BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL DESEMBER 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL AGUSTUS 2007

persaingan tidak lagi lokal namun sudah menglobal.

BERITA NEGARA. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Visa. Kunjungan. Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bahwa industri pariwisata dapat dijadikan sebagai sektor pendukung peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peningkatan Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia Tahun

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

PENINGKATAN DAYA SAING PARIWISATA

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

TINGKAT PENGHUNIAN HOTEL BINTANG DI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01-GR TAHUN 2010 TENTANG VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Keimigrasian. Visa. Saat Kedatangan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

TABLE OF CONTENT FOREWORD

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2014

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2014

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

KUNJUNGAN WISATA MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. pendapatan pajak, bea cukai, BUMN, dan Migas, pariwisata juga menjadi andalan. Kayu olahan 3.3% Karet olahan 9.0%

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET kepri.bps.go.id

BERITA RESMI STATISTIK

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2013

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Potensi pariwisata merupakan aset terpenting dalam meningkatkan daya


PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2014

Tabel 1.Wisatawan Mancanegara yang Mengunjungi DKI Jakarta Menurut Pintu Masuk. Pintu Masuk Bulan-Tahun

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI 2011

BERITA RESMI STATISTIK

PARIWISATA DKI JAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerimaan devisa, sektor ini juga dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Melalui wisatawan mancanegara, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perolehan devisa negara. Apabila dibandingkan dengan sepuluh komoditi utama penghasil devisa negara, kontribusi pariwisata dalam devisa negara berada pada urutan kelima, setelah minyak dan gas bumi, batubara, minyak kelapa sawit serta karet olahan pada tahun 2010 dan 2011. Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata menempati posisi keempat jika dibandingkan dengan minyak dan gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit. Dalam kurun waktu tahun 2007-2011 sektor pariwisata telah menyumbang devisa antara US$5-8 ribu juta. Tabel 1.1 menunjukkan penerimaan devisa negara dan presentase kontribusi pariwisata terhadap total penerimaan devisa negara dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) selama periode tahun 2007-2011. Penerimaan tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$8.554,40 juta, sedangkan penerimaan terendah sebesar US$5.345,98 juta pada tahun 2007. Sementara itu, presentase kontribusi tertinggi pada tahun 2009 sebesar 5,40 persen dan cenderung mengalami penurunan sampai dengan 4,2 persen pada tahun 2011. 1

Tabel 1.1 Perolehan Devisa dari Wisatawan Mancanegara Tahun 2007-2011 Tahun Wisatawan Mancanegara (orang) Devisa (Juta US$) Persentase terhadap total devisa (%) 2007 5.505.759 5.345,98 4,68 2008 6.234.497 7.347,60 4,55 2009 6.323.730 6.297,99 5,40 2010 7.002.944 7.603,45 4,82 2011 7.649.731 8.554,39 4,20 Sumber: Kemenparekraf 2012 (diolah) Salah satu faktor majunya sektor pariwisata suatu negara dapat dilihat dari kunjungan wisatawan. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia menurut pintu masuk antara tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu tahun 2008-2012 rata-rata peningkatan sebesar 452.491 orang per tahun. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara menurut pintu masuk, tahun 2008-2012. 2

Tabel 1.2 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk, 2008-2012 Pintu Masuk Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 Orang Persen Orang Persen Orang Persen Orang Persen Orang Persen Ngurah Rai Bali 2.081.786 33,39 2.384.819 37,71 2.546.023 36,36 2.788.706 36,45 2.902.125 36,08 Soekarno Hatta DKI Jakarta 1.464.717 23,49 1.390.440 21,99 1.823.636 26,04 1.933.022 25,27 2.053.850 25,53 Batam Kep. Riau 1.061.390 17,02 951.384 15,04 1.007.446 14,39 1.161.581 15,18 1.219.608 15,16 Tanjung Uban Kep. Riau 318.113 5,10 296.229 4,68 313.945 4,48 337.353 4,41 336.547 4,18 Polonia Sumatera Utara 130.211 2,09 148.193 2,34 162.410 2,32 192.650 2,52 205.845 2,56 Juanda Jawa Timur 156.726 2,51 158.076 2,50 168.888 2,41 185.815 2,43 197.776 2,46 Husein Sastranegara Jawa Barat 62.766 1,01 78.998 1,25 90.278 1,29 115.285 1,51 146.736 1,82 Tanjung Balai Karimun Kep. Riau 136.234 2,19 101.632 1,61 100.908 1,44 104.397 1,36 107.499 1,34 Tanjung Pinang Kep. Riau 123.505 1,98 102487 1,62 97.954 1,40 106.180 1,39 103.785 1,29 Tanjung Priok DKI Jakarta 67.886 1,09 59.212 0,94 63.859 0,91 65.171 0,85 66168 0,82 Adi Sucipto DIY 34.375 0,55 45.883 0,73 46.987 0,67 48.160 0,63 58.926 0,73 Minangkabau Sumatera Barat 40.911 0,66 51.002 0,81 27.482 0,39 30.585 0,40 32.768 0,41 Entikong Kalimantan Barat 19.989 0,32 21.190 0,34 23.436 0,33 25.254 0,33 25.897 0,32 Adi Sumarmo Jawa Tengah 19.022 0,31 16.489 0,26 22350 0,32 23.830 0,31 21.612 0,27 Sultan Syarif Kasim Riau 18.002 0,29 18.996 0,30 15.278 0,22 21.982 0,29 21.387 0,27 Sepinggan Kalimantan Timur 11.345 0,18 9.985 0,16 10.824 0,15 15.607 0,20 16.828 0,21 Sam Ratulangi Sulawesi Utara 21.795 0,35 29.715 0,47 20.220 0,29 20.074 0,26 19.111 0,24 Lombok Nusa Tenggara Barat 14.368 0,23 13.908 0,22 17.288 0,25 17.938 0,23 17.032 0,21 Makassar Sulawesi Selatan 5.818 0,09 20.222 0,32 16.211 0,23 14.295 0,19 13.881 0,17 Pintu Masuk Lainnya - 445.538 7,15 424.870 6,72 427.521 6,10 441.846 5,78 477.081 5,93 Total 6.234.497 100 6.323.730 100 7.002.944 100 7.649.731 100 8.044.462 100 Sumber: Kemenparekraf 2007-2013 (diolah) 3

