BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS)

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

BAB V PERENCANAAN BANGUNAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS

BAB I. Perencanaan Atap

Perhitungan Struktur Bab IV

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

PERENCANAAN STRUKTUR PERLUASAN DERMAGA TALANG DUKU, PROVINSI JAMBI

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB III ANALISA STRKTUR

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB IV ANALISA STRUKTUR

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

Perancangan Dermaga Pelabuhan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN SKIDWAY UNTUK PELUNCURAN OFFSHORE STRUCTURE DI PT.PAL SURABAYA

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB VI USULAN ALTERNATIF

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

Transkripsi:

93 BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) 6.. TINJAUAN UMUM Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, dermaga yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung kurang memenuhi syarat untuk kondisi saat ini, di mana kapal-kapal yang datang sudah sedemikian meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah atau frekuensi kapal yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung tidak hanya kapal dengan Gross Tonage kecil tapi juga kapal dengan Gross Tonage yang lebih besar. 6.. FAKTOR-FAKTOR PERENCANAAN Dalam perencanaan dermaga kondisi eksisting sangat berpengaruh, sehingga perlu diperhatikan agar pemanfaatannya sesuai dengan kepentingan (perencanaan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tersebut adalah : 6... Kondisi lapangan, yaitu kondisi spesifik alam yang ada seperti topografi, gelombang, angin, pasang surut, kondisi tanah dan sebagainya. 6... Karakteristik kapal, yaitu spesifikasi jenis kapal yang akan dilayani yang meliputi : bobot kapal, panjang kapal, lebar kapal dan draft kapal. 6.3. BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (BREAK WATER) 6.3.. Dasar Pertimbangan Dasar-dasar pertimbangan bagi perencanaan pemecah gelombang adalah: a. Kegiatan kapal dalam membongkar muatan dalam kolam yang aman terhadap gelombang AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

94 b. Melindungi alur pelayaran dan kolam pelabuhan dari pendangkalan air laut. c. Penempatan arah bangunan pemecah gelombang mempertimbangkan arah datangnya gelombang dan perubahnya. d. Pemecah gelombang harus mampu menahan gelombang yang signifikan. e. Tipe kontruksi mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan bahan dan harga. Breakwater ini direncanakan untuk melindungi kolam Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung dari gelombang dominan. Untuk itu di desain memenuhi kriteria fungsional sebagai berikut : a. Kerusakan maksimum yang diijinkan sebesar 0% selama umur rencana breakwater. b. Tidak diperkenankan terjadi limpasan (overtopping) pada puncak breakwater selama umur rencana kontruksi. 6.3.. Data Teknis Breakwater untuk Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung direncanakan menggunakan kontruksi dari tumpukan batu (rubble mounds breakwater), kontruksi sisi miring dengan tipe shore connected breakwater yaitu penahan gelombang yang dihubungkan dengan pantai. Dibuat beberapa lapis, dimana lapis yang paling bawah mempunyai diameter dan berat batu yang lebih kecil dan pada lapisan bagian atas. Hal ini dikarenakan lapisan paling atas yang terkena langsung gelombang/ombak, sehingga harus disusun dari tumpukan batu yang berdiameter besar serta berat. Dalam perhitungan penentuan dimensi kontruksinya diambil pada posisi ujung breakwater dan pada bagian tengah breakwater. Dan data perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan data sebagai pedoman dalam perhitungan perencanaan breakwater ini, yaitu : Tinggi gelombang (Ho) =.08 m Periode gelombang (T) = 5.5 detik Kedalaman = -5,0 m (bagian ujung) - 3,0 m (bagian badan) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

95 Elevasi pasang Surut air : HWL = + 0.79 m LWL MWL = + 0.44 m LWL LWL = ± 0.00 m Datum = ± 0.00 m LWL Berat jenis batu pecah (γ r ) =.65 t/m 3 Berat jenis air laut (γ w ) =.03 t/m 3 6.3.3. Perhitungan Perencanaan Langkah langkah perhitungan breakwater dapat dijelaskan sebagai berikut : 6.3.3..Elevasi Puncak Breakwater Kemiringan sisi breakwater direncanakan : Panjang gelombang : Lo =.56 x T =.56 x (5.5) = 47.9 m Bilangan Irribaren didapatkan : Ir Tgθ = ( H / Lo) lokasi 0.5 / = (.08/ 47.9) 0.5 = 3.305 Untuk lapis lindung dengan kontruksi dari batu pecah (quarry stone); pada Ir = 3.305 didapatkan nilai Run-up sesuai dengan grafik Run-up gelombang (Bambang Triatmodjo, 996) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

96.4 3.305 Gambar 6.. Grafik Run up Gelombang Ru =.4 H Maka Ru =.4 x.08 =.34 m Didapatkan elevasi Puncak pemecah gelombang dengan tinggi kebebasan 0.5 m, yaitu : Elevasi = HWL + Ru + 0.5 = 0.79 +.34 + 0.5 =,63 m Tinggi breakwater : Sebelah Barat Bagian ujung (kepala) : H breakwater = Elv breakwater Elv = +,63 (-5,0) = 7,63 m Bagian lengan (badan) : H breakwater = Elv breakwater Elv = +,63 (-4,0) = 6,63 m dasar laut dasar laut AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

97 Sebelah Timur Bagian ujung (kepala) : H breakwater = Elv breakwater Elv dasar laut = +,63 (-4,0) = 6,63 m Bagian lengan (badan) : H breakwater = Elv breakwater Elv dasar laut = +,63 (-3,0) = 5,63 m 6.3.3..Berat Butir Lapis Lindung dan Batu Pecah Koefisien Stabilitas : Didapat dari Tabel 6..Koefisien Stabilitas K D untuk Berbagai Jenis Butir yaitu : Tabel 6.. Koefisien Stabilitas K D untuk Berbagai Jenis Butir Batu pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar Bersudut kasar Bersudut kasar Bersudut kasar Paralelepipedum Tetrapod dan Quadripod Tribar Dolos Kubus dimodifikasi Hexapod Tribar (SPM, 984) >3 >3 Acak Acak Acak Acak Acak Khusus* 3 Khusus* 3 Acak Acak Acak Acak Acak Seragam Lengan Bangunan Gelomb. Pecah,,6 * K D Gelomb. Tidak Pecah,4 3,,9,0 4,0, 5,8 7,0-0,0 4,5 7,0 8,5-4,0 7,0 8,0 9,0 0,0 Ujung (kepala) bangunan Gelomb. Pecah,,4 *,9,6,3, 5,3-5,0 4,5 3,5 8,3 7,8 6,0 5,8 3,8 8,0 7,0 6,5 7,5-8,0 9,5 5,0,0 5,0 7,5 K D Gelomb. Tidak Pecah,9,3,3 3,,8,3 4, 6,4-6,0 5,5 4,0 9,0 8,5 6,5 6,0 4,0 5,0 7,0 9,5 Lapis Lindung n Penempatan Kemiringan Cot θ,5-3,0 * *,5,0 3,0 * * -,5,0 3,0,5,0 3,0,0 3,0 * * * AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

98 Catatan : n : Jumlah susunan butir batu dalam lapisan pelindung * : Penggunaan n = tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah * : Sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai K D, penggunaan K D dibatasi pada kemiringan :,5 sampai :3 * 3 : Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan Pada bagian ujung atau kepala K D =.8 Pada bagian lengan atau badan K D = 4 Rumus yang dipakai : W = K D γ ( S r r H ) 3 3 cotθ Dimana : W = Berat batu pelindung (ton) (γ r ) = berat jenis batu (t/m 3 ) H = Tinggi gelombang rencana (m) θ = Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang K D = Koefisien Stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi- sisinya, ikatan antar butir dan keadaan pecahnya gelombang. Dari Bab V Analisis Data telah didapatkan H 0 =.08 m Bagian Ujung : 3.65 (.08) W = = 0. 53 t 3.8 Bagian Lengan : [(.65/.03) ] 3.65 (.08) W = = 0. 07t 3 4 [(.65/.03) ] AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

99 Berat Butir Batu untuk Pelindung Kaki Break Water : Wk = N γ H r 3 S 3 ( S ) r 3 Dimana : Wk = Berat butir batu pelindung kaki (ton) (γ r ) = berat jenis batu (t/m 3 ) H = Tinggi gelombang rencana (m) N S = Agka stabilitas rencana untuk pelindung kaki bangunan Dari Bab V Analisis Data telah didapatkan H 0 =.08 m 3 N S didapat dari grafik dibawah ini : 300 Gambar 6.. Grafik Angka Stabilitas N S untuk Fondasi dan Pelindung Kaki 0.75 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

00 Adapun d diambil pada kedalaman 4 m. d S ds = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi dasar pelindung kaki = 4 m d = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi puncak pelindung kaki = 4 m m = 3 m Maka didapat nilai dari d d S = 4 3 = 0,75, sehingga bisa dicari nilai NS 3 dari grafik di atas yaitu sebesar 300. Berat butir batu pelindung kaki (Wk) break water dapat dicari sebagai berikut : 3.65 (.08) Wk = = 0, 0086 t 3 300 [(.65/.03) ] Keterangan = dalam penggambaran, Wk (W pelindung kaki) ditulis sama dengan W3 (W lapis Break Water) yaitu sebesar 0,5 t. 6.3.3.3.Lebar Puncak Rumus yang dipakai : B = n K W γ r / 3 Dimana : B = Lebar Puncak Breakwater n = 3 (minimum) K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / 3 0.53 B = 3.5 =. 35 m.65 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

