VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

dokumen-dokumen yang mirip
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

IV METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

VII. PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN Persero Cabang Pekanbaru

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB III METODEPENELITIAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. independent yaitu dana pihak ketiga, tingkat suku bunga SBI, tingkat Non

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari karyawan koperasi pondok pesantren Az-Zahra Pedurungan Semarang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB V ANALISIS DATA. untuk mengetahui pengaruh modal perusahaan (X1), produktivitas tenaga kerja

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi

BAB III METODE PENELITIAN. publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan merger

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Kuisioner Wawancara Petani Pemilik Kebun

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia ( Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

Model Summary. Adjusted R Square. a. Predictors: (Constant), LNLOKASI, Suku Bunga, LNPENDAPATAN, LNUANGMUKA. ANOVA b

BAB IV HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan untuk menyusun suatu model fungsi produksi yang menggambarkan hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Faktor-faktor penduga produksi merupakan faktor input yang digunakan oleh petani dalam usahatani belimbing dewa dalam kurun waktu satu tahun. Analisis ini menggunakan dua waktu yang berbeda, yaitu tahun 2007 dan tahun 2010. Tahun 2007 sebagai tahun dimana petani responden belum mendapatkan kredit, sedangkan tahun 2010 adalah tahun dimana petani sudah memperoleh kredit. Belimbing merupakan tanaman tahunan dimana meningkatnya produktivitas dapat disebabkan oleh bertambahnya usia pohon sehingga pada analisis ini pun digunakan metode pembobotan. Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi eksponensial dengan tujuh peubah bebas. Peubah bebas yang digunakan adalah pupuk kandang (X 1 ), pupuk NPK (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk gandasil (X 4 ), pestisida (X 5 ), tenaga kerja (X 6 ),, dan dummy (D 1 ) yaitu petani sebelum menggunakan kredit dan sesudah menggunakan kredit, sedangkan peubah terikat yang digunakan adalah produksi belimbing dewa (Y). 7.2. Model Penduga Fungsi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Hasil output model penduga fungsi produksi eksponensial petani responden dapat dilihat pada Tabel 25. Untuk menguji ketepatan model untuk penelitian ini digunakan uji statistik, yaitu uji T, uji F dan koefisien determinasi (R 2 ). Berdasarkan hasil output tersebut, diperoleh koefisian determinasi (R 2 ) sebesar 76,6 persen dan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 adj) sebesar 73,3 persen. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa 73,3 persen keragaman produksi belimbing dewa petani responden dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan dalam model. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 26,7 persen 75

dijelaskan oleh peubah lain yang tidak terdapat dalam model. Model fungsi produksi usahatani belimbing dewa petani responden dapat dituliskan sebagai berikut: Y = 5,234 X 0,024 1 X 0,060 2 X 0,006 3 X 0,003 4 X -0,019 5 X 0,486 0,042 6 D 1 Keterangan : Y : Produksi Belimbing Dewa (kg) X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 D 1 : Pupuk Kandang (kg) : Pupuk NPK (kg) : Pupuk Urea (kg) : Pupuk Gandasil (kg) : Pestisida (liter) : Tenaga Kerja (HOK) : Dummy: 2= sesudah kredit dan 1= sebelum kredit Pengaruh semua variabel bebas yang digunakan terhadap produksi dari model tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan uji F. Berdasarkan Tabel 25, P-value pada model fungsi produksi yang diduga adalah sebesar 0,000. P- value yang lebih besar dari α (0,10) menunjukkan bahwa semua faktor produksi yaitu pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pupuk gandasil, pestisida, tenaga kerja, dan dummy kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa petani responden pada selang kepercayaan 90 persen atau sekurang-kurangnya ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian terhadap pengaruh nyata masing-masing variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji t. Hasil uji koefisian regresi secara parsial untuk petani responden dapat dilihat pada Tabel 25. Berdasarkan hasil uji tersebut diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata (P-value< α = 10 persen) terhadap produksi belimbing dewa adalah pupuk kandang, pupuk NPK, pestisida, dan tenaga kerja. Sedangkan variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pupuk urea, pupuk gandasil dan dummy kredit. Pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap 76

produksi pada taraf nyata satu persen. Sedangkan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa pada taraf nyata sepuluh persen. Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Model Fungsi Produksi Belimbing Dewa Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit Variabel Koefisien t-hitung P-Value VIF Konstanta 5,234 11,42 0,000** Pupuk kandang (X 1 ) 0,024 4,66 0,000** 1,209 Pupuk NPK (X 2 ) 0,060 4,87 0,000** 1,628 Pupuk Urea (X 3 ) -0,006-0,86 0,395** 1,450 Pupuk Gandasil (X 4 ) 0,003 0,46 0,646** 1,366 Pestisida (X 5 ) -0,019-1,78 0,081** 3,204 Tenaga Kerja (X 6 ) 0,486 5,32 0,000** 1,427 Kredit PKBL (Dummy) 0,042 0,33 0,739** 2,906 R 2 = 76,6 % R 2 (adj) = 73,3 % ANOVA Source DF SS MS F P Regression 7 5,59782 0,7996922,56 0.000 Residual Error 481,70128 0,03544 Total 557,29910 Durbin-Watson statistic = 1,82243 Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf nyata 1% * = berpengaruh nyata pada taraf nyata 10% Selain itu, dalam membuat suatu persamaan regresi linear berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan, yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas. 1. Normalitas, plot garis dari standarized residual cumulative probability menunjukkan bahwa sebaran data berada pada garis normal. Selain itu, P- value> α (0,150 > 0,1) maka dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berdasarkan hasil uji, dapat dikatakan bahwa data penelitian ini memiliki sebaran yang normal (Lampiran 6). 2. Autokorelasi, melalui uji Durbin-Watson diperoleh nilai d = 1,82243 (mendekati nilai d= 2) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat 77

autokorelasi pada komponen error sehingga hasil uji T dan uji F adalah valid (Tabel 25). 3. Multikolinieritas, berdasarkan hasil VIF (Variance Inflation Factors) diketahui bahwa nilai VIF dari seluruh variabel bebas adalah lebih kecil dari 10 (Tabel 25). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinier pada variabel bebas atau tidak terdapat hubungan yang kuat diantara variabelvariabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. 4. Heterokedastisitas, plot antara standardized residual dengan variabel terikat memperlihatkan bahwa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogeni atau komponen error tidak heterokedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil Test for Equal Variance for Residual (Lampiran 6). Jika P-value Bartlett s test dan Levene s test lebih besar dari nilai α, maka data tersebut homogen atau komponen error tidak heterokedastisitas. Pada hasil output dapat dilihat pada hasil Bartlett s test (Normal Distribution), P-value yang dihasilkan adalah 0,307 dan pada hasil Levene s test (Any Continuous Distribution), P-value yang dihasilkan adalah 0,255 sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diuji pada penelitian ini homogen atau tidak terdapat heterokedastisitas pada komponen error. Hasil pendugaan fungsi produksi eksponensial pada petani responden secara statistik telah memenuhi asumsi OLS. Oleh karena itu, model fungsi produksi tersebut dapat digunakan untuk menduga hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani belimbing dewa petani dengan produksi belimbing dewa yang dihasilkan oleh petani. 7.3. Analisis Elastisitas Faktor Produksi Nilai koefisien regresi yang terdapat pada model penduga fungsi produksi juga menunjukkan besaran elastisitas dari faktor produksi. Besaran elastisitas tersebut juga merupakan tingkat besaran return to scale. Ukuran returns to scale dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai elastisitas pada model fungsi produksi dari masing-masing petani. Penjumlahan dari nilai elastisitas tersebut digunakan untuk mengetahui keadaan skala usaha. Jumlah nilai elastisitas dalam model 78

fungsi produksi adalah 0,59. Hal ini menggambarkan bahwa usahatani belimbing dewa yang dilakukan petani responden berada pada skala decreasing returns to scale. Hal ini menandakan bahwa, jika input yang digunakan petani secara bersama-sama ditambah sebesar satu persen, maka output yang diproduksi akan bertambah sebesar kurang dari satu persen, yakni 0,59 persen. Elastisitas produksi adalah persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan input. Berdasarkan model fungsi produksi yang digunakan dapat dilihat nilai elastisitas input, sehingga dapat diketahui sejauh mana pengaruh input-input tersebut terhadap output. Input yang digunakan oleh petani responden adalah pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pupuk gandasil, pestisida, tenaga kerja, dan dummy kredit (sebelum dan sesudah kredit). Elastisitas tiap-tiap faktor produksi dijelaskan sebagai berikut: 1. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk yang digunakan dalam budidaya belimbing oleh petani responden. Penggunaan pupuk kandang berfungsi untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hasil pendugaan model fungsi produksi menunjukkan pengaruh nyata dari faktor produksi pupuk kandang. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan bahwa pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi belimbing dewa. Pengaruh ini dapat dilihat dari nilai elastisitas pupuk kandang adalah sebesar 0,024. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen, maka akan meningkatkan jumlah produksi belimbing sebesar 0,024 persen. Penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional karena memiliki nilai elastisitas yang positif yaitu antara nol dan satu. Nilai elastisitas pupuk kandang yang terlalu kecil dapat disebabkan oleh dosis penggunaan pupuk kandang yang digunakan oleh petani responden belum sesuai dengan SOP yang berlaku. Dosis penggunaan pupuk kandang yang digunakan oleh petani dalam satu kali pemupukan berkisar antara 30-60 kilogram per pohon yang diberikan dalam kurun waktu enam bulan sekali atau satu tahun sekali. Penentuan dosis penggunaan pupuk kandang tergantung dari sumberdaya yang dimiliki petani pada saat pemupukan. Pemberian pupuk kandang ini tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Dosis penggunaan pupuk kandang yang 79

dianjurkan adalah 40-60 kilogram per pohon yang diberikan setiap empat bulan sekali. Menurut hasil wawancara, petani responden tidak merasa khawatir hasil produksinya akan menurun karena pengunaan pupuk kandang yang diberikan tidak sesuai SOP. Karena menurut petani dengan pemberian pupuk kandang dalam jumlah minim pun hasil buah belimbing yang diproduksi tidak akan jauh berbeda. Hal yang terpenting menurut petani adalah kegiatan pencegahan dan pengendalian HPT yang dapat mengurangi risiko turunnya produksi Belimbing Dewa. Jika terjadi serangan hama khususnya lalat buah maka petani Belimbing Dewa akan terancam gagal panen. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulistia (2009). Pada penelitian Yulistia (2009), penggunaan input pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi belimbing. 2. Pupuk NPK Pupuk NPK juga merupakan salah satu pupuk yang digunakan oleh petani responden. Hasil pendugaan fungsi produksi menunjukkan bahwa pupuk NPK berpengaruh nyata pada produksi belimbing dewa. Hasil pendugaan ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Nilai elastisitas pupuk NPK pada hasil output adalah 0,060. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk NPK sebesar satu persen dan semua faktor produksi dianggap konstan, maka akan meningkatkan jumlah produksi belimbing sebesar 0,060 persen. Penggunaan pupuk NPK berada pada daerah rasional karena memiliki nilai elastisitas yang positif yaitu antara nol dan satu. Penggunaan dosis pupuk NPK oleh petani responden adalah sebesar 0,85-1 kilogram per pohon. Penggunaan dosis ini telah sesuai dengan SOP yang berlaku yaitu satu kilogram per pohon per sekali setiap empat bulan sekali. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Zamani (2008) namun berbeda dengan hasil penelitian Yulistia (2009). Dalam penelitiannya, Yulistia (2009) menyatakan bahwa pupuk NPK tidak berpengaruh nyata karena pemberian pupuk NPK menurut Yulistia (2009) berfungsi untuk menambah kadar gula dalam buah belimbing sehingga tidak mempengaruhi jumlah produksi belimbing dewa. 80

3. Pupuk Urea Pupuk urea juga merupakan salah satu pupuk yang digunakan oleh petani responden dalam budidaya belimbing. Namun sebenarnya penggunaan pupuk ini tidak terdapat dalam SOP belimbing dewa. Petani responden menggunakan pupuk urea dalam budidaya belimbing dikarenakan hal ini sudah menjadi hal yang biasa dilakukan sejak dulu. Penggunaan pupuk urea pada budidaya belimbing dewa sudah lama dilakukan oleh petani responden sebelum penetapan SOP belimbing dewa di Kota Depok. Sehingga petani tetap menggunakan pupuk urea dalam budidaya meski pupuk urea bukan merupakan pupuk yang dianjurkan dalam SOP belimbing dewa. Hasil pendugaan fungsi produksi yang digunakan menunjukkan bahwa pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Pupuk urea tidak berpengaruh terhadap produksi belimbing dewa diduga karena penggunaan pupuk urea yang dilakukan oleh petani responden tidak sesuai dengan SOP penggunaan jenis pupuk yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok. Berdasarkan hasil wawancara dengan PPL, penggunaan pupuk urea tidak dianjurkan dalam SOP belimbing dewa dikarenakan fungsi dari pupuk ini sudah dapat dipenuhi oleh pupuk NPK. Pada dasarnya, pupuk urea mengandung 47 persen nitrogen dalam setiap gramnya sedangkan komposisi pupuk NPK yang ditetapkan dalam SOP adalah pupuk NPK dengan kandungan nitrogen sebanyak 15 persen per gram. Sehingga penambahan penggunaan pupuk urea akan membuat tanaman kelebihan unsur nitrogen sehingga dapat mengurangi daya serap akar. 4. Pupuk Gandasil Penggunaan pupuk gandasil oleh petani responden bertujuan untuk merangsang pertumbuhan bunga. Namun, berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi menyatakan bahwa pupuk gandasil tidak berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Hasil pendugaan fungsi produksi ini tidak sesuai dengan hasil hipoteis awal penelitian yang menyatakan bahwa pupuk gandasil berpengaruh positif terhadap produksi belimbing dewa. Pupuk gandasil tidak berpengaruh terhadap produksi belimbing dewa karena banyak petani yang mengalami gagal panen akibat bunga yang akan 81

