BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang berpengaruh terhadap perekonomian global. Ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon merupakan sentra dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REVIEW INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri kecil merupakan usaha bagi sebagian masyarakat

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Selain itu sektor industri juga merupakan salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

BAB VI Indikator Kinerja yang Mengaeu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Kata kunci: industri, modal, tenaga kerja, lama usaha, pendapatan.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan UMKM di Jawa Timur Priode Uraian

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. devisa, serta pertanian juga berfungsi dalam mengurangi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dan sekaligus peluang untuk mewujudkan negara yang maju dan mandiri. Tantangan paling fundamental adalah upaya Indonesia untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan secara berkesinambungan. Untuk mewujudkannya menurut Bakrie (2004:206), diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi, produktivitas tenaga kerja, dan konstribusi yang signifikan dari setiap sektor pembangunan. Sektor industri di Indonesia memiliki beberapa jenis kelompok yaitu, industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar terhadap roda perekonomian suatu negara. Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko (2002:242), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi industri kecil dari berbagai komoditi yang dimiliki. Salah satunya penyumbang UMKM di Jawa Barat yaitu Kabupaten Cirebon. Menurut DISPERINDAG (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Cirebon, komoditi unggulan Kabupaten Cirebon tahun 2013 ada sembilan jenis komoditi yang dijadikan sentra kerajinan industri di Kabupaten Cirebon diantaranya yaitu meubel/kerajianan rotan, meubel kayu, 1

2 emping melinjo, roti dan makanan ringan, batu alam, sendal karet, batik, konveksi, dan kerajinan kulit kerang. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Hasil Produksi dan Pendapatan Usaha Komoditi Unggulan di Kabupaten Cirebon Tahun 2012 No Jenis Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja Hasil Produksi Pendapatan (Rp. 000,-) 1 Kerajinan rotan 1.305 56.269 72.902 ton 1.520.321.199 2 Meubel kayu 1.220 7.210 990.158 pcs 259.301.779 3 Emping melinjo 132 1.194 957 ton 19.175.643 4 Roti & makanan ringan 417 5.029 13.202 ton 146.142.050 5 Batu alam 344 2.010 5.119.081 m2 173.622.917 6 Sandal karet 20 225 35.250 kodi 4.355.100 7 Batik 403 3.691 19.043 kodi 54.227.000 8 Konveksi 595 5.985 5.319.000 pcs 20.051.600 9 Kerajinan kulit kerang 7 681 290.000 pcs 199.335.000 Sumber : Data penelitian (data diolah) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa usaha batu alam memiliki urutan keempat terbesar jika dilihat pada jumlah pendapatan yang diterimanya yaitu sebesar Rp 173.622.917.000. Urutan pertama dipegang oleh usaha kerajinan rotan dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 1.520.321.199.000, urutan kedua dipegang oleh usaha mebeul kayu dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 259.301.779.000, selanjutnya urutan ketiga dipegang oleh usaha kerajinan kulit kerang dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 199.335.000.000. Usaha batu alam ini jika dibandingkan jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja dengan usaha unggulan Kabupaten Cirebon lainnya yaitu usaha emping melinjo, usaha batik, konveksi dan usaha roti dan makanan ringan, usaha batu alam memiliki jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit dibandingkan usaha unggulan tersebut. apakah hal ini dikarenakan hasil produksi batu alam dan harga jual produk batu alam yang dapat membuat jumlah pendapatan menjadi lebih besar dibandingkan dengan usaha unggulan lainnya.

3 Perolehan jumlah pendapatan ini menunjukkan bahwa usaha batu alam dapat menghasilkan pendapatan yang besar walaupun tenaga kerja dan unit usaha batu alam sedikit. Dari kesembilan sentra kerajinan industri yang ada di Kabupaten Cirebon, salah satunya yang dapat dikembangkan dan memiliki potensi adalah sentra IKM Batu Alam. Sentra IKM Batu Alam tersebar pada empat wilayah di Kabupaten Cirebon yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Gempol, Kecamatan Dukupuntang, dan Kecamatan Palimanan. Berikut ini daftar sentra batu alam yang ada di Kabupaten Cirebon. Tabel 1.2 Daftar Sentra Industri Batu Alam Kabupaten Cirebon 2012 Kecamatan Unit Usaha Tenaga Kerja Kecamatan Depok 63 569 Kecamatan Dukupuntang 237 1014 Kecamatan Gempol 9 39 Kecamatan Palimanan 35 388 Jumlah 344 2.010 Sumber : DISPERINDAG Kabupaten Cirebon Dari data Tabel 1.2 dapat dilihat terdapat empat sentra industri batu alam di Kabupaten Cirebon. Kecamatan Dukupuntang merupakan salah satu wilayah yang memiliki unit usaha dan tenaga kerja paling banyak di antara empat wilayah sentra industri batu alam di Kabupaten Cirebon yaitu sebanyak 237 unit usaha dan 1014 tenaga kerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa Kecamatan Dukupntang merupakan pusat sentra industri batu alam di Kabupaten Cirebon. Dikarenakan Kecamatan Dukupuntang merupakan wilayah yang memiliki unit usaha dan tenaga kerja paling banyak diantara wilayah sentra industri batu alam di Kabupaten Cirebon, maka akan memiliki jumlah penjualan batu alam

4 paling besar dibandingkan dengan wilayah sentra industri batu alam lain. Berikut ini data perkembangan volume penjualan di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Tabel 1.3 Perkembangan Volume Penjualan Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Tahun Volume Penjualan Perkembangan (%) 2007 1.361.440-2008 1.529.928 12,38 2009 1.561.656 2,07 2010 3.143.680 101,30 2011 3.231.571 2,80 2012 3.440.521 6,47 Sumber : DISPERINDAG Kabupaten Cirebon data diolah Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat perkembangan volume penjualan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012. Pada perkembangan volume penjualan industri batu alam mengalami fluktuasi, pada tahun 2008 volume penjualan mengalami perkembangan sebesar 12,38 % tetapi pada tahun 2009 mengalami perkembangan sebesar 2,07 %, perkembangan tahun 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2010 perkembangan volume penjualan industri batu alam mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu 101,30 %, selanjutnya pada tahun 2011 perkembangan volume penjualan batu alam mengalami penurunan menjadi 2,80 % dan pada tahun 2012 perkembangan volume penjualan batu alam mengalami kenaikan sebesar 6,47 %. Adanya peningkatan pada unit usaha dan tenaga kerja pada industri batu alam di Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa setiap tahunnya banyak peminat untuk berinvestasi pada industri batu alam. Dengan bertambahnya minat untuk berinvestasi pada batu alam maka hal ini menciptakan peluang bagi pemerintah

5 Kabupaten Cirebon untuk mengembangkan usaha batu alam karena usaha batu alam ini termasuk salah satu komoditi unggulan bagi Kabupaten Cirebon. Terutama pengembangan usaha di daerah kecamatan Dukupuntang yang memiliki konstribusi yang paling tinggi dalam memproduksi batu alam. Namun dilihat dari perkembangan volume penjualan batu alam selama enam tahun perkembangannya tidak selalu meningkat melainkan cenderung fluktuasi selain itu, pada tahun 2011 dan 2012 perkembangan volume penjualan hanya sebesar 2,80 % dan 6,47 % tidak sebesar pada tahun 2010 yang mencapai 101,30% perkembangan volume penjualannya. Perkembangan volume penjualan yang fluktuasi ini dapat mempengaruhi investasi pada industri batu alam. Dikarenakan tujuan suatu usaha atau perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba finansial. Untuk dapat memperoleh keuntungan suatu usaha harus dapat memilih mana proyek investasi yang menguntungkan atau tidak, hal ini agar investasi yang dilakukan dapat menguntungkan pada masa sekarang atau mendatang. Pemilihan proyek investasi yang menguntungkan atau tidak, dapatdilakukan dengan cara penilaian usul investasi pada usaha batu alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : ANALISIS DESKRIPTIF INDUSTRI BATU ALAM (Studi Pada Pengusaha Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon). 1.2 Rumusan Masalah Untuk melihat kelayakan dan seberapa besar keuntungan untuk dapat berinvestasi pada usaha batu alam di Kabupaten Cirebon, penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana gambaran usaha batu alam dilihat dari karakteristik responden? 2. Bagaimana gambaran usaha batu alam dilihat dari unit usaha?

6 3. Bagaimana gambaran usaha batu alam dilihat dari tenaga kerja? 4. Bagaimana gambaran usaha batu alam dilihat dari Pendapatan? 5. Bagaimana gambaran usaha batu alam dilihat dari laba/keuntungan? 6. Bagaimana gambaran perbandingan usaha batu alam dengan usaha unggulan lainnya dilihat dari tenaga kerja dan pendapatan? 7. Bagaimana gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode NPV? 8. Bagaimana gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode Paybackperiod? 9. Bagaimana gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode IRR? 10. Bagaimana gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode ARR? 11. Bagaimana gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode Profitability Index? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang ini sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran usaha batu alam dilihat dari karakteristik responden? 2. Mengetahui gambaran usaha batu alam dilihat dari unit usaha? 3. Mengetahui gambaran usaha batu alam dilihat dari tenaga kerja? 4. Mengetahui gambaran usaha batu alam dilihat dari Pendapatan? 5. Mengetahui gambaran usaha batu alam dilihat dari laba/keuntungan. 6. Mengetahui gambaran perbandingan usaha batu alam dengan usaha unggulan lainnya dilihat dari tenaga kerja dan pendapatan. 7. Mengetahui gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode NPV.

7 8. Mengetahui gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode Paybackperiod. 9. Mengetahui gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode IRR. 10. Mengetahui gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode ARR. 11. Mengetahui gambaran penilaian investasi usaha batu alam melalui metode Profitability Index. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini ada beberapa manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Ilmiah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai kelayakan usaha produksi batu alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. 2. Manfaat Praktis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak pengusaha batu alam dalam menentukan strategi dan pengembangan usaha batu alam di Kabupaten Cirebon.