HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... 1

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber : Nurman S.P. (

Transkripsi:

15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam dicampur dengan arang sekam. Kandungan hara tanah pada unsur N dan C tergolong cukup, namun memiliki kandungan K yang rendah dan susunan kation dalam tanah yang lain rendah. Tanah yang digunakan memiliki ph yang netral (Lampiran 3 dan 4). Gambar 4. Keadaan Pertanaman Kolesom Data dari stasiun klimatologi Darmaga-Bogor, menunjukkan selama penelitian curah hujan bulan Maret dan Mei cukup besar, berkisar 415 dan 331 mm, sedangkan pada bulan April curah hujan sangat sedikit sebesar 43 mm. Pemenuhan kebutuhan air selama bulan April, dilakukan melalui penyiraman pada pagi hari. Temperatur rata-rata selama penelitian yaitu 26.7 o C (Lampiran 5). Curah hujan yang cukup besar dalam periode penelitian ini mengakibatkan tanaman kolesom mudah terserang bakteri. Bakteri yang banyak menyerang

16 adalah Pseudomonas sp (Gambar 5). Bakteri ini menyebabkan penyakit layu dengan ciri-ciri busuk dan basah pada batang dan akar, berwarna kecoklatan, berlendir dan daun menggulung, kemudian tanaman mati (Mualim, 2009). Intensitas serangan bakteri ini sebesar ± 20 %. Penanganan penyakit layu dengan mengeradikasi tanaman yang terkena penyakit dan membuangnya jauh dari areal pertanaman kolesom. Serangan hama belalang mulai tampak pada umur tanaman 4 MST. Serangan belalang mengakibatkan daun menjadi robek (Gambar 6). Intensitas serangan hama belalang sebesar ± 5 %. Gambar 5. Kolesom yang Terserang Penyakit Layu (Pseudomonas sp.) Gambar 6. Daun Kolesom yang Terserang Belalang Pemanenan pada tanaman kolesom merupakan bagian dari pemangkasan. Keadaan daun-daun pada pucuk yang dipanen setelah pemangkasan menjadi lebih

17 kecil. Pada penelitian ini pembungaan terjadi pada umur 6 MST (1 minggu setelah panen ke-2). Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Peubah Pupuk N Pupuk K N*K Koefisien keragaman Jumlah Cabang 3 MST tn tn tn 20.98 4 MST * tn tn 19.26 5 MST ** ** tn 18.09 6 MST ** * tn 19.14 7 MST tn tn tn 25.81 8 MST * tn tn 28.64 Tebal Jaringan Daun ** ** ** 10.34 Bobot Basah Akar tn tn tn 33.00 Bobot Kering Akar tn * tn 13.74 1 Bobot Basah Batang tn * tn 39.86 Bobot Kering Batang tn ** tn 17.22 1 Bobot Basah Daun tn * tn 36.32 Bobot Kering Daun tn ** tn 14.22 1 Bobot Tajuk * ** tn 20.82 Rasio Bobot tn * tn 30.63 Tajuk/Akar Jumlah Daun saat Panen Panen 1 (3 MST) tn tn tn 10.13 Panen 2 (5 MST) ** tn tn 16.71 Panen 3 (7 MST) * tn tn 37.75 Panen Total ** ** tn 13.68 Bobot Pucuk saat Panen Panen 1 (3 MST) * tn tn 23.89 Panen 2 (5 MST) ** tn tn 25.13 Panen 3 (7 MST) tn tn tn 29.46 Panen Total ** tn tn 17.86 Keterangan : *= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%, **= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 1%, tn= tidak nyata, 1 hasil transformasi Pemberian pupuk N melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (4, 5, 6, 8 MST), bobot tajuk, jumlah daun panen (panen ke-2, panen ke-3

