BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang berbeda kepentingan. Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) merupakan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba mendapatkan yang terbaik bagi masing-masing individu atau pihak tersebut. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Prapitorini dan Januarti (2007) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Manajemen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Oleh karena hal tersebut manajer berkewajiban memberikan informasi tentang kondisi keuangan yang sesungguhnya melalui laporan keuangan. Prinsipal maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Sedangkan prinsipal diasumsikan hanya menginginkan hasil keuangan dan hasil dari investasi. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan shareholder, sebagian dikarenakan oleh moral hazard (Aiisiah, 2012). Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. 11

12 Dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik atau auditor adalah pihak yang mampu menjembatani kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak manajer (principal) dalam mengelola keuangan perusahaan. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, serta memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tersebut. 2.1.2 Auditing Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian dan kewajaran antara pernyataan dengan standart yang telah ditetapkan. Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan (Jusup, 2001:169) berikut ini: (1) Penerimaan penugasan audit Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. (2) Perencanaan Audit Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit.

13 (3) Pelaksanaan pengujian audit Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya. (4) Pelaporan Temuan Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. 2.1.3 Opini Audit Opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang terdapat pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan dari pemeriksaan audit. Laporan audit terdiri dari tiga paragraf, antara lain : paragraf pembukaan (opening paragraph), paragraf ruang lingkup (scope paragraph) dan paragraf pendapat (opinion paragfraph) (Mulyadi, 2002). Paragraf pembukaan (opening paragraph) mengidentifikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung manajemen entitas. Secara garis besar ada dua tipe opini audit terbaru, Standar Audit (SA) 700 (IAPI, 2016) yang menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan Standar Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2016) yang menjelaskan tentang opini modifikasian, lebih lengkap dijelaskan debagai berikut : 1. Opini tanpa modifikasian Opini yang dinyatakan oleh auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan

14 kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. 2. Opini Modifikasian Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor apabila menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material dan auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Standar Auditing (SA) 705 (IAPI, 2016) menetapkan tiga tipe opini modifikasian, yaitu : (1) Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika : a. Auditor setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi

15 terhadap laporankeuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif. (2) Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion) Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. (3) Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion) Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif. 2.1.4 Opini Audit Going concern Kelangsungan hidup dan kegagalan perusahaan adalah hal yang bertolak belakang. Asumsi going concern digunakan bila perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun kemungkinan kegagalan selalu ada, apalagi dalam kondisi krisis ekonomi (Purba, 2009:25). Gray dan Manson (2000) dalam Dewayanto (2011) menyatakan bahwa going concern adalah salah satu konsep yang paling penting dalam mendasari pelaporan keuangan. Dalam Ardika dan Ekayani (2013) menyatakan bahwa opini auditor going concern merupakan opini yang diterbitkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Going concern

16 dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Dalam SA seksi 341 (IAI:2001) Bahwa biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saatjatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. Dalam Standar Auditing (SA) 570 (IAPI:2016) menyatakan bahwa asumsi kelangsungan usaha, suatu etintas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi etintas atau menghentikan operasinya. 2.1.5 Tanggung Jawab Auditor Standar Auditing (SA) 570 (IAPI:2016) menyatakan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan etintas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

17 2.1.6 Pertimbangan atas Kondisi dan Peristiwa Standar Auditing (SA) 570 (IAPI:2016) memberikan contoh kondisi dan peristiwa tersebut antara lain : 1. Keuangan a. Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih. b. Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang. c. Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor. d. Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan historis atau prospektif. e. Rasio keuangan utama yang buruk. f. Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas. g. Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan. h. Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo. i. Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman. j. Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. k. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.

