BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#

BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya.

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah.

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M.

Deteksi & Koreksi Kesalahan

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE

Deteksi dan Koreksi Error

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING

Deteksi dan Koreksi Error

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

Deteksi dan Koreksi Error

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

Teknik Komunikasi Data Digital

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB IV HASIL PENGUJIAN ALAT DAN ANALISISNYA

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Kode Sumber dan Kode Kanal

PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

Serial Communication II

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG)

PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON

Teknik Pembangkitan Kode Huffman

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T

II. Sistem Bilangan Outline : 31/10/2008. Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer

Makalah Teori Persandian

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA


PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL. Risanuri Hidayat

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK

SISTEM BILANGAN DIGITAL

Implementasi Encoder dan Decoder Cyclic Redundancy Check Pada TMS320C6416T

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR

Aplikasi Kode Huffman Sebagai Metode Kompresi Pada Mesin Faks

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH

KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir.

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks

IMPLEMENTASI PENGAWASANDIAN VITERBI DENGAN FIELD PROGRAMMABLE LOGIC ARRAY (FPGA)

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

Tugas Teori Persandian. Step-by-Step Decoding

Penggunaan Pohon Huffman Sebagai Sarana Kompresi Lossless Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Konstruksi Kode dengan Redundansi Minimum Menggunakan Huffman Coding dan Range Coding

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

Kode Huffman dan Penggunaannya dalam Kompresi SMS

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2-

Penyandian (Encoding) dan Penguraian Sandi (Decoding) Menggunakan Huffman Coding

KODE HUFFMAN UNTUK KOMPRESI PESAN

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Perbandingannya dengan Algoritma LZW dan DMC

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, telah memaksa mereka

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC

Simulasi ARQ dan FEC Terhadap Kualitas Koneksi Data

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi. Asinkron Sinkron

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo ing

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER

Penggunaan Software Multimedia Logic Untuk Mengecek Kebenaran Rangkaian Logika Berdasarkan Peta Karnough

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

55 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya 4.1.2. Huffman Code

56 (c) Gambar 4.1.. Probabilitas tiap Karakter;. Diagram Pohon Huffman Code; (c).penghitungan Huffman Code Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Huffman Code dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu NAMA dan bit error bernilai 1. Langkah pertama adalah mencari probabilitas tiap karakter, seperti pada Gambar 4.1.. Kemudian dibuat diagram pohon Huffman dengan cara mengurutkan probabilitas tiap karakter dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Setelah itu dua karakter dengan probabilitas terkecil dijumlahkan dan diurutkan kembali dengan probabilitas yang lain. Begitu seterusnya sampai total probabilitas untuk seluruh karakter sama dengan 1. Kemudian diberi kode 1 di sebelah kiri dan kode 0 di sebelah kanan, seperti ditunjukan pada Gambar 4.1.. Selanjutnya akan didapatkan hasil penyandian seperti hasil penghitungan Huffman Code pada Gambar 4.1..Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Huffman Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.

57 4.1.3. Arithmetic Code (c) (d) Gambar 4.2.. Interval Probabilitas;. Diagram Arithmetic Code;(c). Tabel Arithmetic Code; dan (d) Pengawasandian Arithmetic Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code,digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama probabilitas tiap karakter dicari dan dibuat interval seperti pada Gambar 4.2.. Kemudian dibuat diagram Arithmetic Code sesuai dengan masukan berarti, dimulai dari N, A, M, dan A dengan menggunakan rumus ( ( batas atas-batas bawah) * probabilitas karakter + batas bawah) seperti pada Gambar 4.2.. Selanjutnya didapat hasil penyandian seperti hasil dan penghitungan Arithmetic Code pada tabel Arithmetic Code pada Gambar 4.2.(c) dan hasil

58 pengawasandiannya dapat mengembalikan lagi seperti kata masukan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada. 4.1.4. Parity Check Code Gambar 4.3.. Hasil Penyandian Penyandian Parity Check Code;. Hasil Pengawasandian Parity Check Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Parity Check Code, masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA, jumlah bit error nya 1, dan Paritas Genap. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian jumlah angka 1 dihitung, jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1, seperti pada Gambar 4.3.. Untuk data error caranya juga sama, yaitu menghitung angka 1 lagi. Jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1 seperti pada Gambar 4.3.. Jika bit paritynya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Parity Check Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada. 4.1.5. LRC( Longitudinal Redundancy Check)

59 Gambar 4.4..Penyandian LRC;. Pengawasandian LRC. Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian exorkan bit pada urutan bit yang sama seperti pada Gambar 4.4.. Untuk data error, caranya juga sama, yaitu exorkan bit pada urutan bit yang sama dan bandingkan hasil LRC data yang dikirim dengan data yang diterima seperti Gambar 4.4..

