III. RENCANA PERAWATAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jaringan lunak. Gigi digerakkan dalam berbagai pola, dan berbagai cara perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

III. PERAWATAN ORTODONTIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/ WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Ibu/ Sdri :... Orang tua/ Wali Ananda :... Alamat :...

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN KEDALAMAN KURVA VON SPEE DENGAN PERUBAHAN TINGGI WAJAH ANTERIOR BAWAH DAN SUDUT BIDANG MANDIBULA PADA PERAWATAN DEEP BITE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I ANGLE TIPE 2

BAB 2 SISTEM DAMON. inovatif yang digunakan ortodontis dalam mengoreksi maloklusi. Banyak sistem

BUKU AJAR ORTODONSIA II KGO II. Penanggungjawab Mata Kuliah drg. Prihandini Iman, MS., Sp.Ort (K)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BUKU AJAR ORTODONSIA III KGO III. Penanggungjawab Mata Kuliah drg. Soehardono D., MS., Sp.Ort (K)

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan Maloklusi Angle Klas II Divisi 1 Menggunakan Bionator Myofungsional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Kata kunci: lebar mesiodistal gigi, indeks Bolton, maloklusi kelas I Angle, overjet, overbite, spacing, crowding

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

PERAWATAN MALOKLUSI KLAS III DENGAN PESAWAT TWIN BLOCK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

RAPID MAXILLARY EXPANSION

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

VIII. PERHITUNGAN DAN DETERMINASI LENGKUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI MALOKLUSI BERDASARKAN RELASI SKELETAL PADA KASUS PENCABUTAN DAN NON-PENCABUTAN DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU

Transkripsi:

III. RENCANA PERAWATAN a. PENDAHULUAN Diagnosis ortodonsi dianggap lengkap bila daftar problem pasien diketahui dan antara problem patologi dan perkembangan dipisahkan. Tujuan rencana perawatan adalah mendisain strategi operator dengan bijaksana dan hati-hati dalam menggunakan keputusannya yang digunakan untuk menyelesaikan problem tersebut dengan memaksimalkan manfaat bagi pasien dan meminimalkan beaya dan risiko. Universitas Gadjah Mada 1

b. PENYAJIAN RANGKAIAN DARI TAHAP RENCANA PERAWATAN ORTODONTIK Hasil diagnosis disusun dalam daftar yang lengkap problem pasien. Meskipun ada beberapa problem patologi yang tercatat, tetapi jika 5 karakteristik dari maloklusi digunakan di dalam struktur daftar problem, maka akan didapat maksimum 5 problem besar dari perkembangan, meskipun rata-rata pasien tidak mempunyai sebanyak itu Jika daftar problem tentang perkembangan dijumpai dihubungkan dengan maloklusi seharusnya dibuat skema klasifikasinya untuk mempermudah proses rencana perawatan. Mempunyai problem yang banyak pada daftar problem akan membingungkan. Langkah pertama dalam merencanakan perawatan ortodontik adalah memisahkan problem patologi dari problem ortodontik ( perkembangan), maka proses rencana perawatan dapat diatur sebagai berikut. 1. problem ortodontik dijadikan prioritas 2. catat kemungkinan perawatan dengan lengkap 3. evaluasi kemungkinan solusinya, pertimbangkan factor-faktor yang berpengaruh 4. jelaskan konsep rencana perawatan dengan pasien dan keluarganya 5. buat rencana perawatan secara detail dan tahap-tahapnya Prinsip terpenting adalah bahwa pasien tidak harus dalam keadaan kesehatan yang sempurna jika mendapat perawatan ortodontik. Tetapi jika ada penyakit atau patologi yang menyertainya hams sudah dalam pengawasan. Artinya penyakit kronik atau akut yang mungkin ada harus dihentikan. Untuk kasus ini problem patologi harus di rawat sebelum perawatan ortodontik dimulai. Pada rangkaian perawatan, perawatan ortodontik dilakukan sesudah mengontrol keadaan penyakit sistemik, perawatan periodontal dan pembuatan restorasi gigi. Contoh kasus : pasien dengan problem patologi ada inflamasi flap pada molar dua bawah, rencana perawatannya adalah melakukan irigasi dan observasi dengan menjaga oral hygiene. Juga adanya attached gingival yang minimal pada anterior bawah, rencana perawatannya adalah hanya diobservasi selama tahap perawatan ortodontik Universitas Gadjah Mada 2

