumen penelitian terdiri dari peralatan dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, termasuk formulir isian tes yang berkaitan dengan masing-masing tes. 1. Keterampilan smash sepaktakraw Pengukuran smash sepaktakraw didasarkan pada berapa banyak skor yang dapat dikumpulkan atlet dalam 10 kali dalam 3 x percobaan (Thamrin, 1995:75). Skornya diambil yang terbaik. Alat dan fasilitas yang digunakan terdiri dari bola takraw, lapangan yang telah ditandai dengan nilai, alat tulis menulis dan net. 2. Kecepatan reaksi kaki Pengukuran kecepatan reaksi kaki dapat dilakukan dengan lari 30 meter. Hal ini didasarkan pada pendapat Gambetta (1991:215) menjelaskan, nomor sprint terdiri dari beberapa fase yaitu fase kecepatan reaksi dan kecepatan langkah serta kecepatan maksimal 221

4 Yudi Ikhwani yang di sertai dengan panjang langkah. Pada fase kecepatan reaksi dapat dilihat posisi tubuh dan mekanik lari saat atlet keluar dari start block terlihat condong ke depan ketika berlari. Alat atau fasilitas yang digunakan terdiri dari Lapangan datar jarak minimal 40 meter, dibatasi garis start dan garis finish jarak 30 meter dan lebar 1,22 meter, Stopwatch, peluit, bolpoint dan formulir dan bendera star. Prosedur pelaksanaan tes tersebut sebagai berikut: a. Teste siap berdiri di belakang garis star. b. Dengan aba-aba siap teste siap berlari dengan star berdiri. c. Dengan aba-aba ya teste siap berlari secepat-cepatnya dengan menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis akhir. d. Kecepatan lari dihitung dari saat aba-aba ya e. Pencatatan waktu dilakukan sampai dengan persepuluh detik (0,1 detik), bila memungkinkan dicatat sampai dengan perseratus detik (0,01 detik). 3. Daya ledak otot tungkai Pengukuran daya ledak otot tungkai dilakukan menggunakan tes lompat tegak (vertical jump) untuk mengukur daya ledak otot tungkai ke arah atas. Alat dan fasilitas yang digunakan terdiri dari (1) papan berskala cm, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm dipasang pada dinding yang rata atau tiang.jarak antara lantai dengan nol pada papan tes adalah 150 cm, (2) Serbuk kapur, (3) Alat penghapus papan tulis, (4) Alat tulis dan (5) Formulir tes. 4. Kelentukan Pengukuran kelentukan dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut dapat diketahui tingkat kelentukan seseorang. Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku/mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan Flexibility Meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (cm). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian terdiri dari beberapa tahapan menurut variabel yang diteliti, sebagai berikut: 1. Kecepatan Reaksi Kaki Tujuannya adalah untuk mengukur kecepatan reaksi kaki. Pengumpulan data yang berkaitan dengan kecepatan reaksi kaki dilakukan melalui tes lari 30 meter. Cara pengukuran sebagai berikut. (1) Dengan aba-aba siap testee siap lari dengan start berdiri, setelah aba aba yaak bersamaan bendera start diangkat, testee lari secepat-cepatnya menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis finish. (2) Kecepatan lari dihitung dari saat bendera diangkat sampai pelari melewati garis finish. (3) Kecepatan dicatat sampai dengan 0,1 detik, bila memungkinkan dicatat sampai dengan 0,01 detik. (4) Lakukan tes lari tersebut dua kali, setelah berselang satu kali pelari berikutnya/kelompok lari berikutnya dan kecepatan lari yang terbaik yang dihitung. (5) Testee dinyatakan gagal apabila pelari melewati atau menyebrang ke lintasan lainnya. (6) Tiap testee melakukan lari 30 meter sebanyak 2 kali 222