menjadi bakal buah gugur dikarenakan faktor angin dan hujan. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Zamani (2008), namun berbeda dengan penelitian Yulistia (2009). Dalam penelitian Yulistia (2009), pupuk gandasil berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing. 5. Pestisida Pestisida yang digunakan oleh petani responden adalah pestisida curacron dan decis. Kedua jenis pestisida ini berfungsi untuk mengatasi HPT pada tanaman belimbing dewa yaitu ulat daun dan kutu putih. Curacron juga dapat digunakan untuk mengatasi serangan lalat buah. Dalam analisis penggunaan faktor produksi ini, nilai kedua jenis pestisida tersebut diakumulasikan. Hasil analisis fungsi produksi menyatakan bahwa penggunaan pestisida memiliki pengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, yaitu pupuk gandasil berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Nilai elastisitas untuk pestisida adalah sebesar -0,019, hal ini dapat diartikan bahwa jika penggunaan pestisida ditambah sebesar satu persen sedangkan faktor produksi lain dianggap tetap, maka prduksi belimbing dewa yang dihasilkan akan berkurang sebesar 0,019 persen. Penggunaan pestisida berada pada daerah irrasional karena nilai elastisitasnya lebih kecil dari nol (negatif). Berkurangnya jumlah produksi belimbing dewa akibat pemakaian pestisida diduga karena petani responden mencampur kedua jenis pestisida ini dalam satu adukan. Sedangkan menurut SOP penggunaan pestisida sebaiknya disesuiakan dengan hama yang terjasi pada saat penyemprotan dilakukan. 6. Tenaga Kerja Berdasarkan hasil pendugaan, faktor produksi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja adalah sebesar 0,486. Hal ini berarti setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen sementara semua faktor produksi lain dianggap konstan, akan meningkatkan produksi belimbing sebesar 0,486 persen. Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional karena nilai elastisitasnya berada diantara nol dan satu. Nilai koefisien tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. 82

Jika dilihat dari nilai koefisien dari faktor produksi tenaga kerja, tenaga kerja memiliki nilai koefisien yang paling tinggi diantara faktor produksi lainnya. Hal ini disebabkan tenaga kerja banyak dibutuhkan dalam kegiatan budidaya belimbing dewa terutama di saat melakukan kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah. Kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah tidak boleh dilakukan terlambat. Karena hal ini dapat menghindari petani dari serangan lalat buah sedini mungkin. Semakin cepat pengerjaan kegiatan pembungkusan buah, akan semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan akan semakin kecil risiko serangan lalat buah. Tidak hanya pada kegiatan pembungkusan dan penjarangan saja, budidaya belimbing dewa membutuhkan tenaga kerja untuk kegiatan lain seperti pemupukan, pemangkasan, sanitasi kebun, penyemprotan pestisida dan pemanenan. 7. Dummy Kredit Nilai elastisitas Dummy kredit untuk petani responden adalah sebesar 0,042. Karena Dummy kredit tidak berpengaruh nyata pada produksi belimbing dewa maka penambahan atau pengurangan kredit tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan produksi belimbing dewa. Hasil pendugaan dummy kredit tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan bahwa kredit berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Pengaruh kredit yang tidak nyata terhadap produksi belimbing dewa diakibatkan oleh penggunaan kredit yang menyimpang. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, banyak petani yang menggunakan dana kredit untuk keperluan lain seperti keperluan rumah tangga dan usaha lain yaitu perikanan dan usaha kebutuhan sehari-hari. Proporsi penggunaan dana kredit untuk usahatani hanya sebesar 60,49 persen. Hal ini yang diduga menyebabkan kredit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa petani responden. 83