BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencapaian proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pada

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN INFLASI DI INDONESIA (2011.I VI)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

BAB III METODE PENELITIAN. waktu dari objek penelitian ini adalah 26 tahun yaitu dari tahun B. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. sikap masyarakat, institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODOLOGI PENELITIAN. Data sekuder adalah data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansiinstansi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

Suku Bunga dan Inflasi

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: Determinan Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA MINYAK DUNIA DENGAN INFLASI DUNIA TAHUN (Pendekatan Error Corection Model atau ECM)

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila

III. METODE PENELITIAN. yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang terdiri dari data kualitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Menurut Adek Lasmi, dkk (2013) ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari rnelonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang hasil produksi Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Hyder dan Shah (2004). Pada posisi penawaran, niai tukar dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang-barang impor langsung. Kondisi perekonomian Indonesia dipengaruhi tidak hanya karena perekonomian didalam negeri namun juga dipengaruhi oleh perkeonomian yang terjadi di negara-negara maju serta beberapa negara yang 1

2 termasuk negara tujuan ekspor (open small economy). Dengan kondisi tersebut artinya Indonesia mempunyai tantangan tersendiri untuk berusaha meyeimbangkan pasar keuangan Internasional dengan pasar keuangan nasional, bila mata uang terdepresiasi akan mengakibatkan harga impor lebih tinggi dan sebaliknya. Fluktuasi nilai tukar bisa secara tidak langsung berpengaruh pada penawaran harga domestik. Potensi biaya tinggi dari input impor terkait dengan depresiasi nilai tukar yang meningkatkan biaya marjinal dan menyebabkan harga-harga dari barang di produksi di dalam negeri lebih tinggi. Selama periode krisis ekonomi nilai kurs ini sangat mempengaruhi kondisi perekonomian domestik. Terpuruknya mata uang domestik (rupiah) terhadap mata uang asing yang menjadi awal dari krisis ekonomi, pada dasarnya berasal dari permintaan akan uang luar negeri yang begitu tinggi, sedangan penawarannya terbatas. Selain itu kurs juga tidak terlepas dari variabel-variabel fundamental lain seperti tingkat suku bunga dalam dan luar negeri, jumlah uang beredar, tingkat harga yang diindikasikan dengan tingkat inflasi, serta variabel-variabel ekonomi dan non-ekonomi lainnya. Hal-hal itulah yang membuat kurs menjadi rentan (volatile). Fluktuasi kurs ini membuat sektor-sektor perdagangan dan sekor riil kolaps, serta beban utang luar negeri yang merupakan sebagian dana untuk pembangunan menjadi semakin besar.

3 Proses percepatan pemulihan ekonomi untuk mencapai kondisi perekonomian seperti sebelum pertengahan tahun 1997 tidak terlepas dari usaha untuk menciptakan sistem kurs yang mendukung kestabilan dan keterjangkauan kurs. Bahkan sampai saat ini pelaku ekonomi masih dibayangi terjadinya krisis ekonomi lanjutan yang merupakan akses buruk dari fluktuasi kurs. Hal ini membawa dampak buruk bagi percepatan proses pemulihan ekonomi. Pemulihan dampak buruk yang telah dialami dari adanya krisis ekonomi dengan adanya program stabilisasi ekonomi yang dilakukan pemerintah menggunakan konsep virtuous cycle melalui perbaikan kepercayaan pasar (market confidence). Dengan kepercayaan pasar yang baik maka kurs akan stabil karena tekanan spekulasi akan cenderung berkurang, kurs stabil akan menurunkan tingkat inflasi yang berasal dari pass through nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar. Dengan inflasi yang rendah maka suku bunga dapat diturunkan agar dapat merangsang dunia bisnis, dampak dari penurunan suku bunga tersebut adalah investasi akan meningkat. Peningkatan investasi tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang akan menciptakan lapangan kerja dan menurunkan kemiskinan (Mudrajat Kuncoro, 2009) Menurut Theodores, dkk (2014) negara berkembang umumnya memiliki struktur perekonomian yang masih bercorak agraris yang cenderung masih sangat rentan dengan adanya goncangan terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti Indonesia seringkali terjadi gejolak dalam hal menjaga kestabilan kegiatan perekonomian. Perekonomian selalu menjadi

4 perhatian yang paling penting dikarenakan apabila perekonomian dalam kondisi tidak stabil maka akan timbul masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran dan tingginya tingkat inflasi. Ukuran kestabilan perekonomian yakni dimana terjadi pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat angka pengangguran yang tinggi serta tingkat harga barang dan jasa yang perubahannya tidak terlalu berarti yang tercermin dari laju inflasi. Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap aset finansial domestik semakin rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi. Kedua, dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (Hera Susanti et all,1995).

