PENINGKATAN PROTEIN RANSUM UNTUK PEMBESARAN DOMBA HASIL PERSILANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENGARUH TINGKAT PROTEIN-ENERGI RANSUM TERHADAP KINERJA PRODUKSI KAMBING KACANG MUDA

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN KAMBING PERSILANGAN BOER X KACANG MUDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ENERGI RANSUM TERHADAP PENAMPILAN KAMBING KACANG INDUK BUNTING HASIL PERKAWINAN DENGAN JANTAN BOER

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

Ahmad Nasution 1. Intisari

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN KAMBING KOSTA DAN PERSILANGAN BOER SAPIHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

Pengaruh Formulasi Pakan Hijauan (Rumput Gajah, Kaliandra dan Gamal) terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Domba

PENGARUH PENAMBAHAN TETES DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PENGARUH PEMBERIAN LEGUMINOSA TERHADAP BOBOT LAHIR DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

Penentuan Kebutuhan Pokok Protein Pada Napu (Tragulus napu)

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI NUTRISI PADA KAMBING KOSTA, GEMBRONG DAN KACANG

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Pengaruh Pemberian Zeolit dalam Ransum Terhadap Performans Mencit (Mus musculus) Lepas Sapih

STUDI KOMPARASI PRODUKTIVITAS SAPI MADURA DENGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

PENGARUH PAKAN KOMPLIT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA PENGGEMUKAN DOMBA LOKAL JANTAN SECARA FEEDLOT TERHADAP KONVERSI PAKAN

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN AMPAS AREN FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DOMBA EKOR TIPIS JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI HASIL SILANGAN MELALUI PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

KONVERSI ENERGI PAKAN DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN AMPAS TAHU KERING PADA ARAS YANG BERBEDA

PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT

MATERI DAN METODE. Materi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

KAJIAN EKONOMI PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN DASAR PADA RANSUM KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN MUDA

Transkripsi:

PENINGKATAN PROTEIN RANSUM UNTUK PEMBESARAN DOMBA HASIL PERSILANGAN (Protein Levels in the Concentrate for Post Weaning CrossBred Lamb) NURHASANAH HIDAJATI, M. MARTAWIDJAJA dan I. INOUNU Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT High meat demand is an opportunity for farmers to improve their business scales, since sheep is one of the sources of fresh meat. A study was done to evaluate the effect of protein levels on the growth of post weaning lamb. In this study 117 lambs were grouped based on sex; and each group was divided into two sub groups to receive either ration R1 or R2: R1 = concentrate contents 18% crude protein with 3.9 Mcal of gross energy (GE) while R2 = 20% crude protein in the concentrate with equal energy content. Dry matter was given 4% of body weight derived from concentrate 85% and from forage 15%. Animals were weighed every 2 weeks to record their body weight change and to adjust the feed given. Data obtained was analyzed by General Linier Model (SAS, 1987). The results show that breed and sex significantly affect body weight gain of the sheep (P<0.05), while protein level and litter size doesn t affect body weight gain (P>0.05). The highest average daily weight gain (ADG) is resulted from HMG and the lowest is resulted from GG: 185.2; 181.2; 169.1; 138.6; and 113.2g/h/d respectively for HMG, MG, MHG,HG, and GG. The average daily gain for male sheep is 190.7g/h/d while that for female sheep is 145.8g/h/d. Different litter size resulted in different ADG: 218.25, 184.41, 160.0g/h/d respectively for litter size 1, 2, and 3 of male sheep; while for female sheep it is: 155.4, 143.8, and 137.8g/h/d for litter size 1, 2, 3 respectively. The ADG based on treatment is 163.4 and 173.0g/h/d for R1 and R2 respectively. The average dry matter consumption for male is: 84.01 and 80.6g/ kg BW.75 for R1and R2 respectively while that for female is: 80.8 and 78.9g/ kg BW.75 for R1 and R2 respectively. The average crude protein intake for male is 16.07 and 16.72g/ kg BW.75 R1 and R2 respectively, hile that for female is: 15.53 and 16.7g/ kg BW.75 for R1 and R2 respectively. The average energy consumption for male is: 222.55 and 220.96 kcal/ kg BW.75 for R1 and R2 respectively, while that for female is: 214.25 and 208.82g/ kg BW.75 for R1 and R2 respectively. It can be concluded that crossbred sheep has better daily weight gain compared to local sheep. Concentrate contains 18% crude protein and 3.9 Mcal gross energy can be given to the crossbred sheep. Key words: Protein levels, cross bred lamb. ABSTRAK Permintaan akan daging domba yang cukup tinggi merupakan peluang bagi pengembangan peternakan domba. Penelitian tentang peningkatan kualitas ransum untuk pembesaran domba hasil persilangan telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak, Bogor. Digunakan 117ekor domba GG (Garut), HG (50% Hair Sheep, 50% Garut), MG (50% M.Charolais), HMG (25%H, 25%M, 50%G) dan MHG (25%M, 25%H, 50%G) lepas sapih. Dombadomba tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan masingmasing kelompok dibagi ke dalam 2 sub kelompok untuk diberi perlakuan pakan R1 atau R2 sebagai berikut: R1 = pakan konsentrat mengandung 18% protein kasar dan 3,9 Mcal/kg energi kasar, R2 = pakan konsentrat mengandung 20% protein kasar dan 3,9 Mcal/kg energi kasar. Bahan kering pakan diberikan sebanyak 4% bobot badan dengan komposisi 85% berasal dari konsentrat dan 15% berasal dari hijauan. Ternak ditimbang setiap dua minggu untuk mengetahui perubahan bobot badan dan penyesuaian pemberian pakan. Untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan dilakukan penimbangan sisa pakan setiap pagi. Air minum tersedia sepanjang hari. Hijauan yang diberikan adalah rumput raja yang dicacah. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan model linier umum (SAS, 1987). Hasil penelitian menunjukkan bahwa breed dan jenis kelamin berpengaruh nyata (P<0,05) 235