5 Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN : Gambar : Tes Lari 30 Meter Sumber: Johnson & Nelson (2000) Tabel : Norma kecepatan lari 30 meter No Norma Prestasi (Detik) 1 Baik Sekali 3,58-3,91 2 Baik 3,92-4,34 3 Sedang 4,35-4,72 4 Kurang 4,73-5,11 5 Kurang Sekali 5, Amir (2010) Norma kecepatan lari seperti dalam Tabel di atas, sekaligus dijadikan norma dalam pengukuran kecepatan reaksi kaki. Hal ini didasarkan pada pendapat Gambetta (1991:215) yang menjelaskan bahwa, nomor sprint terdiri dari beberapa fase yaitu fase kecepatan reaksi dan kecepatan langkah serta kecepatan maksimal yang disertai dengan panjang langkah. Pengumpulan data yang berkaitan dengan daya ledak tungkai dilakukan dengan cara tes lompat tegak. Tujuannya adalah untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Cara pengukuran sebagai berikut. (1) Gantungkan papan ukuran lompat tegak di tembok. (2) Atlet berdiri menyamping dan kaki kanan/kiri merapat ke tembok. (3) Tangan kanan/kiri berkapur diluruskan ke atas setingg-tingginya dan disentuhkan pada papan ukuran lompat tegak. Bekas sentuhan yang tertinggi merupakan tinggi raihan. Atlet siap melompat. (4) Atlet melompat setinggi-tingginya dengan bantuan ayunan kedua lengannya. (5) Saat melompat, sentuhkan jari-jari tangan yang berkapur ke papan ukuran. (6) Selisihkan tinggi raihan dengan hasil raihan pada saat melompat. 223

6 Yudi Ikhwani Gambar : Tes Daya Ledak Tungkai Sumber: Johnson & Nelson (2000) Selanjutnya pengumpulan data yang berkaitan dengan kelentukan menggunakan flexometer. Langkah-langkah pengukuran tersebut. (1) Pipa 0 diletakan pada tepi tembok (2) Testi melepas sepatu dan kaos kaki (3) Pantat, punggung, dan kepala merapat ketembok (4) Panjang kaki dicatat sampai cm penuh (5) Testi melakukan taihan kedepan penuh (6) Lakukan minimal 3 detik ( lakukan 2 kali berurutan ) (7) Kelentukan tubuh diukur dengan selisih antara jarak raihan dengan panjang kaki dalam centimeter. Gambar : Tes Kelentukan Sumber: Johnson & Nelson (2000) Tabel : NormaTes Kelentukan dengan modified sit and reach test No Laki-laki Katagori Perempuan 1 23,75- Above Baik Sekali 25,75- Above 2 21,25-23,5 Baik 22,5-25,5 3 18,75-21 Sedang 20,0-25, ,5 Kurang 18-19,75 5 Below-16,75 Kurang Sekali Below-17,75 Sumber: Amir (2010) 224

7 Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN : Selanjutnya pengumpulan data yang berkaitan dengan smash sepaktakraw. Tujuannya adalah untuk mengukur keterampilan smash sepaktakraw. Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut (Waharsono, 1997: 43). (1) Smash dilakukan di depan net (2) Bola dilemparkan sendiri oleh testi setelah aba-aba mulai (3) Smash di arahkan ke lapangan yang telah ditandai dengan angka (nilai) (4) Saat melakukan smash kedua kaki harus lepas dari lantai (5) Setiap testi melakukan smash 10 kali dalam 3 kali percobaan. Waktu istirahat testi adalah saat menunggu giliran melakukan smash pada percobaan berikutnya. (6) Skor yang dicatat adalah jumlah nilai yang diperoleh dalam 10 kali melakukan smash pada tiap percobaan. Gambar : Tes Keterampilan Smash Sepaktakraw Sumber: Waharsono (1997) Teknik Analisis Data Sebagai pendukung ketepatan dalam menyimpulkan diterima atau tidaknya hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, yakni dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kecepatan reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan terhadap keterampilan smash sepaktakraw maka teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tiga variabel bebas, diformulasikan sebagai berikut. 1. Menghitung Rata-rata 2. Perhitungan Standar Deviasi 3. Menghitung Koefisien Antara Variabel 4. Menghitung Koefisien Antara Variabel ( X ) dan ( Y ) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menemukan terdapat hubungan positif antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw. Hal ini berarti semakin cepat reaksi kaki semakin baik keterampilan smash sepaktakraw. Sebaliknya atlet dengan reaksi kaki kurang cepat, dapat berdampak negatif pada keterampilan smash sepaktaktraw. Dengan demikian dapat diartikan terdapat hubungan searah antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw. Keterampilan smash sepaktakraw seseorang atlet ditentukan oleh kecepatan reaksi kaki atlet yang bersangkutan. Kemampuan reaksi tergantung pada proses rangsangan syaraf pendengaran dan syaraf perintah atau penglihatan. Rangsangan pendengaran misalnya pada bunyi bola yang disepak oleh lawan menyebabkan pemain melakukan reaksi dengan cepat untuk mengambil posisi, sekaligus merupakan usaha untuk mengembalikan bola ke lapangan lawan, atau melakukan 225