18 dan panen total), bobot pucuk saat panen (panen ke-2 dan panen total), dan ketebalan jaringan daun. Pemberian pupuk K melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (5 dan 6 MST), bobot kering akar, bobot basah batang, bobot kering batang, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot tajuk, rasio bobot tajuk/akar, jumlah daun (panen total), dan ketebalan jaringan. Terdapat interaksi antara pemberian pupuk N dan K melalui daun hanya pada peubah ketebalan jaringan daun. Jumlah cabang Secara keseluruhan jumlah cabang tanaman kolesom meningkat dengan bertambahnya umur, kecuali pada perlakuan 2 g KCl/l, 4 g KCl/l dan kontrol (Tabel 5). Penurunan jumlah cabang diduga terjadi karena adanya pembungaan yang menghambat tumbuhnya cabang-cabang baru. Jumlah cabang tertinggi pada setiap minggu pengamatan adalah tanaman yang diberi tambahan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l dan pupuk K dengan konsentrasi 1 g KCl /l, yaitu 1.6 kali lebih banyak dari tanaman kontrol (tanpa pemberian tambahan pupuk N-K). Tabel 5. Jumlah Cabang Kolesom pada Berbagai Konsentrasi N-K Setiap Minggu Perlakuan Umur Tanaman (Minggu Setelah Tanam ke- ) Rata-rata 3 4 5 6 7 8 Pupuk N (g urea/l) 1 4.2 4.8ab 5.2b 5.8ab 6.1 7.0ab 5.5 2 4.3 5.1a 6.0a 6.0a 6.7 7.8a 6.0 3 3.5 3.9c 4.3c 4.5b 5.0 5.4b 4.4 4 4.0 4.3bc 4.7bc 5.2ab 5.8 6.5ab 5.1 Pupuk K (g KCl/l) 1 4.3 4.8 5.6a 6.2a 6.9 7.7 5.9 2 4.1 4.6 5.6a 5.5ab 6.1 7.1 5.5 3 3.8 4.4 4.9a 5.3ab 5.7 6.5 5.1 4 3.8 4.3 4.1b 4.7b 5.0 5.5 4.6 Kontrol 2.3 3.3 3.3 3.3 3.0 3.3 2.5 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

19 Gambar 7. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk N Penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Pada penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 3 g urea/l akan menurunkan jumlah cabang, kemudian dengan ditingkatkan kembali konsentrasi pupuk urea menjadi 4 g urea/l mampu meningkatkan kembali jumlah cabang, namun tidak melebihi respon dengan konsentrasi 2 g urea/l. Pola pertumbuhan jumlah cabang tanaman akibat penyemprotan pupuk N membentuk pola kuadratik (Gambar 7). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 3 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.1x 2-0.64x + 4.85 (R² = 0.3632), pada umur 4 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.025x 2-0.395x + 5.325 (R² = 0.433), pada umur 5 MST mengikuti persamaan regresi y = -0.1x 2 + 0.18x + 5.35 (R² = 0.3429), pada umur 6 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.125x 2-0.955x + 6.825 (R² = 0.4439), pada umur 7 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.05x 2-0.51x + 6.8 (R² = 0.232), dan pada umur 8 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.075x 2-0.765x + 8.025 (R² = 0.2586).

20 Gambar 8. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk K Penyemprotan pupuk KCl dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Peningkatan konsentrasi pupuk KCl lebih dari 1 g KCl/l memberikan respon negatif terhadap jumlah daun tanaman kolesom (Gambar 8). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 5 MST akibat pengaruh penyemprotan pupuk K mengambarkan pola kuadratik mengikuti pola regresi y = -0.2x 2 + 0.48x + 5.35 (R² = 0.9882**), sedangkan pada umur 6 MST menggambarkan pola linier negatif mengikuti pola regresi y = -0.47x + 6.6 (R² = 0.9625*). Tebal Jaringan Daun Perlakuan penambahan pupuk N-K melalui daun sangat nyata meningkatkan ketebalan jaringan daun kolesom. Tebal jaringan daun terbesar adalah tanaman dengan tambahan kombinasi konsentrasi N-K sebesar 2 g urea/l dan 4 g KCl/l (Gambar 9). Penambahan pupuk melalui daun menyebabkan adanya pertambahan ketebalan jaringan dibandingkan tanpa adanya pertambahan pupuk. Penambahan pupuk melalui daun dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 4 g KCl/l meningkatkan ketebalan jaringan daun sampai 2.3 kali lebih besar bila dibandingkan kontrol.