60 Jika bit LRC nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada. 4.1.6. CRC (Cyclic Redundancy Code)

61 Gambar 4.5.. Penyandian Cyclic Redundancy Code;.Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code digunakan masukan berupa 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1, dan pembagi 101. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi dengan pembagi 101 dan akan mendapatkan sisa CRCnya seperti pada Gambar 4.5.. Untuk data error caranya juga sama, yaitu data yang diterima dibagi dengan pembagi seperti pada Gambar 4.5.. Jika sisa CRC setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0 semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori.

62 4.1.7. Checksum Code Gambar 4.6.. Penyandian Checksum Code;.Pengawasandian Checksum Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Checksum Code digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi menjadi 2 bagian kemudian kedua bagian tersebut dijumlahkan, dan dikomplemenkan sehingga mendapatkan hasil checksumnya seperti Gambar

63 4.6.. Untuk data error, caranya juga sama yaitu data yang diterima dibagi 2, kemudian ditambahkan checksum kemudian dikomplemenkan seperti Gambar 4.6. Jika hasil setelah dideteksi adalah 0 (nol) semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian penyandian dan pengawasandian Checksum Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada. 4.1.8. Hamming Code

64 Gambar 4.7.. Penyandian Hamming Code;.Pengawasandian Hamming Code. Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dilakukan dengan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data biner akan diproses dengan cara menambahkan bit tambahan pada bit ke 1,2,4,8, dan seterusnya seperti Gambar 4.7.. Untuk data error, Hamming Code dapat membetulkan kesalahan tetapi hanya untuk 1 kesalahan saja. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Hamming Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.

65 4.1.9. BCH Code (c) (d) Gambar 4.8.. Penyandian BCH Code;.Pengawasandian BCH Code;(c) Contoh Penyandian BCH Code; (d) Contoh Pengawasandian BCH Code.

66 Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian BCH Code digunakan masukan 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data diubah menjadi fungsi x dan dimodulo g(x) seperti pada Gambar 4.8.. Untuk data error, caranya juga sama, yaitu data yang diterima dimodulo g(x) dengan seperti pada Gambar 4.8.. Untuk lebih sederhananya, bisa dilihat contoh penyandian BCH Code pada Gambar 4.8.(c) dan contoh pengawasandian BCH Code. Gambar 4.8.(d). Jika hasil sisa modulonya setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori. 4.1.10. Convolution Code

67 (c) Gambar 4.9.. Penyandian Convolution Code;. Penyandian Convolution Code;(c) Pengawasandian Convolution Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Convolution Code menggunakan Convolution (2,1,2) karena dirasa sederhana dan mudah. Pada penyandian Convolution Code menggunakan diagram keadaan dan tabel kebenaran yang sudah dicari menggunakan shift register seperti pada Gambar 4.9.

68 Pada pengawasandian Convolution Code menggunakan diagram trelis yang dihitung menggunakan pendekatan nilai-nilai pada setiap titik diagram trelis sehinggga dapat memeriksa kesalahan. 4.1.11. Reed Salomon Code 4.1.12. Gambar 4.10.. Penyandian RS Code;.Pengawasandian RS Code.

69 Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code menggunakan contoh bukan seperti kode pertama sampai kode kesembilan. Dikarenakan kode ini merupakan kode yang paling kompleks dari pada yang lain. Cara penyandian dan cara pengawasandiannya hampir sama dengan BCH Code tetapi lebih sulit karena cara pengoreksiannya multibit. Contoh yang dipakai dalam simulasi ini menggunakan RS(7,5) karena dirasa mudah dan sederhana untuk dimengerti cara proses penyandian dan pengawasandian. Proses penyandian dan pengawasandian ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.10. 4.2. Hasil Perolehan Data Kuesioner Tabel 4.1. Kuesioner Responden. No Pertanyaan Jawaban 1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik 2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code 3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik 4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code (LRC Code) dapat dimengerti dengan baik 5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code (CRC Code) 6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code 7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code 8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik 9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code 10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code 11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan 12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya. 13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 1 2