8 Yudi Ikhwani umpan agar dapat dismash oleh apit. Rangsangan syaraf perintah yaitu setelah bola yang disepak oleh lawan ke lapangan kita, menyebabkan syaraf-syaraf spinal memberi perintah kepada kaki untuk mengontrol bola yang datang sehingga bola dapat dikembalikan atau diumpan. Rangsangan syaraf penglihatan yang menentukan kemampuan reaksi kaki, misalnya bola yang datang dari hasil sepakan lawan, melalui penglihatan kita sehingga menimbulkan rangsangan untuk mengambil posisi dan mengontrol bola yang datang dan berusaha melakukan umpan yang baik atau mengembalikan bola ke lapangan permainan lawan. Temuan penelitian yang mengindikasikan adanya keterkaitan antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw sesuai dengan pendapat Harsono (1988:217) yang menyatakan, kemampuan reaksi dalam istilah yang sebenarnya adalah reaction time adalah gerak pertama yang dilakukan setelah menerima stimulus. Kemampuan reaksi kaki menentukan gerakan untuk melakukan smash sepaktakraw yaitu ketepatan posisi, lompatan yang sesuai dengan umpan, serta sepakan bola di atas net yang tepat. Keterlambatan melakukan reaksi terhadap bola yang diumpan tekong menyebabkan antisipasi kurang akurat sehingga smash yang dilakukan tidak sempurna atau tidak terarah, tersangkut di net, atau keluar lapangan permainan. Kemampuan mempertahankan konsentrasi pada gerakan-gerakan menyepak bola yang dilakukan pada saat bermain sepaktakraw dapat memberikan pengaruh positif untuk mengembangkan kemampuan reaksi kaki dalam bermain sepaktakraw. Konsentrasi yang kurang untuk melakukan smash sepaktakraw menyebabkan gerakan reaksi menjadi lambat karena proses informasi pada stimulus yakni bola yang datang menjadi terlambat diproses melalui sistem sarat spinal. 1. Hubungan daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw Hasil perhitungan statistik seperti dijelaskan sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw. Atlet dengan daya ledak tungkai lebih baik akan memiliki keterampilan smash sepaktakraw yang juga lebih baik. Sehingga terdapat hubungan searah antara daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw. Proses gerakan smash sepaktakraw berlangsung kurang dari 30 detik sehingga tergolong dalam keterampilan daya ledak anaerobik. Keterampilan smash sepaktakraw sangat tergantung dari kualitas daya ledak otot tungkai. Temuan penelitian ini yang mengindikasikan adanya hubungan signifikan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw sesuai dengan pendapat Harsono (1988:199) yang menyatakan teknik cabang olahraga yang dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat disertai tenaga yang maksimal seperti smash sepaktakraw, sangat ditentukan oleh daya ledak tungkai untuk mencapai kekuatan dan kecepatan smash. Daya ledak tungkai menentukan kekuatan dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk meloncat lebih tinggi sambil membalikkan badan disertai ayunan tungkai untuk menyepak bola di atas net dengan kontraksi maksimal. 2. Hubungan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw Kelentukan tubuh memiliki hubungan dengan keterampilan smash sepaktakraw. Semakin baik kelentuan tubuh seseorang atlet semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Sebaliknya seseorang atlet dengan kelentukan tubuh kurang baik, maka keterampilan smash sepaktakraw juga akan cenderung kurang baik. Sehingga dapat hubungan yang searah kelentukan tubuh dengan keterampilan smash sepaktakraw. Adanya keterkaitan antara keterampilan smash sepaktakraw dengan kelentukan tubuh disebabkan smash dalam permainan sepaktakraw dilakukan dengan loncatan secara luwes dan gerakan-gerakan tungkai untuk menyepak bola dengan cepat dan kuat. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:163) yang menyatakan bahwa kualitas kelentukan memungkinkan otot-otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi memanfaatkan ruang gerak persendian 226