21 Gambar 9. Tebal Jaringan Tanaman Kolesom terhadap Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K Bobot Akar Pengamatan bobot basah dan kering akar dilakukan diakhir penelitian, hanya bobot kering akar yang nyata dipengaruhi oleh pupuk K (Tabel 6). Tabel 6. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Akar terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Akar Bobot Kering Akar Pupuk N (g urea/l) g 1 9.97 1.23 2 11.66 1.73 3 10.50 1.79 4 10.01 1.39 Pupuk K (g KCl/l) g.. 1 9.92 1.41ab 2 11.48 1.64ab 3 12.28 2.06a 4 8.46 1.048b Kontrol 4.74 0.44 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

22 Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata tertinggi meningkatkan bobot basah dan bobot kering akar. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 g KCl/l meningkatkan bobot akar 4.7 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Penyemprotan pupuk K mulai dari kontrol sampai konsentrasi 3 g KCl/l terus meningkatkan bobot kering akar, namun dengan penyemprotan pada konsentrasi 4 g KCl/l bobot kering akar menurun. Konsentrasi 3 g KCl/l merupakan batas maksimum penyemprotan pupuk K melalui daun dalam meningkatkan bobot akar tanaman kolesom, jika pemberian konsentrasi K ditingkatkan akan memberikan respon negatif terhadap bobot akar kolesom. Respon bobot kering akar akibat adanya penyemprotan pupuk K membentuk pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -0.3105x 2 + 1.4859x + 0.1535 (R² = 0.7561*), dengan titik puncak pada konsentrasi 2 g KCl/l (Gambar 10 dan 11). Gambar 10. Kurva Bobot Kering Akar pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

23 1 g KCl/l 2 g KCl/l 3 g KCl/l 4 g KCl/l Kontrol Gambar 11. Akar Kolesom pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K (g KCl/l) Bobot Batang Penyemprotan pupuk N dan K melalui daun menunjukkan penambahan bobot basah dan bobot kering batang yang lebih besar bila dibandingkan kontrol. Bobot basah dan kering batang kolesom nyata dipengaruhi oleh penambahan pupuk K, tidak dipengaruhi oleh pupuk N dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Penambahan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot basah batang 2.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Bobot basah dan bobot kering batang memiliki trend hasil yang sama, yakni membentuk pola kuadratik (Gambar 12 dan 13). Pemberian konsentrasi K mulai dari kontrol sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l akan meningkatkan bobot basah dan kering batang, namun setelah konsentrasi ditingkatkan menjadi 3 dan 4 g KCl/l akan menurunkan bobot basah dan bobot kering batang. Penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah daun mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = -6.105x 2 + 21.493x + 41.435 (R² = 0.873*), dan bobot kering batang mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = -0.3625x 2 + 1.3295x + 2.2775 (R² = 0.8021*).

24 Tabel 7. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Batang terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Batang Bobot Kering Batang Pupuk N (g urea/l) g 1 45.35 2.83 2 56.28 3.31 3 49.50 2.92 4 45.39 2.47 Pupuk K (g KCl/l) g 1 54.81ab 3.10ab 2 66.04a 3.92a 3 44.93bc 2.57b 4 31.74c 1.94b Kontrol 22.89 1.63 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Gambar 12. Kurva Bobot Basah Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