Multiplier effect dari sektor pariwisata sangat berperan bagi perekonomian. Kunjungan wisatawan akan menaikkan konsumsi pada daerah tujuan wisata. Sebagai contoh adalah seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat kemudian menyewa kamar untuk menginap, makan di rumah makan, menyewa kendaraan untuk transportasi serta membeli barang-barang sebagai cinderamata. Dampak lain dari adanya kunjungan wisatawan adalah adanya nilai belanja wisatawan (spending leisure) yang berpengaruh terhadap kesempata kerja dan penerimaan devisa. Dalam hal ini sektor pariwisata tidak berdiri sendiri tetapi juga berhubungan dengan aktivitas sektor ekonomi lainnya, seperti sektor transportasi, pertanian, telekomunikasi, industri kerajinan serta sektor-sektor lainnya. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian baik di dalam maupun luar negeri telah banyak dilakukan berkaitan dengan peran sektor pariwisata terhadap perekonomian dengan menggunakan alat analisis Social Accounting Matrix (SAM). Penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Dritasto dan Anggraeni (2013) menganalisis dampak ekonomi dari kegiatan wisata bahari di Pulau Tidung menggunakan metoda deskriptif dan Keynesian Income Multiplier. Hasil analisis menunjukkan bahwa keberadaan wisata di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat lokal meskipun dampak yang dirasakan masih terbilang kecil. Njoya (2013) menggunakan analisis structural path analysis (SPA) dan indeks kemiskinan Foster-Greer-Thorbecke (FGT) ke dalam SAM tahun 2003 Kenya untuk mempelajari efek distribusi dari guncangan eksogen pengeluaran 4

pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata asing memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang lemah, sedangkan pariwisata domestik berorientasi ke belakang. Multiplier produksi pariwisata hasilnya signifikan, hal ini menunjukkan bahwa output dari pariwisata memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian dalam hal pertumbuhan output di sektor lain, nilai tambah dan lapangan kerja. Ekspansi pariwisata menguntungkan semua kelas rumah tangga, tetapi sebagian besar dari tambahan tersebut karena tenaga kerja terampil dan semi terampil. Sektor transportasi dan industri hotel juga berperan dalam transmisi shock pariwisata terhadap perubahan pendapatan rumah tangga. Penurunan indeks kemiskinan FGT yang dibangun dari shock positif pariwisata menunjukkan bahwa pariwisata memiliki potensi untuk mengurangi kemiskinan. Klytchnikova dan Dorosh (2012) meneliti dampak pengeluaran pariwisata terhadap pertumbuhan dan kemiskinan di tingkat provinsi di Panama menggunakan model SAM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki efek multiplier yang besar terhadap perekonomian Panama dan memiliki potensi manfaat yang signifikan bagi masyarakat miskin. Tetapi manfaat pariwisata terhadap kemiskinan tidak secara otomatis atau di mana-mana. Hal itu bergantung pada di mana dan bagaimana rantai pasokan tersusun serta cara wisatawan menghabiskan uang. Khanal (2011) mengkaji dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian Lao PDR. Dengan menggunakan survei pengeluaran seorang pengunjung dan model input-output, sektor pariwisata telah dipisahkan dari perekonomian, selanjutnya pengganda ekonomi dan hubungan antarindustri dari 5