5 Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting, laju perubahannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar tidak menimbulkan penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak stabil merupakan cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama periode waktu tertentu. Dengan naiknya tingkat harga ini daya beli dari masyarakat akan menurun akibatnya barang-barang hasil produksi tidak akan habis terjual dan produsen pun tidak akan menambah besaran investasinya. Apabila besaran investasi berkurang hal ini akan menyebabkan pendapatan nasional akan menurun, yang merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan kegiatan suatu perekonomian yakni sebagai roda pembangunan. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah membuat perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil dikarenakan adanya kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi telah meningkat hingga mencapai 77.63% pada saat itu. Menurut Atmadja (1999:63), inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika.

6 Anatomi inflasi Indonesia berasal dari inflasi inti dan non inti. Inflasi inti adalah inflasi yang terjadi karena faktor fundamental seperti interaksi permintaan dan penawaran, nilai tukar, harga komiditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari pelaku bisnis konsumen. Sedangkan inflasi non-inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Inflasi non-inti terdiri dari inflasi volatile-food dan inflasi administered price. Inflasi volatile food adalah inflasi yang dipengaruhi stock dalam kelompok bahan makanan dalam bentuk gagal panen, ganggunan alam, dan gangguan penyakit. Inflasi administered price adalah inflasi yang dipengaruhi stock dalam bentuk kebijakan pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, dan tarif angkutan. Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156). Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi

7 impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar (Admaja, 2002:71). Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis mencoba membahas lebih lanjut mengenai hubungan diantara kedua masalah terkait dengan mengangkat judul Analisis Hubungan Kausalitas antara Kurs dengan Inflasi di Indonesia tahun 2011.I 2016.VI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah variabel kurs berpengaruh terhadap variabel inflasi? 2. Apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap variabel kurs? 3. Apakah variabel kurs dan variabel inflasi saling mempengaruhi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah variabel kurs berpengaruh terhadap variabel inflasi. 2. Untuk mengetahui apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap variabel kurs. 3. Untuk mengetahui apakah variabel kurs dan variabel inflasi saling mempengaruhi.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai aplikasi teori ekonomi secara umum dan ilmu ekonomi pembangunan pada khususnya serta diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan kepustakaan yang ada. 2. Bagi akademisi Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Bank Indonesia sebagai lembaga pengatur kurs dan inflasi di Indonesia, serta bagi lembaga KUPVA sebagai penggiat usaha kurs di Indonesia. 3. Bagi pemerintah diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ekonomi yang akan berlangsung di Indonesia 4. Bagi disiplin ilmu diharapkan dapat menambah khasanah ilmu guna mengetahui hubungan antara tingkat kurs dan inflasi di Indonesia. 5. Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama. E. Metode Analisis Data yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk runtutan waktu (Time Series) tiap bulan untuk kurs dan inflasi Indonesia dari tahun 2011.I sampai tahun 2016.VI, yang diambil dari indikator ekonomi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Penelitian ini akan diuji dengan menggunakan beberapa tahapan analisis, yaitu:

9 a. Uji Stasioneritas Proses stokastika didefinisikan proses yang menghasilkan rangkaian nilai-nilai peubah acak yang menggambarkan perilaku di berbagai kondisi. Proses stokastika dapat bersifat stasioner apabila menghasilkan data deret waktu yang bersifat stasioner, sebaliknya proses stokastika yang bersifat tidak stasioner menghasilkan data deret waktu tidak stasioner. Data deret waktu dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria, yaitu nilai tengah (rata-rata) dan ragamnya konstan dari waktu ke waktu, serta peragam (convariance) antara dua deret waktu hanya tergantung pada lag antara dua periode tersebut. Secara statistik dinyatakan sebagai berikut (Gujarati, 2015:427). E(Y t ) = μ rata rata Y konstan (1.1) Var (Y t ) =E(Y t - μ) 2 = ǫ 2 ragam Y konstan (1.2) ϒ k = E [Y t - µ)(y t + k - μ)] kovarian (1.3) Berdasarkan nilai tengah dan ragamnya, terdapat dua jenis kestasioneran data yaitu: data berfluktuasi disekitar nilai tengahnya yang tetap dari waktu ke waktu dan data berfluktuasi ragam yang tetap dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi data tidak stasioner pada nilai tengahnya, dapat di lakukan proses pembeda atau diferensiasi (differencing) tehadap deret data asli. Pada data urut waktu yang stasioner pada dasarnya ada gerakan yang sistematis, artinya perkembangan nilai variabel adalah disebabkan faktor random yang stokastika. Terdapat beberapa metode untuk menguji