25 Gambar 13. Kurva Bobot Kering Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Bobot Daun Semakin besar bobot basah daun akan semakin meningkatkan produksi pucuk segar kolesom yang dihasilkan. Pada penelitian ini bobot basah dan bobot kering daun nyata dipengaruhi oleh pemberian pupuk K. Secara keseluruhan dengan adanya penyemprotan pupuk N-K melalui daun mampu meningkatkan bobot basah (3.3 kali) dan bobot kering daun (2.2 kali) dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Tabel 8. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Daun Bobot Kering Daun Pupuk N (g urea/l) g 1 46.14 1.77 2 54.21 2.01 3 51.34 1.84 4 41.96 1.60 Pupuk K (g KCl/l) g 1 58.45a 2.33a 2 51.87a 2.07ab 3 46.93ab 1.61bc 4 36.40b 1.24c Kontrol 17.72 1.08 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

26 Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan peningkatan bobot basah dan bobot kering daun kolesom yang lebih besar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain. Konsentrasi 2 g urea/l merupakan titik puncak respon terbaik terhadap bobot basah dan bobot kering akar, penyemprotan dengan konsentrasi lebih dari 2 g urea/l akan memberikan respon negatif terhadap bobot basah dan bobot kering daun kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah dan bobot kering daun membentuk pola linier negatif (Gambar 14 dan 15). Bobot basah daun akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = -7.109x + 66.185 (R² = 0.9749*), dan bobot kering daun kolesom mengikuti persamaan regresi y = - 0.373x + 2.745 (R² = 0.9897**). Gambar 14. Kurva Bobot Basah Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

27 Kontrol Gambar 15. Kurva Bobot Kering Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Bobot Tajuk Bobot tajuk merupakan jumlah bobot pucuk, daun dan batang tanaman kolesom. Bobot tajuk tanaman kolesom dipengaruhi secara nyata oleh adanya penyemprotan pupuk N dan pupuk K melalui daun. Penyemprotan pupuk N atau K melalui daun memberikan peningkatan bobot tajuk 2.5 lebih besar dibandingkan kontrol (Tabel 9). Tabel 9. Respon Bobot Tajuk Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Tajuk (g) Pupuk N (g urea/l) 1 137.75ab 2 162.31a 3 137.60ab 4 122.49b Pupuk K (g KCl/l) 1 159.56a 2 161.45a 3 131.63b 4 107.52b Kontrol 64.82 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

28 Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk N mulai dari 1 g urea/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g urea/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g urea/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -9.9175x 2 + 42.539x + 108.07 (R² = 0.7874*). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 16). Gambar 16. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N Penyemprotan pupuk dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk K yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk K mulai dari 1 g KCl/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g KCl/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -6.5x 2 + 13.906x + 154.03 (R² = 0.9644**). Penyemprotan melalui daun dengan

29 konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman (Gambar 17). Gambar 17. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Rasio Bobot Tajuk/Akar Arah pertumbuhan tanaman dapat dilihat dengan membandingkan rasio bobot kering tajuk/akar. Semakin besar rasio bobot kering/tajuk menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Dengan melihat rasio bobot kering tajuk/akar dapat membandingkan arah perkembangan pertumbuhan dari pemberian konsentrasi pupuk tambahan N-K yang berbeda. Penyemprotan pupuk K melalui daun berpengaruh secara nyata terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom (Tabel 10). Penyemprotan pupuk N melaui daun tidak berpengaruh terhadap rasio bobot tajuk. Pada penelitian ini tidak ada pengaruh interaksi pupuk K dan pupuk N terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom. Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon yang sama. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 dan 4 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih rendah dengan kontrol (Tabel 10).

30 Tabel 10. Respon Bobot Tajuk/Akar Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Rasio Bobot Tajuk/Akar Pupuk N (g urea/l) 1 14.27 2 14.86 3 14.47 4 12.97 Pupuk K (g KCl/l) 1 16.64a 2 15.17a 3 11.16b 4 13.59ab Kontrol 13.83 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Penurunan rasio tajuk/akar menunjukkan pertumbuhan kearah akar. Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan penurunan nilai rasio bobot kering tajuk/akar berkaitan dengan remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink). Pada penelitian ini rasio bobot tajuk/akar menujukkan penurunan dibandingkan dengan kontrol pada pemberian konsentrasi pupuk 4 g urea/l atau pupuk 3 g KCl/l, dengan demikian pemberian pupuk N dan K pada konsentrasi ini cenderung lebih menumbuhkan akar. Kandungan Klorofil Total Daun Kandungan klorofil total daun tertinggi (1.15µmol/g) dihasilkan pada tambahan kombinasi konsentrasi 2 g urea /l + 1 g KCl/l (Gambar 18). Tambahan kombinasi konsentrasi N-K 1-4 g/l klorofil daun dibandingkan dengan kontrol. melalui daun meningkatkan kandungan Kandungan klorofil total daun terkait dengan fotosintesis yang terjadi di dalam daun. Proses fotosintesis akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