14 sektor ekonomi untuk tahun 2003 dan 2008 dianalisis dengan menggunakan Software SimSIP SAM. Hasilnya menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor unggulan dan berdampak positif terhadap perekonomian negara selama periode tahun 2003-2008. Pariwisata menyumbang 7,5 persen terhadap GDP dan pada tahun 2008, satu dari tujuh orang bergantung pada usaha pariwisata sebagai pekerjaannya. Multiplier juga memperlihatkan bahwa pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian dalam membangkitkan output, nilai tambah dan lapangan kerja. Namun, pengganda pendapatan tidak signifikan, hal ini menunjukkan impor tinggi dan pendapatan yang relatif rendah dari pariwisata. Li dan Lian (2010) menggunakan data Tourism-SAM Provinsi Jiangsu di Cina tahun 2002 dan model penentuan pendapatan relatif serta dekomposisi aditif pengukuran distribusi oleh Roland-Holst dan Sancho (1992), untuk mengukur secara kuantitatif distribusi pendapatan relatif antarindustri pariwisata, antara industri pariwisata dan industri non pariwisata, serta sebagai distribusi pendapatan antara industri pariwisata dan penduduk perkotaan pada tingkat pendapatan yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa kontribusi dari industri pariwisata untuk industri non-pariwisata tidak cukup, tetapi industri non-pariwisata membawa lebih banyak pendapatan yang didistribusikan untuk industri pariwisata di Provinsi Jiangsu pada tahun 2002. Selanjutnya, industri pariwisata memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada penduduk perkotaan dibandingkan dengan penduduk di luar perkotaan. 6

Polo dan Valle (2009) menggunakan Input-Output (IO), SAM dan Computable General Equilibrium (CGE) untuk memberikan penilaian terhadap pentingnya pariwisata di Kepulauan Balearic (BI) serta untuk memperkirakan dampak ekonomi dari penurunan pariwisata dalam dekade terakhir. Hasil analisis dengan menggunakan IO menunjukkan bahwa pariwisata menghasilkan nilai tambah sebesar 36,23 persen dari nilai tambah, 30,12 lapangan kerja dan menyumbang 19,96 persen dari total impor Spanyol. Kemudian ketika model diperpanjang untuk konsumsi endogeneous dan depresiasi investasi, dampak pariwisata meningkat menjadi 72,07 persen dalam nilai tambah, dan 68,01 dalam ketenagakerjaan, serta 65,11 persen dari seluruh impor. Dapat disimpulkan bahwa hampir tiga perempat dari perekonomian Balearic ditopang oleh pariwisata. Dampak terhadap nilai tambah meningkat 100 persen, dampak terhadap lapangan kerja meningkat 125 persen dan akhirnya berdampak pada impor dari sisa Spanyol meningkat 225 persen. Penelitian ini juga melakukan simulasi yang menunjukkan bahwa penurunan 10 persen dalam permintaan non-penduduk dapat mengurangi nilai tambah antara 3,6 dan 7,2 persen. Berdasarkan beberapa penelitan tersebut, maka perbedaan penelitan ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis dampak perubahan konsumsi wisatawan mancanegara pada tahun 2011-2012 dengan menggunakan data SAM Indonesia tahun 2008 dan aplikasi Software SimSIP SAM. Persamaannya adalah pada alat analisis yaitu menggunakan SAM Multiplier dan Structural Path Analysis (SPA). 7

1.3 Rumusan Masalah Pada lingkup nasional, sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor potensial dalam memberikan kontribusi perolehan devisa dan mempunyai keterkaitan antarsektor-sektor pendukung pariwisata. Kontribusi pariwisata terhadap devisa negara sebesar US$5-8 ribu juta atau 4-5 persen serta menempati urutan ke 4 dan ke 5 dalam kurun waktu tahun 2007-2011. Selain itu, sektor pariwisata merupakan sektor yang terbarukan (renewable) jika dibandingkan sektor-sektor lain penyumbang devisa. Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah peranan konsumsi wisatawan mancanegara pada tahun 2011-2012 terhadap distribusi pendapatan pada faktor produksi, institusi serta sektor produksi di Indonesia. 1.4 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah pada poin 1.3 kemudian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana dampak perubahan konsumsi wisatawan mancanegara dari tahun 2011-2012 pada distribusi pendapatan faktor produksi, institusi dan sektor produksi di Indonesia? 2. Sejauh mana dapat ditelusuri karakteristik jalur struktural efek pendapatan dari sektor pariwisata terhadap distribusi pendapatan pada kelompok institusi rumah tangga di Indonesia? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui peran dan dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia berupa peningkatan pendapatan pada 8

faktor produksi, institusi dan sektor produksi. Secara lebih spesifik tujuan penelitian adalah: 1. menganalisis dampak perubahan konsumsi wisatawan mancanegara pada tahun 2011-2012 pada distribusi pendapatan pada faktor produksi, institusi dan sektor produksi di Indonesia; 2. mengidentifikasi jalur struktural pendapatan dari sektor pariwisata pada distribusi kelompok institusi rumah tangga; 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan SAM. 2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil dari penelitian ini dijadikan bahan masukan dalam perencanaan pembangunan di sektor pariwisata, sehingga dapat lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan. 3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan gambaran, peranan dan kinerja sektor pariwisata terhadap perekonomian, sehingga masyarakat dapat berperan dalam mengembangkan pariwisata. 1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, 9

hipotesis serta kerangka penelitian. Bab III merupakan metoda penelitian yang menguraikan desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional dan metoda analisis data. Bab IV menguraikan deskripsi data, uji hipotesis serta pembahasan. Bab V menyajikan simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran. 10