0 Bagian Lengan : / 3 0.07 B = 3.5 =. 80 m.65 6.3.3.4.Tebal Lapis Pelindung t = n K W γ r / 3 Dimana : T = Tebal lapis dinding n = (minimum) K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / 3 0.53 t =.5 = 0. 9 m.65 Bagian Lengan : / 3 0.07 t =.5 = 0. 8 m.65 6.3.3.5.Jumlah Batu Lapis Pelindung Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (0 m ) N = A n K γ r P 00 W / 3 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

0 Dimana : N = Jumlah butir batu satu satuan luas permukaan A n = Jumlah Lapis batu dalam lapis pelindung K = Koefisien Lapis Batu Pecah =.5 A = Luas Permukaan (m ) P = Porositas rerata lapis pelindung = 37 W = Berat butir lapis pelindung (ton) (γ r ) = Berat Jenis Batu Pecah =.65 t/m 3 Bagian Ujung : / 3 37.65 N = 0.5 = 98 buah 00 0.53 Bagian Lengan : / 3 37.65 N = 0.5 = 3 buah 00 0.07 Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 53 kg, lapis 35 W = 5,3 kg, 3 lapis 000 DWL +.38 750 HWL + 0.79 MWL + 0.44 LWL ± 0.00 3000 9845 000-5 m Gambar 6.3. Pemecah Gelombang sebelah Barat bagian Kepala/Ujung AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

03 Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 07 kg, lapis 80 W = 0,7 kg, 3 lapis 000 750 DWL +.38 HWL + 0.79 MWL + 0.44 LWL ± 0.00 3000 33700 000-4 m Gambar 6.4. Pemecah Gelombang sebelah Barat bagian Badan/Lengan Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 53 kg, lapis 35 W = 5,3 kg, 3 lapis 000 750 DWL +.38 HWL + 0.79 MWL + 0.44 LWL ± 0.00 3000 33845 000-4 m Gambar 6.5. Pemecah Gelombang sebelah Timur bagian Kepala/Ujung Laut Kolam Pelabuhan Elevasi Puncak +,68 m W3 = 0,5 kg W = 07 kg, lapis 80 W = 0,7 kg, 3 lapis 000 750 DWL +.38 HWL + 0.79 MWL + 0.44 LWL ± 0.00 3000 9700-3 m Gambar 6.6. Pemecah Gelombang sebelah Timur bagian Badan/Lengan AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

04 6.4. PELABUHAN 6.4.. Data Kapal Data kapal yang digunakan dalam perencanaan dermaga ini adalah data kapal terbesar yang berlabuh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, dengan spesifikasi sebagai berikut : - Panjang (Loa) = meter - Lebar = 7 meter - Draft =,5 meter 6.4.. Kedalaman Alur Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal yaitu : H = d + s + c Dimana : H = kedalaman alur pelayaran (m) d = draft kapal (direncanakan d =,5 m) s = gerak vertikal kapal karena gelombang (toleransi maksimal 0,5 m) c = ruang kebebasan bersih minimum 0,5 m Sehingga didapat kedalaman alur : H =,5 + 0,5 + 0,5 =,5 m H =,5 + 3,0 (elevasi dasar laut) = 5,5 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

05 7,0 m H=,5m Kapal,0m H =,5m Kapal S=0,5 m c=0,5m d =,5 m Gambar 6.7. Kedalaman Alur Pelayaran 6.4.3. Lebar Alur Pelayaran Pada perencanaan dermaga ini lebar alur pelayaran sesuai dengan yang disyaratkan pada Standar rencana Induk dan pokok-pokok desain untuk pelabuhan perikanan di Indonesia yaitu untuk kapal sampai 50 GT berkisar antara 8-0 kali lebar kapal terbesar. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya benturan pada saat kapal yang lewat bersimpangan. Lebar kapal adalah 7 meter, jadi lebar alur yang diperlukan adalah 7 x 7 = 49 meter. Adapun sesuai dengan formula untuk lebar alur untuk satu kapal adalah : W= BC+ML Dimana : W = Lebar alur pelayaran BC = Bank Clearance ( Ruang aman sisi kapal ) =,5B =,5x7 =0,5 ML = Manuevering Lane ( ½ x Lebar kapal ) =,5B =,5x7 =0,5 SC = Ship Clearance ( Ruang aman antar kapal ) minimal 0,5 m Sehingga didapat lebar alur yang direncanakan = x0,5 + 0,5 = 3,5 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

06 700 Kapal 5 00 050 050 050 350 Gambar 6.8. Lebar Alur Pelayaran 6.4.4. Kolam Pelabuhan Pada perencanaan dermaga ini luas kolam pelabuhan = A = R + ( 3n x L x B ) Dimana : A = Luas Kolam Pelabuhan (m ) R = Radius Putar (m ) = x LOA (Length Over All) atau x Panjang Kapal = x = 44 m n = Jumlah kapal maksimum yang berlabuh tiap hari = kapal L = Panjang Kapal (m) = m B = Lebar Kapal (m) = 7 m Sehingga di dapat luas kolam pelabuhan yang direncanakan : A = (x) + (3x x x 7) = 5588 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

07 6.5. PERHITUNGAN KONTRUKSI DERMAGA Konstruksi dermaga yang direncanakan ini menggunakan konstruksi beton bertulang. Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan lantai dermaga dan perhitungan balok, yaitu balok melintang, balok memanjang dan balok tepi. Pembebanan yang terjadi pada plat lantai dan balok dermaga meliputi beban mati (dead load) yang berupa berat sendiri, beban air hujan dan beban hidup (live load) yang berupa beban orang dan truck (barang). Perencanaan beban tersebut berdasarkan Peraturan Perencanaan Beton Bertulang SKSNI-T5-99-03. 6.5.. Penentuan Elevasi Dermaga Elevasi dermaga diperhitungkan terhadap besarnya DWL (design water level), yaitu untuk mengantisipasi terhadap kenaikan air karena air laut pasang, wave set up dan wave run up. Elevasi lantai dermaga = DWL + tinggi jagaan = + 4,0459 +,0 = + 5,0459 m + 5, m LANTAI DERMAGA +.389 HWL MWL LWL +0.79 +0.44 +0.00 PONDASI TIANG PANCANG -3.00 DASAR KOLAM Gambar 6.9. Rencana Elevasi Dermaga AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

08 6.5.. Panjang Dermaga Dermaga direncanakan sebagai tempat bersandarnya kapal ukuran maksimal (direncanakan panjang kapal = meter). Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan panjang dermaga ideal yaitu : LD = (MxB) + (M-) x B/W dimana : LD = panjang dermaga (meter) M = frekuensi pendaratan kapal/hari prediksi pendaratan kapal ikan untuk 5 tahun mendatang adalah 0 kapal/ hari ( 400 kapal dibagi 00 hari ) W = Waktu atau periode penggunaan dermaga tiap kapal 4 jam /hari B = Lebar kapal untuk kapal 50 GT adalah 7 meter. Untuk perencanaan 5 tahun ke depan, sehingga di dapat panjang dermaga adalah : LD = (0x7) + (0-) x 7/4 = 40 +9 x,75 = 73,5 m 74 m 6.5.3. Lebar Dermaga Lebar dermaga diakomodasikan untuk tempat bongkar muat kapal dan lalu lintas alat angkut (gerobak dan truk) pembawa ikan dari kapal menuju tempat pelelangan ikan. Untuk keperluan tersebut dermaga direncanakan dengan lebar 5 meter, dengan perhitungan sebagai berikut : Lebar truck = m Lebar gerobak = m Lalu lintas orang = m Total lebar = Lalu lintas truk/gerobak + Lalu lintas orang = (+) m + (+) m = 6 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

09 Jarak Antar Kapal = m Lebar Kapal = 7 m Panjang Kapal = m PANJANG DERMAGA RENCANA = 74 m KAPAL IKAN 50 GT Dermaga Existing LEBAR DERMAGA = 6 m Gambar 6.0. Kontruksi Bangunan Jetty 6.5.4. Perhitungan Plat Lantai Untuk konstruksi plat lantai dermaga dipakai beton bertulang dengan data teknis sebagai berikut : Beton bertulang dengan f c = 300 kg/cm = 30 MPa Tulangan baja dengan fy = 400 kg/cm = 40 MPa Modulus Elastisitas Es =.0 6 kg/cm =.0 5 MPa γ beton bertulang = 400 kg/cm 3 Plat lantai yang dihitung (terlihat pada denah) adalah plat A, B dan C. Sebagai acuan awal untuk penentuan tebal plat, dihitung pada pelat A. Denah rencana plat lantai dapat digambarkan sebagai berikut : AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