31 Gambar 18. Kandungan Klorofil Total Daun pada Berbagai Perlakuan N-K Jumlah Daun Panen saat Panen Secara keseluruhan jumlah daun total memperlihatkan perbedaan nyata dengan pemberian tambahan pupuk N-K. Pada saat panen pertama pengaruh belum terlihat, karena pemberian pupuk tambahan dilakukan setelah panen ke-1. Pengaruh pupuk mulai terlihat pada panen ke-2, dan terjadi penurunan jumlah daun pada panen ke-3. Pada saat umur tanaman 6 MST telah terjadi pembungaan, sehingga mengakibatkan penurunan jumlah daun. Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat memacu pertumbuhan jumlah daun, pemberian konsentrasi pupuk N dengan 2 g urea/l menghasilkan jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan jumlah daun saat panen 2.9 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom, namun pada panen total penyemprotan pupuk K memberikan pengaruh nyata. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl memberikan respon jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K mampu meningkatkan jumlah daun saat panen 2.6 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 11).

32 Tabel 11. Jumlah Daun Pada Saat Pemanenan Perlakuan Jumlah daun (helai) Panen ke- Panen Total 1 2 3 Pupuk N (g urea/l) 1 11.7 52.0a 28.6ab 92.3a 2 11.7 57.5a 30.4a 99.6a 3 12.2 42.6b 21.4bc 76.2b 4 12.4 37.4b 19.9c 69.7b Pupuk K(g KCl/l) 1 11.8 48.7 28.3 88.8ab 2 12.3 51.2 28.5 90.0a 3 11.4 45.1 24.0 80.5bc 4 12.4 44.5 19.6 76.5c Kontrol 12.0 10.3 11.7 34.0 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Peyemprotan pupuk N dan K dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l memberikan respon jumlah daun tertinggi pada pemanenan ke-2, ke-3 dan panen total. Respon jumah daun dengan penyemprotan pupuk N dan K cenderung sama yang dilihat mulai panen ke-2 sampai pada panen total. Jumlah daun akan meningkat sampai pada konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l, jika konsentrasi dari masing-masing pupuk N dan K ditambah, perlahan-lahan akan menurunkan jumlah daun tanaman kolesom. Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak jumlah daun kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap jumlah daun kolesom pada panen ke-2 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -2.675x 2 + 7.505x + 48.675 (R² = 0.816*), pada panen ke-3 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = - 0.825x 2 + 0.615x + 29.725 (R² = 0.7934*), dan pada panen total akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -3.45x 2 + 8.13x + 90 (R² = 0.8036*) (Gambar 19).

33 Gambar 19. Kurva Jumlah Daun saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap jumlah daun saat panen total membentuk pola linier negatif. Pertumbuhan jumlah daun saat panen akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = -1.3x 2 + 1.86x + 89.05 (R² = 0.8971*). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 20).