9 Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN : secara maksimal untuk menyepak bola dalam melakukan smash sepaktakraw secara cepat, tepat, terarah, dan lebih keras. Kelentukan yang dimiliki seseorang atlet dalam olahraga sepaktakraw bermanfaat (a) Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi, (c) Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelicahan (agility), (c) Membantu memperkembangkan prestasi, (d) Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan dan (e) Membantu memperbaiki sikap tubuh. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa temuan penelitian ini yang mengindikasikan adanya hubungan antara kelentukan tubuh dengan keterampilan smash sepaktakraw. Semakin baik kelentukan semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Demikian pula sebaliknya, seseorang atlet dengan kelentukan kurang baik, dapat berpengaruh negatif pada keterampilan smash sepaktakraw dalam diri atlet tersebut. sehingga ada hubungan searah antara kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw pada atlet sepaktakraw kabupaten aceh besar tahun PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecepatan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,840. Semakin cepat reaksi kaki berarti semakin baik keterampilan smash sepaktakraw. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecepatan reaksi kaki memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keterampilan smash sepaktakraw. 2. Kelentukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw, ditunjukkan oleh nilai koefiesien korelasi sebesar 0,773. Semakin baik kelentukan semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Hal ini berarti bahwa kelentukan juga memegang peranan penting dalam menentukan keterampilan smash sepaktakraw. 3. Daya ledak tungkai memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,556. Semakin baik daya ledak tungkai semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Hal ini berarti bahwa keterampilan smash sepaktakraw secara nyata ditentukan oleh daya ledak tungkai. 4. Kecepatan reaksi kaki, kelentukan dan daya ledak tungkai memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterampilan smash sepaktakraw, ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,883. Semakin cepat reaksi kaki, semakin baik kelentukan dan semakin kuat daya ledak tungkai, akan semakin baik pula keterampilan smash sepaktakraw. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut sangat menentukan keterampilan smash sepaktakraw. Saran Memperhatikan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Bagi atlet yang ingin meningkatkan prestasi mereka dalam olahraga sepaktakraw, sebaiknya meningkatkan kecepatan (1) reaksi kaki, (2) daya ledak tungkai dan (3) kelentukan. 2. Bagi para pelatih olahraga sepaktakraw, sebaiknya berupaya untuk mengarahkan atlet sepak takraw agar dapat meningkatkan kecepatan reaksi kaki mereka, daya ledak tungkai dan kelentukan tubuh mereka. Hal ini disebabkan kecepatan reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan tubuh memiliki hubungan searah dengan keterampilan smash sepaktakraw. Sehingga peningkatan kecepatan reaksi kaki, daya ledak tungkai dan kelentukan tubuh diharapkan mampu meningkatkan keterampilan smash sepaktakraw 227