0 6.5.4..Penentuan Tebal Plat Lantai Lx Ly Gambar 6.. Skema Plat Lantai β = Ly/Lx Ly/Lx < 3 termasuk konstruksi penulangan arah Gambar 6.. Denah Plat Lantai Menurut skema tersebut di atas plat lantai dianggap terjepit keempat sisinya. Untuk plat solid arah maka tebal plat menggunakan rumus menurut SK. SNI T-5-99-03 ( Halaman 8-9 poin 3..5.3 ) yaitu : h min = h min = ln ( 0,8 + fy/500) 36+ 9β ( 0,8 + 4/500) 4000 36+ (9 *) ( ) ln 0,8 + fy/500 h max = 36 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063 = 88,907 mm

h max = ( 0,8 4/500) 4000 + 36 =,33 mm dimana : ln = sisi pelat terpanjang = 4000 mm β = lx/ly = 4000/4000 = Pada perencanaan dermaga ini, tebal plat lantai dermaga direncanakan sebesar = 50 mm. (Menurut SK. SNI T-5-99-03, tebal plat minimum 0 mm) 6.5.4..Pembebanan Plat Lantai. Plat Lantai Tengah (Plat A) Beban mati (dead load = DL) Berat sendiri lantai = 0,5 x 400 = 360 kg/m² Beban air hujan = 0,05 x 000 = 50 kg/m² Total beban mati = 360 + 50 = 40 kg/m² Beban hidup (life load = LL) Berat orang = 00 kg/ m² Beban Gerobak = 50 kg/m Berat keranjang berisi ikan = 480 kg/m Setiap m lantai dermaga dapat menampung 4 buah keranjang ikan dan 4 tumpukan dengan berat per keranjang ikan 30 kg. Sehingga total berat keranjang ikan = 4x4x30 = 480 kg/m Total beban hidup = 00+50+480 = 730 kg/m Beban ultimate (WU) Beban ultimate (WU) yang bekerja pada plat lantai sebesar WU =, DL +,6 LL = (, x 40) + (,6x730) = 49 + 68 kg/ m² = 660 kg/m = 6,6 KN/m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

Gambar 6.3. Denah Rencana Pembebanan Plat lantai. Momen-Momen yang Menentukan Plat A Lx = 4 m Ly = 4 m Gambar 6.4. Skema Plat A ly/lx= 4000/4000 = Menurut buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang CUR- halaman 90, skema tersebut di atas termasuk skema II pada skema penyaluran beban berdasarkan metode amplop sehingga didapatkan momen per meter lebar yaitu : Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. 4². 5 = 6,64 knm Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. 4². 5 = 6,64 knm Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. 4². 5 = -3,55 knm Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. 4². 5 = -3,55 knm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

3 Plat B Lx = m Ly = 4 m Gambar 6.5. Skema Plat B ly/lx= 4000/000 = 4 Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 65 Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 4 Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 83 Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 49 =,08 knm = 0,3 knm = -,38 knm = -0,8 knm Plat C Lx = m Ly = m Gambar 6.6. Skema Plat C ly/lx= 000/000 = Mlx = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 5 Mly = 0,00. WU. lx². X = 0,00. 6,6. ². 5 Mtx = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 5 Mty = -0,00. WU. lx². X = -0,00. 6,6. ². 5 = 0,4 knm = 0,4 knm = -0,85 knm = -0,85 knm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

4 6.5.4.3.Perhitungan Tulangan Plat Lantai Tebal plat h = 50 mm Tebal penutup beton p = 40 mm (plat langsung berhubungan dengan cuaca) Diameter tulangan rencana Ø 0 mm untuk arah P h dx dy Øy 0 Øx 0 Gambar 6.7. Tinggi Efektif Plat dx = h p / Øx = 50 40 5 = 05 mm dy = h p Øx / Øy = 50 40 0 5 = 95 mm Menurut Buku Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR- halaman 5-5, dengan fy = 40 Mpa dan f c = 30 Mpa untuk plat, didapat : ρ min = 0,005 ρ max = 0,0484 Diperlukan adanya faktor reduksi kekuatan yang besarnya kurang dari sesuai dengan penggunaan konstruksi betonnya (Menghitung Beton bertulang, Ir. Udiyanto halaman ). Diambil faktor reduksi Φ = 0, 8 (Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR- halaman 35). AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

5 Plat A Penulangan Lapangan arah X Mlx = 6,64 kn m Mlx 6,64 Mu = = = 8, 3kNm Φ 0,8 Mu 8,3 = b.dx.(0,05) = 75,83 kn/m² Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0040 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,0040 < 0,0484...Ok As = ρ. b. dx = 0,0040. 000. 05 = 4, mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 393 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 6,64 kn m Mly 6,64 Mu = = = 8, 3kNm Φ 0,8 Mu b.dy 8,3.(0,095) = = 99,67kN / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00489 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,00489 < 0,0484...Ok As = ρ. b. dy = 0,00489. 000. 95 = 464,55 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 393 mm² AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

6 Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 3,55 kn m Mtx 3,55 Mu = = = 6, 94kNm Φ 0,8 Mu b.dx 6,94.(0,05) = = 536,5kN / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0083 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,0083 < 0,0484...Ok As = ρ. b. dx = 0,0083. 000. 05 = 873,6 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 785 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 3,55 kn m Mty 3,55 Mu = = = 6, 94kNm Φ 0,8 Mu b.dy 6,94.(0,095) kn = = 877,0 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,006 (diinterpolasi) ρ min < ρ < ρ maks 0,005 < 0,006 < 0,0484...Ok As = ρ. b. dy = 0,006. 000. 95 = 974,7 mm² Dipilih tulangan Ø 0 00 dengan As terpasang = 785 mm² AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

7 Plat B Penulangan Lapangan arah X Mlx =,08 kn m Mlx,08 Mu = = =, 35kNm Φ 0,8 Mu b.dx,35.(0,05) kn = =,45 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0006 ρ < ρ min 0,0006< 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0,005. 000. 05 = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,3 kn m Mly 0,3 Mu = = = 0, 9kNm Φ 0,8 Mu b.dy 0,9.(0,095) kn = = 3,3 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0,005. 000. 95 = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

8 Penulangan Tumpuan arah X Mtx =,38 kn m Mtx,38 Mu = = =, 7kNm Φ 0,8 Mu b.dx,7.(0,05) kn = = 56,0 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00078 ρ < ρ min 0,00078 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0,005. 000. 05 = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 0,8 kn m Mty 0,8 Mu = = =, 0kNm Φ 0,8 Mu b.dy,0.(0,095) kn = =,9 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00056 ρ < ρ min 0,00056 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0,005. 000. 95 = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

9 Plat C Penulangan Lapangan arah X Mlx = 0,4 kn m Mlx 0,4 Mu = = = 0, 5kNm Φ 0,8 Mu b.dx 0,5.(0,05) kn = = 47,6 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0,005. 000. 05 = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,4 kn m Mly 0,4 Mu = = = 0, 5kNm Φ 0,8 Mu b.dy 0,5.(0,095) kn = = 57,6 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0004 ρ < ρ min 0,0004 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0,005. 000. 95 = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

0 Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 0,85 kn m Mty 0,85 Mu = = =, 06kNm Φ 0,8 Mu b.dx,06.(0,05) kn = = 96,4 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,0005 ρ < ρ min 0,0005 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dx = 0,005. 000. 05 = 6,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm² Penulangan Tumpuan arah Y Mty = kn m Mty 0,85 Mu = = =, 06kNm Φ 0,8 Mu b.dy,06.(0,095) kn = = 7,45 / m Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4 halaman 47 Tabel 5..d maka didapat nilai : ρ = 0,00059 ρ < ρ min 0,00059 < 0,005, sehingga digunakan ρ min As = ρ min. b. dy = 0,005. 000. 95 = 37,5 mm² Dipilih tulangan Ø 0 50 dengan As terpasang = 34 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

Tabel 6.. Hasil Rekap Penulangan Plat Lantai Tulangan Plat A Plat B Plat C Lapangan X Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Lapangan Y Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Tumpuan X Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Tumpuan Y Ø 0 00 Ø 0 50 Ø 0 50 Gambar. 6.8. Denah Penulangan Plat AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

6.5.5. Perhitungan Pembebanan Struktur Perhitungan Pembebanan Struktur menggunakan program SAP 000 agar didapatkan distribusi beban dan momen yang sesuai untuk masing-masing beban konstruksi. Sebelumnya perlu dihitung terlebih dahulu gaya-gaya yang dipakai sebagai data input untuk program SAP 000. 6.5.5..Gaya Vertikal Gaya Vertikal berupa gaya yang dihasilkan oleh distribusi beban plat yang bekerja pada balok. pembebanan pada balok demaga menggunakan sistem amplop yang dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 6.9. Denah Pembebanan Sistem Amplop pada Balok dermaga Perataan Beban dilaksanakan sebagai berikut :. Beban Trapesium qu.lx q R F F R lx (ly - lx) lx ly AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063 Gambar 6.0. Beban Trapesium

3 F = ½ * (/. qu. lx) * (/. lx) = /8. qu. lx² F = ½ (ly-lx) * ((/. qu. lx) = ¼ qu.lx.ly ¼ qu.lx² R = R = F + F = ¼ qu.lx.ly /8 qu.lx² Mmaks trapesium = R. ½ ly F.X F.X = (/4 qu.lx.ly /8 qu.lx²) ½ ly /8.qu.lx²(/.ly- /3.ly) (/4 qu.lx.ly ¼ qu.lx²).(/4 ly ¼ lx) = /6 qu.lx.ly² - /48 qu.lx³ Mmaks segiempat = /8 q ly² Mmaks trapesium = Mmaks segiempat /6 qu.lx.ly² - /48 qu.lx³ = /8 q ly² q = (/. qu. lx) (/6 qu lx³/ly²) q = ½ qu lx lx / 3 ly. Bentuk Segitiga qu.lx q R R F lx Gambar 6.. Beban Segitiga AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