34 Gambar 20. Kurva Jumlah Daun saat Panen Total Konsentrasi Pupuk K pada Berbagai Bobot Pucuk saat Panen Bobot pucuk meningkat dengan adanya penambahan pupuk N-K dibandingkan kontrol. Tidak terdapat interaksi antara penyemprotan pupuk N dan pupuk K terhadap boobt pucuk saat panen. Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat meningkatkan bobot pucuk. Pemberian konsentrasi pupuk N 2 g urea/l menghasilkan bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 2.1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 1.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Penurunan bobot pucuk berhubungan dengan waktu pembungaan. Pada umur 6 MST terjadi pembungaan yang menghambat pertumbuhan pucuk saat dipanen. Panen ke-3 dilaksanakan saat tanaman berumur 7 MST, sehingga memang memperlihatkan penurunan bobot pucuk. Adanya pembungaan,

35 mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan lebih mengarah ke pembentukan biji dan pembentukan akar, sehingga menurunkan produksi pucuk kolesom. Tabel 12. Bobot Pucuk Saat Panen Perlakuan Bobot Pucuk (g) saat Panen ke- Panen Total 1 2 3 Pupuk N (g urea/l) 1 7.6ab 24.5b 12.9 45.0b 2 7.7ab 29.7a 13.9 51.3a 3 6.2b 18.3c 11.5 36.0c 4 8.7a 17.7c 10.0 36.4c Pupuk K(g KCl/l) 1 7.8 25.2 13.5 46.5 2 8.2 23.4 12.4 44.0 3 6.8 21.5 12.0 40.3 4 7.4 20.0 10.7 38.1 Kontrol 5.75 11.47 6.99 24.20 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Gambar 21. Kurva Bobot Pucuk saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N

36 Pembahasan Pemupukan merupakan kunci dalam memberikan kecukupan hara bagi tanaman. Kecukupan hara suatu tanaman dapat terlihat berdasarkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kekurangan hara pada tanaman dapat diatasi dengan menambahkan pupuk pada tanaman. Pada penelitian ini dilakukan penambahan pupuk N-K pada tanaman kolesom melalui daun. Berdasarkan hasil penelitian ini penambahan kombinasi pupuk N-K melalui daun secara keseluruhan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kolesom. Kegiatan pemanenan merupakan bagian dari pemangkasan yang dapat meningkatkan pertumbuhan pucuk aksilar dan meningkatkan pematahan dormansi. Penyemprotan pupuk N dilakukan setelah pemanenan ke-1 (3 MST). Penyemprotan pupuk N yang dilakukan setelah pemanenan akan semakin membantu peningkatan pucuk-pucuk baru. Hal ini karena fungsi nitrogen meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2007). Penyemprotan pupuk N pada tanaman kolesom saat berumur 3 MST merupakan waktu yang tepat, karena umur 3 MST merupakan saat yang menunjang pertumbuhan maksimum di umur 5 MST tanaman kolesom, sehingga mempengaruhi peningkatan produksi pada panen berikutnya. Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l merupakan konsentrasi yang nyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kolesom paling besar (Tabel 12). Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun, dan jumlah daun. Peningkatan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun dan jumlah daun, nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom. Konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Jumlah cabang yang semakin banyak akan semakin meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini disebabkan semakin banyak pucuk yang terbentuk pada cabang-cabang tanaman, maka semakin banyak pucuk yang dipanen dan mampu meningkatkan bobot pucuk. Ketebalan jaringan daun yang semakin besar akan meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini

37 disebabkan semakin tebal jaringan daun, maka bobot daun akan semakin meningkat. Jumlah daun yang semakin banyak akan meningkatkan bobot pucuk. Hasil Penelitian Aristian (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk N pada tanaman jarak nyata meningkatkan jumlah cabang dan pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah daun. Hal ini disebabkan karena jumlah daun yang semakin banyak, maka kuantitasnya pada saat panen akan meningkat dan meningkatkan bobot pucuk saat panen. Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata meningkatkan jumlah daun pada panen total tanaman kolesom (Tabel 11). Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l juga nyata meningkatkan tebal jaringan daun, bobot kering akar, bobot basah dan bobot kering batang, bobot basah dan bobot kering daun, bobot tajuk tanaman, dan rasio bobot tajuk/akar tanaman. Penyemprotan pupuk K melalui daun pada tanaman kolesom tidak berpengaruh dalam peningkatan produksi pucuk tanaman kolesom. Unsur K merupakan kofaktor dari enzim-enzim dalam proses metabolisme tanaman (Hardjowigeno, 2007).