terhadap pertambahan bobot badan (PBB), sedangkan tingkat kelahiran (TKL) dan perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh breed HMG dan terendah oleh GG: HMG 185,2; MG 181,2; MHG 169,1; HG 138,6 dan GG 113,2 g/e/h. Ternak jantan menghasilkan PBB 190,7 g/e/h dan ternak betina 145,8 g/e/h. Sedangkan TKL menghasilkan PBB sebagai berikut: 218,25, 184,41, 160,0 g/e/h untuk ternak jantan; sedangkan untuk ternak betina: 155,44, 143,82, 137,79 g/e/h masingmasimg untuk TKL1, TKL2 dan TKL3. Adapun perlakuan R1 menghasilkan PBB 163,45 dan R2: 173,06 g/e/h. Konsumsi bahan kering (BK) ratarata untuk ternak jantan adalah 84,01 dan 80,60 g/kg bobot metabolis (BB 0.75 ) masingmasing untuk perlakuan R1 dan R2 sedangkan untuk ternak betina adalah 80,83 dan 78,95 g/kg BB 0.75 masing masing untuk R1 dan R2. Ratarata konsumsi protein kasar (PK) ternak jantan adalah 16,07 dan 16,72g/kg BB 0.75 dan ternak betina adalah 15,53 dan 16,7 g/kg BB 0.75 masingmasing untuk R1 dan R2. Sedangkan konsumsi energi metabolis ternak jantan 222,55 dan 220,96 kcal/kg BB 0.75 ; sedangkan ternak betina 214,25 dan 208,82 kcal/kg BB 0.75 masingmasing untuk R1 dan R2. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ternak hasil persilangan menunjukkan kemampuan tumbuh yang lebih cepat dari ternak lokal. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat dapat diberikan pakan konsentrat dengan kandungan protein kasar 18% dan kandungan energi kasar 3,9 Mcal/kg. Kata kunci: Peningkatan protein, domba persilangan PENDAHULUAN Penduduk Indonesia saat ini mencapai 200 juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan kita. Hal ini menggambarkan betapa besar kebutuhan protein hewani yang harus dipenuhi. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk sektor peternakan mengembangkan industri peternakan. Karena pemenuhan sumber protein hewani tidak hanya mendesak bagi golongan yang kekurangan gizi, akan tetapi juga diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi golongan menengah ke atas yang tidak kekurangan gizi. Kesempatan pengembangan industri peternakan semakin besar karena permintaan daging domba tidak saja datang dari dalam negeri bahkan dari luar negeri seperti dari Timur Tengah. Industri peternakan bukan saja merupakan kesempatan tetapi juga merupakan tantangan karena sampai saat ini pemenuhan akan permintaan daging domba yang tinggi tidak diimbangi dengan sistim pemeliharaan yang baik dan terarah. Sehingga perkembangan populasi yang diharapkan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang sangat tinggi. Akibatnya terjadilah pengurasan sumber daya ternak (DITJENNAK.,!998) yang mengakibatkan menurunnya mutu ternak domba di masyarakat karena ternak yang berkualitas baik tidak tersisakan lagi untuk pembibitan. Tantangan lain adalah karena pemodal di negeri ini masih enggan menanamkan modal besar di sektor peternakan karena dianggap kurang menarik. Dalam rangka mendapatkan domba yang berkualitas baik Balai Penelitian Ternak telah melakukan seleksi terhadap domba Garut selama 10 tahun dengan menghasilkan domba Garut yang mempunyai tingkat prolifikasi yang berbeda. Selanjutnya telah pula dilakukan persilangan domba Garut dengan dombadomba yang mempunyai sifat produksi yang spesifik. Tebukti bahwa domba hasil persilangan masih mempunyai sifat beranak banyak dan mampu merawat anaknya sampai sapih (INOUNU et al., 1999). Sebagai akibat dari tingkat kelahiran (TKL) yang berbeda maka diperoleh domba sapihan dengan bobot badan yang sangat bervariasi. Keadaan ini menyebabkan dibutuhkan pemeliharaan yang berbeda untuk masingmasing tingkat kelahiran untuk memperoleh bobot jual yang seragam dalam waktu yang bersamaan. Untuk mencapai bobot 35 kg pada umur 9 bulan guna memenuhi kebutuhan pasar non tradisional dan ekspor, maka target pertambahan bobot badan yang harus dicapai oleh ternak TKL 1 adalah 108 g/e/h, TKL2: 134 g/e/hari dan TKL3: 147 236