4 F = ½ * (/ qu lx)*(/ lx) = /8 qu lx² R = F Mmaks segitiga = R. / lx F. /3 lx. ½ = /8 qu lx². ½ lx /8 qu lx². /6 lx = /4 qu lx 3 Mmaks segi empat = /8 q lx Mmaks segi empat = Mmaks segi tiga /4 qu lx 3 = /8 q lx q = /3 qu lx Untuk Perhitungan Beban Masing-Masing Balok : a. Dihitung Beban Mati Balok (Q DL total), terdiri dari Beban Sendiri Balok dan Beban Mati plat. b. Dihitung Beban Hidup Balok (Q LL total), dari Beban Merata yang dipikul Balok (beban trapesium atau beban segitiga). Balok A,00 m A B Lk = 4,00 m Gambar 6.. Skema Balok A AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

5 Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = x beban segitiga = x (/3 *WU DL *Lx) = x (/3*40 kg/m*4 m) = 093,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 093,4 kg/m = 38,4 kg/m Q LL = x beban segitiga = x (/3 *WU LL *Lx) = x (/3*730 kg/m *4 m) = 946,6 kg/m Balok B A B 0,50 m,00 m 0,50 m 3,00 m 0,50 m Gambar 6.3. Skema Balok B Q balok Q DL = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m = beban segitiga + beban trapesium = (/3 *WU DL *Lx) + ½*WU DL *Lx = (/3*40 kg/m *4 m) + ½*40* lx / 3 ly / 3 4 = (546,7 kg/m + 00,7 kg/m) = 747,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 747,4 kg/m = 035,4 kg/m Q LL = beban segitiga + beban trapesium = (/3 *WU LL *Lx) + ½*WU LL *Lx lx / 3 ly = (/3*730 kg/m*4 m) + ½*730* / 3 4 Q LL Total = (973,3 kg/m + 357,4 kg/m) = 330,7 kg/m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

6 Balok C 0,50 m A B Lk =,00 m Gambar 6.4. Skema Balok C Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = x beban segitiga = x (/3 *WU DL *Lx) = x (/3*40 kg/m* m) = 73,4 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 73,4 kg/m = 56,4 kg/m Q LL = x beban segitiga = x (/3 *WU LL *Lx) = x (/3*730 kg/m * m) = 486,6 kg/m Balok D A B 0,50 m 0,50 m 3,00 m 0,50 m Gambar 6.5. Skema Balok D Q balok Q DL = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m = beban trapesium = ½*WU DL *Lx lx / 3 ly = ½*40* / 3 4 = 00,7 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 00,7 kg/m = 488,7 kg/m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

7 Q LL = beban trapesium = ½*WU LL *Lx lx / 3 ly = ½*730* / 3 4 Q LL = 357,4 kg/m Balok E 0,50 m A B Lk =,00 m Gambar 6.6. Skema Balok E Q balok = (0,3 m*0,4 m) x400 kg/m 3 = 88 kg/m Q DL = beban segitiga = /3 *WU DL *Lx = /3*40 kg/m* m = 36,7 kg/m Q DL Total = 88 kg/m + 36,7 kg/m = 44,7 kg/m Q LL = beban segitiga = /3 *WU LL *Lx = /3*730 kg/m * m = 43,3 kg/m 6.5.5..Gaya Horisontal c. Gaya Tarikan pada Bolder Adalah gaya tarikan pada Tambatan/Bolder(Bollard) pada waktu kapal berlabuh. Untuk kapal dengan bobot 50 GT adalah sebesar,5 ton (hasil interpolasi) dari tabel 6.. Gaya Tarikan Kapal (Bambang Triatmodjo, 996). Gaya ini terjadi di samping dermaga. AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

8 d. Gaya Benturan Kapal Energi yang terjadi adalah ½ E yang dihitung menggunakan rumus di bawah ini : W. V E = Cm. Ce. Cs. Cc g Dimana : E = Energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton m) W = berat kapal = 50 ton V = kecepatan kapal saat merapat g = gaya grafitasi bumi = 9,8 meter/detik² Cm = Koefisien Massa Cb = Koefisien blok kapal Ce = Koefisien Eksentrisitas Cs = Koefisien Kekerasan (diambil ) Cc = Koefisien Bentuk dari tambatan (diambil ) Mencari Nilai Cm πxd Cm = + Cb. B Dimana: d = draf kapal (m) Cb = koefisien Blok Kapal B = Lebar Kapal (m) dengan Koefisien Blok : Cb = L pp W. B. d. γ 0 dimana : γ o = berat jenis air laut =,05 t/m 3 Lpp= panjang garis air = 0 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

9 Cb = 0 50.7.,5.,05 = 0,55 Sehingga didapat nilai : 3,4.,5 Cm = + = 4,56.0,55.7 Mencari Nilai Ce Ce = + ( l / r) Dimana : l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal l = ¼. Loa = ¼. = 5,5 m r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air. Besarnya nilai r didapat dari gambar 6.9 Koefisien Blok dengan jari-jari girasi untuk Cb = 0,57 maka diambil Cb minimum dalam grafik 0,5 didapat : Gambar 6.7. Grafik Nilai r AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

30 r =0,05 Loa r = Loa. 0,05 =. 0,05 = 4,5 m Sehingga didapat nilai : Ce = + ( l / r) = + (5,5 / 4,5) = 0,3 Kecepatan merapat kapal dapat dilihat pada tabel Kecepatan merapat kapal pada dermaga yaitu sebesar 0,5 m/dt. Kecepatan merapat kapal diambil dalam arah 0 0 terhadap sisi dermaga. V = 0,5. sin 0 0 V = 0,043 m/dt Menghitung Energi benturan : E W. V = g 50. 0,043 =.9,8 Cm. Ce. Cs. Cc 4,56.0,3.. = 0,0064575 ton m Dengan Energi benturan kapal sebesar 6,4575 kg m, maka untuk setiap fender yang dipasang setiap 4 m, menyerap energi sebesar = 6,4575 / 4 =,644 kg. c. Gaya Horizontal Akibat Gempa Gaya Gempa yang terjadi dihitung sesuai dengan rumus dalam buku Desain Struktur Rangka Beton bertulang di Daerah rawan gempa (CUR-3) halaman 3 maka : Hy = Hx = C. I. K. Wt AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

3 Dimana : C = Koefisien gempa dasar (CUR-3 halaman 30, dimana Rembang merupakan) wilayah/zona ke-4, maka sesuai dengan Grafik Respon percepatan Struktur (hal 3), maka didapat nilai 0,5 pada grafik Wilayah 4 dengan kondisi tanah lunak. I = Faktor keutamaan (Perubahan periode ulang struktur dermaga adalah,0 kali, maka didapat Faktor Keutamaan adalah ) K = Faktor Jenis Struktur (CUR-3 hal 39) struktur dengan tingkat daktilitas harus direncanakan agar tetap berperilaku elastis saat terjadi gempa kuat. Untuk ini beban gempa rencana harus dihitung berdasarkan jenis struktur dengan K = 4,0. Wt = Terdiri dari beban hidup dan beban mati pada plat dan balok, dengan perhitungan sebagai berikut : Beban Mati (W DL ) Beban Plat = 74 m x 6 m x 0,5 m x 400 kg/m3 = 375.840 kg Beban Balok Memanjang = (74 m x 4 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 400 kg/m3 = 696 m x 0, m x 400 kg/m3 = 00.448 kg Beban Balok Melintang = (6m x 46 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 400 kg/m3 = 76 m x 0, m x 400 kg/m3 = 79.488 kg Total Beban Mati (W DL ) = 655.776 kg Beban Hidup (W LL ) Beban Hidup Berguna = 50 kg/m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

3 Koefisien reduksi beban hidup yaitu 0,3, maka perhitungan Beban Hidup yaitu = 0,3 (74 m x 6 m) x 50 kg/m = 0,3 x 044 m x 50 kg/m = 78.300 kg Maka Beban Total (Wt) = W DL + W LL = 655.776 kg + 78.300 kg = 734.076 kg Maka didapat Gaya Horisontal total akibat Gempa adalah Hy = Hx = C. I. K. Wt = 0,5 x,0 x 4,0 x 734.076 kg = 440,4456 kg Untuk setiap titik tumpuan (jarak 4m), masing-masing terkena beban 440,4456 sebesar = = 9,788 kg 45 6.5.6. Perhitungan Balok 6.5.6..Kombinasi Pembebanan Karena Beban yang bekerja pada dermaga tersebuttidak bersamaan waktunya, untuk itu adanya Kombinasi beban sangat diperlukan. Adapun Kombinasi pembebanan yang digunakan menurut SK SNI T-5-99-03 pasal 3.. adalah sebagai berikut :, DL +,6 LL 0,75 (, DL +,6 LL +,6 Tr ) 0,75 (, DL +,6 LL +,6 Btr ),05 ( DL + 0,5 LL + E ) Dimana : DL = Beban Mati LL = Beban Hidup Tr = Gaya Tarikan Kapal AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