18 2. Operasi a. Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan operasinya. b. Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian. c. Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau pemasok utama. d. Kesulitan tenaga kerja. e. Kekurangan penyediaan barang/bahan. f. Munculnya kompetitor yang sangat berhasil. 3. Lain-lain a. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori lainnya. b. Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas. c. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas. d. Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan. 2.1.7 Kondisi Keuangan Kondisi keuangan perusahaan adalah sutau tampilan secara utuh atas keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu (Dewayanto,2011). Altman

19 pada tahun 1968 memperkenalkan Analisis Z-Score, yaitu sebuah analisis yang menghubungkan berbagai rasio dalam laporan keuangan sebagai variabelnya dan digabungkan kedalam sebuah persamaan untuk memperoleh nilai Z, dimana nilai Z disini adalah nilai untuk memprediksi kondisi perusahaan, baik dalam keadaan sehat ataupun bangkrut. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebnagkrutan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Menurut Werastuti (2013) kondisi keuangan diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan revised Altman sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: Z = 0.717Z 1 + 0.874Z 2 + 3.107Z 3 + 0.420Z 4 + 0.999Z 5 Dimana : Z1 = Working capital / total asset Z2 = Retained earning / total asset Z3 = Earnings before interest and taxes / total asset Z4 = Market value of equity / book value of debt Z5 = Sales / Total Asset Prihathini dan Sari (2013) Model Altman ini mengklasifikasikan dengan skor < 1,23 berpotensi untuk mengalami kebangkrutan. Skor 1,23 2,90 diklasifikasikan sebagai grey area, sedangkan perusahaan dengan skor > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak memiliki potensi kebangkrutan.

20 2.1.8 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Fanny dan Saputra (2005) menunjukan pertumbuhan kekuatan perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Pada penelitian Dewayanto (2011) menyatakan perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan volume penjualannya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya sehingga memberikan peluang kepada perusahaan dalam meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. 2.1.9 Ukuran Perusahaan Mutchler (1985) dalam Dewayanto (2011) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Dewayanto (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Selain itu, hal ini

21 juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan dengan total aktiva yang kecil. 2.1.10 Leverage Leverage menunjukan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage bisa diproksikan dengan debt ratio yang membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat tingkat presentase hutang perusahaan terhadap total aktiva atau dengan kata lain untuk mengukkur seberapa besar total aktiva yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi angka persentase rasio leverage maka akan menimbulkan keraguan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup usahanya di masa mendatang karena sebagian besar penerimaan dana digunakan untuk membiayai hutang dan dana untuk operasional semakin sedikit. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa leverage yang diproksikan dengan debt ratio akan semakin besar kemungkinan auditor memberikan opini going concern. 2.1.11 Opini tahun sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984) dalam Widyantari (2011) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

22 Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. 2.1.12 Reputasi Auditor Pada pernyataan Craswell et al. (1995) dalam Widyantari (2011) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki filiasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan lebih mempertahankan kualitas auditnya agar reputasi KAP terjaga dan tidak kehilangan kliennya. Berikut KAP yang berafiliasidengan Big Four antara lain: 1) KAP Osman Bing Satrio afililiasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu. 2) KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan afiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers 3) KAP Purwantono, Suherman dan Surja afiliasi dengan Ernst dan Young 4) KAP Siddharta dan Widjaja afiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler

23 2.1.13 Penelitian Terdahulu Beberapa Penelitian Terdahulu yang pernah dilakukan khususnya berkaitan dengan penelitian ini antara lain: Ardika dan Ekayani (2013) melakukan penelitian mengenai analisis pertumbuhan perusahaan, leverage, auditor client tenure terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan, leverage, auditor client tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Werastuti (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh auditor client tenure, debt default, ukuran klien, reputasi auditor dan kondisi keuangan terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa auditor client tenure, ukuran klien, reputasi auditor dan kondisi keuangan tidak berpengaruh sgnifikan terhadap terhadap opini going concern. Sedangkan debt default berpengaruh sgnifikan terhadap terhadap opini going concern Dewayanto (2011) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, opini tahun sebelumnya, auditor client tenure, opinion shopping, reputasi auditor terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi keuangan dan opini tahun sebelumnya, berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, ukuran perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

24 Rudyawan (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh, model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage, reputasi auditor terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa model prediksi berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan, leverage dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern. Prapitorini dan Januarti (2007) melakukan penelitian mengenai analisis kualitas audit, debt default, dan opinion shopping terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kualitas auditor dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Sedangkan debt default berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Fanny dan Saputra (2005) melakukan penelitian mengenai model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi kantor akuntan publik terhadap opini audit going concern. Dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa model prediksi kebangkrutan oleh Altman berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap opini going concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan dan reputasi kantor akuntan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap opini going concern.