g/e/h (INOUNU, 1996). Dalam penelitian ini ingin diketahui pengaruh peningkatan protein dalam konsentrat terhadap percepatan pertumbuhan domba persilangan. MATERI DAN METODE Dalam penelitian ini digunakan 117 ekor domba terdiri dari GG (Garut), HG (50% Hair Sheep, 50% Garut), MG (50% M.Charolais, 50% Garut), HMG (25%H, 25%M, 50%G) dan MHG (25%M, 25%H, 50%G) lepas sapih. Dombadomba tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan masingmasing kelompok dibagi ke dalam dua sub kelompok untuk diberi perlakuan pakan R1 atau R2. R1 = pakan konsentrat mengandung 18% protein kasar dan 3,9Mcal/kg energi kasar. R2 = pakan konsentrat mengandung 20% protein kasar dan 3,9Mcal/kg energi kasar. Bahan kering pakan diberikan sebanyak 4% bobot badan dengan komposisi 85% berasal dari konsentrat dan 15% berasal dari hijauan. Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah konsentrat adalah 3,86% BB dan rumput segar sebanyak 3% BB. Ternak ditimbang setiap dua minggu untuk mengetahui perubahan bobot badan dan penyesuaian pemberian pakan. Sedangkan untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan dilakukan penimbangan sisa pakan setiap pagi. Air minum tersedia sepanjang hari. Hijauan yang diberikan adalah rumput Raja berasal dari kebun rumput Balai Penelitian TernakBogor. Sedangkan untuk mengetahui konsumsi zat pakan dari ternak dilakukan analisa kimia terhadap sampel pakan di Laboratorium Balitnak Bogor. Data yang diperoleh dianalisa dengan model linier umum (General Linear Model) dengan peubah bebas: bangsa, jenis kelamin, TKL dan perlakuan pakan. Sedangkan peubah tak bebas adalah bobot badan dan konsumsi pakan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata terhadap peubah bebas, dilakukan uji jarak Duncan (SAS, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan bobot badan Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa bangsa jenis kelamin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot badan akan tetapi perlakuan pakan dan TKL tidak nyata (P>0,05) berpengaruh terhadap bobot badan. Pertambahan bobot badan harian tertinggi dicapai oleh ternak HMG hasil perkawinan antara jantan HG dengan betina MG disusul oleh MG hasil persilangan antara GG dan MC sedangkan yang terendah adalah GG. HIDAJATI (1998) mendapatkan PBB domba Garut jantan ratarata 126,01 g/e/h, dengan pemberian konsentrat mengandung protein 16% dan TDN 65% (energi kasar =3,5 Mcal/kg) sebanyak 80% konsumsi bahan kering. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi darah tiga bangsa domba tersebut (HMG dan MHG) dapat memperbaiki penampilan produksi domba lokal. Hal itu ditandai dengan menghasilkan PBB tertinggi. MATHIUS et al. (1998) menyatakan bahwa perbedaan potensi genetik akan menghasilkan respon pertumbuhan yang berbeda terhadap penggunaan pakan yang sama. Sedangkan RAMIREZPEREZ et al. (2000) mendapatkan bahwa perbedaan bangsa ternak berpengaruh nyata terhadap kemampuan mengkonsumsi pakan akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada konsumsi pakan per bobot metabolis. 237

Tabel 1. Rata rata bobot badan (BB) awal, BB akhir dan pertambahan BB berdasarkan bangsa Bangsa BB awal (kg) BB akhir (kg) PBB (g/h) GG HG MG HMG MHG 15,9 14,32 16,37 18,8 16,29 21,4 22,07 26,52 29,18 25,76 113,2 a 138,6 b 181,2 c 185,.2 c 169,1 c Keterangan: Superscipt yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 2. Rataan pertambahan bobot badan (g/e/h) berdasarkan jenis kelamin, TKL dan perlakuan pakan Notasi Jenis kelamin TKL Treatmen pakan 1 2 3 190,7 a 145,8 b 186,85 164,11 148,89 Keterangan: Superscipt yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), 163,45 173,06 Jenis kelamin: 1 = betina, 2 = jantan.treatmen pakan: 1 = R1, 2 = R2. TKL 1 = anak tunggal, TKL 2 = anak kembar 2 dan TKL 3= anak kembar 3 atau lebih. Hasil di atas menunjukkan bahwa ternak jantan mempunyai PBB yang lebih tinggi dari ternak betina. Tingkat kelahiran tidak menunjukkan pengaruh nyata pada PBB. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian YULISTIANI et al.. (1990) yang meneliti anak domba sapihan dari tipe kelahiran tunggal disapih tunggal dan kembar dua disapih sebagai kembar dua. Domba tersebut diberi pakan ad libitum didapatkan konsumsi hijauan sebesar 16% dan konsentrat 84% dari total konsumsi bahan kering, dengan kandungan protein 20%. Dilaporkan bahwa perbedaan bobot sapih yang terlihat pada awal percobaan terlihat pula pada akhir penelitian. Perbedaan tersebut dimungkinkan oleh materi yang digunakan YULISTIANI et al.(1990) adalah domba Garut. Hasil PBB yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan PBB yang diperoleh ASTUTI (1989) dalam penelitian penggemukan domba menggunakan monensin dalam konsentrat (101g/e/h). Dengan PBB yang tidak berbeda nyata antar TKL maka ternak TKL 3 akan mencapai BB 35 kg pada umur 9 bulan, hampir bersamaan dengan ternak yang berasal dari TKL yang lebih rendah. Perlakuan pakan tidak menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap PBB. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhan domba domba dalam penelitian ini tidak sensitif terhadap perubahan kandungan protein dalam ransum, karena kisaran protein ransum terlalu sempit (18% untuk A dan 20% untuk B). Konsumsi zat pakan Hasil analisa proksimat menunjukkan bahwa komposisi zat pakan dari bahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti tertera dalam Tabel 3. Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa kadar protein pakan adalah 19,51dan 21,91% BK masingmasing untuk pakan A dan B dengan kandungan energi kasar sebesar 4400 dan 4565 kcal/kg BK masing masing untuk pakan A dan B. 238

Tabel 3. Hasil analisa kimia terhadap hijauan dan konsentrat yang digunakan dalam penelitian. Bahan Rumput Raja Kons. A Kons. B Kadar bahan kering (%) 20,1 88,79 89,26 Protein kasar (% BK) 11,0 19,51 21,91 Ca (%BK) 0,56 0,64 P (% BK) 0,45 0,47 Energi kasar (kkal/kg BK) 3.360 4.400 4.565 Konsumsi protein untuk ternak ruminansia diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan nitrogen untuk perkembangan dan aktifitas mikroba rumen. Sedangkan kebutuhan protein ternak (induk semang) dapat dipenuhi oleh mikroba sebanyak 70% apabila kondisi rumen yang optimal bagi pertumbuhan dan sintesis protein mikroba dapat dicapai (SOETANTO, 1994). Ratarata konsumsi protein dari ternak jantan 16,39 g/kgbb 0.75 sedangkan ternak betina 15,97 g/kgbb 0.75 (Tabel 4). Konsumsi tersebut dapat dicapai dengan pemberian konsentrat sebesar 3,86% BB dan rumput segar 3% BB, atau setara dengan pemberian bahan kering sebesar 4% BB. Menurut KEARL (1982) domba tipe sedang dengan bobot badan 20 kg dengan PBB 200 g adalah 150 g atau setara 15,86 g/kg BB 0.75. Konsumsi protein dari ternak jantan dalam penelitian ini sedikit di atas yang disarankan tersebut dengan menghasilkan PBB lebih rendah yang seharusnya dicapai. Adapun untuk ternak betina konsumsi protein masih sekitar standar KEARL (1982) akan tetapi menghasilkan PBB sedikit lebih rendah (137,3 g/e/h). Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan protein ternak dalam penelitian ini diatas yang disarankan KEARL (1982). Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh (MATHIUS et al., 1998). Hal ini disebabkan kebutuhan protein untuk hidup pokok domba Indonesia lebih tinggi dari standar yang disarankan KEARL (1982)> Tabel 4. Rataan konsumsi bahan kering dan protein kasar dari hewan percobaan selama penelitian untuk perlakuan A dan B. Uraian Konsumsi BK (%BB) Konsumsi BK (g/kg BB 0.75 ) Konsumsi PK (g/kg BB 0.75 ) Konsums EM (kcal/kg BB 0.75 ) PBB (g/ekor/hari) Ternak jantan Ternak betina A B A B 3,77 3,71 3,76 3,74 84,01 80,60 80,83 79,00 16,07 16,72 15,24 16,70 222,55 220,96 214,25 208,82 188,56 197,87 138,34 153,25 Kebutuhan energi dalam penelitian ini dihitung berdasarkan energi kasar hasil proksimat analisis, dengan mengasumsikan bahwa EM adalah 62% energi kasar. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh ratarata konsumsi EM untuk ternak jantan: 221,75 dan 211,54 kcal/kgbb 0.75, sedangkan ternak betina: 214,25 dan 208,82 kcal/kgbb 0.75 masingmasing untuk R1 dan R2. Konsumsi tersebut lebih tinggi dari standar KEARL (1982) yang menetapkan konsumsi energi metabolis sebesar 190,32 kcal/kgbb 0.75 untuk domba 20 kg dengan PBB 150 g/e/h, sedangkan PBB yang dicapai sedikit di bawah standar tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan enersi dari ternak dalam penelitian ini lebih besar dari standar tersebut. Selama penelitian ternyata ternak tidak mampu mengkonsumsi bahan kering yang diberikan, sehingga hanya dikonsumsi 3,77 dan 3,71% BB masingmasing untuk ternak jantan dari perlakuan A dan B; dan 3,76 dan 3,74% BB masingmasing untuk ternak betina dari perlakuan A dan B. Jumlah tersebut lebih besar dari standar KEARL (1982) yaitu 2,55% BB. Hal itu menggambarkan 239

kemampuan mengkonsumsi domba dalam penelitian melebihi standar tersebut. Sehingga perlu diperhatikan tingkat protein konsentrat agar dapat dicapai tingkat pertumbuhan yang maksimal. KESIMPULAN Dari data yang telah diperoleh dapat digambarkan bahwa jenis domba yang menghasilkan pertambahan bobot badan harian tertinggi adalah HMG yaitu hasil perkawinan antara pejantan HG (hasil persilangan Garut dan Hair sheep) dengan betina MG (hasil persilangan Garut dengan Moulton Charolais). Sedangkan kandungan protein yang disarankan untuk percepatan pertumbuhan anak domba adalah 18%, dengan kandungan energi kasar 3,5 Mcal/kg atau TDN 65%. Dengan pemberian konsentrat sebanyak 85% konsumsi BK maka dapat dicapai target PBB sebesar 147g/e/h seperti yang disarankan INOUNU (1996). Dengan pemeliharaan secara intensif domba hasil persilangan berasal dari TKL berbeda dapat dipasarkan pada waktu yang bersamaan. DAFTAR PUSTAKA ASTUTI, D.A., A. DJAJANEGARA, M. WINUGOHO dan T.D. CHANIAGO. 1989. Manfaat pemberian monensin dalam satu ransum penggemukan untuk domba. Proceedings Pertemuan Ilmiah Ruminansia. 8 10 Nopember 1988. DITJENNAK. 1998. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan, Departeman Pertanian. HIDAJATI, N., A. PRIYANTI dan I. INOUNU. 1998. Effect of high feeding level on body weight gain of Javanese thin tail sheep from different litter size. Bulletin UGM Edisi Khusus. UGM, Yogyakarta. INOUNU, I. 1996. Keragaan Produksi Ternak Domba Prolifik. Program Pasca Sarjana IPB. INOUNU, I., N. HIDAJATI, E. HANDIWIRAWAN, B. TIESNAMURTI dan A. PRIYANTI. 1999. Optimasi keunggulan sifat genetis domba lokal dan persilangannya. Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak, CiawiBogor. KEARL, L.C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. Int. Feedstuff Inst. Utah State University Logah, Utah, USA. MATHIUS, IW., B. HARYANTO, dan IWR SUSANA. 1998. Pengaruh Pemberian protein dan energi terlindungi terhadap konsumsi dan kecernaan oleh domba muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 3 No.2 Puslitbang Peternakan, Bogor. RAMIREZ PEREZ, A.H., S.E. BUNTINX, C. TAPIARODRIGUEZ and R. ROSILES. 2000. Effect of breed and age on the voluntary intake and the micromineral status of non pregnant sheep. 1. Estimation of voluntary intake. Small Ruminant Research. Elsevier Science. SAS. 1987. SAS/STAT Guide for Personal Computer. Version 6 ed. SAS Institute Inc. Cary, NC. SOETANTO, H. 1994. Upaya efisiensi penggunaan konsentrat dalam ransum sapi perah laktasi. Proceedings Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah. Sub Balai Penelitian Ternak Pasuruan, Grati. YULISTIANI, D., A. DJAJANEGARA and L. INIGUEZ. 1990. Intensive feeding in prolific Javanese thin tail sheep. In: Proceeding of The Malaysian Society of Animal Production, Malaca, Malaysia. 240