33 Btr E = Gaya Benturan Kapal = Gaya Horisontal akibat Gempa 6.5.6..Pembebanan pada Balok A, B, C, D, E DL = Beban Mati untuk Balok A = 38,4 kg/m untuk Balok B = 035,4 kg/m untuk Balok C = 56,4 kg/m untuk Balok D = 488,7 kg/m untuk Balok E = 44,7 kg/m LL = Beban Hidup untuk Balok A = 946,6 kg/m untuk Balok B = 330,7 kg/m untuk Balok C = 486,6 kg/m untuk Balok D = 357,4 kg/m untuk Balok E = 43,3 kg/m Tr = Gaya Tarikan Kapal = 500 kg Btr = Gaya Benturan Kapal =,644 kg E = Gaya Horisontal akibat Gempa = 9,788 kg Dengan menggunakan Program SAP 000, maka akan didapatkan output berupa Momen dan Shear maksimum yang akan dipergunakan untuk menghitunga tulangan balok. Karena nilai out put dari Kombinasi adalah yang terbesar, maka dalam perhitungan kali ini, digunakan nilai dari Kombinasi (lihat lampiran). 6.5.6.3.Data Teknis Balok Konstruksi direncanakan menggunakan ukuran penampang yaitu b x h = 300 x 400 mm. Mutu Beton f c = 30 Mpa = 300 kg/cm Mutu Baja fy = 40 Mpa = 400 kg/cm Tebal penutup beton p = 40 mm Dipilih tulangan utama = 6 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

34 tulangan sengkang = 8 mm Tinggi efektif d = h p - tul sengkang - ½ tul utama d = 400 40 8 ½. 6 = 344 mm d = h d = 400 344 = 56 mm d / d = 56 / 344 = 0,6 Menurut Buku Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang ( Gideon Kusuma, CUR-, Hal. 5-5, Tabel 7 dan 8 ), dengan dengan fy = 40 Mpa dan f c = 30 Mpa untuk balok, didapat : ρ min = 0,0056 ρ max = 0,0484 6.5.6.4.Perhitungan Tulangan Utama Balok Perhitungan Balok A Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 384 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 57876,48 kg m M Lapangan = 68938,4 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 57876,48.0 4 N mm 4 57876,48.0 4 Mu = = 57345,6.0 N mm 0,8 Mu b. d 57345,6.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 44,9 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,005 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

35 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 4φ 6 dengan As terpasang = 804 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 68938,4.0 4 N mm Mu = Mu b. d 4 68938,4. 0 4 = 7867,8.0 N mm 0,8 7867,8.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = =,45 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,003 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 4φ 6 dengan As terpasang = 804 mm Perhitungan Balok B Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 3 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 860044,8 kg m M Lapangan = 4300,4 kg m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

36 Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 860044,8.0 4 N mm 4 860044,8.0 4 Mu = = 075056.0 N mm 0,8 Mu b. d 075056.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 30,85 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,007 (diinterpolasi) ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 4300,4.0 4 N mm Mu = Mu b. d 4 4300,4. 0 4 = 53758.0 N mm 0,8 53758.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 5,4 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

37 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Balok C Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 96 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 44973, kg m M Lapangan = 6796,85 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 44973,.0 4 N mm 4 44973,.0 4 Mu = = 5665,75.0 N mm 0,8 Mu b. d 5665,75.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 58,35 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang =603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 6796,85.0 4 N mm Mu = 4 6796,85. 0 4 = 70996,065.0 N mm 0,8 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

38 Mu b. d 70996,065.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 76,33 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang =603 mm mm Perhitungan Balok D Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok didapatkan Gaya : M Tumpuan = 3537,94 kg m M Lapangan = 4070,56 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 3537,94.0 4 N mm 4 3537,94.0 4 Mu = = 9459,95.0 N mm 0,8 Mu b. d 9459,95.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 8,86 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

39 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 4070,56.0 4 N mm 4 4070,56. 0 4 Mu = = 4588,.0 N mm 0,8 Mu b. d 4588,.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 40,6 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Perhitungan Balok E Dari hasil perhitungan Program SAP 000 pada Balok 8 didapatkan Gaya : M Tumpuan = 634,5 kg m M Lapangan = 80478,85 kg m Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 634,5.0 4 N mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

40 4 634,5.0 4 Mu = = 5797,6875.0 N mm 0,8 Mu b. d 5797,6875.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 44,48 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm mm Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 80478,85.0 4 N mm 4 80478,85. 0 4 Mu = = 00598,565.0 N mm 0,8 Mu b. d 00598,565.0 Nmm 300mm x 344mm 4 = = 8,34 N / Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d CUR-4 halaman 6 maka didapat nilai : ρ = 0,00 ρ min = 0,0056 ρ maks = 0,0484 mm ρ < ρ min, maka dipakai ρ = ρ min = 0,0056 As = ρ min.b.d = 0,0056.300.344 = 577,9 mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

4 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel.a CUR-4 halaman 5 maka : Dipilih tulangan 3φ 6 dengan As terpasang = 603 mm Tabel 6. 3 Hasil Rekap Penulangan Lentur Balok Tulangan Balok A Balok B Balok C Balok D Balok E Tumpuan 4φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 Lapangan 4φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 3φ 6 Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.8.Penulangan Balok A Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.9.Penulangan Balok B AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

4 Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.30.Penulangan Balok C Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.3.Penulangan Balok D Tulangan pada Lapangan Tulangan pada Tumpuan Gambar 6.3.Penulangan Balok E AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

43 3Ø6 Ø 8-50 Ø 8-50 3Ø6 Ø 8-50 Ø 8-50 Ø 8-50 3Ø6 Ø 8-50 Ø 8-50 3Ø6 Ø6 Ø6 Ø6 Ø6 000 4000 000 4 Ø 6 Ø 6 50 50 400 Ø 8-50 Ø 8-50 300 Ø 6 300 4 Ø 6 POT 5-5 POT 6-6 3 Ø 6 Ø 6 50 50 Ø 8-50 Ø 8-50 300 Ø 6 300 3 Ø 6 POT 7-7 POT 8-8 Gambar 6.33. Potongan Melintang Penulangan Balok Tengah AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

44 6.5.6.5.Perhitungan Tulangan Geser Dari hasil perhitungan Program SAP 000, pada Balok A, B, C, D, E didapatkan Gaya Lintang sebagai berikut : Tabel 6. 4. Hasil Rekap Gaya Lintang pada Balok Balok A Balok B Balok C Balok D Balok E Gaya Lintang (kn) 88,68 9,00 5,48 34,8, Untuk perhitungan tulangan geser diambil gaya lintang yang terbesar yaitu pada balok A dengan Vu = 88,68 kn Vn = Vu / θ = 88,68/ 0,6 = 34,467 kn Vc = 0,7. f' c. b.d = 0,7. 30. 300.344 = 9609,45 N = 96,09 kn ½ Vc = ½ x 96,09 kn = 48,046 kn Vs = (Vn Vc) = (34,467 96,09) kn = 8,375 kn = 8375 N Vs maks = 0,667. f' c.b.d = 0,667. 30.300.344 = 3770,54 N = 377,0 kn AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

45 Vs < Vs maks, maka penampang cukup 8,375 kn < 377,0 kn ½Vc < Vn 48,046 kn < 34,467 kn, perlu tulangan geser Dipakai tulangan geser/ sengkang φ 8 mm Av =./4.π.d =./4. π.8 = 00,48 mm Jarak sengkang 00,48* 40* 344 s = ( ) 8375 Av.fy.d = = 37,988 mm Vn - Vc syarat S maks = d / = 344 / = 7 mm s < s max 37,988 mm < 7 mm...ok dipakai sengkang φ 8 mm 50 mm Cek terhadap lebar balok : Jumlah tulangan = 4 x 6 = 64 mm Selimut beton = x 40 = 80 mm Tulangan sengkang = x 8 = 6 mm Jarak antar tulangan = 3 x 40 = 0 mm Total = 80 mm < 300 mm...ok AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

46 6.5.6. Pondasi Tiang Pancang Dalam perencanaan pondasi dermaga digunakan pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau menstransferkan beban-beban konstruksi di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang lebih dalam. 6.5.7..Data Teknis Pondasi Adapun data teknis perencanaan tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Tiang pancang bulat dengan : diameter luar ( D L ) = 50 cm diameter dalam ( D D ) = 34 cm Panjang total tiang pancang = 8 m f c tiang pancang = 60 MPa 6.5.7..Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang a. Berdasarkan Kekuatan Bahan P all = σ b A tiang Dimana :P all = kekuatan tiang yang diijinkan (ton) σ b = tegangan tiang terhadap penumbukan (MPa) A tiang = luas penampang tiang pancang (mm ) Menurut Peraturan Beton Indonesia (PBI), tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu: σ b σ b f c = 0,33 f c = kekuatan karakteristik beton = 60 MPa = 0,33. f c = 0,33. 60 N/mm = 9,8 N/mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

47 A tiang = ¼ π D = ¼.3,4.500 = 96,5 cm² = 9650 mm P all = σ b. A tiang = 9,8 N/mm x 9650 mm = 3885750 N = 388,575 ton b. Terhadap Pemancangan Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer. Ef x W x H RU = δ + W + (e x x wp) ( C+ C + C3) W + Wp Dimana : Ef = Efisiensi alat pancang = 0,9 Wp = Berat sendiri tiang pancang = 0,965. 8.,4 = 8,478 ton W = Berat hammer = 0,5 Wp + 0,6 = (0,5. 8,478) + 0,6 = 4,839 ton e = Koefisien pengganti beton = 0,5 H = Tinggi jatuh hammer = m δ = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir = 0,05 C = Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup = 0,0 C = Simpangan tiang akibat tekanan izin sementara = 0,005 C3 = Tekanan izin sementara = 0,003 Ru = Batas maksimal beban (ton) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

48 RU = 0,9 x 4,839 x 0,05 + RU = 6,777 ton 4,839 + (0,5 x 8,478) x ( 0,0+ 0,005 + 0,003) 4,839 + 8,478 Pa =Batas beban izin yang diterima tiang Pa = /n x Ru (n = angka keamanan) = /,5 x 6,777 = 5,85 ton c. Terhadap Kekuatan Tanah Meyerhof (956) mengusulkan formula untuk menentukan daya dukung pondasi tiang pancang sebagai berikut : P ult = 40 Nb. Ab + 0,. N. As Dimana : P ult = Daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton) Nb = Nilai N-SPT pada elevasi dasar tiang Harga batas untuk Nb adalah 40, sehingga diambil Nb = 40 Ab = Luas penampang dasar tiang (m²) = 0,965 m² N = Nilai N-SPT rata-rata = 5 As = Luas selimut tiang (m²) = 3,4.0,5.8 = 8,6 m² Maka didapat nilai P ult = (40. 40. 0,965) + (0,. 5. 8,6) = 398,78 ton 6.5.7.3.Perhitungan Efisiensi Tiang Dari perhitungan daya dukung tiang pancang diatas didapatkan nilai terkecil pada daya dukung tiang pancang terhadap pemancangan yaitu sebesar = 5,85 ton AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

49 Efisiensi grup tiang pancang : ( ) ( ) θ n - m + m - n Eff = - 90 m.n Dimana : m = jumlah baris = n = jumlah tiang dalam satu baris = θ = arc tan (d/s) = arc tan(50/400) = 7,5 d = diameter tiang s = jarak antar tiang (as ke as) Maka didapat nilai : ( ) ( ) 7,5 - + - Eff = - = 0,9604 90. Karena jumlah tiang pancang hanya satu (tidak dalam bentuk grup) maka Eff =. Dengan menggunakan efisiensi, maka daya dukung tiang pancang tunggal menjadi : P all = Eff x Q tiang = x 5,85 = 5,85 ton Gambar 6.34. Letak Pondasi Tiang AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

50 Gambar 6.35. Potongan Pondasi Tiang Pancang 6.5.7.4.Perhitungan Poer (Pile Cap) dari perhitungan SAP 000 didapatkan ; P = 54,0 t Mx = 445,75 tm My = 5,0 tm Direncanakan Dimensi Poer : B x L x t =, m x, m x 0,8 m P poer =, m x, m x 0,8 m x,4 t/m 3 =,765 t P total = P poer + P =,765 t + 54,0 t = 56,966 t P max = ΣPv ± M y x X max n n x ± y M x Y x max ( x ) nx x ( y ) Dimana : Pmax = beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang ΣPv = jumlah total beban normal M x M y = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

5 n X mak Y mak n x n y ( ) = banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang = absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang = ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y x = jumlah kuadrat jarak absis-absis tiang ( y ) = jumlah kuadrat jarak ordinat-ordinat tiang Maka Beban maksimum yang diterima tiang pancang adalah : 56,966 P max = 5,0 x 0 ( ) 445,75 x 0 x 0 x ( 0 ) P = 56,966 + 0 + 0 = 56,966 ton P = 56,966-0 - 0 = 56,966 ton P max = 56,966 ton < P all = 3,8 ton...ok Tulangan Poer direncanakan : f c = 30 Mpa, tebal Poer = 800 mm fy = 40 Mpa Diameter = 6 mm p (selimut beton) = 40 mm dx = h p - ½Dx = 800 40 8 = 75 mm dy = h p Dx - ½Dy= 800 40 6 8 = 736 mm Tulangan Arah X Mx = 44575 0 4 Nmm Mu / b.dy = 44575 0 4 Nmm / ( 00 mm 75 mm ) = 6,56 N/mm AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

5 Mu fy = ρ 0,8 fy 0,588ρ bd f ' c 40 6,56 = ρ 0,8 40x 0,588ρ 30 6,56 = 9ρ 930,68ρ dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,04305 ρ ρ,4,4 = = fy 40 min = mak 0,00583 β 450 0,85 f ' c 0,85 450 0,85 30 = = = 0,04838 600 + fy fy 600 + 40 40 r min < r < ρ max maka yang digunakan adalah r = 0,04305 A slx = ρ. b.d = 0,04305 00 mm 75 mm = 38848,3 mm Dipakai tulangan 6 50 (A s = 40 mm ) Untuk arah x dipilih tulangan: Tulangan atas = D6 50 Tulangan bawah = D6 50 Untuk arah y dipilih tulangan: Tulangan atas = D6 50 Tulangan bawah = D6 50 6.5.7.5.Penulangan Tiang Pancang Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan. Pengangkatan tiang pancang dapat dilaksanakan dengan (dua) cara yang berbeda yaitu dengan dua titik atau satu titik pengangkatan. AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

53. Pengangkatan dengan Dua Titik. a L - a L a M M M Gambar 6.36. Pengangkatan Tiang Pancang dengan Dua Titik M M = = q * a 8 M = M q. * a * q = ( l a) q * a 8 * q ( L a ) q * a 4.a + 4.a.L L = 0 dengan L = 8 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat a = 3,75 meter Berat tiang pancang (q) = (/4.3,4. 0,5 )(,4) = 0,47 ton/m M = M = ½.0,47. 3,75 = 3,68 ton meter AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

54. Pengangkatan dengan Satu Titik a L - a M M Gambar 6.37. Pengangkatan Tiang Pancang dengan Satu Titik M R x Mx M max = = R qx = 0 * q * a q R = q ( L a ) L al = = R * x *q *x dmx = 0 dx ( L a) L al ql = ( L a ) ( L a ) q * a * L M max = M = * L al L al = R q * ( L a) ( L a) ( L al) q ( L a) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

55 M * a qa = M = * 4aL + L ( L al) q ( L a) = 0 dengan L = 8 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat a = 5,75 meter M = M = ½.0,47. 5,75 = 6,553 ton meter keterangan : dari nilai nilai momen yang telah diperoleh untuk penulangan tiang, digunakan nilai momen terbesar. Penulangan didasarkan pada Analisa Penampang Momen yang terjadi diambil yang paling besar yaitu : Mu = 445,75 tm = 445750000 Nmm (perhitungan SAP) Pmax = Pu = 56,966 ton = 569660 N a. Data Teknis Tiang pancang direncanakan menggunakan beton prategang dengan datadata teknis sbb : fc fpu Ec D D R L D = 60 Mpa =.860 Mpa = 4700 = 500mm = 340mm = 0,83 Batasan tegangan : fc f'c = 4700 ft = f'c = - 0,5 60 = 36.406,044 Mpa = 60 Mpa f'c ( tekan ) = 3,873 Mpa ( tarik ) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

56 b. Properties Penampang Titik berat penampang ( beton ) / cgc Y bwh = Y ats = ½ D = ½ 50 cm = 5 cm X kr = X kn = ½ D = ½ 50 cm = 5 cm Momen inersia dan Statis momen I = (/ 64)πD 4 = (/ 64) π (500 4 340 4 ) = 40766400 mm 4 Sx bwh = Sx ats = I / Y bwh = 40766400/ 50= 9643065,6 mm 4 c. Mencari Gaya Prategang ( Ti ) Direncanakan : Digunakan 7 wire strand derajat 860 MPa Ø strand = 5,4 mm A strand = 38,7 mm Kekuatan-patah minimum gaya prategang = 00 % Gaya prategang tendon strand dengan 00 % kekuatan patah minimum = 60,7 KN f pu = 60700 N / 38,7 mm = 86,43 Mpa T i dicari dengan mengecek beberapa kemungkinan tegangan yang terjadi. Kondisi R Ti + Pu max Mu max + fc A S 0,83xTi + 569660 65530000 + 60MPa π (500 340 ) 9643065,6 4 7,867 x 0-6 Ti + 5,399 + 6,796 60 MPa 7,867 x 0-6 Ti 47,805 MPa Ti 6076649,95 N = 6076,649 kn AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

57 Kondisi R Ti + Pu max Mu max ft A S 0,83xTi + 569660 65530000 3,873 MPa π (500 340 ) 9643065,6 4 7,867 x 0-6 Ti + 5,399-6,796-3,873 MPa 7,867 x 0-6 Ti -,476 MPa Ti -3473 N = -34,73 kn Keterangan : Untuk kondisi, Ti bernilai negative ( tarik ). Kondisi ini tidak boleh terjadi pada Ti tiang pancang. Berdasarkan kedua nilai Ti tersebut, maka gaya prategang Ti harus diambil sebesar : Ti 6076,649 kn Maka direncanakan menggunakan gaya prategang Ti = 500 KN d. Menghitung Jumlah Tendon Jumlah tendon yang diperlukan = Ti / gaya prategang tendon = 500 KN / 60,7 KN = 5,75 ~ 8 buah tendon Rencana dipakai 8 buah tendon = 8 60,7 KN = 085,6 KN 085,6 KN 6076,649 KN.ok. Jarak antar tendon = [(π x D D ) (8 * Ø tendon)] / 8 = [(3,4 x 340 mm) (8 *5,4 mm)] / 8 = 8, mm Berdasarkan SNI 00, syarat jarak antar tendon > 4 Ø tendon 4 5,4 mm 8, mm > 60,96 mm OK AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