25 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan telaah pustaka dan beberapa penelitan terdahulu, maka peneliti mengindikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI yang diproksikan melalui rasio rasio keuangan dan faktor non-keuangan. Teori Keagenan Agen (Manajemen) Laporan Keuangan Pemilik (Prinsipal) Auditor Independen Kondisian Keuangan Pertumbuh an Perusahaan Ukuran Perusahaan Leverage Opini Audit Tahun Sebelumnya Reputasi Auditor Opini Audit going concern Gambar 1 Rerangka Pemikiran Keterangan: Agency problems merupakan masalah dimana pemilik perusahaan memiliki keraguan terhadap manajemen dalam membuat laporan keuangan. Auditor independen merupakan pihak ketiga yang dapat menyelesaikan permasalahan antara pemilik perusahaan dan manajemen. Auditor independen akan memeriksa

26 laporan keuanagan yang dibuat oleh manajemen serta menyatakan opininya tentang kewajaran laporan keuanagan perusahaan. Dalam penelitian ini menyatakan beberapa faktor yang mampu mempengaruhi kelangsungan hidup (going concern) usaha diantaranya adalah: kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, leverage, opini tahun sebelumnya dan reputasi auditor. 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh kondisi keuangan terhadap pemberian opini audit going concern Altman dan Mc Gough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat kebangkrutan dengan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor. Penggunanan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemerian opini audit. McKeown et al. (1991) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan bahwa mempelajari opini audit dari perusahaan yang akan segera bangkrut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan yang segera akan bangkrut ternyata menerima opini tanpa modifikasi dan perusahaan ini lebih sedikit kemungkinannya untuk mempunyai indikasi indikasi akan adanya bahaya keuangan, serta memiliki periode waktu yang pendek antara akhir tahun fiskal dengan tanggal laporan audit. Apabila kondisi keuangan perusahaan baik, maka kecil kemungkinan akan mendapat opini audit going concern. Dan sebaliknya

27 apabila perusahaan dalam keadaan financial distress maka kemungkinan besar akan mendapat opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 1 : Kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern. 2.3.2 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern Menurut Altman (1968) dalam Widyantari (2011) Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan. perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan volume penjualannya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya sehingga memberikan peluang kepada perusahaan dalam meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Dewayanto, 2011). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.

28 2.3.3 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern Kevin et al. (2006) dalam Widyantari (2011) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Barnes dan Huan (1993) dalam Fanny dan Saputra (2005) mengatakan ketika sebuah Kantor Akuntan Publik sudah memiliki reputasi yang baik, maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut, sehingga mereka akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya, apabila memang perusahaan tersebut mengalami kerugian akan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diterimanya adalah opini audit going concern, tanpa memandang apakah ukuran perusahaan tersebut besar atau tidak. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern. 2.3.4 Pengaruh leverage terhadap pemberian opini audit going concern Rasio leverage diukur dengan menggunakan. Debt to total asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibelanjai dengan utang yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari

29 pemegang saham. Widyantari (2011) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern. Jumlah hutang yang melebihi total aset menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin tinggi rasio leverage suatu perusahaan, maka akan semakin menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan tersebut karena sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai hutang. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 4 : Leverage berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern. 2.3.5 Pengaruh opini tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit going concern Opini audit tahun sebelumnya dapat mempengaruhi timbulnya opini going concern pada tahun selanjutnya, karena pengaruh laba yang negatif selama beberapa periode maka bisa dikatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan untuk kedepannya akan sulit diprediksi (Dewayanto, 2011). Mutchler (1985) dalam Dewayanto (2011) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, dengan menggunakan discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit tahun sebelumnnya mempunyai akurasi prediksi paling tinggi, yaitu 89,9%. Apabila tahun sebelumnya perusahaan mendapat opini audit going concern, maka tahun

30 berikutnya kemungkinan auditor memberi opini audit going concern akan lebih besar. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 5 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern. 2.3.6 Pengaruh reputasi auditor terhadap pemberian opini audit going concern Craswell et al. (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Mc Kinley et al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan, ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

31 Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 6 : Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern.