RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANG TUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA SKRIPSI

POLA KONTROL SOSIAL KELUARGA REMAJA PUTRI BERISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia telah mencapai angka yang cukup tinggi sebagaimana dipaparkan oleh

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB V PENUTUP. Pandaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: kategori tinggi dengan prosentase 57,6% (53 orang).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 5). Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN ORANG TUA DENGAN RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 03 NGLEBAK TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

MENGENALI POLA ASUH YANG TEPAT. Rita Eka Izzaty 1

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

Transkripsi:

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Widia Anggi Issetianto F 100104025 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: Widia Anggi Issetianto F 100104025 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA Widia Anggi Issetianto Eny Purwandari Email: aistyan@yahoo.co.id Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelekatan orang tua-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA dan hubungan kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini dilakukan pada 339 remaja berusia 15-18 tahun yang memiliki perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisa data menggunakan analisis korelasi Product Moment dari person dan spearman menggunakan program bantu SPSS 19,0 For Windows Program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kelekatan orang tua-anak terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA anak yang dapat dilihat dari adanya nilai korelasi (r) sebesar -0,334 dengan signifikanii p = 0,000 ( p < 0,05), dan ada hubungan negatif antara kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA yang dapat dilihat dari adanya nilai korelasi (r) sebesar - 0,369 dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Hasil kategirisasi menunjukkan tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori rendah, tingkat kelekatan orang tua-anak pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi, dan tingkat kelekatan teman sebaya pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi. Kelekatan orang tua-anak diketahui berkontribusi sebesar 11,2%, dan kelekatan teman sebaya diketahui berkontribusi sebesar 10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 78,4 % faktor lain yang mempengaruhi risiko penyalahgunaan NAPZA. Adanya kelekatan orang tua-anak yang baik diharapkan remaja akan memiliki kemungkinan yang rendah terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA. Keyword: Kelekatan, Risiko Penylahgunaan NAPZA v

PENGANTAR NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Permasalahan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Rata-rata angka pengguna NAPZA meningkat 15% per tahunnya. Data BNN menyebutkan 80% pengguna NAPZA merupakan generasi muda dengan kisaran usia 15-39 tahun (Setyowati, Hartati & Sawitri, 2010). Data Tindak Pidana Narkoba tahun 2007-2011 (dalam BNN, 2012) menunjukkan bahwa jumlah tertinggi tersangka kasus Narkoba di Indonesia berada pada jenjang pendidikan SMA, yitu sebanayak 117.147 orang, sedangkan jumlah tertinggi tersangka kasus Narkoba berdasarkan pendidikan pada tahun 2007-2011 di Provinsi Jawa Tengah berada pada jenjang pendidikan SMA, yaitu sebanyak 3.957 orang. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, barang haram yang dinamakan narkoba ini dapat merusak kesehatan dan kehidupan yang produktif bagi pemakainya (Willis, 2012). Keadaan dimana orang memiliki kemungkinan yang besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan orang lain disebut resiko penyalahgunaan NAPZA. Menurut Menurut Yanny (2001) risiko penyalahgunaan NAPZA dapat diartikan sebagai perilaku yang dapat terjadi pada seseorang untuk menjadi penyalahguna NAPZA, sedangkan Sunarso (2004) mengemukakan risiko penyalahgunaan NAPZA dapat diartikan sebagai perilaku yang dapat terjadi pada seseorang untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Setiap remaja memiliki risiko dalam menyalahgunakan NAPZA, risiko tersebut umumnya terjadi pada masa transisi dimana remaja mulai mengenal lingkungan yang lebih luas selain lingkungan keluarga. Pada masa transisi tersebut remaja mulai memiliki jarak dengan orangtua untuk mengenal banyak teman dan menemukan aktivitas sosial baru, hal tersebut yang memungkinkan mereka 1

2 mengenal lingkungan pertemanan dan aktivitas yang berkaitan dengan NAPZA sehingga muncul risiko (Soetjiningsih, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhiwati (2005) juga menunjukan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan lebih sering menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orang tuanya. Menurut Condry, Simon, dan Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2003), selama satu minggu, remaja putra laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan teman sebaya daripada waktu dengan orang tuannya. Budaya teman sebaya remaja pun sebagai pengaruh merusak yang mengabaikan nilainilai kontrol dari orang tua. Teman sebaya juga dapat mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan, kenakalan, dan bentuk tingkah laku lain yang negatif (Santrock, 2003). Ada beberapa faktor seorang remaja terdorong untuk memulai mencoba NAPZA, sebagaimana yang dasampaikan Rice (dalam Tommy, Suyasa, & Wijaya, 2006), bahwa alasan seorang remaja untuk mulai mencoba NAPZA dapat bersifat ekternal maupun internal. Hal-hal eksternal dapat berupa penyalahgunaan NAPZA oleh teman sebaya maupun keluarga. Sedangkan faktor-faktor internal yang menjadi alasan umum untuk penyalahgunaan NAPZA antara lain: rasa ingin tahu, pemberontakan atau ekspresi dari ketidakpuasan terhadap norma, nilai dan tekanan dari lingkungan sosial, untuk kesenangan semata-mata, untuk meredakan ketegangan dan kekhawatiran, atau untuk menghadapi masalah. Hubungan yang baik atau positif dengan orang tua sangatlah penting dalam mengurangi penggunaan obat-obatan oleh remaja. Menurut Newcomb dan Bentler (dalam Santrock, 2002), dukungan sosial yang terdiri dari hubungan yang baik dengan orang tua selama masa remaja mampu mengurangi penyalahgunaan obat-obatan. Berdasarkan uraian di atas, rumusan pertanyaannya adalah apakah ada risiko penyalahgunaan

3 NAPZA ditinjau dari kelekatan orang tua-anak dan kelekatan teman sabaya? Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Risiko Penyalahgunaan Napza Ditinjau Dari Kelekatan Orang Tua-Anak Dan Kelekatan Teman Sabaya. Untuk mengetahui hubungan antara kelekatan orang tua-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA, mengetahui hubungan antara kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA, mengetahui tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA, tingkat kelekatan orang tua-anak, tingkat kelekatan teman sebaya pada subjek penelitian, mengetahui sumbangan efektif kelekatan orang tua-anak risiko penyalahgunaan NAPZA dan kelekatan teman sebaya terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA. METODE PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tegantung (risiko penyalahgunaan NAPZA), variabel bebas (kelekatan orangtua-anak dan kelekatan teman sebaya). Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX dari 6 SMA dan SMK di Sragen yang terdiri dari 339 subjek. Penelitian ini merupakan penelitian studi populasi dengan kriteria inklusif subjek yaitu remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan tiga skala yaitu skala risiko penyalahgunaan NAPZA, skala kelekatan orang tua-anak, dan skala kelekatan teman sebaya. Skala risiko penyalahgunaan NAPZA merupakan skala yang disusun oleh Purwandari (2015)) yang terdiriri dari 19 aitem favorable. Skala ini mencakup 3 aspek, yaitu aspek sekolah, performansi teman, dan performansi diri. Skala ini mempunyai daya beda aitem berkisar antara 0,303-0,547 dan koefisien reliabilitas 0,848. Skala kelekatan orang tuaanak merupakan skala yang disusun oleh Purwandari (2015) terdiri dari dua skala pararel, yaitu skala kelekatan ayah-anak dan skala kelekatan ibu-anak. Masing-masing skala terdiri dari 17 aitem favorable dan unfavorable dalambentuk skala

4 likert. Skala ini mencakup aspek kepercayaan, komunikasi, dan keterlibatan. Rentang daya beda aitem untuk skala kelekatan ayahanak berkisar antara 0.308 0.600 dengan koefisien reliabilitas 0,857, sedangkan rentang daya beda aitem untuk skala kelekatan ibu-anak berkisar antara skor 0.396 0.682 dengan koefisien reliabilitas 0,897. Skala kelekatan teman sebaya merupakan skala yang disusun oleh Purwandari (2015)) yang terdiriri dari 19 aitem favorable dan unfavorable. Skala ini mencakup 3 aspek, yaitu aspek kepercayaan, komunikasi, dan keterlibatan. Skala ini mempunyai daya beda aitem berkisar antara 0,300-0,545 dan koefisien reliabilitas 0,851. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi Perason dan analisis korelasi Spearman HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menggunakan teknik analisis Product Moment dari Carl Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS 19 For Windows bahwa ada hubungan negatif antara kelekatan orang tua-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA, ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi r=-0,334 dengan signifikansi p = 0,000 ( p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan orang tua-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Semakin tinggi kelekatan orang tua maka semakin rendah risiko penyalahgunaan NAPZA, kemudian sebaliknya, semakin rendah kelekatan orang tua-anak, maka semakin tinggi risiko penyalahgunaan NAPZA. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Dade Country, Florida, yang dilakukan terhadap sekitar 2,500 siswa SMP dan SMA, bahwa kelekatan yang kuat antara orang tua-anak akan mengurangi kemungkinan kenakalan. (Regoli, 2003). Hal ini sesuai dengan regoli (2003) yg mengutip pernyataan Hirshci bahwa anak dengan kelekatan yang kuat akan membuat mereka cenderung untuk tidak melakukan kenakalan, namun sebaliknya Bowbly mengemukakan

5 apabila anak memiliki kelekatan yang rapuh dengan orang tua pada masa anak-anak akan berdampak pada berbagai penyalahgunaan obatobatan dikemudian hari (Gelgard, 2011). Kelekatan yang aman membentuk kepercayaan timbalbalik antara anak dan objek pengasuhan seperti orang tuanya. Melalui kepercayaan seseorang dapat lebih mudah beradaptasi dan menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk diantarnya menyerap nilai dari orang lain (Tembong, 2006). Newcomb dan Bentler (dalam Santrock, 2002) juga mengemukakan dukungan sosial yang terdiri dari hubungan yang baik dengan orang tua selama masa remaja mampu mengurangi penyalahgunaan NAPZA, dengan demikian hubungan yang baik atau positif dengan orang tua merupakan suatu hal yang sangat penting bagi remaja agar terhindar dari kenakalan maupun risiko penyalahgunaan NAPZA. Hubungan anak dengan objek lekatnya seperti orang tua memiliki suatu pengaruh dalam berinteraksi maupun berperilaku, Kendel (dalam Santrock, 2002) dalam studinya mengatakan bahwasannya remaja akan cenderung menggunakan obatobatan bila kedua orang tua mereka menggunakan obat-obatan (seperti obat penenang, amfetamin, alkohol, atau nikotin). Dengan demikian perlu adanya peran yang sempurna dalam keluarga yang dapat memberikan kepuasan psikologis dalam diri masing-masing anggota keluarga terutama remaja agar terhindar dari masalah maupun kenakalan lainnya (Willis, 2010). Keluarga memiliki peranan yang penting dalam pendidikan dan pembentukan karakter. Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak harmonis, atau memiliki tuntutan terlalu tinggi, tidak ada pendidikan keluarga, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang, kurangnya perhatian orang tua, ini dapat menyebabkan remaja secara emosi tidak berkembang dengan baik dan akhirnya dapat dengan mudah terjerumus kekenakalan remaja salah satunya penyalahgunaan NAPZA (Yanny, 2001). Keluarga yang tidak

6 dapat menegakkan kedisiplinan, akan membuat anak merasa ragu akan nilai-nilai kebenaran yang harus ditegakkan dalam keluarga. Keraguan anak akan nilai-nilai keluarga akan menyebabkan remaja rentan dengan perilaku menyimpang (Willis 2010). Santrock, (2003) mengutip perndapat Armsden & Greenberg bahwasannya ikatan yang aman dengan orang tua berhubungan dengan hubungan teman sebaya yang positif. Remaja yang memiliki ikatan yang aman dengan orang tuanya juga memiliki ikatan yang aman dengan teman sebayanya, remaja yang tidak memiliki ikatan yang aman dengan orang tuanya juga tidak memiliki ikatan yang aman dengan teman sebayanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisa dari penelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA, ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi r=-0,369 dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Semakin tinggi kelekatan teman sebaya maka semakin rendah risiko penyalahgunaan NAPZA dan semakin rendah kelekatan teman sebaya maka semakin tinggi risiko penyalahgunaan NAPZA Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhiwati (2005) yang menunjukan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya dan lebih sering menceritakan masalah yang dihadapi dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tuanya. Walaupun teman sebaya membawa pengaruh terhadap nilai-nilai kepada remaja, akan tetapi sebagian besar nilai-nilai dasar remaja tetap lebih dekat dengan nilai-nilai orang tua mereka dibandingkan dengan yang secara umum disadari ( Papalia, 2009). Santrock (2003) mengatakan salah satu fungsi utama teman sebaya yaitu untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari kelompok teman

7 sebaya remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain. Rasyid, (2012) mengutip pernyataan Armsden dan Greenberg bahwasannya padat usia remaja, individu akan membentuk ikatan lebih erat dengan teman sebayanya. Ikatan lebih erat dengan temanteman terbentuk karena adanya jalinan komunikasi yang baik sepeti: adanya ungkapan perasaan, masalah, dan kesulitan yang dialami individu pada teman sebaya; individu meminta pendapat dari teman sebayanya; teman sebaya menanyakan permasalahan yang dialami individu; teman sebaya membantu individu agar lebih memahami dirinya sendiri. Selain komunikasi, kepercayaan juga merupakan suatu produk dari suatu hubungan yang kuat, dimana kedua belah pihak merasa bisa saling bergantung satu sama lain. Kepercayaan akan berkembang dengan hadirnya teman ketika remaja membutuhkan dukungan mereka. Kategorisasi pada subjek menunjukkan bahwa kategorisasi terhadap kelekatan orang tua-anak menunjukkan tingkat yang tergolong tinggi yaitu dengan prosentase 59,9% atau 203 subjek, ini artinya subjek dapat menjalin kelekatan yang baik dengan orang tuanya. Kategorisasi terhadap kelekatan teman sebaya menunjukkan tingkat yang tergolong tinggi pula yaitu dengan prosentase 52,2% atau 177 subjek, ini artinya subjek dapat menjalin kelekatan yang baik dengan teman sebayanya. Hasil kategorisasi terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA pada subjek menunjukkan tingkat risiko yang tergolong rendah yaitu dengan prosentase 34.9% atau 118 subjek, dengan kata lain subjek memiliki kecenderungan yang rendah untuk terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA. Kelekatan orang tua-anak diketahui berkontribusi sebesar 11,2%, dan kelekatan teman sebaya diketahui berkontribusi sebesar 10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 78,4 % faktor lain

8 yang mempengaruhi risiko penyalahgunaan NAPZA. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelekatan orang tua-anak berhubungan dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Semakin tinggi kelekatan orang tua-anak maka semakin rendah risiko penyalahgunaan NAPZA sebaliknya, semakin rendah kelekatan orang tua-anak maka semakin tinggi risiko penyalahgunaan NAPZA. 2. Kelekatan teman sebaya berhubungan dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Semakin tinggi kelekatan teman sebaya maka semakin rendah risiko penyalahgunaan NAPZA dan semakin rendah kelekatan teman sebaya maka semakin tinggi risiko penyalahgunaan NAPZA. 3. Tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori rendah, tingkat kelekatan orang tua-anak pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi sedangkan tingkat kelekatan teman sebaya pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi. 4. Kelekatan orang tua-anak diketahui berkontribusi sebesar 11,2%, dan kelekatan teman sebaya diketahui berkontribusi sebesar 10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 78,4 % faktor lain yang mempengaruhi risiko penyalahgunaan NAPZA. Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi : 1. Bagi Remaja Hendaknya remaja dapat mempertahankan hubungan yang sudah terjalin baik dengan orang tua maupun dengan teman sebaya dengan selalu menjaga komunikasi yang baik dan menerapkan norma-norma baik

9 yang telah diajarkan orang tua pada kehidupan di lingkungan, sehingga nantinya diharapkan remaja akan terhindar dari risiko penyalahgunaan NAPZA. 2. Bagi Orang tua siswa Orang tua diharapkan dapat mempertahankan hubungan kelekatan dengan anak. Dengan mempertahankan hubungan kelekatan antara orang tua dan anak maka dapat melindungi anak dari perilaku-perilaku negatif di lingkungan seperti penyalahgunaan NAPZA. Orang tua dapat mempertahankan hubungan kelekatan dengan anak diantaranya dapat dilakukan dengan membangun kepercayaan dengan anak, membuka komunikasi dengan anak, serta selalu terlibat dan memahami kegiatan anak seharihari. 3. Bagi Guru Guru sebagai pendidik anak di sekolah dapat menjadi pihak yang menjembatani untuk meningkatkan hubungan kelekatan anak dengan orang tua. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara selalu memantau hubungan anak dengan orang tua, berkomunikasi dengan orang tua mengenai perkembangan anak disekolah, dan mengadakan kegiatan sekolah yang melibatkan orang tua dan siswa. 4. Bagi Teman Teman hendaknya selalu tetap memberikan pengaruh-pengaruh positif kepada teman yang lain dengan berkomunikasi mengenai hal-hal yang baik dan sekiranya membawa pengaruh yang baik bagi lingkungan pertemanan. Dan juga dapat menjadi pengingat teman yang lain apabila melakukan hal-hal yang menjurus kea rah kenakalan dan kearah penyalahgunaan NAPZA. 5. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat melihat faktor lain selain kelekatan orang tua-anak dan kelekatan teman sebaya yang belum disertakan dalam

10 penelitian ini yang berpengaruh terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA. Serta diharapkan dapat menambah, mengembangkan, dan memperluas ruang lingkup penelitian dengan baik. DAFTAR PUSTAKA BNN. (2012). Data Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007 2011. Diakses 21 Maret 2014. dari Website BNN: http://www.bnn.go.id/portal/i ndex.php/konten/detail/deputi -pemberantasan/data-kasusnarkoba/10247/data-tindakpidana-narkoba-provinsijawa-tengah-tahun-2007-2011. Purwandari. E. (2015). Model Perilaku Remaja Berisiko Penyalahguna NAPZA. Disertasi. Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada. Rasyid, M. (2012). Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa di Bording School SMA Negeri 10 Samarinda. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 1, No. 03. Regoli, R.M., dan John D Hewitt. (2003). Delinquency in Society. New York: McGraw- Hill. Ruhiwati, C. (2005). Pengaruh pola pengasuhan, kelompok teman sebaya dan aktivitas remaja terhadap kemandirian (tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Setyowati, A. Hartati, S, dan Sawitri, D. R. (2010). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi pada Siswa Penghuni Rumah Dama. Jurnal Psikologi Undip Vol. 7, No.1. 67. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Perkembangan Masa Hidup edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Soertjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sunarso, S. (2004). Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tembong, G. (2006). Smart Parenting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Tommy, P., Suyasa, Y.S,. dan Wijaya, F. (2006). Resiliensi Dan Sikap Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi Pada Remaja). Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2. 102

11 Wilis, S. (2010). Remaja dan Masalahnya : Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta. Yanny, L D. (2001). Narkoba pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: Elex Media Komputindo.