10 Yudi Ikhwani DAFTAR PUSTAKA Amir, Nyak. (2010). Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Olahraga Suatu Pendekatan Praktis, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh. Arikunto, Suharsimi. (2006). Metodelogi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Gambetta, V. (1991). Essential Considerations for the Development of a Teacing Model for the 100 Meters Sprint. Jounarl of New Studies in Athletics. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Depdikbud Dirjen Dikti.Jakarta. Johnson, Barryl. (1986). Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Mac- Millan Publishing Company: New York. Thamrin. (1995). Penyusunan Tes Keterampilan Bermain Sepak Takraw. Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta Waharsono. (1997). Pembelajaran Sepaktakraw. Jakarta : Dikmenum. Depdikbud. 228

HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW. Islamuddin*)

HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW. Islamuddin*) HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW *) Abstrak: Keterampilan smash sepaktakraw dapat dikaitkan dengan kecepatan reaksi kaki, daya ledak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang Lampiran 3 PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA 1. Tes multistage Fitness Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang Adapun prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan power tungkai, panjang tungkai, lingka paha, dan kecepatan lari dengan hasil lompat

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Lebih terperinci

KONTRIBUSI TINGGI BADAN DAN TINGGI LOMPATAN TERHADAP SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI KLUB LAVENDOS VC KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016

KONTRIBUSI TINGGI BADAN DAN TINGGI LOMPATAN TERHADAP SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI KLUB LAVENDOS VC KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016 KONTRIBUSI TINGGI BADAN DAN TINGGI LOMPATAN TERHADAP SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI KLUB LAVENDOS VC KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016 *Rahmat Ikbar, Saifuddin, Bustamam, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK KONTRIBUSI KELENTUKAN TOGOK, DAYA LEDAK OTOT TUNGKAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA CLUB VOLI KECAMATAN LORE TENGAH DESA LEMPE Esra Fitriyanti Kedo Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo 23 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2006 : 11) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penggunaan metode dalam penelitian adalah syarat mutlak untuk dapat melihat kedalaman dari sebuah permasalahan. Ketepatan penggunaan metode dalam penelitian

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Lampiran 4. TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan

Lebih terperinci

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian korelasi, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tungkai dengan kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW

ANALISIS KEMAMPUAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW 1 Abstract ANALISIS KEMAMPUAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW Arifuddin Usman Dosen Jurusan Penjaskesrek FIK UNM This research aims at finding out;

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik korelasional. Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN TINGGI LOMPATAN DENGAN HASIL SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI TIM HIMADIRGA UNSYIAH

HUBUNGAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN TINGGI LOMPATAN DENGAN HASIL SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI TIM HIMADIRGA UNSYIAH HUBUNGAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN TINGGI LOMPATAN DENGAN HASIL SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI TIM HIMADIRGA UNSYIAH Mirja Saputra *,Bustamam, Ifwandi Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecepatan Lari a. Pengertian Kecepatan Lari Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik, yang terdiri dari empat tahap yaitu menumpu ke depan, mendorong, pemulihan,

Lebih terperinci

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi PROFIL KONDISI FISIK ATLET DAYUNG SENIOR NOMOR PERAHU NAGA PROPINSI JAMBI 2017 ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi ABSTRAK

Lebih terperinci

Tes Awal Perlakuan Test Akhir X1 T X2

Tes Awal Perlakuan Test Akhir X1 T X2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di MAN Model Gorontalo pada siswa kelas XI putera. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan. Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia 13-15 Tahun 1. Lari 50 meter a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan. b. Alat dan fasilitas 1) Lintasan lurus, datar, rata, tidak licin,

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai Lampiran Petunjuk Pelaksanaan TKJI Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Petunjuk Pelaksanaan Tes 1. Lari 40 meter a. Tujuan Tes lari ini adalah untuk mengetahui atau mengukur kecepatan.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak Takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Indonesia. Pada awalnya permainan ini dikenal dengan istilah sepak raga atau mula. Permainan ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9)

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Pengertian Kebugaran Jasmani Menurut Karpovich dalam (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9) Kebugaran Jasmani didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI 2015 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN RUBRIK PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN BIDANG KEOLAHRAGAAN 1. MATERI UJIAN Uji Keterampilan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW. 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan urutan butir tes.

PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW. 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan urutan butir tes. Lampiran 1 PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW Ketentuan Umum 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan urutan butir tes. 2. Ukuran lapangan serta alat yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Pasundan 1 kota Bandung dan SMP Pasundan 2 kota Bandung Jalan Pasundan 32 Balong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel dan Desain Penelitian 3.1.1. Variabel penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang hendak diselidiki atau objek yang menjadi sasaran penyelidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu berlawanan, masing-masing regu memiliki enam orang pemain. Bola voli merupakan olahraga yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Untuk memperoleh data atau keterangan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penelitian ini dilaksanakan di Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang menjadi acuan sebuah penelitian dan penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai tujuan dari penelitian itu. Macam-macam penelitian dikemukakan oleh

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai tujuan dari penelitian itu. Macam-macam penelitian dikemukakan oleh BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Banyak metode penelitian yang digunakan oleh para peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian itu. Macam-macam penelitian dikemukakan oleh Alimuddin

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA KAKI TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE PADA PERMAINAN SEPAKBOLA MINI

KORELASI ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA KAKI TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE PADA PERMAINAN SEPAKBOLA MINI KORELASI ANTARA KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA KAKI TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE PADA PERMAINAN SEPAKBOLA MINI Program Studi Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk membantu mengungkapkan permasalahan yang akan diteliti, karena metode penelitian mempunyai

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Korelasi Hubungan Antara X 1, X 2 dengan Y Keterangan ;

Gambar 3.1 Korelasi Hubungan Antara X 1, X 2 dengan Y Keterangan ; 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya setiap penelitian membutuhkan metode untuk meneliti, sedangkan penggunaan metode disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO

PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO Jurnal Prestasi Vol. 1 No. 1, Juni 2017 : 6-10 p-issn : 259-939 PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO Ibrahim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian III. METODE PENELITIAN 3. Metode penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (006:60) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

SUMBANGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN TERHADAP HASIL LAY UP SHOOT PADA SISWA PUTRA

SUMBANGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN TERHADAP HASIL LAY UP SHOOT PADA SISWA PUTRA SUMBANGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN TERHADAP HASIL LAY UP SHOOT PADA SISWA PUTRA Ach. Ghuston Arifin SMA Negeri 1 Sampang Email : ghustonarifin@gmail.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1 (lanjutan)

Lampiran 1 (lanjutan) Lampiran 1 39 Lampiran 1 (lanjutan) 40 Lampiran 1 (lanjutan) 41 Lampiran 2 42 Lampiran 3 PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW Ketentuan Umum 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan korelasional.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan, 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (00: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

: Panjang tungkai. : Power otot tungkai.

: Panjang tungkai. : Power otot tungkai. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah korelasional (corelational design), yang menyatakan panjang tungkai (X 1 ) power otot tungkai (X 2 ) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga voli merupakan salah satu cabang olahraga yang memasyarakat di Indonesia. Permainan ini sudah sangat populer dan digemari oleh masyarakat, dapat dibuktikan

Lebih terperinci

TES POWER VERTIKAL JUMP. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

TES POWER VERTIKAL JUMP. Aris Fajar Pambudi FIK UNY TES POWER VERTIKAL JUMP Aris Fajar Pambudi FIK UNY PENDAHULUAN Didalam dunia olahraga kita dengan sering mendengar kata power (Daya Ledak). Power merupakan kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok

Lebih terperinci

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BOLAVOLI SISWA SMA NEGERI 14 MAKASSAR DITINJAU DARI DAYA LEDAK TUNGKAI DAN KEKUATAN LENGAN OLEH : NASRIADI )* Guru SMA Negeri 14 Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian 39 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian seseorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2010:6), Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352). 0 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena adanna perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:35). Bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamat di Jln. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dara dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan deskriptif yang menggunakan metade survei dan teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian dengan tujuan untuk menguji serangkaian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Rusli Lutan (2007:199) menjelaskan mengenai metode korelasional

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Rusli Lutan (2007:199) menjelaskan mengenai metode korelasional 35 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitan. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan

Lebih terperinci

Evaluasi Profil Kondisi Fisik Atlet Bola Voli

Evaluasi Profil Kondisi Fisik Atlet Bola Voli Evaluasi Profil Kondisi Fisik Atlet Bola Voli Oleh: M. Ramadani Mesnan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Email: mhswikor@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN SEPAKMULA PADA PERMAINAN SEPAKTAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 30 MAKASSAR.

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN SEPAKMULA PADA PERMAINAN SEPAKTAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 30 MAKASSAR. Adil, Kontribusi Kekuatan Otot Tungkai dan Kelentukan terhadap Kemampuan Sepakmula pada Permainan Sepaktakraw 11 KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN SEPAKMULA PADA PERMAINAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara power tungkai,keseimbangan badan dan koordinasi dengan hasil tendangan full-volley dalam olahraga sepak bola. Desain penelitian

Lebih terperinci

dengan batas batas setiap jarak 10 meter 1) 1 orang tester merangkap pencatat waktu 2) Pengawas merangkap penghitung jarak lari sesuai kebutuhan

dengan batas batas setiap jarak 10 meter 1) 1 orang tester merangkap pencatat waktu 2) Pengawas merangkap penghitung jarak lari sesuai kebutuhan LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur

Lebih terperinci

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur 10-12 tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR 10 12 TAHUN A. Rangkaian Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi di Jl. Setiabudhi No. 229 Bandung pada anggota ukm futsal putra B. Populasi dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN MELEMPAR BOLA (THROW-IN) PADA KLUB SEPAKBOLA PERSAS SABANG TAHUN 2011

KONTRIBUSI ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN MELEMPAR BOLA (THROW-IN) PADA KLUB SEPAKBOLA PERSAS SABANG TAHUN 2011 KONTRIBUSI ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KEMAMPUAN MELEMPAR BOLA (THROW-IN) PADA KLUB SEPAKBOLA PERSAS SABANG TAHUN 2011 Dani Hamdika 1*, Zulfikar 1, Yeni Marlina 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BARROW MOTOR ABILITY TEST. a. Tujuan : Untuk mengukur komponen power otot tungkai

PETUNJUK PELAKSANAAN BARROW MOTOR ABILITY TEST. a. Tujuan : Untuk mengukur komponen power otot tungkai LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes PETUNJUK PELAKSANAAN BARROW MOTOR ABILITY TEST 1. Standing Broad Jump a. Tujuan : Untuk mengukur komponen power otot tungkai b. Alat dan fasilitas: pita

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 56 Lampiran 2. Prosedur Pelaksanaan Tes PROSEDUR PELAKSANAAN TES 1. Lari 30 Meter a. Tujuan : untuk mengukur kecepatan lari menempuh jarak 30 meter b. Alat

Lebih terperinci

Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi

Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi 73 Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi 74 Lampiran 2: Kartu Bimbingan Tugas Akhir Skripsi 75 Lampiran 3: Lembar Pengesahan Izin Penelitian 76 Lampiran 4: Surat Permohonan Izin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tehnik dasar dalam bola voli yaitu ; servis, passing atas, passing bawah, smash,

BAB I PENDAHULUAN. tehnik dasar dalam bola voli yaitu ; servis, passing atas, passing bawah, smash, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan bola voli terdapat beberapa tehnik dasar yang harus di kuasai seorang pemain bola voli. M. Yunus ( 1992 : 113 ) mengatakan bahwa tehnik dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan simpulan bahwa anthropometri yang meliputi tinggi badan, berat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemain bola voli putra Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, berarti kegiatan penelitian

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metodologi penelitian perlu diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnya untuk memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SSB Satria Muda yang berada di daerah kabupaten Subang. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas 36 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari DIY 37 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Magelang 38 Lampiran 4. Surat Keterangan Melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman NPM: GIC.14.0703 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 51 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 52 Lampiran 2. Surat Ijin Riset/Survei/PKL 53 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Sekolah PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi Olahraga, Filsafat Olahraga serta banyak lagi ilmu yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi Olahraga, Filsafat Olahraga serta banyak lagi ilmu yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah banyak penelitian yang dilakukan dibidang olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi setinggi-tingginya. Berbagai disiplin ilmu yang terkait