DAFTAR PRIORITAS PROBLEM ORTODONTIK Problem ortodontik pasien dijadikan prioritas dalam membuat tahap proses rencana perawatan, dengan maksud memaksimalkan manfaat bagi pasien, karena itu problem harus diidentifikasi dan rencana perawatan harus difokuskan pada keluhan pasien. Sebagai contoh, jika pasien mengeluh adanya protrusi dan gigi insisivus yang tidak teratur, maka harus memprioritaskan keluhannya walaupun ada gigi molar yang hilang dan memerlukan perawatan prostodontik. Sebaliknya jika protrusi dan gigi yang tidak teratur bukan merupakan keluhan pasien tetapi ada problem fungsi oklusal, maka mengganti gigi yang hilang merupakan prioritas perawatan. Kesukaran selalu akan dihadapi oleh operator untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan. Sebagai contoh pasien dengan keluhan protrusi dagu dan mempunyai maloklusi klas III. Jika operator memfokuskan perhatiannya kepada problem maloklusi klas III dan membuat gigi-gigi menjadi oklusi yang baik dan mengacuhkan kondisi dagunya, kelihatannya pasien akan puas dengan hasil perawatan, tetapi rencana perawatan yang dibuat tidak sesuai dengan problem pasien. Contoh kasus : pasien dengan deep overbite yang besar, skeletal dan dental., ada crowding derajat sedang pada maksila dan ringan pada mandibula. Relasi molar 1 / 2 tonjol klas II. Pada pasien ini koreksi elongasi insisivus adalah kunci pertama perawatan Universitas Gadjah Mada 3

KEMUNGKINAN PERAWATAN Tahap selanjutnya dari rencana perawatan adalah mendaftar kemungkinan perawatan dari tiap problem dimulai dari prioritas tertinggi. Pada tahap ini tiap problem dipertimbangakn secara individual dan pada saat itu kemungkinan solusinya dibuat seakanakan problem pasien hanya satu. Pertimbangkan kemungkinan solusi bagi pasien sebagai hal yang pertama, pada kasus ini overbite sangat besar dan fasial pendek dengan super erupsi dari gigi insisivus maksila dan mandibula. Hal ini memerlukan koreksi curve of Spee pada lengkung bawah dan koreksi kurve pada lengkung atas. Ada 3 jalan yang dapat dilakukan. 1. absolut intrusi insisivus atas dan bawah, dengan menggerakkan apeks akar mendekati hidung dan tepi bawah mandibula, 2. relatif intrusi insisivus dengan mempertahankan insisivus selagi mandibula tumbuh dan gigi posterior erupsi, 3. ekstrusi gigi posterior yang memungkinkan mandibula rotasi ke bawah dan ke belakang Relatif intrusi dari insisivus dan ekstrusi dari gigi-gigi posterior pada batasan gerakan gigi adalah sama. Perbedaannya adalah apakah pertumbuhan vertical ramus mengkompensasi bertambah tingginya molar ( apakah mandibular plane angle dipertahankan (relatif intrusi) atau menambah rotasi mandibula ke bawah dan ke belakang (ekstrusi). Pada usia 17 tahun pertumbuhan vertical sudah tidak dapat diharapkan atau hanya terjadi sedikit, maka absolut intrusi atau ekstrusi adalah kemungkinannya. Pada pertumbuhan yang telah berhenti, mendatarkan (leveling) lengkung dengan ekstrusi gigi-gigi posterior akan mengakibatkan rotasi mandibula ke bawah dan ke belakang terutama pada klas II yang hal ini tidak diharapkan terjadi pada pasien. Maka intrusi adalah solusi yang terbaik untuk memperbaiki deep overbite meskipun akan menimbulkan perawatan yang kompleks. Problem kedua adalah crowding gigi insisivus yang berat pada lengkung atas dan ringan pada lengkung bawah. Untuk menentukan apakah akan dilakukan ekspansi rahang atau ekstraksi premolar di pertimbangkan atas keadaan posisi akhir insisivus. Pasien ini mempunyai hidung dan dagu yang maju, sehingga estetik akan lebih baik bila insisivus lebih maju. Secara estetik akan tidak menguntungkan bila dilakukan retraksi insisivus karena akan menyebabkan hidung nampak besar, tetapi jika ekstraksi tetap akan dilakukan maka penutupan ruang dilakukan dengan cara memajukan gigi posterior ke depan. Anchorage untuk mengintrusi gigi anterior akan tidak sesuai dengan pola penutupan ruang ini. Oleh karena itu jika intrusi insisivus merupakan pilihan yang terbaik, maka ekspansi lengkung juga harus dipertimbangkan. Universitas Gadjah Mada 4

Problem ketiga adalah tendensi klas II, yang dapat diperbaiki dengan pertumbuhan mandibula, tetapi pasien ini telah selesai masa pertumbuhannya. Karena itu pemakaian elastik klas II yang menarik lengkung mandibula ke depan dapat dipertimbangkan walaupun elastik ini cenderung menyebabkan ekstrusi molar bawah dan dapat merotasi mandibula kebawah dan kedepan, karenanya pemakaiannya harus hati-hati. FAKTOR-FAKTOR DALAM MENGEVALUASI KEMUNGKINAN PERAWA Ada 4 faktor tambahan yang relevan yang harus dipertimbangkan: 1. Interaksi antar kemungkinan solusi Interaksi antar kemungkinan solusi dari berbagai problem pasien akan lebih mudah dilihat jika kemungkinannya didaftar, seperti pada kasus diatas akan lebih jelas jika tiap pasien kemungkinan solusinya menjadi problem yang diprioritaskan akan juga mensolusi problem yang lainnya Pada kasus diatas yang penting diperhatikan adalah adanya hubungan antara perubahan vertical dan horizontal dari posisi mandibula. Bayangkan jika pada kondisi yang sebaliknya yaitu adanya open bite, sering kali masalahnya terjadi tidak pada pengurangan erupsi dari insisivus tetapi akibat erupsi yang berlebihan pada gigi posterior dan terjadinya mandibula yang rotasi kebawah dan kebelakang_ Karenanya pada keadaan ini pemakaian elastik vertical untuk mengelongasi gigi anterior bukan merupakan solusinya. Perawatan hams ditujukan untuk depresi elongasi gigi posterior, atau mencegahnya erupsi selagi Universitas Gadjah Mada 5

bagian lain tumbuh. Hal ini akan membuat mandibula rotasi ke atas bersama gigi insisivus, walaupun jika mandibula rotasi ke atas juga akan maju ke depan dan akan menjadi baik bila pasien mempunyai maloklusi klas II pada awainya, tetapi akan menjadi jelek bila pasien mempunyai maloklusi klas III Interaksi lain yang penting adalah hubungan antara insisivus yang protrusi dan penentuan ekstraksi dan ekspansi. Ekspansi lengkung untuk memperbaiki gigi yang crowding dengan arah transversal akan cenderung membuat insisivus lebih protrusif Pada keadaan ini kemungkinan estetik akan lebih menguntungkan, tetapi gigi-gigi yang teratur tersebut tidak akan stabil dibandingkan jika gigi insisivus diretraksi. 2. Kompromi Pada pasien dengan problem yang bermacam-macam tidak mungkin diselesaikan semuanya. Karenanya hams dilakukan kompromi prioritas dari daftar problem. Tujuan perawatan ortodontik adalah mendapatkan oklusi yang ideal, dengan estetik fasial yang ideal, dan hasil yang stabil dan sering kali sukar untuk mencapai ketiga-tiganya. Meskipun oklusi dental didambakan tetapi tidak semua pasien dapat menerima perlakuan ini. Kadang-kadang oklusi ideal dirubah dengan ekstraksi untuk mencapai estetik yang baik dan stabil. 3. Beaya dan risiko Hubungan antara kesulitan perawatan dan manfaat perawatan harus juga dipertimbangkan. Kesulitan untuk menentukan risiko dan beaya tidak hanva tergantung pada soal keuangan tetapi juga kooperasi, kenyamanan, waktu, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh pasien dengan openbite, untuk mengurangi tinggi fasial jika dilakukan operasi rahang akan membutuhkan banyak biaya dan risikonya besar dibandingkan jika digunakan elastik untuk mengelongasi insisivus atau dengan mengurangi oklusal gigi posterior yang kedua cara tersebut dilakukan untuk mengurangi tinggi gigitan. 4. Pertimbangan lain Penting untuk memberikan pertimbangan perawatan pada tiap individu pasien. Sebagai contoh apakah waktu perawatan diminimalkan sehubungan dengan adanya penyakit periodontal? Haruskah tahap perawatan ditangguhkan karena tidak pastinya pola pertumbuhan? MENDAPATKAN IZIN INFORMASI (INFORMED CONSENT) Dokter hams selalu menganalisa situasi pasien sehingga dapat menentukan perawatan yang terbaik dan sesuai dengan permintaan pasien. Diskusi dengan pasien dan Universitas Gadjah Mada 6

keluarganya seharusnya dilakukan dengan rutin untuk membicarakan keuntungan dan kerugian dari macam perawatan. Beberapa situasi spesifik sering terjadi pada ortodontik terutama pada penentuan final rencana perawatan antara perawatan dengan ekstraksi dan ekspansi. Sebagai contoh adanya kerugian jika gigi-gigi diekstraksi, dan keuntungan pada stabilitas hasil yang yang lebih baik terhadap estetik fasial. Problem lain yang sering ada, pada kasus maloklusi Klas II pada awal remaja. Ada 2 aspek yang harus didiskusikan yaitu tentang keuntungan perawatan awal dan menunggu sampai remaja `Valaupun pada beberapa pasien pemilihan waktu perawatan tidak akan berpengaruh terhadap hasil perawatan. Pada kasus maloklusi yang melibatkan factor skeletal, diskusi harus dilakukan untuk merancanakan macam perawatan, apakah memerlukan bedah orto atau tidak. Sebagai contoh adanya fungsi rahang yang akan lebih baik dengan dilakukannya pergerakan gigi insisivus, dibandingkan dengan fungsi dengan rahang pada posisi yang benar padahal estetik fasial akan lebih baik jika hubungan rahang benar. Universitas Gadjah Mada 7

DETAIL RENCANA PERAWATAN Pada rencana perawatan kasus Klas 11 yang akan dirawat dengan alat fungsional sehubungan dengan adanya modifikasi pertumbuhan akan melibatkan mekanoterapi yang digunakan. Mekanoterapi dapat berupa bionator dengan memajukan mandibula 4 mm, insisivus mandibula ditutupi, gigi-gigi posterior mandibula dibiarkan erupsi, dan gigi-gigi maksila diblok secara vertical. Pemilihan prosedur perawatan hams memenuhi kriteria efektif dalam mencapai hasil yang diharapkan dan efisien dalam waktu perawatan. Sebagai contoh jika rencana perawtan adalah mengekspansi lengkung maksila yang sempit, kemungkinan dapat dilakukan dengan spring pada alat removable, ekspansi lengkung lingual Universitas Gadjah Mada 8