58 Dipasang tulangan geser praktis, berupa tulangan geser spiral yang rencana digunakan tulangan geser spiral Ø 6-50 mm. 6.5.7.6.Beban Lateral Yang Bekerja pada Tiang Tunggal Hubungan Pembebanan Lateral dan Deformasi Tanah Adapun hubungan antara beban lateral dengan terjadinya deformasi tanah sebagai berikut :. Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan berdeformasi elastis disamping itu terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan tersebut cukup mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari pile ke lapisan tanah yang lebih dalam.. Untuk pembebanan selanjutnya, beban menjadi lebih besar, lapisan tanah akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis tanah yang lebih dalam lagi. 3. Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme keruntuhan yang ada hubungannya dengan kekakuan tiang. Menghitung Beban Lateral (Hu) Untuk menghitung Beban Lateral (Hu) dapat dicari dengan rumus Broooms : Gambar 6.38. Beban Lateral pada Tiang Tunggal AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

59 L R = 3Bγ L Kp =,5 Bγ L Kp ΣH = 0 Hu R + P = 0 Hu = R P ΣM ( A) = 0 R L = Hu ( e + L) 3 RL = Hu ( e + L) 3 RL Hu = 3( e + L) RL R P = 3( e + L) RL P = R 3( E + L) RL,5 Bγ L Kp L Hu = = 3( e + L) 3( e + L) 0,5B γ L Kp L Hu = ( e + L) Dimana : diketahui sesuai data tanah yang diperoleh : ϕ = 7, º γ =,946t / m 3 maka nilai Kp = tan (45 o ϕ + ) = tan (45 o 7, + =,834 o B = lebar tiang pancang (Diameter 0,5 m) L = jarak dari dasar tiang ke permukaan tanah =,4 m e = jarak dari ujung atas tiang ke permukaan tanah = 5,58 m (dilihat dari elevasi dermaga ditambah elevasi dasar laut) ) AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

60 Hu = beban lateral ultimate SF = Safety Factor = H = beban kerja Maka didapat nilai : 3 0,5 0,5m,946 t / m (,4) m Hu = (5,58 +,4) m 709,48 = ton 8 = 94,967 ton,834,4 m H Hu 94,967 = = = 47, ton SF 4835 Defleksi Tiang Vertikal Akibat Memikul Beban Lateral Menurut cara Brooms, defleksi yang terjadi dapat dicari dengan rumus : H Yo = L ηh Gambar 6.39. Defleksi Tiang Pancang dimana : Yo = defleksi tiang yang terjadi akibat beban horizontal H = beban horizontal yang terjadi L = Zf = jarak antara dasar tiang sampai permukaan tanah AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

6 η h = Coefisien modulus tanah = 350 kn/m 3 = 35 t/m 3 ( untuk tanah lempung lunak η h = 350 s/d 700 kn/m 3 ) maka : * 47,4835 t Yo = (,4 ) m *35 t / m 94,967 = 5398,974 = 0,075898 m = 7,6 mm 3 6.5.8. Fender 6.5.8..Data Kapal Dari perencanaan sebelumnya diketahui data kapal : Bobot Kapal (W) : 50 ton Panjang Kapal (Loa) : m Lebar Kapal (B) : 7 m Draft Kapal (d) :.5 m 6.5.8..Perhitungan Fender Panjang garis air (Lpp) Lpp = 0,846 L,093 = 0,846. (),093 = 9,76 m = 0 m Perhitungan besarnya koefisien massa (Cm) π. d Cm = + Cb. B Dimana : γ 0 =,05 ton/m 3 W 50 Cb = = = 0, 55 Lpp B. d. γ 0.7.,5.,05. 0 AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

6 π. d 3,4.,5 Jadi : Cm = + = + = 4, 56 Cb. B. 0,55.7 Perhitungan besarnya koefisien eksentrisitas (Ce) Ce = + ( l / r) Dimana : l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air l = ¼. Loa = ¼. m = 5,5 m Besarnya nilai r didapat dari gambar 6.9 Koefisien Blok dengan jari-jari girasi untuk Cb = 0,57 maka diambil Cb minimum dalam grafik 0,5 ) didapat : Gambar 6.40. Grafik Nilai r r =0,05 Loa r = Loa. 0,05 =. 0,05 = 4,5 m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

63 Jadi : Ce = = = 0, 3 + ( l / r) + (5,5/ 4,5) Kecepatan merapat kapal Kecepatan merapat kapal dapat dilihat pada tabel Kecepatan merapat kapal pada dermaga yaitu sebesar 0,5 m/dt. Kecepatan merapat kapal diambil dalam arah 0 0 terhadap sisi dermaga. V = 0,5. sin 0 0 V = 0,043 m/dt Tabel 6.5. Kecepatan Merapat Kapal pada Dermaga Ukuran kapal (DWT) Kecepatan Merapat Pelabuhan (m/d) Laut terbuka (m/d) Sampai 500 0,5 0,30 500 0.000 0,5 0,0 0.000 30.000 0,5 0,5 di atas 30.000 0, 0,5 (Bambang Triadmojo, 996) Energi benturan yang terjadi (E) E W. V = g 50. 0,043 =.9,8 Cm. Ce. Cs. Cc 4,56.0,3.. = 645,75 kgcm = 0,0064575 tonm Gaya perlawanan Energi yang membentur dermaga adalah ½ E. Gaya perlawanan yang ada akibat benturan tersebut diberikan oleh dermaga sebesar F.½.d, dengan demikian : AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

64 F.½.d = ½ E F.d = E F.d = 645,75 kgcm Fender yang Dipakai Fender yang dipakai adalah fender karet adalah Sumitomo Hyper Ace (V Shape) Type HA 50 H x 000L (CV4), karena dipenuhi persyaratan bahwa : E benturan < E yang diijinkan...ok 0,0064575 ton m < 0,34 ton m ( lihat lampiran tabel fender sumitomo ) Dengan data-data sebagai berikut : Rate deflection = 45 % dengan : Energi absortion (E) = 0,34 ton m Reaction Load (R) = 6,8 ton Maximum Deflection = 47,50 % dengan : Energi absortion (E) = 0,37 ton m Reaction Load (R) = 7,8 ton Untuk lebih aman, maka gaya yang diterima dermaga diambil pada saat terjadi maximum deflection (47,50 %) yaitu sebesar 7,8 ton. Cheking terhadap defleksi tidak dihitung karena keterbatasan data. Jarak Maksimum Antar Fender Jarak maksimum antar fender ( L ) bisa dihitung dengan rumus : (New Selection of Fender, Sumitomo Fender) B L 7 L h + h =,075 +, 075 8B 8x7 dimana diketahui : B (lebar kapal) L (panjang kapal) = 7 m = m AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

65 H (tinggi fender) = 900 mm + (x87,5) mm = 075 mm =,075 m Maka dapat dicari Jarak Maksimum antar fender (L) yaitu, L L,8948 ( x3,4488) L 6,8977 m, maka diambil jarak antar fender = 4 m 39,5 Gambar 6.4. Fender Type HA 50 H x 000L (CV4) 6.5.9. Bolder Fungsi bolder adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami pergerakan yang dapat mengganggu, baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu lintas kapal lainnya. Bolder yang digunakan pada perencanaan dermaga ini adalah bolder beton. 6.6. USULAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS (PIH) DI KABUPATEN REMBANG 6.6.. Konsep Pasar Ikan Higienis (PIH) Untuk mendapatkan alternatif tempat berbelanja, khususnya belanja ikan, keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) sangat diperlukan. Pasar Ikan Higienis (PIH), sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Pasar Ikan Tradisional Sama-sama Pasar Ikan. Barang yang diperjualbelikan juga sama yaitu hasil perikanan. Ada penjualnys, ada pembelinya dan ada kesepakatan jual beli antara keduanya. Hanya saja, yang membedakan adalah konsepnya. Pasar Ikan Higienis (PIH) merupakan tempat yang mempunyai konsep pelayanan dan konsep higienis yang dinilai lebih AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