70 Tabek 4.1 menunjukkan kuisoner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner diberikan kepada 30 responden yang terdiri dari mahasiswa teknik elektro dengan syarat sudah atau sedang menempuh mata kuliah Sistem Komunikasi, Jaringan Telekomunikasi, atau Matematatika Diskrit.Responden berasal dari tahun angkatan yang bervariasi yaitu angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Kuesioner berisi 13 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban: 1 (setuju) dan 2 (tidak setuju).untuk jawaban setuju diberikan poin 1 dan untuk jawaban tidak setuju diberikan poin 0. Dan simulator ini dianggap berhasil apabila nilai rata-rata poin kuesioner adalah 70%. Hasil kuesioner terlihat dalam Tabel 4.2.

71 Tabel4.2. Hasil Kuesioner. No Pertanyaan Jawaban 1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code 2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code 3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik 4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code(LRC Code) dapat dimengerti dengan baik 5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code(CRC Code) 6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code 7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code 8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik 9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code 10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code 11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan 1 2 30 (100%) 23 (76,67%) 30 (100%) 28 (93,33%) 25 (83,33%) 28 (93,33%) 27 (90%) 12 (40%) 19 (63,3%) 15 (50%) 28 (93,33%) 12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, 28 khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya. (93,33%) 13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 30 (100%) Rerata 323 (82,82%) 0 (0%) 7 (23,33%) 0 (0%) 2 (6,67%) 5 (16,67%) 2 (6,67%) 3 (10%) 18 (60%) 11 (36,7%) 15 (50%) 2 (6,67%) 2 (6,67%) 0 (0%) 67 (17,18%)

72 Nilai rerata kepuasan responden terhadap simulator adalah 82,82% didapat dari Nilai ratarata poin setuju minimal yang diharapkan yaitu 70%, ternyata didapatkan hasil nilai rata-rata poin setuju sebesar. Artinya, simulator ini dianggap berhasil dan responden merasa puas dengan simulator yang dibuat. Dilihat dari hasil ini Huffman Code dan Parity Check Code mendapatkan nilai 100% dikarenakan penyandian Huffman Code dan Parity Check Code termasuk mudah dan sudah diajarkan pada matematika diskrit dan untai digital. Arithmetic Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Huffman Code yaitu 76,67% dikarenakan penyandian ini memiliki penghitungan yang cukup sulit dan penyandian ini belum pernah diajarkan pada salah satu pelajaran matematika diskrit, sistem komunikasi, maupun jaringan telekomunikasi. Sedangkan Cyclic Redundancy Code mendapatkan 83,33 % dikarenakan penyandiannya cukup sulit karena adanya pembagian biner yang rumit. Hamming Code mendapatkan presentase yang tinggi yaitu 90%. Hamming Code sudah pernah diajarkan pada mata kuliah lain seperti jaringan komputer,dan komunikasi data, meskipun penyandian Hamming Code termasuk penyandian yang cukup sulit. Pada BCH Code, Convolution Code, dan Reed Salomon Code mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena kurang dari 70%. Dikarenakan penyandian dan pengawasandian ketiga kode tersebut sangat sulit dibandingkan ketujuh kode yang lainnya. BCH Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Reed Salomon Code karenakan Reed Salomon hanya memberi contoh yang sederhana sedangkan BCH Code diberi masukan sehingga penyandian dan pengawasandiannya terlihat lebih rumit dibandingkan Reed Salomon Code. Bagi responden yang merupakan mahasiswa pengambil mata kuliah jaringan telekomunikasi, sistem komunikasi, dan komunikasi data, cukup mudah untuk mengerti setiap penyandian dan pengawasandian dikarenakan saat menempuh mata kuliah tersebut sebagian besar penyandian sudah pernah diajarkan dan hanya tinggal mengingatnya saja. Sedangkan mahasiswa yang hanya mengambil matematika diskrit saja, hanya tahu dasar-dasarnya saja sehingga masih membutuhkan bantuan dari pembuat simulator.

73 Pada penyandian BCH Code dan Reed Salomon code, pengguna simulator masih menggunakan bantuan pembuat dikarenakan kedua kode ini merupakan penyandian yang sangat rumit. Dengan user interface yang sederhana penggunaan simulator ini termasuk mudah untuk dioperasikan dan sudah cukup berwarna. Beberapa responden memberikan saran untuk pengembangan simulator ini yaitu penambahan GUI dibuat lebih menarik misalnya diberi background.