Tabel 1. Komposisi kimia pati sagu Komponen Jumlah (%) Air 12,0 Protein 0,7 Abu 0,1 Lemak 3,0* Serat 0,2 Amilosa 22,97* Amilopektin 62,11*

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.


Lampiran 1. Uji Post Hoc One Way Anova Rendemen Kelolosan Tepung Bengkuang "Lokal 1" dan "Lokal 2 dengan Berbagai Perlakuan Pretreatment

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh kandungan racun yang disebut juga linamarin (senyawa sianoglukosida

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

LAMPIRAN B1 E2 A3 E3 B3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Durian (Durio zibethinus Murr.) adalah salah satu buah yang sangat popular

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman singkong adalah komoditas tanaman umbi-umbian yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Standar Nasional Indonesia mendefinisikan tepung terigu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bulir gandum. Tepung terigu

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk mie yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber genetik tanaman jagung berasal dari benua Amerika. Konon

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebut tanaman jali dengan sebutan hanjali, hanjaeli, jali,-jali, jali, maupun jelai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

TINJAUAN PUSTAKA. Tepung Mocaf. Mocaf adalah singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Lampiran 1. HW 15,6517, ST 18,4867, RS 21,8267, RA 19,7017, Total 18,9167 2, DH

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK WONOCAF DENGAN BAHAN BAKU UBI KAYU

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. digiling halus ditambah bahan pengisi pati atau tepung topioka dan bumbubumbu.

III. TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

Standart Mutu Mie Kering Menurut SNI

Transkripsi:

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sagu Tanaman sagu termasuk tumbuhan monokotil dari famiii Palmae Jussieu, sub famiii Calamoideae, dan genus Metroxylon. Di Indonesia, masyarakat mengenal dua jenis penghasil tepung sagu utama, yaitu dari jenis Metroxylon dan jenis Arenga (sagu aren). Sagu aren tumbuh pada lahan relatif kering (banyak ditemukan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan kandungan tepung dari pohon sagu aren relatif lebih sedikit dibandmgkan dengan sagu Metroxylon (Hengky dan Abner, 2003). Menurut Hengky dan Abner (2003), sagu Metroxylon biasanya dibagi dalam dua golongan, yaitu hanya berbunga atau berbuah sekali dan yang berbunga atau berbuah lebih dari satu kali. Golongan pertama memiliki kandungan tepung yang relatif lebih banyak, yang terdiri atas lima jenis atau species, yaitu: (1) Metroxylon rumphii Martins, (2) Metroxylon sagus Rottbol, (3) Metroxylon Sylvester Martins, (4) Metroxylon longispinum Martins dan (5) Metroxylon micracanthum Martins. Golongan kedua banyak tumbuh di daratan-daratan yang relatif lebih tinggi, tetapi kandungan tepungnya rendah, terdiri dari species Metroxylon filarae Am Metroxylon elatnm. Sagu diduga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yang pasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah Indonesia Bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya, terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya dan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia. Tanaman sagu dikenal dengan nama kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bnlu, rembulnng, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba di Gorontalo; Pogaln atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan Aru (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008). Pohon sagu dapat tumbuh pada 90 BB - PO^BT dan lotu - 10 LS dengan ketinggian 0-100 m dpi, suhu rata-rata 25 C dengan kelembaban 90% dan curah hujan yang tinggi 200-4000 mm/tahun (Ngudiwaluyo dan Amos, 1996 dalam Rahmiyati, 2006). Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan sagu adalah daerah