10 stasioneritas, yang paling popular adalah uji unit root Dickey Fuller (DF) dan Augemented Dickey Fuller (ADF). Untuk mengestimasi Dickey Fuller (DF), memiliki model sebagai berikut (Gujarati, 2015:447). Proses random walk : ΔY t =δy t-1 + u t (1.4) Proses random walk dengan drift : ΔY t = β 1 + δy t-1 + u t (1.5) Proses random walk dengan drift diantara sebuah tren deterministik: ΔYt = β 1 + β 2 + δy t-1 + u t (1.6) Sementara uji Augemented Dickey Fuller (ADF) merupakan bentuk sederhana dengan asumsi residual yang acak. Korelasi serial antara residual dengan ΔYt dapat dinyatakan dalam bentuk autoregresif sebagai berikut (Gujarati, 2015:449). ΔYt = β 1 + β 2 + δy t-1 + δy t-1 + α 1 δyt-1 + α2 δyt-2 + α1 δyt-2 + et (1.7) Untuk mengetahui data stasioner atau tidak dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik DF atau ADF dengan nilai kritisnya. Jika nilai absolut statistic DF atau ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka data menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya maka data tidak stasioner. Hipotesis uji ADF adalah: H O : δ = 0 (data tidak stasioner) dengan H A : δ < 0 (data stasioner). Apabila koefisien δ > 0 (positif), maka uji ADF tidak valid dikarenakan data urut waktu yang diuji berarti bersifat eksplosif. Model uji ADF terbaik adalah model yang memiliki nilai akaike information criterion (AIC) minimum (Gujarati, 2003).

11 b. Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas granger yaitu untuk menganalisa pola hubungan kausalitas atau hubungan timbal balik antara dua variabel yang di teliti. Granger mengemukakan definisi kausalitas adalah variabel X dikatakan menyebabkan Y jika variasi Y dapat dijelaskan secara lebih baik dengan menggunakan nilai masa lalu X dibandingkan jika tidak menggunakannya (Gujarati, 2015:315). Tes kausalitas Granger mengasumsikan bahwa informasi relevan untuk memprediksi variabel KURS dan INF, hanya terdapat pada data time series pada variabel-variabel tersebut. Tes ini melibatkan estimasi dari kedua regresi berikut (Gujarati, 2015:314). Keterangan : KURS t INF t n α i,β i,λ i,δ i U 1,2t = Kurs Indonesia pada tahun t = Inflasi Indonesia pada tahun t = Jumlah lag = Konstanta = Faktor Gangguan

12 Hasil-hasil regresi kedua bentuk model ini akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien regresi masing-masing yaitu (Gujarati, 2003): Maka terdapat kausalitas satu arah dari variabel kurs ke variabel inflasi. Maka terdapat kausalitas satu arah dari variabel inflasi ke variabel kurs. Maka terdapat kausalitas dua arah antara variabel kurs dan variabel inflasi. Maka tidak terdapat kausalitas antara variabel kurs dan variabel inflasi. F. Sistematika Penulisan Penyusunan penelitian ini menggunakan sistematika sederhana dengan maksud agar lebih mudah menerangkan segala permasalahan yang menjadi pokok pembahasan sehingga lebih terarah pada sasaran. Kerangka sistematika penulisan ini terdiri atas 5 bab, yakni :

13 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi pemaparan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini membahas tentang landasan teori kurs dan inflasi, hubungan antar kedua variabel, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari jenis dan sumber data, definisi operasional variabel dan metode analisa data. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi deskripsi data, analisis hasil penelitian dan interpretasi. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.