66 daripada Pasar Ikan Tradisional. Pasar Ikan Higienis (PIH) dan Pasar Ikan Tradisional. Berikut penjabarannya : 6.6...Konsep Higienis Konsep Higienis jelas harus dipaparkan untuk lebih menjelaskan kepada masyarakat mengapa Pasar Ikan Higienis (PIH) perlu ada di tengah-tengah masyarakat. Diantaranya : a. Fasilitas gedung yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang yaitu : ). Fasilitas Pendingin Ruangan (Air Conditioner) yang berfungsi untuk mengatur suhu dalam ruangan yang stabil sehingga dapat menjaga sanitasi dan mutu ikan yang diperdagangkan ). Fasilitas Air Bersih, dipergunakan untuk menunjang segala aktivitas perdagangan hasil perikanan di lingkungan Pasar Ikan Higienis (PIH) b. Alat penjualan dan penyimpanan yang memadai, yaitu dengan adanya Fasilitas Ruang Pendingin (cold room), yang dapat dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai produk perikanan agar tetap segar dan higienis c. Dagangan ikan yang dijual segar dan tidak mengandung obat-obat terlarang. Hal ini dapat ditunjang dengan adanya Fasilitas Laboratorium Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan, yang dapat menguji mutu produk hasil perikanan yang diperdagangkan di lingkungan PIH sehingga semua produk yang diperdagangkan dapat terjamin mutu dan tingkat higienitasnya. d. Limbah yang keluar dari Pasar Ikan Higienis (PIH) tidak mengganggu lingkungan, karena sebuah Pasar Ikan Higienis (PIH) dilengkapi dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan ikan sehingga dapat mencegah dampak negative aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) terhadap lingkungan. AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

67 6.6...Konsep Pelayanan Konsep pelayanan merupakan salah satu aspek yang membedakan PIH dengan Pasar Ikan Tradisional. Selain mendapatkan barang yang dibutuhkan (hasil perikanan), pembeli juga mendapatkan kepuasan karena fasilitas-fasilitas yang disediakan. Adapun konsep pelayanan yang dimaksud : a. Menyediakan tempat jualan&belanja hasil perikanan yang representative, baik dari segi tempat, barang yang diperdagangkan, serta pedagang dan pembelinya b. Menyediakan ikan konsumsi yang sehat dan segar, baik itu ikan hidup maupun ikan olahan c. Memberikan pendidikan kepada masyarakat dalam memilih ikan konsumsi yang sehat dan segar. d. Memberikan kenyamanan bagi konsumen dan pedagang dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang antara lain : ). Fasilitas Listrik yang digunakan untuk aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) siang dan malam hari. ). Fasilitas Area parkir yang memadai sehingga dapat menampung parkir kendaraan roda dua maupun roda empat. 3). Fasilitas Tempat Bongkar Muat Ikan untuk menunjang kecepatan bongkar muat ikan yang diperdagangkan 4). Fasilitas Pengamanan dengan menyediakan petugas Satpam (Satuan Pengamanan) yang handal dan terlatih sehingga akan dapat menjaga keamanan, ketertiban, serta kelancaran seluruh aktivitas Pasar Ikan Higienis (PIH) 5). Fasilitas Telepon untuk menunjang komunikasi perdagangan ikan antara pelaku usaha di lingkungan Pasar Ikan Higienis (PIH) dengan pelaku bisnis di luar secara luas. Disediakan juga sarana telepon umum agar bisa dimanfaatkan oleh pembeli yang datang (kalau memungkinkan). AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

68 6.6.. Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) Segala bentuk kegiatan yang akan akan dijalankan harus selalu dipertimbangkan prospek di masa datang. Hal ini berhubungan langsung dengan potensi pendapatan yang akan dihasilkan oleh Pasar Ikan Higienis (PIH). Juga prospek eksistensi keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) di suatu daerah, apakah cukup bermanfaat bagi masyarakat sekitar atau belum. Adapun Peranan Pasar Ikan Higienis (PIH) dalam jangka pendek, menengah maupun panjang diantaranya : 6.6...Sumber Pendapatan Daerah Keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH) tentunya menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah, yaitu dari hasil sewa, antara lain : a). Sewa tempat tiap Los ikan oleh para pedagang grosir maupun eceran b). Sewa tempat untuk usaha restoran (khususnya untuk masakan dari bahan ikan) c). Sewa tempat pertemuan / Hall Pameran oleh para Perusahaanperusahaan yang berminat memenfaatkan area Pasar Ikan Higienis (PIH) untuk ajang promosi / publikasi d). Sewa tempat untuk perusahaan perbankan (pengadaan ATM di area Pasar Ikan Higienis) e). Sewa tempat Papan iklan / reklame yang ada di area Pasar Ikan Higienis (PIH) f). Conter area untuk pelaku usaha kecil diantaranya : cinderamata, produk ikan olahan, dll. 6.6...Pusat Perdagangan Hasil Perikanan Pasar Ikan Higienis (PIH) diperuntukkan sebagai pusat hasil perdagangan dan hasil perikanan terbesar di kabupaten Rembang pada khususnya dan Pulau Jawa pada umumnya. Para pelaku usaha (terutama di bidang perikanan) diharapkan akan siap memanfaatkan fasilitas Pasar Ikan AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

69 Higienis (PIH), diantaranya adalah para pedagang ikan baik retail maupun grosir; kelompok nelayan dab pengolah hasil perikanan.. 6.6..3.Basis Informasi dan Barometer Harga Ikan Menjadikan Pasar Ikan Higienis (PIH) sebagai basis informasi dan barometer harga ikan di Kabupaten rembang, Karesidenan Pati, ataupun daerah Jawa Tengah. Para konsumen, masyarakat baik dari kelas bawah, kelas menengah maupun kelas atas tidak mengharapkan adanya monopoli harga ikan di pasaran. Para pelaku usaha terutama usaha kecil juga bisa memanfaaatkan fasilitas ini. 6.6..4.Pusat Pengembangan Sistem Perdagangan dan Sistem Pengendalian Mutu Pasar Ikan Higienis (PIH) sebagai pusat pengembangan sistem perdagangan dan sistem pengendalian mutu hasil perikanan dimanfaatkan oleh para eksportir hasil usaha perikanan, himpunan pengusaha resto/rumah Makan perorangan (khususnya Sea Food) maupun pengusaha hotel dan restoran. 6.6..5.Bidang Pendidikan Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di bidang pendidikan yaitu sebagai pusat pembelajaran mengenai berbagai hal tentang hasil perikanan, biota laut,dll untuk anak usia sekolah (penyelengaraan kegiatan sambil menghibur). Penyelenggaraan Lomba dan pameran di Pasar Ikan Higienis (PIH) juga bia menjadi unsur edukasi keberadaan Pasar Ikan Higienis (PIH). 6.6..6.Bidang Pariwisata Prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di bidang pariwisata yaitu sebagai pusat wisata kuliner dan agro wisata di Kabupaten Rembang pada khususnya, AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

70 wilayah Karesidenan Pati, Wilayah Pantura dan Pulau Jawa pada umumnya. 6.6.3. Perencanaan Pasar Ikan Higienis (PIH) 6.6.3..Latar Belakang Kabupaten Rembang yang mempunyai sekitar 0 TPI, dengan TPI Tasik Agung adalah yang terbesar, mempunyai potensi yang besar dalam hal produksi ikan tentunya, yaitu sekitar lebih dari 5.000 ton per tahun. Berkembangnya Tasik Agung dari PPI menjadi PPP dan sekarang merencanakan untuk ke PPN serta keberadaan PPI lainnya membuat citra Rembang sebagai kota Bahari semakin terangkat. Letak Strategis Kabupaten Rembang yang berada pada jalur utama pantura (pantai Utara Jawa) dengan daerah sepanjang 65 km berbatasan langsung dengnan laut, menjadikan kota inimempunyai potensi berkembang sebagai daerah potensial bagi aktivitas industrial, perdagangan dan jasa terutama di bidang perikanan. Hal ini menjadi modal utama untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH). Dimana kita ketahui bahwa produksi ikan yang besar membutuhkan wilayah distribusi yang luas juga. Tidak hanya konsumen / masyarakat pesisir saja yang berhak menikmati, tapi juga masyarakat di daerah pegunungan bahkan masyarakat di kabupaten lain pun bisa menjadi sasaran distribusi. 6.6.3..Tujuan Mengembangkan pusat perdagangan hasil produksi perikanan bermutu tinggi untuk peningkatan gizi masyarakat. 6.6.3.3.Studi Kelayakan Memang untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH) di suatu daerah, membutuhkan suatu perencanaan yang matang baik dari aspek AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063

7 sosial, ekonomi, lokasi serta prospek ke masa depan. Pada penjabaran kali ini, Kami hanya ingin memaparkan usulan serta langkah-langkah apa yang perlu dikaji untuk merencanakan Pasar Ikan Higienis (PIH) di daerah Rembang ini. Adapun konsep-konsep yang akan Kami paparkan sebelumnya merupakan data- data (baik melaui survey langsung dan wawancara) yang Kami peroleh dari Pasar Ikan Higienis (PIH) yang sudah ada saat ini di Kota Semarang, yaitu Pasar Ikan Higienis (PIH) Mina Rejomulyo yang terletak di Jalan Pengapon Kelurahan Rejomulyo Semarang (lihat lampiran). Gambar 6.4. Pasar Ikan Higienis (PIH) Semarang Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan yang dapat Kami rangkum sebagai usulan perencanaan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Rembang adalah sebagai berikut : a. Studi Sosial Ekonomi Kehidupan masyarakat Rembang pada umumnya akan mempengaruhi demand / permintaan. Kebiasaan / kultur, tingkat ekonomi/pendapatan dan tingkat kesadaran akan pentingnya kehigienis-an pada ikan yang akan dikonsumsi turut juga mempengaruhi bagaimana prospek Pasar Ikan Higienis (PIH) di kota Rembang. Untuk AGUSTIANUR LA 00 006 FITRIANA IFTATIKA LA 00 063