Lebih terperinci

Riska Bhakti Utomo ABSTRAK

Riska Bhakti Utomo ABSTRAK KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, KECEPATAN REAKSI, DAN KELINCAHAN TERHADAP PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLAVOLI (Studi Pada Atlet Bolavoli Putera Universitas Negeri Surabaya) Riska Bhakti Utomo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Asia lebih tepatnya Asia Tenggara. Sepak takraw yaitu suatu permainan yang menggunakan bola yang terbuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan situasi, tempat, dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pajajaran

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI,LENGAN, DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS. Jurnal. Oleh OKTRI MAHARANI

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI,LENGAN, DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS. Jurnal. Oleh OKTRI MAHARANI 1 KONTRIBUSI POWER TUNGKAI,LENGAN, DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS Jurnal Oleh OKTRI MAHARANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang di gunakan selama berlangsungnya penelitian ini adalah bertempat di kampus FPO UPI, Padasuka, Bandung. 2. Populasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sendiri (Suharsimi Arikunto, 1998:131). Berdasarkan tujuan dalam penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. sendiri (Suharsimi Arikunto, 1998:131). Berdasarkan tujuan dalam penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah adalah suatu cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan suatu kegiatan penelitian dan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membawa dampak dalam berbagai kehidupan termasuk olahraga. Sepak Takraw adalah salah satu cabang permainan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian membahas alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian membahas alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian membahas mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. sedangkan prosedur penelitian membahas urutan kerja penelitian dan teknik penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

Oleh: MUHAMAD ALFIAN Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. ArdhiMardiyantoIndra. P, M.Or.

Oleh: MUHAMAD ALFIAN Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. ArdhiMardiyantoIndra. P, M.Or. JURNAL HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI, DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN SERVIS ATAS PADA PERMAINAN SEPAK TAKRAW DI PUSLATKOT KOTA KEDIRI 2016 The Correlation Between Long Leg Muscle Strength

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Lapan gan basket SMA N 1 Sulang. Jl. Raya Sulang- Kab. Rembang 59254 Telp./ Fax. 0295-6998826. Alasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI

PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI Dani Slamet Pratama PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang danislametpratama2@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode korelasional. Dijelaskan oleh Arikunto (1998) penelitian korelasional

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode korelasional. Dijelaskan oleh Arikunto (1998) penelitian korelasional 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di kuasai seorang pemain bola voli. M. Yunus ( 1992 : 113 ) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. di kuasai seorang pemain bola voli. M. Yunus ( 1992 : 113 ) mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan bola voli terdapat beberapa tehnik dasar yang harus di kuasai seorang pemain bola voli. M. Yunus ( 1992 : 113 ) mengatakan bahwa tehnik dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jam belajar siswa SMP Santa Maria kelas VII, sesuai dengan dikeluarkannya surat

BAB III METODE PENELITIAN. jam belajar siswa SMP Santa Maria kelas VII, sesuai dengan dikeluarkannya surat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMP Santa Maria Kota Selatan (Gor Olahraga bulutangkis). Waktu penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW

PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW 1 PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW Herman H Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini berbentuk eksperimen lapangan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya setiap penelitian membutuhkan metode untuk meneliti, sedangkan penggunaan metode disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut.

Lebih terperinci

OLAHRAGA PILIHAN SEPAKTAKRAW

OLAHRAGA PILIHAN SEPAKTAKRAW BAHAN AJAR MATA KULIAH OLAHRAGA PILIHAN SEPAKTAKRAW Oleh Drs. H. M. Husni Thamrin, M.Pd Disampaikan untuk memenuhi tugas mandiri dalam rangka Pelatihan APPLIED APPROACH (AA) Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dara dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

Lebih terperinci