5 yang berlumpur, dimana akar napas tidak terendam, kaya mineral dan bahan organik, air tanah berwama coklat dan bereaksi agak asam (Haryanto dan Pangloli, 1992). Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan sagu adalah daerah yang berlumpur, dimana akar napas tidak terendam, kaya mineral dan bahan organik, air tanah berwama coklat dan bereaksi agak asam (Haryanto dan Pangloli, 1992). Sagu dapat tumbuh di rawa-rawa, daerah pasang surut dan tegalan serta berfungsi untuk mengoptimalkan lahan, mencegah erosi, dan menstabilkan iklim, sehingga pengembangan sagu bermakna untuk berbagai macam kepentingan. Batang sagu ditebang menjelang tanaman berbunga, saat kandungan patinya tertinggi. Setelah pohon ditebang, empulur batang diolah untuk mendapatkan tepung (pati) sagu. Tepung sagu mengandung amilosa 27% dan amilopektm 73%. Kandungan kalori, karbohidrat, protein dan lemak tepung sagu setara dengan tepung tanaman penghasil karbohidrat lainnya (Haliza dan Iriani, 2006). 2.2. Pati Saga Produksi utama dari tanaman sagu adalah pati. Pati sagu merupakan hasil ekstraksi empulur pohon sagu (Metroxylon sp) yang sudah tua (berumur 8-16) tahun. Komponen terbesar yang terkandung dalam sagu adalah pati (Anonim, 2009b). - Pati merupakan butiran granula yang berwama putih mengkilap, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pati sagu sebagian besar berwama putih, namun ada juga yang secara genetik berwama kemerahan yang disebabkan oleh senyawa phenolik. Derajat putih pati sagu bervariasi dan seringkali bembah menjadi kecoklatan/merah selama proses penyimpanan. Pembahan wama dilaporkan akibat adanya aktivitas enzim Latent Polyphenol Oxidase (LPPO). Enzim ini mengkatalis reaksi oksidasi senyawa poliphenol menjadi guinon yang selanjutnya membentuk polimer dan menghasilkan wama coklat (Purwani, dkk., 2006). Pati mempakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4 a-glikosida. Sifat pati ditentukan oleh panjang rantai C dan bentuk rantai molekulnya. Pati terdki dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, yaitu fraksi terlarut disebut

6 amilosa dengan struktur lurus dan fraksi tidak larut yang disebut amilopektin dengan struktur bercabang (Suhardjo, dkk., 1986 dalam Rahmiyati, 2006). Winamo (1986) dalam Rahmiyati (2006) mengemukakan bahwa peranan perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serealia dimana semakin kecil kandungan amilosa atau semakin besar kandungan amilopektin, maka daya lekatnya akan semakin meningkat. Fraksi amilosa menyebabkan bahan bersifat kering dan kurang lekat sehingga lebih banyak menyerap air. Amilosa dapat terdispersi dalam air yang dipanaskan, bila didinginkan sebagian air pada pasta yang telah dimasak tersebut berada dalam rongga jaringan yang terbentuk dari pati. Pati sagu terdapat di dalam batang bercampur dengan empelur, yang diperoleh setelah dilakukan ekstraksi melalui proses pemisahan pati dengan empelur. Kadar pati sagu berjumlah 85,08% yang terdiri dari 27% amilosa dan 73% amilopektin (Sumadiwangsa, 1996 dalam Rahmiyati, 2006). Granula pati mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya berbentuk oval atau clips. Granula pati sagu berbentuk oval dengan diameter 15-50 fim. Ukuran tersebut lebih besar dibanding pati beras (2-13 nm), pati jagung (5-25 jim) atau pati terigu (3-34 jim). Besamya ukuran granula pati sagu relatif mudah diendapkan (Purwani, dkk., 2006). Komposisi kimia pati sagu dapat dilihat pada label 1. Tabel 1. Komposisi kimia pati sagu Komponen Jumlah (%) Air 12,0 Protein 0,7 Abu 0,1 Lemak 3,0* Serat 0,2 Amilosa 22,97* Amilopektin 62,11* Sumber: Laboratorium Kimia Pangan (2009) Richana, dkk., (2000) dalam Anonim (2009b)

7 Standar sagu di Indonesia telah diatur dalam SNI 01-3729-1995 yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Syarat mutu tepung (pati) sagu Kriteria Uji Satuan Persyaratan Keadaan: Bau normal Wama - normal Rasa - normal Benda Asing - tidak boleh ada Serangga (dalam segala - tidak boleh ada bentuk stadia dan potonganpotongannya) Jenis pati lain selai pati sagu - tidak boleh ada Air % (b/b) maks. 13 Abu %(b/b) maks. 0,5 Serat kasar %(b/b) maks. 0,1 Derajat asam % (b/b) maks. 4 SO2 mlnaohln/loogr maks. 30 Bahan tambahan makanan mg/1cg Sesuai SNI 01-0222- (bahan pemutih) 1995 Kehalusan, lolos ayakan 100 %(b/b) min. 95 mesh Cemaran logam: Timbal (Pb) maks. 1,0 Tembaga(Cu) maks. 10 Seng(Zn) maks. 40,0 Raksa (Hg) maks. 0,05 Cemaran arsen (As) maks. 0,5 Cemaran mikroba: Angka lempengan total koloni/g maks. 10* E. coli APM/g maks. 10 Kapang Koloni maks. 10* Sumber: SNI 01-3729-1995 2.3. Mi Sagu Mi mempakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurat catatan sejarah, mi pertama kali dibuat di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan dinasti Han. Mi berkembang dari Cina dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan negara-negara di Asia Tenggara bahkan meluas sampai ke benua Eropa (Sutomo, 2006).

8 Menurut Astawan (1999), berdasarkan kandungan aimya, mi dapat dibedakan menjadi mi basah atau mi segar dan mi kering. Mi basah merupakan jenis mi yang mengalami perebusan, kadar aimya dapat mencapai 52% sehingga mempunyai daya simpan yang relatif singkat, yaitu selama 40 jam pada suhu kamar. Mi kering adalah mi segar yang dikeringkan hingga kadar aimya mencapai 8-10% dan mempunyai daya simpan yang relatif panjang. Mi mempakan salah satu produk makanan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi sehingga digunakan sebagai sumber karbohidrat. Mi tidak hanya djadikan sebagai penyuplai energi melainkan juga sebagai sumber zat gizi lain. Berbagai vitamin dan mineral dapat difortiiikasikan ke dalam mi (Sianturi, 2005 dii/am Dewi, 2006). Mi berbasis pati sagu sangat berbeda dengan mi dari bahan terigu. Kekhasan mi berbasis pati adalah dibuatnya adonan dari campuran binder (bempa pati tergelatinisasi) dengan pati mentah (native). Binder berfungsi seperti habiya gluten pada terigu sehingga dapat dibentuk adonan yang mudah ditangani (Haliza dan Iriani, 2006). Mi sagu berwama kuning atau kuning kemerahan atau putih. Ketika dimakan terasa kenyal dan licin. Mi yang bagus, ketika dimasak tampak transparan dan tidak mudah putus. Selain itu tidak mengakibatkan air perebusnya keruh. Hal ini menandakan bahwa tidak banyak padatan mi yang terlepas, atau padatan yang hilang (cooking losses) relatif kecil (Purwani, dkk,. 2006). Syarat mutu mi basah disajikan pada Tabel 3.

9 Tabel 3. Syarat mutu mi basah Kriteria Uji Satuan Persyaratan Keadaan: Bau Wama Rasa Air Abu Protein Bahan tambahan makanan: Boraks dan asam borat Pewama Formalin Cemaran logam: Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Raksa (Hg) Cemaran arsen (As) Cemaran mikroba: Angka lempengan total E. coli Kapang *) formalin dilarang digunakan Sumber: SNI 01-2987-1992 % (b/b) % (b/b) (Nx6,25) %(b/b) koloni/g APM/g Koloni normal normal normal 20-35 maks. 3 min. 3 tidak boleh ada Sesuai SNI 0222-M dan peraturan Men. Kes.No.722/Men.Kes/Per/IX/88 tidak boleh ada *) maks. 1,0 maks. 10,0 maks. 40,0 maks. 0,05 maks. 0,05 maks. 1,0x10* maks. 10 maks. 1,0 X 10'* 2.4. Modified Cassava Fluor (MOCAL) Kata MOCAL adalah singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi. Secara definitif, MOCAL adalah produk tepung dari singkong {Manihot esculenta Crantz) yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi, dimana mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung singkong ini (Yanto, 2009). Mikroba yang tumbuh menghasilkan enzim pektinoiitik dan sellulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel singkong, sedemikian mpa sehingga terjadi liberasi granula pati. Mikroba tersebut juga menghasilkan enzim-enzim

10 yang menghidrolisis pati menjadi gula dan selanjutnya mengubahnya menjadi asam-asam organik, terutama bakteri asam laktat. Hal ini akan menyebabkan pembahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan bempa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melamt. Demikian pula, cita rasa MCXIIAL menjadi netral dengan menutupi cita rasa singkong sampai 70% (Yanto, 2009). MOCAL dapat digolongkan sebagai produk edible cassava flour berdasarkan Codex Standard, Codex Stan 176-1989 (Rev. 1-1995). Komposisi kimia MOCAL dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi kimia tepung MOCAL Komposisi MOCAL Kadar air (%) 11,3 Kadar protein (%) 1.7 Kadar abu(%) 03 Kadar pati (%) 83,6 Kadar serat (%) 1.7 Kadar lemak (%) 1.4 Kadar HCN () tidak terdeteksi Sumber: Subagio (2009) Hasil uji viskositas pasta panas dan dingin terhadap MCXDAL menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka viskositas pasta panas dan dingin akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena selama fermentasi mikrobia akan mendegradasi dinding sel yang menyebabkan pati dalam sel akan keluar, sehingga akan mengalami gelatinisasi dengan pemanasan. Selanjutnya dibandingkan dengan pati tapioka, viskositas dari MOCAL lebih rendah. Hal ini karena pada tapioka komponen pati mencakup hampir seluruh bahan kering, sedangkan pada MOCAL komponen selain pati masih dalam jumlah yang signifikan. Namun demikian, dengan lama fermentasi 72 jam akan didapatkan produk MOCAL yang mempunyai viskositas mendekati tapioka. Hal ini dapat dipahami bahwa dengem fermentasi yang lama maka akan semakin banyak sel singkong yang pecah, sehingga liberasi granula pati menjadi sangat ekstensif.

11 Sifat organoleptik MOCAL dengan tepung singkong tertera pada Tabel 5. MOCAL menghasilkan aroma dan cita rasa khas yang dapat menutupi aroma dan cita rasa singkong yang cenderung tidak menyenangkan konsumen apabila bahan tersebut diolah. Hal ini karena hidrolisis granula pati menghasilkan monosakarida sebagai bahan baku penghasil asam-asam organik, terutama asam laktat yang akan terserap dalam bahan. Tabel 5. Sifat organoleptik MOCAL dengan tepung singkong Parameter MOCAL Tepung Singkong Wama Putih Putih agak kecoklatan Aroma Netral Kesan singkong Rasa Netral Kesan singkong Sumber Yanto (2009) Selama ini tepung singkong digunakan secara terbatas untuk food ingredient, seperti substitusi terigu sebesar 5% pada mi instan yang menghasilkan produk dengan mutu rendah, atau pada kue kering. Namun tepung ini sangat luas penggunaannya untuk bahan baku industri non pangan, seperti lem. Dengan karakteristik yang telah diuraikan di atas, MOCAL dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. Hasil uji coba penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa MOCAL dapat digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mi, bakeri, kukis hingga makanan semi basah. Kue brownish, kue kukus dan sponge cake dapat dibuat dengan berbahan baku MOCAL sebagai campuran tepungnya hingga 80%. Pembuatan kue basah yang menggunakan MOCAL, dapat diaplikasikan pada produk yang umumnya berbahan baku tepung beras, atau tepung terigu dengan ditambali tapioka. Produk MOCAL ini tidak sama persis karakteristiknya dengan tepung terigu, beras atau yang lainnya. Sehingga dalam aplikasinya diperlukan sedikit pembahan dalam formula atau prosesnya, sehingga akan dihasilkan produk yang bermutu optimal. Untuk produk berbasis adonan, MOCAL akan menghasilkan mutu prima jika menggunakan proses sponge dough method, yaitu penggunaan biang adonan. Disamping itu, adonan dari MOCAL akan lebih baik jika dilakukan dengan air hangat (40-60 C) (Yanto, 2009).